Anda di halaman 1dari 90

MODUL 2.

2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

0|
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

MODUL 2.2
Sistem Endokrin, Kardiovaskuler dan Respirasi
PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WAHID HASYIM


SEMARANG

1|
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

TIM PENYUSUSUN RANCANGAN PEMBELAJARAN SEMESTER


MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER RESPIRASI DAN ENDOKRIN

Kordinator Modul : dr. Sri Mastuti M.Biomed


Penyusun Modul
Narasumber : dr. Sudaryanto, MPd.Ked
dr. Endang Ambarwati, SpKFR (K)
dr. Yushila Meyrina, M.Si, SpGK
dr. Akhmad Ismail, Msi Med
dr.Yosef Purwoko, SpPD, M.kes
Dr. dr. Hardian
Drs.Med. Muhammad Wadjdi, PAK (K)
Fasilitator MEDU : dr. Sudaryanto, MPd.Ked
Dosen sebagai narasumber :
Ilmu Anatomi : Drs.Med. Muhammad Wadjdi, PAK (K)
Ilmu Histologi : Dr.dr. Neni S Msi
dr. Akhmad Ismail, Msi Med
dr. Desy Armalina, Msi.Med
dr. Farmaditya Msi Med PhD
Ilmu Fisiologi : dr. Endang Ambarwati, SpKFR (K)
dr.Yosef Purwoko, SpPD, M.kes
Dr. dr. Hardian
Ilmu Biokimia : Siti Nur Chasanah,S.Si.M.Sc
Dosen sebagaitutor : dr. Sudaryanto, M.Pd.Ked
dr. Aslani Threestiana Sari, Sp.P., M.Kes
dr. Rahmayanti, M.Med
dr. Joko satrio,M.K.M
dr. Widi fatmawati, S.POG
dr. Dian Inayati M.Kes
dr. Sri Mastuti M.Biomed
dr. Yustiana Arie, M.Biomed
dr. Naela Fadhila, M.Kes
dr. Yustina Arie, M. Biomed
dr. Putri azalia
dr. Fatinah
dr. Ahmad muhyi
dr. Penggalih mahardika herlambang, M. Com
dr. Rido muid riambodo, M.KM
dr. Dian Rudy Yana
Siti Nur Chasanah,S.Si.M.Sc
SM. Bakti Pertiwi, SKM.,M.Kes
Aditya naufal pribadhi, S.Si, M.Si
Imam arief mindiono, S.Ked, M.Kes
2|
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

Tim sebagai instruktur : dr. Sudaryanto, M.Pd.Ked


dr. Aslani Threestiana Sari, Sp.P., M.Kes
dr. Rahmayanti, M.Med
dr. Joko satrio,M.K.M
dr. Widi fatmawati, S.POG
dr. Dian Inayati M.Kes
dr. Sri Mastuti M.Biomed
dr. Yustiana Arie, M.Biomed
dr. Naela Fadhila, M.Kes
dr. Yustina Arie, M. Biomed
dr. Putri azalia
dr. Fatinah
dr. Ahmad muhyi
dr. Penggalih mahardika herlambang, M. Com
dr. Rido muid riambodo, M.KM
dr. Dian Rudy Yana

Hak cipta dipegang oleh FK UNWAHAS


Dilarang mengutip, menyalin, mencetak, dan memperbanyak
isi buku dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari penulis/penerbit
Dicetak di Semarang, Indonesia

3|
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah memberi rahmat dan hidayahNya
kepada kami semua, dan atas berkahNya pula kami dapat menyusun Buku Panduan Panduan
DosenModul 2.2. Sistem Endokrin, Kardiovaskuler dan Respirasi .
Modul 2.2. Sistem Endokrin, Kardiovaskuler dan Respirasi ini diberikan pada semester 2
sistem pembelajaran pendidikan berbasis kompetensi di Perguruan Tinggi, khususnya di Fakultas
Kedokteran Universitas Wahid Hasyim. Metode pembelajaran dan penilian yang diterapkan
menggunkaan pendekatan SPICES untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
Metode pembelajaran dipilih dengan mempertimbangkan keaktifan mahasiswa dan mendorong
kemandirian dalam belajar.
Setelah selesai mengikuti Modul Sistem Endokrin, Kardiovaskuler dan Respirasi ini,
mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan struktur dan fungsi normal Sistem
Endokrin, Kardiovaskuler dan Respirasi disertai dengan keterampilan klinik pemeriksaan terkait
sistem saraf pusat dan sistem saraf umum, yang akan berguna untuk menyelesaikan
pendidikan kedokteran.

Semarang, 27 Maret 2018

Bagian Pendidikan Kedokteran


Fakultas Kedokteran Universitas Wahid Hasyim

4|
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

DAFTAR ISI

Halaman Judul
Tim Penyusun 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
Tata tertib Laboratorium Keterampilan Klinis 4
Capaian pembelajaran 5
Kompetensi Keterampilan Klinik Modul 7
Level kompetensi 7
Karakteristik mahasiswa 10
Metode Pembelajaran 10
Metode Evaluasi 10
1. Keterampilan Anamnesa dengan keluhan sesak
2. Keterampilan Anamnesa dengan keluhan gangguan endokrin / tiroid
3. Keterampilan Pemeriksaan fisik jantung
4. Keterampilan keterampilan Pemeriksaan fisik paru torax depan
5. Keterampilan Pemeriksaan fisik kelenjar tiroid
6. Keterampilan Pemasangan dan pelepasan APD
7. Keterampilan swab tenggorok
8. Keterampilan tes gula darah
9. Keterampilan membaca X- Ray jantung
10. Keterampilan pemeriksaan paru torak belakang

5|
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

TATA TERTIB LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WAHID HASYIM

A. TATA TERTIB UMUM


1. Mahasiswa wajib mengenakan id card, bila tidak mengenakan dilarang mengikuti kegiatan
keterampilan klinis
2. Mahasiswa wajib memakai jas lab yang rapi, bersih, tidak kumal, serta kancing lengkap dan
dikancingkan rapi
3. Mahasiswa tidak boleh memakai kaos oblong dan sandal
4. Kuku tidak boleh panjang dan tidak diperbolehkan memakai cat kuku
5. Mahasiswa wajib mempunyai buku panduan keterampilan klinik dan mempelajarinya sebelum
kegiatan keterampilan berlangsung
6. Mahasiswa wajib hadir di laboratorium keterampilan klinik tepat pada waktunya, toleransi
maksimal 10 menit bila lebih dari 10 menit mahasiswa tetap boleh mengikuti kegiatan
keterampilan klinik namun tidak boleh mengisi daftar hadir
7. Apabila sakit / ijin sehingga tidak bisa mengikuti kegiatan keterampilan klinik maka harus
menyerahkan surat sakit / ijin paling lambat 2 x 24 jam sejak ketidakhadiran
8. Mahasiswa yang berhalangan hadir dengan alasan yang jelas dapat mengikuti kegiatan
keterampilan pada hari yang lain dengan meminta ijin terlebih dahulu sebelumnya pada
Koordinator Keterampilan Klinik
9. Tidak boleh menukar jadwal kegiatan tanpa seijin dari Koordinator Keterampilan Klinik
10. Selama kegiatan keterampilan klinik berlangsung dilarang keluar ruangan tanpa seijin instruktur
/ fasilitator
11. Dilarang memindahkan alat-alat atau manekin ke ruangan lain
12. Apabila merusak alat –alat atau manekin, maka wajib mengganti kerusakan tersebut.

B. TATA TERTIB KEGIATAN MANDIRI


1. Kegiatan mandiri merupakan kegiatan terstuktur sehingga mahasiswa tetap harus hadir tepat
waktu dan melaksanakan kegiatan mandiri dengan sungguh-sungguh

6|
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

2. Mahasiswa diperbolehkan meminjam ruang dan peralatan laboratorium keterampilan klinik di


luar kegiatan yang terjadwal untuk berlatih mandiri dengan syarat melapor terlebih dahulu pada
petugas laboratorium dan wajib menjaga keutuhan dan kebersihan peralatan atau manekin
serta ketertiban laboratorium.

1. CAPAIAN PEMBELAJARAN LULUSAN DAN CAPAIAN PEMBELAJARAN MODUL


DOMAIN KODE CAPAIAN PEMBELAJARAN
LULUSAN MODUL
AFEKTIF A1 Bertakwa kepada Tuhan Menjelaskan hadist/tinjauan
Yang Maha Esa dan mampu agama yang berhubungan
menunjukkan sikap religius dengan panca indra dan berfikir.
A7 Taat hukum dan disiplin Taat pada peraturan akademik
dalam kehidupan dan tata tertib, serta disiplin
bermasyarakat dan selama proses pembelajaran
bernegara
A9 Menunjukkan sikap Bertanggung jawab untuk belajar
bertanggungjawab atas secara mandiri.
pekerjaan di bidang
keahliannya secara mandiri
KOGNITIF K2 Menerapkan prinsip-prinsip Mahasiswa mampu menjelaskan
ilmu Biomedik, ilmu fungsi normal organ Sistem
Humaniora, ilmu Kedokteran Endokrin, Kardiovaskuler dan
Klinik, dan IKM-KP yang Respirasi dengan menerapkan
berhubungan dengan pengetahuan struktur dan fungsi
prevensi masalah kesehatan organ yang terkait.
individu, keluarga, dan
masyarakat
K4 Menerapkan prinsip-prinsip  Mahasiswa menjelaskan peran
ilmu Biomedik, ilmu Sistem endokrin didalam
Humaniora, ilmu Kedokteran berbagai fungsi normal tubuh
Klinik, dan IKM-KP yang manusia, struktur makroskopis
berhubungan dengan dan histologi organ pada
terjadinya masalah Sistem endokrin
kesehatan individu, keluarga,  Menjelasakan fungsi
dan masyarakat Kardiovaskuler pada kondisi
normal struktur makroskopis
dan histologi organ pada
sistem Kardiovaskuler.
 Menjelasakan fungsi Respirasi
pada kondisi normal struktur
makroskopis dan histologi
organ pada sistem Respirasi
 Menjelasakan proses
biokimiawi yang berhubungan
dengan fungsi Sistem
Endokrin, Kardiovaskuler dan
7|
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

Respirasi.
KETERAMPILAN mampu menunjukkan kinerja Mampu melaksanakan proses
UMUM mandiri, bermutu dan terukur pembelajaran secara mandiri
mampu memelihara dan Mampu memelihara hubungan
mengembangkan jaringan baik dengan dosen, tenaga
kerja dengan pembimbing, kependidikan, dan sesama
kolega, sejawat baik di mahasiswa.
dalam maupun di luar
lembaganya;
mampu bertanggungjawab Menjadi moderator pada diskusi
atas pencapaian hasil kerja kelompok dan bertanggungjawab
kelompok dan melakukan terhadap pencapaian sasaran
supervisi dan evaluasi belajar kelompoknya.
terhadap penyelesaian
pekerjaan yang ditugaskan
kepada pekerja yang berada
di bawah tanggungjawabnya
mampu melakukan proses Melakukan evaluasi diri dan
evaluasi diri terhadap kelompok diskusi tutorial
kelompok kerja yang berada
dibawah tanggung jawabnya,
dan mampu mengelola
pembelajaran secara
mandiri;
mampu Menyebutkan sumber informasi
mendokumentasikan, yang digunakan untuk
menyimpan, mengamankan, mendukung pendapatnya baik
dan menemukan kembali secara lisan maupun tertulis.
data untuk menjamin
kesahihan dan mencegah
plagiasi.
Mampu mempresentasikan Mampu mempresentasikan
informasi ilmiah informasi ilmiah
KETERAMPILAN PK 15 Mampu melakukan dan  Anamnesa dengan keluhan
KHUSUS menginterpretasikan alo , sesak
hetero dan auto anamnesis  Anamnesa dengan keluhan
Pemeriksaan fisik umum dan gangguan endokrin
khusus pada masalah pasien  Pemeriksaan fisik jantung
 Pemeriksaan fisik paru
 Pemeriksaan fisik kelenjar
tiroid
Melakukan prosedur proteksi Menunjukkan kemampuan
diri dan orang lain melakukan prosedur proteksi diri
dan orang lain
Melakukan tindakan medis
preventif

8|
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

II. LEVEL KOMPETENSI

Tingkat kemampuan keterampilan klinik yang diharapkan dicapai oleh mahasiswa di akhir pendidikan
adalah :

Tingkat Kemampuan
Keterampilan Klinik
yang diharapkan
Anamnesa
1. Anamnesa dengan keluhan sesak 4A
2. Anamnesa dengan keluhan gangguan endokrin 4A
Pemeriksaan fisik : 4A
3. Pemeriksaan fisik jantung 4A
4. Pemeriksaan fisik paru 4A
5. Pemeriksaan fisik kelenjar tiroid 4A

Pembagian tingkat kemampuan menurut Piramid Miller :


Tingkat kemampuan 1 (Knows): Mengetahui dan menjelaskan
Lulusan dokter mampu menguasai pengetahuan teoritis termasuk aspek biomedik dan psikososial
keterampilan tersebut sehingga dapat menjelaskan kepada pasien/klien dan keluarganya, teman
sejawat, serta profesi lainnya tentang prinsip, indikasi, dan komplikasi yang mungkin timbul.
Keterampilan ini dapat dicapai mahasiswa melalui perkuliahan, diskusi, penugasan, dan belajar
mandiri, sedangkan penilaiannya dapat menggunakan ujian tulis.
Tingkat kemampuan 2 (Knows How): Pernah melihat atau didemonstrasikan
Lulusan dokter menguasai pengetahuan teoritis dari keterampilan ini dengan penekanan pada clinical
reasoning dan problem solving serta berkesempatan untuk melihat dan mengamati keterampilan
tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung pada pasien/masyarakat. Pengujian
keterampilan tingkat kemampuan 2 dengan menggunakan ujian tulis pilihan berganda atau
penyelesaian kasus secara tertulis dan/atau lisan ( oral test).
Tingkat kemampuan 3 (Shows): Pernah melakukan atau pernah menerapkan di
bawah supervisi
Lulusan dokter menguasai pengetahuan teori keterampilan ini termasuk latar belakang biomedik dan
dampak psikososial keterampilan tersebut, berkesempatan untuk melihat dan mengamati keterampilan
tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung pada pasien/masyarakat, serta berlatih

9|
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

keterampilan tersebut pada alat peraga dan/atau standardized patient. Pengujian keterampilan tingkat
kemampuan 3 dengan menggunakan Objective Structured Clinical Examination (OSCE) atau Objective
Structured Assessment of Technical Skills (OSATS).

Gambar . Tingkat kemampuan menurut Piramida Miller dan alternatif cara mengujinya
pada mahasiswa. Dikutip dari Miller (1990), Shumway dan Harden (2003).

Tingkat kemampuan 4 (Does): Mampu melakukan secara mandiri


Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilannya tersebut dengan menguasai seluruh teori,
prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi, dan pengendalian komplikasi. Selain
pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan
menggunakan Workbased Assessment misalnya mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

4A. Keterampilan yang dicapai pada saat lulus dokter


4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internsip dan/atau
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB)
Dengan demikian di dalam Daftar Keterampilan Klinis ini tingkat kompetensi tertinggi adalah 4A.

