NIM : 1807521009
NO : 01
1. Bank Sentral
Jenis lembaga keuangan ini sangat berpengaruh pada perekomian negara dan
sebagai lembaga penetapan instrumen kebijakan moneter di suatu negara.
Bertanggung jawab atas kebijakan moneter guna untuk mengatasi inflasi yang terjadi
dengan melakukan pencadangan kas bank sentral agar bertambahnya perputaran uang
pada masyarakat. Selain itu juga bank sentral bertugas untuk menjaga kestabilan nilai
mata uang, kestabilan sektor industri, kestabilan sektor perbankan dan kestabilan
sektor ekonomi secara menyeluruh. Contoh bank sentral di Indonesia ini diberikan
kepada Bank Indonesia dengan memiliki kewenangan khusus yang diatur dalam
undang-undang.
2. Bank Umum
Menurut undang-undang no 10 tahun 1998, apakah yang dimaksud dengan
bank umum adalah bank yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah yang kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Dalam meningkatkan perekonomian negeri bank umum melakukan
berbagai jenis kegiatan seperti menghimpun dana dalam bentuk tabungan,
memberikan kredit kepada pebisnis, menerbitkan surat pengakuan utang, menerima
1
pembayaran dari tagihan atas surat berharga atau pihak ketiga lainnya. Selain itu bank
umum terbagi dalam 2 jenis jenis bank yakni bank umum devisa dan bank umum non
devisa. Bank umum devisa seperti Bank BRI Agroniaga, Bank BNI Syariah, Bank
Bukopin, Bank Bumi Artha, Bank BCA, Bank CIMB Niaga, Bank Danamon
Indonesia dan lain-lain. Sedangkan bank umum non devisa seperti Bank BCA
Syariah, Bank Bisnis International, Bank Fama International, Bank Sahabat
Sampoerna, Bank Mayora, Bank Panin Syariah, Bank Pundi Indonesia dan masih
banyak lainnya.
2
1. Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi simpan pinjam merupakan salah satu lembaga keuangan bukan bank
yang berasaskan prinsip kekeluargaan dengan skala lebih kecil dari perbankan.
Sumber pemasukan koperasi berasal dari anggotanya dan pinjaman dari lembaga
keuangan lainnya sehingga peranan koperasi sangat membantu dalam memajukan
perekonomian kerakyatan. Adapun beberapa jenis koperasi yang berlaku di Indonesia
seperti koperasi unit desa (KUD), koperasi serba usaha (KSU), dan koperasi pasar.
Biasanya koperasi unit desa (KUD) ini komoditas jenis usaha yang sama dalam satu
desa. Koperasi serba usaha (KSU) sama halnya dengan koperasi unit desa (KUD)
akan tetapi kumpulan dari berbagai jenis usaha para anggotanya. Sedangkan koperasi
pasar itu dibentuk dengan anggotanya kumpulan para pedagang di pasar.
2. Pegadaian
Pegadaian adalah salah satu lembaga keuangan bukan bank yang secara resmi
mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan berupa pembiayaan dalam bentuk
penyaluran dana ke masyarakat atas dasar hukum gadai seperti dalam Undang-undang
Hukum Perdata Pasal 1150. Sedangkan berdasarkan Peraturan Pemerintah No 10
tahun 1990, dalam pegadaian adanya laba yang diperoleh digunakan untuk 55% dana
pembangunan semesta, 20% untuk cadangan umum, 5% untuk cadangan tujuan dan
20% untuk kepentingan dana sosial.
3. Asuransi
Lembaga keuangan bukan bank yang terakhir adalah asuransi dengan adanya
perjanjian diantara dua pihak dimana pihak satu berkewajiban membayar iuran atau
premi sedangkan dipihak lain memberikan kewajiban jaminan sepenuhnya kepada
pembayar premi tersebut apabila terjadi yang menimpa pihak pertama. Adapun
beberapa contoh jenis produk asuransi seperti asuransi pendidikan, asuransi jiwa,
asuransi kesehatan, asuransi kendaraan, asuransi bisnis dan asuransi property.