10 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

KARAKTERISTIK MAHASISWA KETERAMPILAN KLINIK 2.2

Mahasiswa peserta praktikum klinik Modul 2.2 merupakan mahasiswa semester 1 tahun
Pertama Fakultas Kedokteran. Mahasiswa telah melalui Praktikum Klinik Modul 1.1 Modu 1.2 Modul
1.3 dan Modul 2.1

METODE PEMBELAJARAN
 Kuliah Pengantar (konseptualisasi)
 Visualisasi (audiovisual, demonstrasi)
 Verbalisasi
 Practice (role play peer group)
 Feedback (peer group, instruktur)
 Latihan mandiri

METODE EVALUASI
 Umpan balik dari Instruktur dan sesama mahasiswa
 Objective Structured Clinical Examination (OSCE)

11 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

ANAMNESA KELUHAN SESAK

Sesak napasmerupakan keluhan subyektif (keluhan yang dirasakan oleh pasien)


berupa rasa tidak nyaman, nyeri atau sensasi berat, selama proses pernapasan. Pada sesak
napas, frekuensi pernapasan meningkat di atas 24 kali per menit. Sesak napas merupakan
gejala dari suatu penyakit serius yang tidak boleh diremehkan karena dapat menyebabkan
kematian. Oleh karena itu harus dicari penyebab awal dan segera diatasi.
Sesak napas dapat digolongkan menjadi 2 kelompok besar berdasarkan penyebabnya, yaitu
organik (adanya kelainan pada organ tubuh) dan non organik (berupa gangguan psikis yang
tidak disertai kelainan fisik). Sesak napas organik tidak hanya disebabkan oleh kelainan organ
pernapasan, tetapi penyakit pada organ seperti jantung dan ginjal pun dapat menyebabkan
terjadinya keluhan sesak napas. Selain karena kelainan organ, penyakit karena gangguan
metabolisme pada kelainan ginjal, jantung, paru, dan kelainan metabolisme lainnya seperti
diabetes, dapat pula menimbulkan sesak napas.
Sesak napas karena kelainan saluran pernapasan paling sering ditemukan
pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Penyakit ini disebabkan oleh proses
peradangan paru dan ditandai dengan gangguan aliran udara dalam saluran pernapasan yang
bersifat irreversible (tidak dapat kembali kekeadaan semula). Gejala lain yang menyertai
adalah batuk lama (kronik) yang berdahak. Faktor resiko tonggi untuk menderita penyakit ini
adalah perokok, usia di atas 40 tahun, sering terpapar debu dan zat kimia dalam jumlah
banyak. Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu roentgen dada, tes fungsi paru dengan
spirometri, pemeriksaan dahak (sputum), dan analisa gas darah. Cara menangani penyakit ini
adalah segera berhenti merokok pada orang perokok, mengkonsumsi obat-obatan pelega
pernapasan (bronkodilator), antiradang seperti pada golongan steroid, dan antibiotik untuk
mengatasi infeksi.

Sesak napas pada asma muncul saat saluran pernapasan (bronkus) mengalami
peradangan dan menyempit. Gejalanya berupa sesak napas yang disertai bunyi napas
tambahan yang tidak normal seperti suara bersiul yang kasar, biasa disebut mengi (wheezing).
Gejala lainnya adalah batuk dan nyeri dada. Orang yang mempunyai riwayat asma dalam
keluarga memiliki rasiko tinggi untuk menderita penyakit ini. Selain itu pada bayi lahir
dengan berat badan kurang dari 2,5 kg dan orang yang sering terpapar asap rokok, zat kimia
dan polusi udar pun juga beresiko tinggi terkena asma. Pemeriksaan dilakukan dengan tes

12 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

fungsi paru dengan spirometri dan peak flow meter. Asma tidak dapat disembuhkan tapi
dapat dicegah dengan menghindari hal-hal yang dapat memicunya jadi harus diketahui pasti
zat yang dapat merangsang serangan asma. Pada saat serangan, pasien diberi obat pelega
seperti ipratropium.

Penyakit infeksi paru seperti pneumonia, TBC, flu babi, dan flu burung sering disertai
dengan gejala sesak napas. Selain itu pasien juga akan mengalami demam, batuk, nyeri dada,
dan badan lemas. Pada seseorang yang memiliki kekebalan tubuh rendah seperti penderita
HIV-AIDS, beresiko tinggi terkena penyakit infeksi paru. Bayi dan orang berusia 65 tahun,
perokok, dan orang yang sering bepergian ke negara dengan angka kejadian kasus flu babi
(influenza A/H1N1) yang tinggi, juga beresiko tinggi mengalami infeksi paru. Pemeriksaan
utama yang dilakukan untuk kepastian kuman penyebab yaitu dengan pemeriksaan dahak
(sputum). Foto roentgen dada dan pemeriksaan laboratorium darah digunakan untuk
menegakkan diagnosis. Terapi dan obat yang diberikan tergantung dari penyebab infeksi paru
tersebut. Jika penyebabnya bakteri maka akan diberikan antibiotik, dan bila disebabkan oleh
virus maka akan diberikan antivirus. Lama pengobatan bervariasi, tergantung penyebab dan
kondisi pasien.

13 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

ANAMNESA KELUHAN SESAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG

Nama :
NPM :
TTD :

PENILAIAN KETERAMPILAN ANAMNESA KELUHAN SESAK

NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1. Memberi salam      
2. Memperkenalkan diri      
3. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan

4. Meminta persetujuan pasien      


5 Menanyakan sejak kapan sesak nafas dirasakan
Menanyakan apakah sesak muncul secara tiba-tiba atau
6
perlahan
7 Menanyakan kapan terasa sesak
8 Menanyakan faktor yang memperburuk terjadinya sesak
9 Menanyakan faktor yang memperingan sesak
10 Selain sesak apa keluhan yang dirasakan
Riwayat batuk lama, berdahak, keringat malam, penurunan
11
berat badan
12 Riwayat merokok
13 Riwayat keluarga :Asma , TBC , Hipertensi
14 Mengucapkan salam dan terimakasih

14 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

Keterangan ;
0 : tidak dilakukan sama sekali
1 : dilakukan tapi kurang sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna

Jumlah 100
Nilai : x =
28 %

Semarang, ………………………………………… Mengetahui,


Penilai Koordinator Skills Lab

( ) ( )

15 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

ANAMNESA KELUHAN DENGAN GANGGUAN ENDOKRIN (TIROID)

Hipertiroid juga dapat dibedakan antara klinis jelas (overt) dan klinis tidak jelas
(subklinis). Hipertiroid klinis (atau tirotoksikosis) disifatkan dengan peningkatan kadar T3
dan T4 serum dan penurunan kadar TSH serum. Penyebab tersering adalah penyakit Graves,
menurut nama dokter yang pertama menjelaskan penyakit ini pada tahun 1835 dengan trias
pembesaran kelenjar tiroid (goiter), jantung berdebar-debar (palpitasi) dan mata menonjol
(eksoftalmus). Penyakit ini disebabkan oleh produksi antibodi ter-hadap reseptor TSH, yang
merangsang pembentukan hormon tiroid berlebih. Tirotoksikosis berat dapat menyebabkan
dekompensasi, thyroid storm, ditandai demam, takikardia, hipertensi, kelainan
gastrointestinal dan neurologis yang dapat diikuti gagal jantung kongestif, hipotensi dan
renjatan dengan akibat fatal. Usia paling rawan terkena penyakit ini 20-49 tahun, puncak pada
60–69 tahun pada studi di Swedia. 
Penyebab dan mekanisme patogenesis Hipertiroid 

Kelasifikasi penyebab Mekanisme patogenesis


Produksi lebih hormon tiroid : Penyakit
 
Graves Goiter multinodular toksik Adenoma
Antibodi merangsang TSH-R [TSH-R(stim)
folikular Penyakit hipotalamus Tumor sel
Ab] Hiperfungsi otonom Hiperfungsi
germinal (mola hidatidosa, koriokar-
otonom Produksi lebih TRH Stimulasi HCG
sinoma)
  Metastasis fungsional
Karsinoma tiroid folikular metastasis
Kerusakan kelenjar tiroid : Tiroiditis  
limfositik Tiroiditis granulomatosa Penglepasan hormon simpan Penglepasan
(subakut) hormon simpan Penglepasan hormon
Tiroiditis Hashimoto simpan selintas
Lain-lain :  
Tirotoksikosis medikamentosa Makan hormon tiroid eksogen berlebih
 

Temuan klinis pada Hipertiroid (Tirotoksikosis)

Gejala Kewaspadaan, emosi labil, gelisah, mudah terangsang Konsentrasi


16 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

terganggu , Otot lemah, mudah lelah


Palpitasi (debar jantung mencepat)Selera makan meningkat, berat badan
menurunDefekasi (b.a.b.) seringTidak tahan panas
Hiperkinesia, bicara cepat.kelemahan otot proksimal (kuadriseps), tremor
halus,Kulit halus, basah; rambut halus, banyak; kuku pecah (onikolisis)
Tanda Gerak kelopak mata lamban (lid lag), menatap, kemosis, edema
periorbital (sekitar mata), mata melotot (proptosis) Bunyi jantung I keras,
denyut cepat (takikardia), fibrilasi atrial,
TSH serum menurun Tiroksin bebas, T4 dan T3 serum, T3 resin atau T4
uptake, free thyroxine index semua meningkat Ambilan Yodium
Laboratorium radioaktif oleh kelenjar tiroid meningkat  Basal metabolic rate (BMR)
meningkat 
Kadar kolesterol serum menurun

Pada hipertiroid subklinis didapatkan kadar rendah TSH dengan T3 dan T4 normal
(biasanya normal tinggi, dekat batas atas rentang rujukan) sedangkan gejala klinis tiada atau
sedikit / tidak nyata. Keadaan ini mencerminkan adanya pengurangan produksi dan sekresi
TSH sebagai respons terhadap peningkatan ringan hormon tiroid yang masih dalam rentang
rujukan sebe-lum klinis nyata. Dapat dibedakan antara yang endogen, misalnya berkaitan
dengan penyakit Graves atau goiter nodular, dan yang eksogen, berkaitan dengan pengo-
batan levothyroxine. 
Pembesaran kelenjar tiroid
Pembesaran kelenjar tiroid (goiter) dapat merata (difuse) atau nodular, tunggal atau banyak
(multinodular). Goiter biasanya disebabkan rangsangan berkepanjangan oleh TSH atau zat
serupa TSH (TSH-like agent) baik pada hipotiroid (misalnya tiroiditis Hashimoto) maupun
hipertiroid (penyakit Graves, tumor sel germinal, adenoma hipofisis), dan dapat pula pada
keadaan eutiroid. Penyebab tersering adalah defisiensi yodium. Jadi berdasarkan klinis dan
dasar patogenesisnya apakah ada kaitan inflamasi atau keganasan dapat dibedakan antara
goiter toksik dan yang non toksik.

Penyebab dan mekanisme patogenesis Goiter


17 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

Kelasifikasi penyebab Mekanisme patogenesis


Goiter dengan hipotiroid atau
eutiroid   
Defisiensi yodium Kelebihan yodium Gangguan biosintesis hormon Hambatan (block)
Goitrogen dalam makanan-minuman sekresi hormon Gangguan biosintesis hormon
Pengobatan goitrogenik Litium Gangguan biosintesis hormon Hambatan (block)
Gangguan congenital (banyak jenis) sekresi hormon (Banyak jenis gangguan
Resistensi hipofisis dan perifer biosintesis hormon) Gangguan reseptor (?)
terhadap hormon tiroid
 
Goiter dengan hipertiroid
Rangsangan oleh TSH-R[stim]Ab Hiperfungsi
Penyakit Graves Goiter multinodular
otonom Rangsangan oleh HCG Produksi lebih
toksik Tumor sel germinal Adenoma
TSH Pembesaran oleh karena "jejas", infiltrasi
hipofisisTiroiditis
dan edema

18 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

ANAMNESA KELUHAN DENGAN GANGGUAN ENDOKRIN (TIROID)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG

Nama :
NPM :
TTD :

PENILAIAN ANAMNESA KELUHAN GANGGUAN TIROID

NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1. Memberi salam      
2. Memperkenalkan diri      
3. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan

4. Meminta persetujuan pasien      


Menanyakan apakah terjadi penurunan berat badan tanpa
5
alasan jelas
6 Apakah merasakan perasaan cemas
7 Apakah mengalami kesulitan tidur
8 Apakah konsentrasi anada terganggu
Apakah anda berkeringat secara berlebihan dan sensitif
9
terhadap suhu panas
10 Apakah libido anda menurun
11 Apakah otot anda terasa mudah lemas
12 Apakah anda merasa kelenjar tiroid membesar
13 Apakah anda merasa bola mata lebih menonjol
Apakah ada riwayat keluarga anda yang memiliki keluhan
14
yang sama
15 Apakah sudah pernah diobati?
16 Apakah Ibu pernah ada riwayat sakit gondok?
Bagaimana dengan pola makan sehari-hari? Berapa kali
17 sehari? Setiap makan bagaimana porsinya?

18 Apakah mengkonsumsi alkohol atau merokok?


19 Apakah Ibu sering berolahraga secara rutin dan teratur
seperti jalan atau lari?
19 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

20 Mengucapkan salam dan terimakasih

Keterangan ;
0 : tidak dilakukan sama sekali
1 : dilakukan tapi kurang sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna

Jumlah 100
Nilai : x =
40 %

Semarang, ………………………………………… Mengetahui,


Penilai Koordinator Skills Lab

( ) (
)

20 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

PEMERKSAAN FISIK JANTUNG

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI TORAKS


Pelajarilah kembali anatomi dinding dada dan kenalilah struktur yang terdapat pada
gambar di bawah ini.

Gambar 1. Anatomi toraks

Dalam mendiskripsi hasil pemeriksaan toraks, kita perlu menghitung kosta beserta
spatium interkostalis dengan benar. Angulus stemalis adalah petunjuk yang baik. Untuk
menemukannya, temukanlah dahulu fosa suprastermalis, kemudian gerakan jari anda ke
bawah kurang labih 5 cm, untuk sampai pada
tonjolan tulang horizontal yang
menghubungkan manubrium sterni dengan
korpus sterni. Kemudian gerakan jari anda ke
lateral untuk menemukan kosta kedua
spatium interkostalis. Dengan menguunakan
dua jari, anda dapat menyelusuri kosta ke
bawah secara miring ke lateral. Kenalilah 8
buah kartilago kosta yang melekat pada
sternum. Kartilago kosta ke 8, 9 dan ke 10

Gambar 2. Kartilago kosta

21 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

menempel pada kartilago kosta di atasnya, sedangkan kartilago kosta ke 11 dan 12


berujung bebas.
Pada dinding posterior dada, kosta ke 11 dan ke 12 dapat menjadi titik awal untuk
menghitung kosta dan spatium interkostalis. Biasanya ini menolong untuk
mendiskripsikan kalianan pada dada bagian bawah, tetapi dapat menolong juga apabila
penghitungan dari depan tidak memuaskan atau meragukan. Mula-mula dengan satu jari
tangan, ke kanan tepi bawah kosta kea rah dalam dan atas, temukanlah kosta ke 12
kemudian merambat ke atas pada spatium interkostalis secara miring ke atas dan
melingkar ke posterior dinding dada.
Selain itu, ada juga tanda-tanda tulang lain yang dapat dipakai sebagai patokan.
Angulus interior scapula biasanya terletak pada level yang sama dengan kosta ke 7.
Lokasi kelainan dapat juga disebut dengan menggunakan letak prosesus spinosus
vertebra. Pada waktu seorang menundukkan kepala, maka prosesus spinosus yang paling
menonjol adalah prosesus spinalis vertebra servikalis 7 dan torakal 1. Prosesus spinalis di
bawahnya dapat dikenali dan dihitung terutama apabila vertebra dalam keadaan fleksi.
Selain itu hasil pemeriksaan dapat dilokalisir menurut garis imajiner yang ditarik pada
dinding dada.

Gambar 3. Dinding anterior dan posterior toraks

Selain itu terdapat termiologi lain yang biasa dipakai misalnya supraklavikula (di
atas klavikula), infrakavikuler (di bawah klavikula), interskapula (di antara dua skapula)
dan infraskapula ( di bawah scapula).
22 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

Gambar 4. Garis imajiner toraks (a) anterior, (b) lateral, (c) posterior

B. PROYEKSI JANTUNG DAN PEMBULUH


DARAH BESAR PADA DADA.
Pada umumnya jantung diperiksa pada dinding
depan dada. Sebagian besar dari permukaan depan
jantung disusun oleh vebtrikel kanan. Ventrikel ini
bersama dengan arteri pulmonalis merupakan suatu
bentuk baji yang terletak di belakang dan di sebelah kiri
sternum. Batas bawah ventrikel kanan terletak setinggi perbatasan antara sternum dengan
processus xiphoideus. Ventrikel kanan kemudian menyempit ke atas dan bersatu dengan
arteri pulmonalis pada daerah kartilago kosta ke3 kiri di dekat sternum.
Ventrikel kiri yang hanya menyusun sebagian kecil dari permukaan depan jantung
terletak di sebelah kiri dan di belakang ventrikel kanan. Ventrikel kiri5. ini
Gambar penting
Proyeksi jantungsecara

klinis, karena merupakan batas kiri jantung dan menentukan iktus kordis. Iktus kordis ini
adalah suatu denyut sistolik yang biasanya ditemukan pada spatium interkosta ke 5, atau
kira-kira 7-9 cm dari linea midsternalis kiri. Batas kanan jantung disusun loeh atrium
kanan. Atrium kiri terletak di belakang dan tidak dapat diperiksa secara langsung.
Walaupun demikian sebagian kecil dari atrium ini membentuk sebagian dari batas kiri
jantung dengan arteri pulmonalis dan ventrikel kiri.
Di atas jantung terdapat pembuluh darah besar arteri pulmonalis, bercabang menjadi
cabang kanan dan kiri. Aorta melengkung ke atas dari ventrikel kiri di daerah angulus
sternalis, kemudian melengkung ke belakang dan ke bawah. Di sebelah kanan terdapat
vena kava superior yang masuk ke atrium kanan. Vena kava inferior juga masuk ke
atrium kanan. Vena kava superior dan inferior mambawa darah vena dari bagiantubuh
atas dan bawah.

23 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

Gambar 6. Anatomi jantung

C. SIKLUS JANTUNG
Apabila tekanan di dalam ventrikel kiri selama siklus jantung diukur, maka akan
didapat hasil seperti gambar di bawah ini. Selama fase sistolik, ventrikel berkontraksi
sehingga menyebabkan kenaikan tekana mendadak yang kemudian diikuti oleh kenaikan
tekanan darah. Pada waktu tekanan relaks selama fase diastolic, tekanan turun sampai
hamper nol. Pada akhir diastolic, terdapat sedikit kenaikan tekanan yang disebabkan
sedikit darah yang masuk ke ventrikal karena kontraksi atrium.
Ingat bahwa selama fase sistolik, katup aorta terbuka, diikuti pancaran darah dari
ventrikel ke aorta. Sedangkan katup mitral
tertutup, untuk mencegah agare tidak menjadi
regurgitasi darah dari aorta ke ventrikel kiri.
Hubungan antaran tekanan di dalam ketiga
ruang tersebut (atrium kiri, ventrikel kiri, dan
aorta), bersama dengan posisi dan gerakan
Gambar 7. Siklus jantung
dari katup-katup merupakan hal yang penting
untuk memahami suara jantung.
Selama diastolic, tekanan di dalam atrium kiri yang terisi darah sedikit lebih tinggi
dari pada tekanan di dalam ventrikel kiri, sehingga darah mengalir dari atrium kiri ke

24 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

venrtikel kiri melalui katup mitral yang terbuka. Sesaat sebelum mulainya fase sistolik,
kontraksi atrial menyebabkan sedikit kenaikan tekanan pada kedua ruang ini.
Pada waktu ventrikel mulai berkontraksi, tekanan di dalamnya dengan tiba-tiba
meningkat melebihi tekanan atrial, sehingga menyebabkan katup mitral tertutup.
Penutupan katup mitral ini yang menyebabkan suara jantung pertama(S1).
Pada waktu tekanan di dalam ventrikel terus bertambah, tekanan menjadi lebih besar
dari pada tekanan diastolik di aorta, menyebabkan terbukanya katup aorta. Membukanya
katup aorta tidak selalu terdengar, tetapi pada beberapa keadaan patogolis, suara ini
terdengar disertai oleh suara pancaran dari awal sistolik.
Pada waktu ventrikel memompakan sebagian besar darahnya, tekanan ventrikel
menjadi turun. Pada waktu tekanan ventrikel berada di bawah tekanan aorta, katup aorta
menutup. Menutupnya katup aorta ini menyebabkan timbulnya suara jantung kedua (S2).
Ketika tekanan di dalam ventrikel terus menurun selama selaksasi ventrikel sehingga
lebih rendah dari pada tekanan aorta, katup mitral akan terbuka. Biasanya ini tidak
terdengar, tetapi kadang-kadang terdengar sebagai opening snap pada keadaan stenosis
mitralis. Periode berikutnya adalah pengisian darah ke ventrikel dengan cepat pada waktu
awal diastolic dimana darah mengalir dari atrium ke ventrikel. Pada anak-anak atau
dewasa muda suara ini bias terdengar sebagai suara jantung ketiga (S3). Akhirnya
walaupun tidak terdengar pada dewasa normal, suara jantung ke empat menandai
kontraksi atrium. Suara ini sedikit mendahului suara jantung pertama.

D. TEKNIK PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG


Bertujuan untuk mendapatkan kesan dari bentuk dan fungsi dari dada dan alat-alat
dalam yang ada di dalam dada dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
1. Penderita diminta menanggalkan baju.
2. Posisi penderita dapat duduk, berdiri atau berbaring sesuai pemeriksaan yang akan di
lakukan.
3. Berikan penjelasan kepada penderita pemeriksaan apa yang akan anda lakukan.
4. Setiap catatan yang akan dibuat harus dijelaskan, pemeriksaan dilakukan dari depan,
samping atau belakang.
5. Pemeriksaan meliputi:
o Dinding dada
o Jantung
25 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

INSPEKSI
1. Bentuk dada
o Pada orang dewasa normal perbandingan diameter transversal terhadap diameter
anteroposterior adalah 2 : 1 dan simetris
o Perhatikan adanya bentuk abnormal dada akibat kelainan jantung misalnya pada
pectus carinatum dimana terlihat penonjolan setempat yang lebar di daerah
prekordium diantara sternum dan apeks kordis
2. Pulsasi
o Pulsasi iktus kordis mudah terlihat pada orang dewasa normal yang kurus, yaitu
di ruang sela iga 5 sedikit sebelah medial dari garis midklavikula kiri, sesuai
dengan letak apeks jantung. Diameter daerah pulsasi ± 2 cm dengan punktum
maksimum di tengah-tengah daerah tersebut. Jika letak iktus kordis tersebut
menggeser ke kiri dan lebih melebar, maka dapat diduga adanya pembesaran
ventrikel kiri ke lateral.
o Kadang-kadang pada orang yang kurus dapat ditemukan retraksi sistolik di bagian
lain daerah prekordinal. Hal ini dsebabkan letak jantung yang sangat berdekatan
dengan dinding toraks, sehingga pada saat sistolik ventrikel kanan menguncuo
sambil mengadakan putaran kedalam. Hal ini akan menarik sebagian dinding
toraks di daerah prekordium.
o Iktus kordis negatif : saat sistolik terjadi retraksi ke dalam dan pada diastolik
terjadi pulsasi keluar, misalnya pada perikarditis adhesive.
o Pulsasi yang tidak normal:
 Pulsasi di sela iga 3 kiri : dilates arteri pulmonalis (Ductus Botali persistent),
aneurisma arteri pulmonalis
 Pulsasi di daerah lekuk supra sternum : kuatnya denyut aorta atau meningginya
tekanan di dalam aorta
 Pulsasi pada sela iga 4 di garis sternum atau di epigastrium : hipertrofi
ventrikel kanan
 Pulsasi sistolik pada sela iga terbawah, dapat dilihat di bagian samping dan
belakang dinding toraks sampai sela iga 11 di garis aksilaris posterior :
perikarditis adhesive, hipertrofi jantung
 Pulsasi arteri interkostalis di daerah punggung : stenosis istmus aorta

26 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

 Pulsasi pada leher bawah dekat scapula : koarktasio aorta yang berat
PALPASI
1. Pulsasi iktus kordis
Kadang-kadang dengan cara inspeksi iktus kordis ini sulit ditentukan, namun dengan
palpasi dapat ditentukan lokasi, luas, frekuensi dan kualitas dari pulsasi tersebut
2. Ventricular heaving
Gambar 8. Pulsasi iktus kordis
Pulsasi yang bersifat menggelombang, terdapat
pada keadaan beban diastolik yang meningkat,
misalnya insufisiensi mitral (diraba di daerah
ventrikel kiri), aneurisma ventrikel
3. Ventricular lift
Pulsasi yang lebar dan bersifat pukulan-pukulan
serentak, terdapat pada peningkatan beban sistolik
ventrikel kanan, misalnya pada stenosis mitral dengan hipertensi pulmonal dapat
teraba di daerah ventrikel kanan
4. Pericardial friction rub
Gesekan pericardial di daerah perikordium, yang teraba sebagai gesekan atau fremitus
yang sinkron dengan denyut jantung dan tidak berubah menurut pernafasan,
misalnya : perikardirtis fibrinosa
5. Thrill
Getaran atau vibrasi yang terdapat pada kelainan katup, disebabkan oleh aliran
turbulen yang kasar dalam jantung atau dalam pembuluh-pembuluh
PERKUSI
Bertujuan untuk menentukan besar dan bentuk jantung
1. Batas jantung kanan : normalnya terletak di antara garis midsternum dan
sternum kanan. Bila batas ini terdapat di sebelah kanan garis sternum kanan,
dapat disebabkan oleh pembesaran atrium atau ventrikel kanan
2. Batas jantung kiri : normalnya terletak sedikit sebelah medial dari garis
midklavikula kiri. Bila batas ini terdapat di sebelah kiri garis midklavikula kiri,
dapat disebabkan oleh pembesaran ventrikel kiri.
3. Batas atas jantung (pinggang jantung) : normalnya terletak di ruang sela iga kiri.
Bila letaknya lebih ke atas, dapat disebabkan oleh pembesaran atrium kiri,
misalnya pada stenosis mitral
27 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

AUSKULTASI
Penderita dalam posisi berbaring dengan sudut 30˚.
o Penderita diminta bernapas biasa dan suasana rileks.
o Pusatkan perhatian pertama pada suara dasar jantung, baru perhatikan adanya
suara tambahan
o Mulailah auskultasi pada beberapa tempat
 Katup mitral : di ruang apeks (dengan corong stetoskop)
 Katup trikuspid : di ruang interkostal 4 dan 5 kiri kea rah sternum (dengan
corong)
 Katup aorta : di ruang sela iga 2 di tepi kanan sternum (dengan membran)
 Katup pulmonal : di ruang sela iga 2 di tepi kiri sternum (dengan membrane)
Gambar 9. Lokasi katup jantung
o Perhatikan irama dan frekuensi suara jantung
 Bedakan antara bunyi jantung sistolik dan diastolic
 Usahakan mendapat kesan intensitas suara jantung
 Perhatikan adanya suara-suara tambahan (gallop)
atau suara yang pecah
 Tentukan apakah bising (murmur) sistolik atau
diastolic
 Gabungkan auskultasi dengan kualitas pulsus
(denyut nadi) pada arteri radialis atau karolis
 Tentukan daerah penjalaran bising, dan tentukan titik maksiamalnya
 Catat hasil auskultasi
E. BUNYI JANTUNG
1. BUNYI JANTUNG I DAN II
1.1. BUNYI JANTUNG I (BUNYI SISTOLIK)
Katup mitral dan katup trikuspid tertutup secara serentak, dan pada saat yang
bersamaan katup aorta dan pulmonal terbuka serental. Keadaan ini akan
membentuk bunyi jantung pertama atau bunyi jantung sistolik.
1.2. BUNYI JANTUNG II (BUNYI DIASTOLIK)
Katup aorta dan pulmonal tertutup secara serantak, dan pada saat yang
bersamaan katup mitral dan trikuspid terbuka serentak. Keadaan ini akan
membentuk bunyi jantung kedua atau bunyi jantung diastolik.