3
keuangan bagi mereka yang kekurangan. Tujuan utama dari setiap lembaga keuangan adalah
untuk memaksimalkan profit dan nilai tambah bagi pemegang saham dengan menawarkan
berbagai bentuk layanan keuangan, terutama dengan mengelola risiko. Bentuk lembaga
keuangan secara umum dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu lembaga keuangan yang
mengelola risiko secara langsung dan lembaga yang mengelola risiko secara tidak langsung.
Sebagai gambaran lembaga keuangan yang ada dalam sistem keuanga di Indonesia adalah
sebagai berikut:
Identifikasi risiko
Pengukuran risiko
Monitoring risiko
Pengendalian risiko
4
Bank diharuskan mengelola risiko secara terintegrasi dan membuat sistem, struktur
manajemen yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Bank Indonesia
mewajibkan/mengharuskan setiap bank untuk mengelola empat/4 risiko berikut ini :
1. Pasar: risiko karena harga pasar yang bergerak ke arah yang tidak menguntungkan,
atau dengan kata lain risiko yang muncul akibat transaksi jual beli aset yang
dilakukan oleh lembaga keuangan, seperti surat berharga atau derivatif. Risiko pasar
bisa muncul dari sumber-sumber mikro maupun makro. Fluktuasi harga di pasar
keuangan telah melahirkan jenis-jenis risiko pasar yang lain, sehingga risiko pasar
dapat diklasifikasikan menjadi risiko harga ekuitas, risiko suku bunga, risiko mata
uang, dan risiko harga komoditi.
2. Kredit: risiko karena counterparty mengalami gagal bayar (tidak bisa memenuhi
kewajibannya). Risiko kredit muncul jika lembaga keuangan tidak bisa memperoleh
kembali cicilan pokok dan/atau bunga dari pinjaman yang diberikannya kepada pihak
lain atau investasi yang sedang dilakukannya. Risiko ini dialami pada perbankan atau
lembaga simpan pinjam
3. Operasional: Yaitu risiko akibat dari kurangnya sistem informasi atau sistem
pengawasan internal yang akan menghasilkan kerugian yang tidak diharapkan. Risiko
ini berkaitan dengan kesalahan manusiawi (human error), kegagalan sistem, dan
ketidakcukupan prosedur dan kontrol. Lima komponen utama risiko operasional
adalah sistem informasi, pengawasan Internal, kesalahan manusiawi (human error);
kegagalan sistem dan ketidakcukupan prosedur dan kontrol.
4. Likuiditas: risiko yang terjadi karena bank tidak bisa memenuhi kewajibannya yang
jatuh tempo atau risiko yang muncul akibat ketidakmampuan lembaga keuangan
untuk memenuhi kebutuhan dana (cash flow) dengan segera dan dengan biaya yang
sesuai. Setiap lembaga keuangan menghadapi risiko likuiditas ini.
Untuk bank yang lebih besar dan kompleks, bank juga diharuskan untuk mengelola
risiko,antaralain :
1. Risiko Legal : yaitu risiko yang berhubungan dengan risiko tidak terlaksananya
kontrak. Risiko hukum terkait dengan masalah undang-undang, legislasi, dan regulasi
yang dapat memengaruhi pemenuhan kontrak atau transaksi. Risiko hukum bisa
datang dari faktor eksternal (seperti regulasi yang memengaruhi aktivitas bisnis
tertentu) ataupun faktor internal, yaitu terkait dengan manajemen atau pegawai bank
(seperti penyelewengan, pelanggaran hukum, regulasi, dan lain-lain). Risiko hukum
5
ini bisa juga dikategorikan sebagai bagian dari risiko operasional, risiko legal muncul
akibat sistem hukum yang berlaku dan bisa menyebabkan potensi kerugian.
2. Risiko Reputasi : risiko yang muncul karena publisitas dan persepsi negatil
mengenai operasi bank.Risiko yang muncul akibat turunnya atau hilangnya
kepercayaan public terhadap lembaga keuangan. Turunnya reputasi bisa disebabkan
oleh faktor pengalaman ataupun ketokohan
3. Risiko strategis : risiko karena pelaksanaan strategi yang kurang baik, karena
pengambilan keputusan yang kurang baik, kurangnya respons terhadap perubahan
eksternal
4. Risiko Kepatuhan : risiko kegagalan bank patuh terhadap hukum, peraturan, dan
perundangan yang berlaku