28 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

2. BUNYI JANTUNG III DAN IV


2.1. BUNYI JANTUNG III (PROTODIASTOLIK GALLOP)
Bunyi jantung III dengan intensitas rendah kadang-kadang dapat terdengar
pada orang dewasa muda. BJ III ini dapat terdengar kurang lebih 0,015-0,017
detik sesudah BJ II. Bunyi jantung I, II dan III ini bersama-sama akan member
suara derap kuda, yang disebut gallop ryhtm. Namun bila intensitasnya keras
dapat menunjukan adanya gagal jantung. Bila gallop ini terdengar di apeks
menandakan gagal jantung kiri, dan bila terdengar dekat ujung sternum
menunjukan gagal jantung kanan.
2.2. BUNYI JANTUNG IV (ATRIAL GALLOP)
Bunyi jantung IV ini terjadi karena kontraksi atrium yang lebih kuat. BJ IV
dengan intensitas rendah kadang-kadang juga dapat terdengar pada orang dewasa
muda. Bunyi jantung ini dapat terdengar kurang lebih 0.8 detik sebelum BJ I. bila
intensitas bunyi jaunting IV ini keras atau intensitasnya rendah namun terjadi
pada orang tua, dapat menunjukan adanya gangguan pada jantung seperti blok
atrio-ventrikel, hipertensi sistemik atau infark miokard.
3. BISING JANTUNG
Bising jantung terjadi karena getaran di dalam jantung atau dalam pembuluh
darah besar. Bunyi ini diakibatkan oleh aliran darah yang melalui suatu penyempitan
(stenosis) atau akibat aliran darah balik yang abnormal (regurgitasi).
Dalam pemeriksaan bising jantung harus diperhatikan:
 Fase dimana bising ini terjadi, fase sistolik atau diastolic
 Intensitas dan nada bising
 Bentuk (tipe) bising dan lamanya bising
 Lokasi bising dengan punctum maximum-nya, serta arah penjalaran bising
 Apakah bising yang terdengar berubah-ubah menurut posisi badan atau
pernafasan
Intensitas (kerasnya) bising tergantung pada:
 Kecepatan aliran darah melalui tempat terbentuknya bising
 Banyaknya aliran darah melalui tempat terjadinya bising
 Beratnya kerusakan atau penyempitan daun katup

29 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

 Kepekatan darah
 Daya kontraksi miokardium

Berdasarkan American Heart Association (AHA) dikenal 6 macam derajat


intensitas bising jantung:
 Derajat 1 bising sangat pelan
 Derajat 2 bising cukup pelan
 Derajat 3 bising agak keras
 Derajat 4 bising cukup keras
 Derajat 5 bising sangat keras
 Derajat 6 bising sekeras-kerasnya bising

3.1. BISING JANTUNG SISTOLIK


Bising ini terjadi pada fase sistolik (diantara BJ I dan BJ II), sesudah BJ I. ada
2 macam tipe bising sistolik:
 Tipe ejeksi (ejection systolic), timbul akibat aliran darah yang dipompakan
melalui bagian menyempit dan mengisi sebagian fase sistolik, misalnya pada
stenosis aorta dimana bising tersebut mempunyai punctum maximum di daerah
aorta dan mungkin menjalar ke apeks kordis
 Tipe pansistolik (pansystolic), terjadi akibat aliran darah balik yang melalui
bagian jantung yang masih terbuka (seharusnya dalam keadaan tertutup pada
kontraksi jantung) dan mengisi seluruh fase sistolik. Pada insufisiensi mitral
bising tersebut mempunyai punctum maximum di apeks kordis dan menjalar ke
lateral bawah
3.2. BISING JANTUNG DIASTOLIK
Bising ini terjadi pada fase diastolic (diantara BJ II dan BJ I), sesudah BJ II.
Ada 2 macam tipe bising diastolic:
 Tipe middiastolik, timbul pada pertengahan fase diastolic, misalnya pada
stenosis mitral dimana bising tersebut mempunyai punctum maximum di apeks
kordis

30 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

 Tipe early diastolic, terdengar segera sesudah BJ II. Pada insufisiensi aorta
bising ini dapat terdengar di daerah basal sekitar kosta 2 linea sternalis dekstra.
Hal ini terjadi akibat aliran balik pada katup aorta
 Tipe presistolik, terdengar pada akhir fase diastolik tepat sebelum BJ I. Pada
stenosis mitral dapat dijumpai bising presistolik dengan punctum maximum di
apeks kordis

Gambar 11. Bising sistolik

Gambar 10. Fase sistolik dan diastolik

Gambar 12. Bising diastolik

31 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG

Nama :
NPM :
TTD :

PENILAIAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG

No SKOR
ASPEK YANG DINILAI
. 0 1 2
1. Memberi salam      
2. Memperkenalkan diri      
3. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan      
4. Meminta persetujuan pasien      
5. Mencuci tangan      
INSPEKSI
6 Memperhatikan bentuk dan ukuran dada      
7 Menentukan letak iktus kordis      
8 Melaporkan hasil pemeriksaan      
PALPASI
9 Menentukan letak iktus kordis      
10 Meraba adanya pulsasi atau vibrasi      
11 Melaporkan hasil pemeriksaan      
PERKUSI
12 Melakukan perkusi dengan teknik yang benar dan sistematis      
13 Menentukan batas jantung kanan      
14 Menentukan batas jantung kiri      
15 Menentukan pinggang jantung      
16 Melaporkan hasil pemeriksaan      
AUSKULTASI
Melakukan auskultasi pada iktus kordis menggunakan sisi corong (katup
17 mitral)      
18 Melakukan auskultasi pada sela iga 4 dan 5 di tepi kanan dan kiri sternum
menggunakan sisi corong (katup trikuspidal)      
19 Melakukan auskultasi pada sela iga 2 di tepi kanan sternum menggunakan
sisi diafragma (katup aorta)      
20 Melakukan auskultasi pada sela iga 2 di tepi kiri sternum menggunakan sisi
diafragma (katup pulmonal)      
21 Mengenali bunyi jantung I dan II dan membandingkan dengan arteri radialis      
22 Mengenali suara tambahan pada saat sistolik dan diastolik      
23 Melaporkan hasil pemeriksaan      
24 Membersihkan kedua tangan dengan cairan antiseptik      
25 Mengakhiri dengan hamdallah dan menutup dengan salam islami      

32 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

26 Mencuci tangan
27 Mengucapkan salam dan terimakasih

Keterangan ;
0 : tidak dilakukan sama sekali
1 : dilakukan tapi kurang sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna

Jumlah 100
Nilai : x =
54 %

Semarang, ………………………………………… Mengetahui,


Penilai Koordinator Skills Lab

( ) (
)

33 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

PEMERIKSAAN FISIK THORAX – PARU

1. ANATOMI DAN FISIOLOGI THORAX


Pelajarilah kembali anatomi dinding dada kenalilah struktur-struktur yang terdapat
pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Anatomi thorax

Dalam mendiskripsikan hasil pemeriksaan thorax, anda perlu dapat menghitung


kosta beserta spatium interkostalis dengan benar. Angulus sternalis adalah petunjuk yang
baik. Untuk menemukannya, temukanlah dahulu fosa suprasternalis, kemudian gerakan
jari anda ke bawah kurang lebih 5 cm, untuk sampai pada tonjolan tulang horizontal yang
menghubungkan antara manubrium sterni dengan korpus sterni. Kemudian gerkan jari
anda ke lateral untuk menemukan kosta kedua. Spatium interkostalis yang langsung
berada dibawahnya adalah spatium interkastalis kedua, dengan menggunakan dua jari
anda dapat menyelusuri kosta ke bawah secara miring ke lateral. Jangan menyelusuri tepi
sternum, karena didaerah ini kosta sangat rapat. Kenalilah bahwa 8 buah kartilago kosta
yang melekat pada sternum. Kartilago kosta ke 8, 9, dan ke 10 menempel pada kartilago
kosta diatasnya, sedangkan kartilago kosta ke 11 dan 12 berujung bebas.

34 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

Gambar 2. Kartilago Kosta

Pada dinding posterior dada, kosta ke 11 dan ke 12 dapat menjadi titik awal untuk
menghitung kosta dan spatium interkostalis. Biasanya ini menolong untuk mendiskripsi
kelainan pada dada bagian bawah, tetapi dapat menolong juga apabila penghitungan dari
depan tidak memuaskan atau meragukan. Mula-mula dengan satu jari tangan, ke kanan
tepi bawah kosta kearah dalam dan atas, temukanlah kosta ke 12 kemudian merambat ke
atas pada spatium interkostalis secara miring keatas dan melingkar kedinding depan dada
(Gambar 3.) posterior ddg dada. Selain itu, ada juga tanda-tanda tulang lain yang dapat
dipakai sebagai patokan. Angulus inferior scapulae biasanya terletak pada level yang
sama dengan kosta ke 7. Lokasi kelainan dapat juga disebut dengan menggunakan letak
prosesus spinosus dari vertebrae. Pada waktu seorang menundukan kepala, maka
prosesus spinosus yang paling menonjol adalah prosesus spinalis vertebrae servikalis ke
7. Apabila ada dua prosesus spinalis yang sama menonjol, mereka adalah milik vertebra
sevikal 7 dan torakal 1. Prosesus spinosus di bawahnya dapat dikenali dan dihitung
terutama apabila vertebra dalam keadaan fleksi. Selain itu, hasil pemeriksaan dapat
dilokalisir menurut garis imajiner yang ditarik pada dinding dada (Gambar 4a. dan 4b.)

35 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

Gambar 3. Dinding posterior thorax

Selain itu terdapat term lain yang biasa dipakai misalnya supraklavikuler (di atas
scapula), infraklavikuler (di bawah klavikula), interskapula (di antara dua scapula), dan
infra scapula.

Gambar 4a. Garis imajiner thorax anterior

Garis imajiner dinding thoraks anterior :


 Linea midsternalis : garis yang melewati tepat di tengah sternum, membelah
sternum secara bilateral dari atas ke bawah
 Linea sternalis dextra / sinistra : garis yang melewati tepat di tepi kanan / kiri
sternum

36 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

 Linea midclavikula dextra / sinistra : garis yang tepat di tengah-tengah panjang


clavicula (dari manubrium sterni sampai acromion) : pada laki-laki normal akan
melewati papilla mammae dextra / sinistra
 Linea parasternalis dextra / sinistra : garis yang terletak di antara garis sternalis
deztra / sinistra dengan garis midclavicula dextra / sinistra
 Linea axillaris anterior : garis perpanjangan lipatan ketiak bagian depan
 Linea axillaris media : garis perpanjangan bagian tengah / puncak (apex) axilla
 Linea axillaris posterior : garis perpanjangan lipatan ketiak bagian belakang
 Linea vertebralis : garis yang melewati tepat ditengah vertebrae (tulang
belakang). Melewati vertebrae secara bilateral dari atas ke bawah

Gambar 4b. Garis imajiner thorax posterior lateral

Pada waktu pemeriksaan thorax, ingatlah akan paru-paru beserta lobus-lobusnya. Lokasi
ini dapat di proyeksikan pada dinding dada. Kunci proyeksi lokasi ini terletak pada antara
lain :
- Apex paru terletak kurang lebih 2-4 cm di atas sepertiga medial klavikula.
- Batas bawah paru menyilang kosta ke 6 pada linea mid klavikula, dan menyilang
kosta ke 8 pada linea midaxilaris.
- Pada dinding belakang, batas bawah adalah pada level prosesus spinosus vertebra
thorakalis ke 10.
- Batas ini dapat turun sampai ke vertebra thorakalis ke 12 pada inspirasi dalam.
37 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

- Tiap paru secara garis besar dibagi dua oleh fisura yang oblik, menjadi lobus superior
dan lobus inferior. Pada dinding dada posterior, lokasi fisura oblik ini kira-kira sesuai
dengan garis oblig yang ditarik dari prosesus spinosus thorakalis ke 3 kebawah lateral.
Garis ini berdekatan dengan batas bawah skapula ketika lengan diangkat ke atas
kepala.

Gambar 5. Proyeksi lobus paru-paru anterior dan posterior

Paru kanan dibagi oleh fissure horizontal menjadi lobus superior dan lobus medius.
Fisura ini melintang dari linea mid axilaris kanan setinggi kosta ke 5 ke media setinggi
kosta ke 4.

Gambar 6. Proyeksi lobus paru-paru kanan

Oleh karena itu hasil pemeriksaan thorax di pengaruhi oleh jarak antara dinding dada
dengan trachea dan bronchi yang besar, maka lokasi dan organ-organ tersebut harus

38 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

dikenali. Perhatikan bahwa trachea bercabang di daerah setinggi angulus stenalis (di
depan) atau prosesus spinalis vertebra thorakalis ke 4 (di belakang).
Bernapas adalah aksi otomatik yang di atur oleh batang otak dan dilakukan oleh
otot-otot respirasi. Selama infirasi, diafragma dan otot-otot interkostales berkontraksi,
membersarkan rongga thorax, dan memekarkan paru dalam rongga pleura. Dinding dada
bergerak keatas, depan, dan ke lateral, selama diafragma bergerak turun. Setelah inspirasi
berhenti, paru mengempis, diafragma secara pasif akan naik, dan dinding dada akan
rileks seperti semula. Apabila napas terpacu oleh karena olah raga atau penyakit, maka
ada otot lain yang ikut bekerja, yaitu otot trapezius, sternomastoid, dan otot scalenus di
leher selama inpirasi, dan otot scalenus di leher selama inpirasim dan otot-otot abdominal
selama expirasi. Amatilah otot-otot leher anda di depan cermin pada waktu anda menarik
napas sedalam mungkin.
Suara napas berasal dari saluran nafas besar, yang melalui paru diteruskan kedinding
dada, sehingga anda dapat mendengarnya dengan stethoscope. Jaringan yang dilalui
jaringan pernapasan, meredam dan menyaring suara napas ini, sehingga yang anda
dengar pada waktu pemeriksaan auskultasi adalah suara lembut dengan frekuansi rendah
pada waktu inspirasi, dan akan melemah dan kemudian menghilang pada awal expirasi.
Suara seperti ini disebut suara vesikuler. Dengarkanlah suara ini pada dada anda atau
teman anda, didaerah dada bagian bawah, di linea midaxilaris, atau sedikit lebih
kebelakang. Walaupun suara expirasi terdengar pendek, pada kenyataan expirasi
berlangsung lebih lama dari pada yang terdengar.
Apabila anda mendengarkan suara nafas di dekat trakhea (misalnya diatas
manubrium atau diantara scapula), stetoscope anda dekat dengan sumber bunyi
pernafasan, sehingga peredamnya sedikit. Akibatnya, suara terdengar akan lebih keras,
dan bernada lebih tinggi. Perbedaan suara ini akan lebih jelas pada waktu expirasi. Suara
expirasi dapat berlangsung sama lamanya dengan suara inspirasi bahkan dapat lebih
lama. Suara ini disebut suara nafas bronchial. Apabila suara ini terdegar di daerah yang
terletak jauh dari sumber suara napas maka merupakan suatu kelainan, sifat-sifat dari
kedua jenis dari kedua jenis suara pernapasan tersebut dapat dilihat pada table di bawah
ini. Perrhatikan bahwa dalam menilai kualitas suara nafas, kita harus memperhatikan
durasi, nada, dan intensitasnya.
Intensitas
Durasi inspirasi dan Nada selama
Suara nafas selama Lokasi normal
ekspirasi ekspirasi
ekspirasi

39 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

Suara inspirasi Hampir di semua bagian paru perifer


VESIKULER berlangsung lebih lama Rendah Lembut (mulai dari bronkiolus repiratorius
dari ekspirasi sampai bronkiolus terminalis)

Di dekat saluran nafas besar (trakea dan


Suara ekspirasi sama
BRONKIAL Tinggi Keras bronkus) misalnya di dekat manubrium
lamanya dengan inspirasi
sterni atau skapula

Gambar 7. Skema suara napas: (a) Vesikular, (b) Bronkial, (c) Ekspresi memanjang

PEMERIKSAAN DADA (THORAX)


Tujuan : Mendapatkan kesan dari bentuk dan fungsi dari dada dan alat-alat dalam yang ada di
dalam dada dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
1. Pasien diminta menanggalkan baju.
2. Posisi pasien dapat duduk, berdiri atau berbaring sesuai pemeriksaan yang akan
dilakukan.
3. Berikan penerangan kepada pasien apa yang akan anda lakukan.
4. Setiap catatan yang akan dibuat harus diterangkan, pemeriksaan dilakukan dari depan,
samping, atau belakang.
5. Pemeriksaan meliputi:
 Dinding dada
 Paru dan pernapasan
Inspeksi.
a. Perhatikan bentuk dada (iga, Sternum, dan kolumna vertebralis)
b. Cari adanya deviasi / kelainan bentuk
c. Perhatikan ruang interkosta, mencembung, mencekung, atau adanya retraksi pada saat
inpirasi.
d. Cari adanya bedungan venosa.
40 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

Gambar 10a. Bentuk thorax normal, (10b) Funnel chest, (10c) barrel chest

Dari depan
a. Perhatikan klavikula
b. Fosa supra dan infra klavikula
c. Lokasi iga ke 2 pada kedua sisi
d. Catat adanya kelainan jumlah dan bentuk iga

Gambar 11. Thorax depan dengan jumlah iga lengkap


Dari belakang
a. Cari otot vertebrata servikalis ke 7
b. Ujung bawah scapula terletak setinggi VT 8
c. Perhatikan letak dan bentuk scapula
d. Perhatikan jalan dan bentuk kolumna vertebralis
(catat adanya kifosis, scoliosis, dan lordosis)
Palpasi
Gambar 11. Thorax belakang
- Letakkan kedua telapak tangan pada bagian dada belakang

Gambar 13. Palpasi frameitus thorax belakang

- Pasien diminta menarik napas


- Rasakan gerakan dada, bandingkan kanan dan kiri
- Dokter berdiri di belakang pasien letakkan tangan, rasakan dan bendingkan gerakan
napas kanan dan kiri
- Vokal freminus dapat dirasakan dengan palpasi
- Pasien diminta untuk mengatakan angka 88 atau 77
41 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

- Kemudian letakkan kedua telapak tangan pada bagian belakang dada dan bandingkan
baik pernapasan maupun preminus suara antara kanan dan kiri
- Ukur lingkaran dada pada saat inspirasi kuat dan ekspresi kuat
Perkusi
Tujuan
- Untuk mendapatkan informasi batas-batas, ukuran, posisi, dan kualitas janringan atau
organ (paru) yang berada di dalamnya.
- Dengan perkusi kita dapat mengetahui apakah organ yang kita perkusi berisi udar,
cairan, atau masa padat. Walaupun demikian perkusi hanya menembus sedalam 5-7
cm saja, sehingga tidak dapat mendeteksi lesi yang letaknya dalam.
Teknik perkusi dapat dilatih pada permukaan apa saja prinsipnya adalah:
- Hiperextensikan jari tengah tangan kiri anda, tekanlah sendi interfalangeal kuat-kuat
pada permukaan yang di perkusi. Hindarkan kontak dengan bagian tangan yang lain,
karena akan mengganggu suara yang dihasilkan. Dengan kuat, tajam dan dengan
gerakan pergelangan yang santai, ketoklah ujung jari tengah kiri dengan ujung jari
tengah kanan anda. Dengan demikian anda meneruskan getaran dari tulang jari tengah
anda ke jaringan yang anda perkusi. Gunakan ujung jari, dengan posisi yang sedapat
mungkin tegak lurus dengan jari ayng diketok. Sesudah mengetok, cepat angkat lagi
tangan kanan anda, agar tidak mengganggu getaran yang telah anda ciptakan.
- Bandingkan apakah perkusi kita melewati daerah pekak, sonor atau redup.

Paru bagian depan


- Bandingkan kanan dan kiri.
Perkusi secara sistematis dari atas ke bawah seperti Gambar 15.
 Perkusi secara dalam daerah fosa supra klavikula.
 Kemudian mintalah pasien untuk mengangkat kedua belah lengan dan lakukan
perkusi mulai dari ketiak.
 Tentukan garis tepi hato (liver)

42 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

Gambar 16. Perkusi thorax bagian belakang

Menentukan batas paru dan hati


- Paisen tetap berbaring dari atas ke bawah seperti gambar di samping
- Di daerah mana merupakan batas paru dan hati, suara sonor akan berubah menjadi
redup/pekak (Gambar 13)
- Berilah tanda batas tersebut. Pada orang normal sehat, batas ini terletak antara kosta
ke 5 dan 6.
Lihat peta gambaran perkusi thoraks pada gambar 14.

43 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

Gambar 17. Batas paru hati

Paru bagian belakang


(pasien duduk atau berdiri)
- Pasien diminta duduk tegak
- Mulailah dari atas kebawah secara sistematis
- Bandingkan kanan dan kiri (biasanya daerah perkusi paru kanan lebih tinggi
hilangnya dari daerah kiri, karena adanya hati)
- Tepi bawah paru umumnya didapatkan pada setinggi prosesus spinosus VT ke 10 atau
11.
- Tentukan pula gerakan pernapasan

Gerakan pernapasan dan pengembangan paru


Tujuan : Untuk mendapatkan kesan batas-batas pengembangan paru dan derajat elastistas
paru serta pleura.
Gerakan pernapasan paling baik diperiksa pada daerah belakang.
 Lakukan perkusi dari atas kebawah
 Lanjutkan perkusi sampai suara sonor hilang
 Letakkan di tempat tersebut jari tengah anda
 Pasien diminta bernapas dalam

44 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

 Lanjutkan perkusi ke bawah


 Pada pasien sehat, batas hilangnya suara sonor akan bergeser ke bawah
 Perbedaan daerah hilangnya suara sonor merupakan besarnya pengembangan paru

Auskultasi
Tujuan : Menentukan ada tidaknya perubahan dalam saluran pernapasan maupun paru.
- Pasien diminta menarik napas pelan-pelan dangan mulut terbuka
- Lakukan auskultasi secara sistematis. Dengarkan setiap kali secara lengkap satu
periode inspirasi dan ekspirasi
- Bandingkan kanan dan kiri
- Mulailah di daerah depan di atas klavikula
- Setelah mendengarkan daerah ini, teruskan auskultasi ke sisi dinding
- Kemudian lakukan auskultasi di bagian belakang anda, mulai dari atas ke bawah
sesuai gambar disamping
- Perhatikan apabila ada perubahan suara
- Tentukan secara pasti lokasi perubahan suara
- Catat suara-suara yang didapatkan pada waktu auskultasi

Gambar 18. Auskultasi thorax belakang

45 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

Petunjuk pelaksanaan latihan


a. Kuasailah teori cara pemeriksaan sebelum dating pada latihan
b. Bekerjalah berpasangan
c. Lakukanlah
1. Inspeksi dari depan dan belakang
2. Palpasi
 Bandingkanlah gerak napas dada dan kiri
 Vokal fremitus bandingkanlah kanan dan kiri
 Ukurlah lingkaran dada pada saat inspeksi kuat dan ekspirasi kuat
3. Perkusi
 Periksalah buah dada depan dan tentukanlah batas paru – hepar serta batas
jantung
4. Auskultasi
 Lakukanlah auskultasi secara sistematis pada buah dada depan, samping,
dan belakang
 Tentukanlah secara pasti lokasi perubahan suatu pernapasan

46 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG

Nama :
NPM :
TTD :

PENILAIAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN PARU

No NILAI
ASPEK YANG DINILAI
. 0 1 2
1. Memberi penjelasan tindakan yang akan dilakukan.      
2. Meminta penderita untuk berbaring terlentang yang diperiksa.      
Meminta penderita untuk membuka baju seperlunya agar daerah
3.
pemeriksaan terbuka.
4. Memperhatikan dan menghitung frekuensi pernafasan.      
Melakukan inspeksi dari depan dan belakang penderita untuk menentukan
5.
bentuk thorak penderita.      

Meletakkan kedua telapak tangan pada bagian dada dan punggung penderita
kiri dan kanan untuk merasakan perbandingan gerak nafas bawah, depan dan
6. belakang, membandingkan kanan dan kiri      
Membandingkan fremitus paru kanan dan kiri dengan meletakkan kedua
telapak tangan pada punggung penderita dan meminta penderita untuk
7. mengucapkan “sembilan puluh sembilan”.      
Melakukan perkusi secara sistematis dari atas ke bawah, depan dan belakang,
8. membandingkan kiri dan kanan.      
9 Melakukan perkusi dalam di daerah supra klavikula
10 Melakukan perkusi untuk menentukan batas paru – hepar
11 Melakukan perkusi untuk menentukan batas paru – jantung.
12 Melakukan perkusi untuk menentukan peranjakan paru
Melakukan auskultasi secara sistematis dari atas ke bawah, depan dan
13 belakang, membandingkan kanan dan kiri.
Mendengarkan inspirasi dan ekspirasi pada tiap tempat
14 yang diperiksa.

Jumlah 100
Nilai : x =
28 %

Semarang, …………………………………………

Mengetahui,

Penilai: Koordinator Skills Lab :

47 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

( ) ( )

PEMERIKSAAN FISIK KELENJAR TIROID


Thyroid adalah suatu kelenjar endokrin yang sangat vaskular, berwarna merah
kecoklatan dengan konsistensi yang lunak. Kelenjar thyroid terdiri dari dua buah lobus
yang simetris. Berbentuk konus dengan ujung cranial yang kecil dan ujung caudal yang
besar. Antara kedua lobus dihubungkan oleh isthmus, dan dari tepi superiornya terdapat
lobus piramidalis yang bertumbuh ke cranial, dapat mencapai os hyoideum. Pada
umumnya lobus piramidalis berada di sebelah kiri linea mediana.
Setiap lobus kelenjar thyroid mempunyai ukuran kira-kira 5 cm, dibungkus oleh fascia
propria yang disebut true capsule, dan di sebelah superficialnya terdapat fascia
pretrachealis yang membentuk false capsule.

48 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

Topografi Kelenjar Thyroid Kelenjar thyroid berada di bagian anterior leher, di


sebelah ventral bagian caudal larynx dan bagian cranial trachea, terletak berhadapan
dengan vertebra C 5-7 dan vertebra Th 1. Kedua lobus bersama-sama dengan isthmus
memberi bentuk huruf “U”. Ditutupi oleh m. sternohyoideus dan m.sternothyroideus.
Ujung cranial lobus mencapai linea obliqua cartilaginis thyreoideae, ujung inferior
meluas sampai cincin trachea 5-6. Isthmus difiksasi pada cincin trachea 2,3 dan 4.
Kelenjar thyroid juga difiksasi pada trachea dan pada tepi cranial cartilago cricoidea oleh
penebalan fascia pretrachealis yang dinamakan ligament of Berry. Fiksasi-fiksasi
tersebut menyebabkan kelenjar thyroid ikut bergerak pada saat proses menelan
berlangsung. Topografi kelenjar thyroid adalah sebagai berikut:
• Di sebelah anterior terdapat m. infrahyoideus, yaitu m. sternohyoideus, m.
sternothyroideus, m. thyrohyoideus dan m. omohyoideus.
• Di sebelah medial terdapat larynx, pharynx, trachea dan oesophagus, lebih ke bagian
profunda terdapat nervus laryngeus superior ramus externus dan di antara oesophagus
dan trachea berjalan nervus laryngeus recurrens. Nervus laryngeus superior dan nervus
laryngeus recurrens merupakan percabangan dari nervus vagus. Pada regio colli, nervus
vagus mempercabangkan ramus meningealis, ramus auricularis, ramus pharyngealis,
nervus laryngeus superior, ramus cardiacus superior, ramus cardiacus inferior, nervus
laryngeus reccurens dan ramus untuk sinus caroticus dan carotid body.
• Di sebelah postero-lateral terletak carotid sheath yang membungkus a. caroticus
communis, a. caroticus internus, vena jugularis interna dan nervus vagus. Carotid sheath
terbentuk dari fascia colli media, berbentuk lembaran pada sisi arteri dan menjadi tipis
pada sisi vena jugularis interna. Carotid sheath mengadakan perlekatan pada tepi
foramen caroticum, meluas ke caudal mencapai arcus aortae. Fascia colli media juga
membentuk fascia pretrachealis yang berada di bagian profunda otot-otot infrahyoideus.
Pada tepi kelenjar thyroid, fascia itu terbelah dua dan membungkus kelenjar thyroid
tetapi tidak melekat pada kelenjar tersebut, kecuali pada bagian di antara isthmus dan
cincin trachea

49 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

PEMERIKSAAN FISIK KELENJAR TIROID

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG

Nama :
NPM :
TTD :

PENILAIAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN KELENJAR THIROID

NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1. Memberi salam      
2. Memperkenalkan diri      
3. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan

4. Meminta persetujuan pasien      


5 Mencuci tangan
Minta pasien duduk, pemeriksa berdiri tepat dibelakang
6
pasien
Lakukan palpasi menggunakan kedua tangan pada leher
7 pasien dari arah belakang dengan posisi jari telunjuk berada
pada leher dibawah tulang krikoid
Meminta pasien untuk menelan dengan demikian pemeriksa
8
dapat merasakan pergerakan tiroid
Menggunakan tangan kiri mendorong trakea ke arah kanan
9 kemudian menggunakan tangan kanan lakukan palpasi
lateral tiroid lobus kanan tentukan batasnya
Nilai ukuran , bentuk dan konsistensi dari kelenjar tiroid
10
perhatikan apakah terdapat nodul , massa,atau nyeri tekan
Jika tiroid terasa membesar maka lanjutkan dengan
11 auskultasi menggunakan stetoskop pada kelenjar apakah
terdapat bruit
12 Mencuci tangan
13 Mengucapkan salam dan terimakasih

50 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

Keterangan ;
0 : tidak dilakukan sama sekali
1 : dilakukan tapi kurang sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna

Jumlah 100 =
Nilai : x
26 %

Semarang, …………………………………………

Mengetahui,

Penilai Koordinator Skills Lab

( ) ( )

51 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

ALAT PELINDUNG DIRI


(PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT)

Alat Perlindungan Diri (APD)

Alat perlindungan diri (APD) merupakan suatu peralatan khusus yang dikenakan oleh
seseorang untuk melindungi dirinya dari material infeksius. Pelaksanaan program
penggunaan APD bertujuan untuk meningkatkan keamanan diri di lingkungan pelayanan
kesehatan melalui penggunaan APD yang tepat. Selain itu juga bertujuan untuk
memberikan informasi mengenai cara pemilihan dan penggunaan APD di pelayanan
kesehatan, serta memberikan pelatihan bagaimana cara memakai dan cara melepaskan
APD secara aman.

1. Jenis APD meliputi :

a. Sarung tangan (untuk melindungi kedua tangan).


b. Gaun /apron (untuk melindungi kulit dan pakaian).
c. Jubah operasi (untuk melindungi kulit dan pakaian saat melakukan
pembedahan di dalam ruang operasi).
d. Masker atau respirator (untuk melindungi mulut atau hidung). Respirator
digunakan khusus untuk melindungi dari agen penyebab infeksi airborne
disease.
e. Kaca mata goggles (untuk melindungi mata)
f. Pelindung wajah (face shields) untuk melindungi wajah, hidung dan mata

Dalam menentukan APD apa yang perlu digunakan kita harus memperhatikan
beberapa faktor di antaranya adalah tipe paparan yang perlu diantisipasi (percikan
atau sentuhan, kategori isolasi), lamanya tugas yang akan dikerjakan, dan ukuran APD
yang harus sesuai.

2. Prinsip penggunaan APD :

a. Kenakan sebelum kontak dengan pasien, pada umumnya dikenakan sebelum


memasuki ruang perawatan pasien.
b. Kenakan APD dengan hati-hati sehingga APD tersebut tidak menjadi media
transmisi infeksi.
c. Lepas dan buang APD dengan hati-hati. Lepas sesegera mungkin setelah keluar dari
ruang perawatan. Respirator dilepas di luar ruangan.
d. Sesegera mungkin lakukan hand hygiene.

3. Cara menggunakan APD :

a. Sarung tangan :
Sarung tangan terbuat dari vinyl, latex, nitrile atau bahan lain. Jenisnya ada yang
52 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

dikemas dalam kondisi steril namun ada juga yang dikemas dalam konsidi non
steril. Sarung tangan ada yang hanya bisa digunakan sekali pakai dan ada juga
yang dapat dipakai ulang. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat mengenakan sarung
tangan :
- Saat bekerja harus dimulai dari area yang paling bersih menuju ke area yang
paling kotor.
- Batasi menyentuh yang tidak perlu. Hal ini penting untuk melindungi diri kita,
orang lain dan lingkungan (jangan menyentuh wajah atau merapikan APD
dengan sarung tangan yang sudah terkontaminasi, jangan menyentuh permukaan
lingkungan kecuali memang diperlukan saat melakukan perawatan pasien).
- Sarung tangan harus diganti apabila sudah tampak sangat kotor atau apabila
akan berpindah ke pasien yang lain.
- Jangan pernah mencuci ulang sarung tangan sekali pakai.

b. Gaun atau apron


Gaun atau apron ada yang hanya sekali pakai namun ada juga yang dapat dipakai
ulang. Pada prinsipnya gaun atau apron harus dapat melindungi dari penetrasi
cairan.

c. Jubah operasi :
Selalu dikemas dalam kondisi steril. Hanya digunakan pada saat akan melakukan
tindakan pembedahan di dalam ruang operasi dan dikenakan dengan cara tertentu
guna menjaga sterilitas jubah operasi.

d. Pelindung wajah
- Masker : melindungi hidung dan mulut. Harus menutup dengan sempurna seluruh
hidung dan mulut untuk mencegah penetrasi cairan.
- Kaca mata goggles : melindungi mata. Harus menutup dengan sempurna seluruh
area sekitar mata. Kaca mata goggle tidak dapat digantikan oleh kaca mata biasa.
- Face shields : melindungi wajah, hidung, mulut dan mata. Harus mencakup dahi
hingga bawah dagu dan melindungi area tepi wajah.

e. Pelindung saluran nafas


- Bertujuan untuk melindungi saluran nafas dari inhalasi droplet dan aerosol (misal
Mycobacterium tuberculosis).
- Jenis APD yang dapat digunakan sebagai pelindung saluran nafas : Particulate
respirators, Half- or full-face elastomeric respirators, Powered air purifying
respirators (PAPR).

B. PENGGUNAAN APD DI LUAR RUANG OPERASI

1. Urutan pemakaian APD :


a. Gaun/apron
b. Masker atau respirator
c. Kaca mata goggles atau face shield
d. Sarung tangan

2. Cara memakai APD :


Gaun atau apron
53 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

a. Pilih tipe dan ukuran yang sesuai.


b. Letakkan bagian yang terbuka di belakang badan
c. Pastikan daerah leher dan pergelangan tangan terlindung dengan baik
d. Jika gaun terlalu kecil, kenakan 2 gaun : gaun yang pertama tali di depan dan gaun
yang ke-2 tali di belakang.

Masker :
• Letakkan masker menutupi hidung, mulut dan dagu
• Eratkan kawat mengikuti lekuk batang hidung
• Tali dengan erat di belakang kepala
• Pastikan bahwa masker sudah menutup dengan sempurna

54 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

Gambar 2

55 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

kata lain lokasi APD yang bersih adalah area yang tidak memiliki risiko kontak
dengan organisme penginfeksi. APD dilepas di ruang anteroom.

Urutan melepas APD adalah sebagai berikut :


1. Sarung tangan
2. Face shield atau kaca mata goggles
3. Gaun atau apron
4. Masker atau respirator

Cara melepas sarung tangan tampak pada gambar 7 :

56 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

PEMASANGAN DAN PELEPASAN BAJU APD

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG

Nama :
NPM :
TTD :

PENILAIAN KETERAMPILAN PEMASANGAN DAN PELEPASAN APD

N ASPEK YANG DINILAI NILAI


O
0 1 2
1 Memberi salam
2 Memperkenalkan diri
3 Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
4 Meminta persetujuan pasien
PERSIAPAN PEMASANGAN
5 Sebelum memakai perlengkapan, pastikan telah memakai baju
kerja. Serta, pastikan semua alatnya sudah lengkap (2 sarung
tangan (nonsteril (dalam) dan steril (luar); gown dan cover shoes,
masker N95, face shield, google, headcap, desinfektan, cuci
tangan (hand sanitizer), tempat sampah non medis dan medis)
6 Memakai sarung tangan dalam, pastikan ukurannya nyaman,
tidak terlalu ketat dan tidak terlalu longgar.
57 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

7 Memakai coverall, pastikan tidak ada yang sobek atau rusak


jahitan. Kemudian dilanjutkan dengan pemakaian cover shoes
dan menalinya dengan rapat.
8 Selanjutnya, memakai masker N95, kemudian mengecek masker
dan pastikan tidak ada udara yang bisa keluar masuk. Jika dirasa
kurang rapat, bagian belakang masker bisa di tali.
9 Setelah itu, bisa memakai masker bedah lagi (optional).
10 Kemudian, memakai headcap hingga telinga dan memakai
penutup kepala yang ada di coverall.
11 Cek ulang dan pastikan resleting tertutup, serta tidak ada area
yang terbuka menggunakan selotip plastik.
12 Lalu, mengunci cover shoes dengan selotip.
13 Kemudian memakai google (kacamata), dilanjutkan dengan
memakai face shield.
14 Kemudian memakai sarung tangan luar. Sarung tangan luar harus
melewati pergelangan tanga, lalu diselotip.
15 Petugas sudah siap melakukan pelayanan kepada pasien.
(Perlu ditekankan, jika saat pemakaian petugas tidak boleh
menyentuH area muka dan selalu menjaga kebersihan.)

PELEPASAN APD
16 Sebelum melepas APD, diwajibkan untuk mencuci tangan
terlebih dahulu atau menggunakan handsanitizer.
17 Kemudian, melepas semua isolasi yang menempel pada badan.
Lalu, langsung dibuang pada tempat sampah medis dan pastikan
tidak ada yang robek dari isolasi tersebut.
18 Kemudian melepas sarung tangan bagian luar. Ketika melepas,
harus hati-hati dan jangan sampai mengkontaminasi sarung
tangan bagian dalam.
19 Selanjutnya, melepas face shield. Cara melepas yakni
dilonggarkan dulu dari bagian samping. Kemudian
membersihkan face shield menggunakan tisu/ kasa yg sudah
dibasahi dengan desinfektan, dengan arah zig zag atau memutar
dari dalam keluar. (sebanyak 2 kali)
Lalu, melepaskan, Diambil dari samping dan dibersihkan
menggunakan tisu sama dengan cara membersihkan face shield.
20 Kemudian melepas penutup kepala. Pastikan ada cermin untuk
mempermudah
21 Selanjutnya melepas cover shoes dengan cara menggulung dari
dalam ke luar. Gulung dengan hati-hati dan jangan terlalu cepat
untuk menghindari kontaminasi dengan bagian yang lain.
22 Setelah itu, membuka penutup kepala. Jangan lupa digulung juga.
Pastikan tergulung keluar dan jangan sampai bagian luar
menyentuh bagian dalam. Serta, usahakan coverall ini tidak
menyentuh lantai dengan kondisi tergulung. Lalu, buang pada
sampah medis.
22 Membuang sarung tangan bagian dalam. Kemudian memakai
kembali sarung tangan yang baru.

58 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

23 Lalu, melepas penutup kepala.


24 Masker tidak dilepas karena masih di dalam ruangan APD kotor
jadi ditakutkan terkontaminasi. Banyak tenakes yang
menggunakan double masker, kemudian masker bagian luar
dibuang.
25 Setelah selesai, lepas sarung tangan dan kemudian cuci tangan
kembali.
26 Kemudian, tenakes bisa keluar dari ruangan kotor ke kamar
mandi yang telah disediakan di samping ruangan kotot.

• Terakhir, jangan lupa untuk mendesinfeksi sepatu yang


digunakan.
27 Di dalam kamar mandi, masker N95 dapat dilepas dan dibuang
dalam sampah medis yang telah disediakan. Di sini, tenakes bisa
membersihkan diri seperti mandi.

28 Terakhir, jangan lupa untuk mendesinfeksi sepatu yang


digunakan.
29 Mencuci tangan
30 Mengucapkan salam

Keterangan ;
0 : tidak dilakukan sama sekali
1 : dilakukan tapi kurang sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna

Nilai : Jumlah x 100% =


60

Semarang, …………………………………………

Mengetahui,

Penilai Koordinator Skills Lab Penilai

( ) ( )

59 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

SWAB TENGGOROK

Teknik swab tenggorok adalah dengan mengambil apusan pada permukaan tonsil atau
dinding posterior faring.

Persiapan
Sama seperti tindakan medis lain, petugas perlu menyampaikan tujuan, risiko, dan prosedur
yang akan dilakukan. Kemudian, minta persetujuan pasien dan tanda tangan informed
consent.

Sampaikan pada pasien bahwa tindakan ini diperlukan untuk menentukan diagnosis dan tata
laksana terbaik bagi kondisi klinisnya. Selama tindakan, akan dimasukan stik yang digunakan
untuk mengambil apusan pada tenggorokan pasien. Tindakan ini bisa menyebabkan rasa tidak
nyaman dan menginduksi muntah.

Sebelum tindakan, pasien diminta untuk tidak menggunakan antiseptik kumur, sikat gigi,
makan, dan minum minimal selama dua jam sebelum pengambilan spesimen.

Peralatan
Beberapa peralatan yang diperlukan untuk melakukan swab tenggorok adalah:

1) Aplikator dengan ujung serat poliester


2) Vial plastik
3) Depresor lidah
4) Tabung sentrifugal 15 ml
5) Mangkuk spesimen atau Petri dish
6) Pipet transfer
7) Media transport virus
8) Stik swab untuk pengambilan spesimen nasofaring berbeda dengan orofaring.
Stik nasofaring memiliki pilinan yang lebih tipis dibandingkan stik orofaring.[10]

Posisi Pasien
Minta pasien untuk duduk tegak jika bisa. Dongakkan kepala ke belakang, buka mulut pasien,
dan minta pasien menjulurkan lidah. Cara ini akan membantu memperlihatkan faring.

Jika faring belum terlihat jelas, gunakan pencahayaan dengan senter ke arah faring dan tekan
lidah ke bawah menggunakan depressor lidah. Minta pasien berkata “ah” agar otot
tenggorokan relaksasi dan meminimalisir refleks muntah.

Prosedural
Sebelum mengambil sampel, petugas perlu menggunakan alat perlindungan diri yang sesuai.
Pada kasus kecurigaan adanya patogen aerosol yang menular, misalnya COVID-19, alat
perlindungan diri ini akan mencakup penggunaan:

60 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

a. Masker N95
b. Sarung tangan karet
c. Baju pelindung
d. Pelindung mata
e. Sharp container atau tempat pembuangan benda tajam.

Pengambilan Spesimen
Setelah semua alat dan bahan dipersiapkan, pengambilan spesimen dapat dimulai. Berikut
beberapa langkah yang akan dilakukan:

Pastikan identitas pasien yang hendak dilakukan swab tenggorok sudah sesuai
Meskipun tindakan ini minim resiko, jelaskan pada pasien bahwa pengambilan sampel akan
terasa tidak nyaman dan dapat memicu gag reflex
Cuci tangan hingga bersih dan kenakan alat perlindungan diri yang sesuai ketentuan
Posisikan pasien duduk dengan kepala sedikit menengadah dan mulut terbuka lebar dengan
lidah dijulurkan. Bila swab dilakukan pada pasien anak, minta orang tua untuk duduk
memangku anak dan merangkul dari belakang
Masukan aplikator ke dalam orofaring, kemudian rotasikan aplikator secara lembut pada
permukaan tonsil, dinding posterior faring, atau keduanya. Apusan perlu difokuskan pada
area yang tampak eritema atau mengandung eksudat
Masukan aplikator ke dalam tabung atau vial plastik, kemudian tutup wadah
Pastikan spesimen bersentuhan dengan media transport atau media kultur
Berikan label seperti nama, usia, dan nomor rekam medis pasien, kemudian segera kirim ke
laboratori.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG

Nama :
NPM :
TTD :

PENILAIAN KETRAMPILAN SWAB TENGGOROK

N ASPEK YANG DINILAI NILAI


O
0 1 2
1 Memberi salam
2 Memperkenalkan diri
3 Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan.
4 Meminta persetujuan pasien.
5 Pastikan identitas pasien yang hendak dilakukan swab tenggorok
sudah sesuai.
6 Meskipun tindakan ini minim resiko, jelaskan pada pasien bahwa
pengambilan sampel akan terasa tidak nyaman dan dapat memicu
gag reflex.
61 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

7 Cuci tangan hingga bersih dan kenakan alat perlindungan diri


yang sesuai ketentuan.
8 Posisikan pasien duduk dengan kepala sedikit menengadah dan
mulut terbuka lebar dengan lidah dijulurkan. Bila swab dilakukan
pada pasien anak, minta orang tua untuk duduk memangku anak
dan merangkul dari belakang
9 Masukan aplikator ke dalam orofaring, kemudian rotasikan
aplikator secara lembut pada permukaan tonsil, dinding posterior
faring, atau keduanya.
10 Apusan perlu difokuskan pada area yang tampak eritema atau
mengandung eksudat
11 Masukan aplikator ke dalam tabung atau vial plastik, kemudian
tutup wadah.
12 Pastikan spesimen bersentuhan dengan media transport atau
media kultur.
13 Berikan label seperti nama, usia, dan nomor rekam medis pasien,
kemudian segera kirim ke laboratorium
14 Mencuci tangan
15 Mengucapkan salam

Keterangan ;
0 : tidak dilakukan sama sekali
1 : dilakukan tapi kurang sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna

Nilai : Jumlah x 100% =


30

Semarang, …………………………………………

Mengetahui,

Penilai Koordinator Skills Lab Penilai

( ) (

62 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

TES GULA DARAH


Apa itu tes gula darah?

Tes gula darah adalah prosedur pemeriksaan kadar gula (glukosa) dalam darah.
Tes ini dapat dilakukan untuk membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit
diabetes.
Tak hanya itu, tes gula darah juga diperlukan untuk mengendalikan dan
mencegah komplikasi bagi pengidap diabetes.
Kadar gula dalam darah diatur oleh hormon bernama insulin. Namun pada
penderita diabetes, insulin yang dihasilkan oleh tubuh tidak cukup atau tidak
bekerja dengan baik.
Akibatnya, glukosa bisa menumpuk dalam darah. Kadar glukosa yang tinggi
dapat menyebabkan kerusakan organ bila tidak ditangani dengan baik.

Kenapa tes gula darah diperlukan?

Tes gula darah bertujuan memeriksa kadar glukosa dalam tubuh Anda.
Pemeriksaan ini seringkali digunakan untuk memantau dan mendiagnosis
penyakit diabetes.
Pemeriksaan gula darah juga diperlukan untuk menyediakan informasi bagi
dokter yang kemudian bermanfaat dalam menentukan pengobatan diabetes.

Secara umum, fungsi tes gula darah meliputi:

 Memantau efektivitas obat diabetes pada kadar gula darah


 Mengidentifikasi kadar gula darah, baik yang tinggi maupun rendah
 Memantau perkembangan penderita dalam mencapai target pengobatan
diabetes
 Melihat pengaruh olahraga dan pola makan terhadap kadar gula darah
 Melihat pengaruh faktor lain, seperti penyakit tertentu atau stres

Siapa yang membutuhkan tes gula darah?

 Dokter akan menyarankan tes gula darah untuk orang dengan gejala kadar
gula darah tinggi (hiperglikemia) atau kadar gula darah rendah
(hipoglikemia).
 Orang yang mengalami gejala hiperglikemia
 Rasa haus yang meningkat
 Buang air kecil menjadi lebih sering

63 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

 Pandangan kabur
 Rasa lelah
 Luka yang sukar sembuh
 Orang yang mengalami gejala hipoglikemia
 Cemas
 Berkeringat
 Tubuh gemetar
 Rasa lapar
 Kebingungan atau linglung
 Orang yang memiliki faktor risiko diabetes
 Pasien dengan faktor risiko diabetes juga memerlukan tes gula darah.
Faktor-faktor ini meliputi:
 Berat badan berlebih
 Kurang olahraga
 Memiliki anggota keluarga yang juga mengidap diabetes
 Tekanan darah tinggi
 Penyakit jantung
 Wanita hamil
 Selain pada pasien diabetes dan hipoglikemia, tes gula darah juga
dilakukan pada wanita hamil saat usia kehamilan mencapai 24 hingga 28
minggu.
Pemeriksaan ini bertujuan mengecek kemungkinan diabetes gestasional, yakni
diabetes yang terjadi selama kehamilan.

Apa saja jenis tes gula darah?

Tipe pemeriksaan gula darah yang Anda jalani akan ditentukan oleh dokter.
Berikut empat jenis tes gula darah yang tersedia:
1. Tes gula darah sewaktu
Jenis tes gula darah ini bisa dilakukan kapan saja dengan pengambilan sampel
darah.
2. Tes gula darah puasa
Tes gula darah puasa harus dilakukan setelah Anda berpuasa terlebih dulu.
3. Tes gula darah dua jam setelah makan
Tes gula darah dua jam setelah makan biasanya dilakukan berpasangan dengan
tes gula darah puasa. Tes ini bertujuan mengetahui kemampuan tubuh Anda
dalam mengatur kadar gula darah. Kadar gula darah akan meninggi setelah dua
jam makan, lalu akan kembali turun pada 2-3 jam sesudah Anda makan.
4. Tes hemoglobin A1c (HbA1c)
Prosedur tes ini juga dijalani dengan pengambilan sampel darah untuk menilai
kadar gula darah Anda pada 2-3 bulan terakhir.
64 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

Seberapa sering Anda harus menjalani tes gula darah?

Dokter akan memberi tahu mengenai seberapa sering tes gula darah yang perlu
dilakukan. Frekuensi pemeriksaan ini tergantung pada tipe diabetes dan rencana
pengobatan Anda.

Apa saja persiapan untuk menjalani tes gula darah?

Langkah-langkah persiapan untuk tes gula darah bisa Anda lakukan berdasarkan
jenis pemeriksaan yang akan Anda jalani. Simak penjelasan di bawah ini:

Persiapan tes gula darah puasa


Sesuai namanya, Anda tidak boleh makan atau minum apapun selain air putih
dalam delapan jam sebelum tes gula darah puasa. Hal ini dilakukan agar
hasilnya akurat dan tidak dipengaruhi oleh asupan Anda.
Karena itu, tes ini sebaiknya dijadwalkan pada pagi hari sehingga pasien tidak
perlu berpuasa di siang hari.

Persiapan tes gula darah sewaktu


Pada tes gula darah ini, Anda diperbolehkan makan dan minum sebelum
pemeriksaan. Ini berarti, tidak ada persiapan khusus yang perlu Anda lakukan.
Persiapan lainnya
Sebelum pemeriksaan gula darah, informasikan pada dokter mengenai obat-
obatan yang sedang Anda konsumsi. Beberapa jenis obat dapat memengaruhi
kadar gula darah Anda, sehingga dokter bisa meminta Anda untuk berhenti
mengonsumsinya.

Beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah


meliputi:
 Kortikosteroid
 Diuretik
 Pil kontrasepsi
 Obat terapi hormon
 Epinefrin
 Aspirin
 Obat antipsikotik
 Litium
 Obat antidepresan trisiklik
 Monoamine oxidase inhibitor (MAOI)
65 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

 Fenitoin
 Sulfonilurea

Selain itu, kondisi stres fisik yang berat juga dapat meningkatkan kadar gula
darah, seperti operasi, trauma, stroke, atau serangan jantung. Oleh karena itu,
beritahukan pada dokter apabila Anda mengalami kondisi-kondisi tersebut.

Bagaimana prosedur tes gula darah dilakukan?

Tes gula darah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengambilan darah
melalui pembuluh darah vena atau menggunakan alat khusus pengukur gula
darah (glukometer).
Tes gula darah dengan pengambilan sampel darah

Prosedur pengambilan darah melalui pembuluh darah vena meliputi:

Tenaga medis akan membersihkan area pengambilan darah dengan cairan


antiseptik untuk membunuh kuman.
Lengan atas akan diikat oleh perban elastis agar aliran darah di lengan dapat
terkumpul.
Setelah vena ditemukan, darah lalu akan diambil dengan jarum suntik steril dari
pembuluh darah. Pasien mungkin akan merasa sedikit nyeri ketika jarum
dimasukkan, tapi keluhan ini dapat diredakan dengan melemaskan tangan.
Ketika sampel darah sudah cukup, jarum akan dilepas dan bagian yang disuntik
akan ditutup dengan perban.
Tenaga medis akan memberikan tekanan selama beberapa menit untuk
mencegah memar.
Sampel darah yang diambil kemudian dikirim ke laboratorium untuk dianalisis.
Bila Anda juga dianjurkan menjalani tes gula darah dua jam setelah makan,
Anda akan diminta untuk makan segera sehabis tes gula darah puasa. Dua jam
kemudian, sampel darah Anda diambil lagi untuk diperiksa.

Tes gula darah dengan glukometer


Prosedur ini dilakukan sendiri di rumah dan langkahnya meliputi:
 Pastikan alat glukometer bersih dan siap digunakan.
 Ambil strip tes glukosa dari wadahnya, lalu tutup kembali wadahnya
dengan rapat. Strip tes dapat rusak bila terpapar kelembapan udara.
 Cuci tangan dengan sabun dan air hangat, lalu keringkan.
 Jangan menggunakan alkohol karena dapat kulit dapat menjadi terlalu
kering.
66 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

 Pijat tangan supaya darah mengumpul pada jari.


 Gunakan jarum lancet untuk menusuk jari.
 Tekanlah bagian dasar jari untuk mengalirkan darah ke atas strip tes
glukosa.
 Letakkan strip tersebut ke dalam glukometer.
 Setelah beberapa detik, angka kadar gula darah akan muncul.
 Catat hasil pemeriksaan tersebut.
 Buang jarum lancet dan strip tes ke dalam tempat sampah.

Seperti apa hasil tes gula darah?


Hasil tes gula darah tergantung dari tipe pemeriksaan yang Anda jalani. Berikut
penjelasannya:

Tes gula darah puasa


Normal: 70-100 mg/dL
Prediabetes: 100-125 mg/dL
Diabetes: 125 mg/dL atau lebih

Tes gula darah sewaktu


Normal: di bawah 125 mg/dL
Prediabetes: 140-199 mg/dL
Diabetes: 125 mg/dL atau lebih

Tes gula darah dua jam setelah makan


Normal: Di bawah 140 mg/dL
Prediabetes: 140-199 mg/dL
Diabetes: Di atas 200 mg/dL pada lebih dari satu kali pemeriksaan

Tes Hba1c
Normal: HbA1c di bawah 5,7%
Prediabetes: Hba1c antara 5,7-6,4%
Diabetes: HbA1c lebih dari 6,5%

Apabila hasil tes gula darah sewaktu pasien tidak normal, dokter akan
melakukan tes gula darah puasa atau tes Hba1c untuk memastikan diagnosis.

Apa yang harus dilakukan bila hasil tes gula darah positif?

Hasil tes gula darah yang lebih tinggi dari angka normal mengindikasikan
pasien memiliki diabetes atau berisiko tinggi mengalaminya. Namun kadar gula

67 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

darah yang tinggi juga bisa menjadi tanda dari kondisi-kondisi medis lain yang
meliputi penyakit ginjal, hipertiroid, pankreatitis, serta kanker pankreas.
Sementara itu, hasil tes gula darah yang lebih rendah dari normal dapat
mengindikasikan kondisi-kondisi medis seperti hipotiroid, penggunaan insulin
atau obat diabetes lain yang terlalu banyak, serta penyakit hati.
Pasien dengan kadar gula darah yang tidak normal tidak selalu memerlukan
obat-obatan. Pasalnya, kondisi stres dan konsumsi obat-obatan tertentu dapat
mempengaruhi kadar glukosa.
Oleh sebab itu, berkonsultasilah dengan dokter untuk memastikan penyebab dari
hasil tes glukosa yang tidak normal tersebut.

Apa saja komplikasi tes gula darah?

Risiko tes gula darah sangat kecil. Beberapa pasien mungkin merasakan nyeri,
bengkak, dan memar pada area penusukan. Khususnya bila darah diambil dari
pembuluh darah. Tetapi, keluhan ini akan menghilang di keesokan harinya.

TES GULA DARAH DENGAN GLUKOMETER

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG

Nama :
NPM :
TTD :

PENILAIAN KETRAMPILAN TES GULA DARAH DENGAN GLUKOMETER

68 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

N ASPEK YANG DINILAI NILAI


O
0 1 2
1 Memberi salam
2 Memperkenalkan diri
3 Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
4 Meminta persetujuan pasien
5 Pastikan alat glukometer bersih dan siap digunakan.
6 Ambil strip tes glukosa dari wadahnya, lalu tutup kembali
wadahnya dengan rapat.
7 Gunakan hand scoon
8 Desinfektan permukaan jari yang akan ditusuk lancet dengan
kapas alkohol
9 Pijat tangan supaya darah mengumpul pada jari.
10 Gunakan jarum lancet untuk menusuk jari.
11 Tekanlah bagian dasar jari untuk mengalirkan darah ke atas strip
tes glukosa.
12 Letakkan strip tersebut ke dalam glukometer.
13 Setelah beberapa detik, angka kadar gula darah akan muncul.
14 Catat hasil pemeriksaan tersebut.
15 Buang jarum lancet dan strip tes ke dalam tempat sampah.
16 Lepas hand scoon
17 Mencuci tangan
18 Mengucapkan salam

Keterangan ;
0 : tidak dilakukan sama sekali
1 : dilakukan tapi kurang sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna

Nilai : Jumlah x 100% =


36

Semarang, …………………………………………

Mengetahui,

Penilai Koordinator Skills Lab Penilai

( ) ( )

69 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

FOTO THORAX CARDIOVASKULAR

1. Memasang foto thorax dengan benar sesuai dengan marker R


(Right) / L (Left) atau D (Dextra) / S (Sinistra)

Proyeksi / posisi foto thórax :


- Posteroanterior (PA) : tampak air-fluid level dari udara lambung dan
tampak
margo medial dari scapula
- Lateral kiri : tampak diafragma kiri yang terpotong oleh bayangan
jantung.
Identitas foto thorax :
- Nama, umur, jenis kelamin dan tanggal pembuatan foto.
Persyaratan foto tórax proyeksi PA yang layak deskripsi ;
- Film mencakup seluruh cavum tórax dari kedua ápex paru dan sinus
costophrenicus.
- Inspirasi cukup bila diafragma kanan setinggi iga 9 atau 10 posterior
- Simetris bila corpus vertebra thoracalis terletak ditengah sendi
sternoclavicularis.
- Kondisi foto cukup ; yang terlihat hanya vertebra thoracalis 3 – 4.

Bentuk dan ukuran jantung :


- Normal : seperti buah pear / buah jambu / alpokat ,
- Abnormal : bentuk khas (sepatu, oval, kotak), pinggang jantung
dapat dangkal
( cekung ) atau melurus , atau menonjol.

70 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

- Mengukur index jantung / Cardiac Index (CI) :L

2. Identifikasi /penilaian segmen-segmen anatomis jantung (normal


/ membesar ).

- Batas kanan dibentuk oleh atrium kanan dan aorta asenden .


- Batas kiri dari atas ; aorta knob, pinggang jantung yang agak cekung
(dibentuk oleh
conus pulmonalis dan aurikel / atrium kiri )dan segmen ventrikel kiri
dengan letak
ápex cordis diatas diafragma ; ventrikel kanan letak dibelakang os
sternum pada
foto thórax posisi lateral kiri.
Pembesaran segmen-segmen anatomis jantung :
- Atrium kanan membesar / right atrial enlargment (RAE) : batas
kanan jantung
menonjol yaitu diameter transversa kanan jantung dibagi dengan
diameter
hemithorax kanan lebih dari 1/3.
- Atrium kiri membesar / left atrial enlargment (LAE) : kontur ganda (
double
71 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

contour ) pada batas kanan jantung , aurikel kiri menonjol, bronchus


utama (main
bronchus ) kiri terangkat.
- Ventrikel kanan/right ventricular enlargment (RVE) : jantung
melebar ke kiri
dengan apex yang terangkat dan conus pulmonalis menonjol
( proyeksi PA )dan
retrosternal clear space menyempit ( proyeksi lateral kiri ).
- Ventrikel kiri membesar / left ventricular enlargment (LVE) :
jantung melebar ke
kiri dengan apex yang tertanam ( proyeksi PA )dan retrocardiac clear
space
menyempit / menghilang ( proyeksi lateral kiri ).

Mengukur aorta / knob aorta ( lihat gambar diatas ):


- Normal ; (A1 + A2) < dari 4 cm atau jarak A1 antara 3,5 – 4 cm.
atau jarak < 3,5 cm yang diukur dari tepi lateral kiri trachea.
- Dilatasi aorta ; (A1+A2) > 4 cm, atau aorta knob menonjol (A1 > 4
cm)
- Aorta elongasi ; bila batas atas aorta terhadap pertengahan ujung-
ujung clavicula
< 2 cm atau < 1 cm dari batas bawah ujung clavicula.

Identifikasi hilus :
- Hilus adalah arteri dan vena pulmonalis ; kiri lebih tinggi dari kanan
- Cabang dari arteri pulmonalis kanan yaitu right descendens
pulmonary artery
(RDPA) diameter tidak boleh lebih dari 17 mm.

Vascular paru / corak bronchovascular :


- Normal ; arteri pulmonalis kanan terlihat pada hilus kanan dan kiri,
bercabangcabang ke perifer paru , makin lama makin kecil secara
bertahap ( tapering-off )
dengan perbandingan diameter arteri di hilus dan perifer sekitar 5 : 1.
Corak
vaskuler lebih banyak / ramai dan lebar dilapangan bawah paru ( yang
lebih mudah
72 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

dilihat pada bagian kanan bawah ) dibandingkan dengan corak


vaskuler pada
lapangan atas paru.
- Meningkat ; vaskuler paru suprahilar kanan kiri bertambah dan bisa
melebar ,
karena disamping pembuluh darah arteri juga akibat vena-vena yang
terbendung,
Vena-vena pulmonalis tampak sekitar hilus bentuk pendek dan lebar.

- Menurun : vaskuler paru tampak sepi / berkurang dibandingkan


dengan normal.

Penilaian parenchym paru dan sinus costophrenicus :


- Perkabutan parahilar (batwing / butterfly appearance) = edema paru
- Sinus costophrenicus tumpul / berselubung = efusi pleura

Kesan : - Sebutkan kelainan jantung yang didapat ( bila kelainannya


khas )
- Suspek bila tidak khas, dan bila perlu differential diagnosis (DD)

73 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG

Nama :
NPM:
TTD :

PENILAIAN KETERAMPILAN MEMBACA FOTO X-RAY


JANTUNG

NO ASPEK YANG DINILAI NILA


I
0 1 2
1 Memberi salam
2 Memperkenalkan diri
3 Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
4 Meminta persetujuan pasien
5 Marker pada foto thorax (R/L atau D/S)
- Memasang foto dengan benar pada light-box
- Proyeksi / Posisi foto thorax ( PA,AP dan
atau Lateral kiri )
6 Identitas pasien ( ada / tidak ada ;
lengkap/tidak lengkap)
pinggang jantung/cardiac waist
(ramping,melurus,menonjol)
7 Persyaratan foto thorax yang layak untuk di-
deskripsi.
(area foto ?;inspirasi ?; simetris ?;kondisi
sinar X ? )
8 Penilaian bentuk dan ukuran jantung /Cardiac
Index
(normal,abnormal/membesar)
pinggang jantung/cardiac waist
(ramping,melurus,menonjol)
74 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

9 Identifikasi /penilaian segmen-segmen


anatomis jantung
(normal / membesar ) ; apex cordis
(terangkat/tertanam) ;
10 Identifikasi aorta,knob aorta ( besar/dilatasi
atau kecil )
11 Identifikasi / penilaian hilus terutama RDPA
(normal/dilatasi)
12 Identifikasi corak vaskuler paru
(normal,bertambah/berkurang)
13 Penilaian parenchym paru / sinus akibat
penyakit jantung
(perkabutan/edema paru,sinus
costophrenicus/efusi pleura )
14 Kesan : diagnostik / DD
JUMLAH

Keterangan ;
: tidak dilakukan sama sekali
1 : dilakukan tapi kurang sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna

Nilai : Jumlah x 100% =


28
Semarang, …………………………………………

Mengetahui,

Koordinator Skills Lab Penilai

( ) ( )

75 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

PEMERIKSAAN DADA POSTERIOR

INSPEKSI

76 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

Inspeksi dada posterior dilakukan saat istirahat (statis) dan saat


respirasi (dinamis).
Inspeksi dada dilakukan untuk mencari :
1. Adanya deformitas/ asimetri bentuk dada. Adanya retraksi sela iga
waktu inspirasi.
2. Adanya ketinggalan gerak/ gangguan pergerakan napas pada satu
atau kedua sisi dada.

Inspeksi dada dalam keadaan statis/ saat istirahat

Saat istirahat kita perhatikan bentuk dada. Deformitas tulang belakang


seperti kifosis dan skoliosis atau adanya gibus dapat mengakibatkan
perubahan bentuk dada. Adanya asimetri bentuk rongga dada dapat
menyebabkan timbulnya hipertensi pulmonal dalam jangka panjang.
Asimetri dada dapat diakibatkan oleh penyebab yang sama dengan
penyebab kelainan jantung (misalnya prolaps katup mitral, gangguan
katup aorta pada sindroma Marfan dan sebagainya) atau menjadi
akibat dari adanya kelainan jantung akibat aktifitas jantung yang
mencolok semasa pertumbuhan.
Contoh kelainan dada akibat penyakit kardiovaskuler misalnya
Kifosis (tulang belakang berdeviasi pada kurvatura lateral). Kondisi
ini sering terjadi pada kelainan jantung, misalnya ASD (Atrial Septal
Defect) atau PDA (Patent Ductus Arteriosus). Sering disertai dengan
perubahan membusur ke belakang (kifoskoliosis), yang
mempersempit rongga paru dan merubah anatomi jantung.

Inspeksi dada dalam keadaan dinamis/ saat respirasi

Pada saat respirasi kita menilai :


 Asimetri gerakan dada. Normal, kedua sisi dada mengembang
sama besar dan
pada waktu yang bersamaan. Kelambanan pengembangan atau
keterlambatan
gerak salah satu sisi dada bisa terdapat pada kelainan efusi pleura
unilateral,
penebalan pleura unilateral, tumor.
77 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

 Retraksi dinding dada : di dada posterior, retraksi sela iga biasanya


pada sela iga bagian bawah.
Adanya gangguan respirasi ditandai dengan peningkatan frekuensi
nafas, retraksi dinding dada saat inspirasi (terutama sela iga bagian
bawah dan supraklavikula), adanya stridor atau wheezing, kontraksi
berlebihan dari otot-otot pernafasan (otot sternocleidomastodeus dan
otot-otot respirasi aksesoria), pergeseran letak trakea, sianosis,
clubbing finger atau peningkatan diameter anteroposterior dinding
dada.

PALPASI

Dengan pemeriksaan palpasi dada kita menilai :


1. Adanya kelainan/ lesi pada kulit, massa, nyeri tekan lokal dan
kemungkinan adanya fraktur.
2. Pengembangan dinding dada.
Caranya : (gambar 7).
- Letakkan ibu jari setinggi kosta X, jari-jari yang lain berada di
sebelah lateral rongga dada. Setelah itu, geserkan sedikit ke arah
medial untuk mengangkat lipatan kulit yang longgar di antara kedua
ibu jari.

78 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

Gambar 7. Penilaian Pengembangan Dinding Dada Posterior

- Mintalah pasien untuk bernapas dalam. Amati, sejauh mana ibu jari
anda
menyimpang mengikuti ekspansi toraks, rasakan pergerakan dan
kesimetrisan dari
pergerakan dinding dada selama respirasi.
Adanya keterlambatan pengembangan satu sisi dinding dada
didapatkan pada
fibrosis paru atau pleura, efusi pleura, pneumonia lobaris dan
obstruksi bronkus
unilateral.
3. Penilaian fremitus taktil
Fremitus taktil adalah getaran yang dihantarkan melalui
bronchopulmonary tree ke dinding

79 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

dada saat pasien berbicara, yang terasa pada palpasi. Cara


pemeriksaan adalah sebagai berikut :
- Untuk membandingkan fremitus kedua sisi dada, pergunakan telapak
tangan di bagian
basal jari-jari atau permukaan ulnar dari telapak tangan.
- Mintalah pasien mengulang-ulang kata : ”sembilan puluh sembilan”
atau ”dua puluh dua”.
Jika belum jelas, mintalah pasien untuk bersuara lebih keras atau lebih
dalam.
- Bandingkan fremitus taktil di lapangan paru kanan dan kiri di
sebelah posterior dada pada
beberapa lokasi (Gambar 8).
- Identifikasi lokasi di mana fremitus meningkat, menurun atau
menghilang.
Fremitus lebih jelas di daerah interskapula dibandingkan di lapangan
paru bagian bawah.
Paru kanan lebih jelas dibandingkan paru kiri. Fremitus umumnya
menurun atau menghilang di
atas prekordium dan di bawah diafragma. Apabila pemeriksaan ini
dilakukan pada perempuan, geser payudara dengan perlahan apabila
diperlukan.

80 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

Gambar 8. Lokasi Pemeriksaan Fremitus Taktil di Dada Posterior

Fremitus akan meninggi pada konsolidasi paru seperti pneumonia.


Sedangkan pada efusi pleura, tumor mediastinum, penyakit paru
obstruktif kronis, obstruksi bronkus, fibrosis pleura, pneumotoraks,
tumor paru dan dinding dada yang sangat tebal, fremitus akan
menurun karena adanya gangguan hantaran aliran udara dari paru ke
dinding dada.

PERKUSI

Perkusi pada dinding dada akan menggerakkan dinding dada dan


jaringan di bawahnya, menghasilkan suara yang dapat didengar dan
getaran yang dapat dirasakan. Perkusi membantu menentukan apakah
jaringan di bawah dinding dada berisi udara, cairan atau massa padat.

Akan tetapi getaran perkusi hanya menembus dinding dada sedalam


5-7 cm sehingga kurang membantu menentukan adanya lesi yang
berada jauh di bawah rongga dada.

81 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

Berikut ini adalah cara melakukan perkusi untuk pemeriksa yang tidak
kidal (Gambar 9a, 9b, 9c) :
- Pemeriksa duduk di samping-belakang pasien.
- Hiperekstensi jari tengah tangan kiri, sendi interphalangeal distal
ditekankan pada permukaan dada dengan lembut. Jari yang lain dan
bagian lain dari telapak tangan tidak boleh menyentuh permukaan
perkusi.

- Posisikan telapak tangan kanan agak dekat ke permukaan. Jari


tengah dalam keadaan fleksi sebagian, relaksasi dan siap untuk
mengetuk.
- Ketukkan distal jari tengah tangan kanan ke arah sendi
interphalangeal distal tangan kiri dengan gerakan cepat tapi rileks.
Dengan demikian, kita mencoba untuk mentransmisikan getaran
melalui tulang sendi ke dinding dada. Ketuklah dengan menggunakan
ujung jari dan bukan badan jari. Gerakan pergelangan tangan
bertumpu pada sendi pergelangan tangan kanan.
- Tarik tangan sesegera mungkin untuk menghindari tumpukan
getaran yang telah diberikan.
- Lakukan perkusi secara beraturan, bandingkan antara kanan dan kiri

82 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

Lakukan 2 kali ketukan di tiap-tiap titik perkusi.


-Kenali jenis-jenis suara perkusi (tabel 1).
- Bila suara perkusi yang terdengar kurang keras, tambahkan tekanan
pada sendi interphalangeal distal yang menempel di dada pasien.
- Perkusi paru normal adalah sonor karena jaringan paru yang
mengandung udara.
Suara perkusi menjadi pekak atau redup bila jaringan paru normal
terisi oleh konsolidasi (campuran antara cairan dan sel darah) seperti
pada pneumonia; digantikan oleh jaringan padat (fibrosis pleura/ paru,
tumor) atau terdapat cairan yang menempati cavum pleura, dapat
berupa cairan serosa (efusi pleura), darah (hematothoraks) atau pus
(empiema).
- Identifikasi lokasi atau area yang perkusinya abnormal.

83 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

Tabel 1. Jenis Suara Perkusi


Intensitas Pitch relatif Relatif Contoh Contoh
relatif durasi lokasi kelainan
Datar Lembut Tinggi Pendek Paha Efusi pleura
masif
Redup Sedang Sedang Sedang Tinggi Pneumonia
lobaris
Resonansi/ Bronkitis
Keras Rendah Panjang Paru kronis
Sonor
normal sederhana
Hiper Sangat Lebih Lebih Tidak ada Emfisema,
Pneumo-
sonor keras rendah panjang toraks,
Asma
Timpani Keras Tinggi - Lambung Pneumo
torax luas

Dari perkusi, kita dapat mengidentifikasi peranjakan diafragma,


dengan cara (gambar 11) :
 Tentukan batas keredupan diafragma selama respirasi biasa
 Perkirakan sejauh mana peranjakan diafragma dengan cara
menentukan tingkat keredupan pada ekspirasi penuh dan inspirasi
penuh, normalnya sekitar 5 atau 6 cm.

84 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

- Level peranjakan diafragma yang lebih dari normal menunjukkan


kemungkinan efusi pleura atau diafragma letak tinggi akibat
atelektasis
atau paralisis diafragma.

AUSKULTASI

Auskultasi paru merupakan pemeriksaan yang paling penting untuk


menilai aliran udara melalui tracheobronchial tree. Membandingkan
auskultasi daerah yang simetris adalah salah satu cara yang baik pada
auskultasi.

Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :


1. Mendengarkan suara napas.
Perhatikan pola suara napas berdasarkan intensitas, nada dan
durasinya selama fase inspirasi dan ekspirasi. Karakteristik suara
napas normal ditampilkan di tabel 2.

Dengarkan menggunakan stetoskop. Pasien diminta untuk bernapas


dalam. Auskultasi dilakukan dengan pola seperti perkusi supaya dapat
Dengarkan minimal satu siklus inspirasi dan ekspirasi di satu titik
auskultasi. Bila suara yang terdengar kurang jelas, minta pasien untuk
bernapas lebih dalam. Dengarkan intensitas, nada dan durasinya
selama inspirasi dan ekspirasi; perhatikan apakah suara napas
terdistribusi di seluruh lapang paru ataukah terdengar di lokasi yang
jauh dari lokasi normalnya .

Suara bronkovesikuler mungkin dapat terdengar di atas saluran napas


besar khususnya pada
sisi kanan. Bila suara bronkial atau bronkovesikuler terdengar di
lokasi yang jauh dari lokasi
normalnya, kemungkinan terjadi penggantian jaringan paru yang
berisi udara dengan cairan atau
jaringan padat.
Intensitas suara napas biasanya lebih keras di lapang paru posterior
bawah. Intensitas suara napas dapat menurun pada orang normal
dengan dinding dada yang tebal; jika aliran udara menurun (misalnya
85 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

pada penyakit paru obstruktif atau kelemahan otot) atau terdapat


gangguan transmisi suara (misalnya karena efusi pleura,
pneumotoraks atau emfisema).

Tabel 2. Karakteristik Suara Napas Normal


Durasi Bunyi Intensitas Pitch Suara Lokasi Normal
Suara
Ekspirasi
Vesikular Suara inspirasi lebih Lembut Relatif rendah Kebanyakan di kedua
lama dibanding lapangan paru
ekspirasi
Bronko Suara inspirasi dan Intermediate Intermediate Umumnya pada sela iga 2
Vesikuler ekspirasi ekual dan 3 anterior dan di
antara skapula
Bronkial Suara ekspirasi Keras Relatif Di atas manubrium
lebih lama tinggi
dibanding inspirasi
Trakeal Suara inspirasi dan Sangat keras Relatif Di atas trakea
ekspirasi seimbang tinggi dan leher

NO ASPEK YANG DI NILAI NILA


I 1 2
0
1 Memberi salam
2 Memperkenalkan diri
3 Manjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
4 Meminta persetujuan pasien

ANAMNESIS SINGKAT
5 Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan
6 Meminta ijin kepada pasien
7 Mencuci tangan sebelum melakukan
pemeriksaan
PEMERIKSAAN DADA POSTERIOR :
INSPEKSI
8 Menilai bentuk dada
9 Melaporkan adanya kelainan pada dinding dada
86 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

(lesi, massa,
deformitas)
10 Memeriksa dan melaporkan adanya asimetri
gerakan/ keterlambatan
gerak, retraksi,

PALPASI
MENGIDENTIFIKASI DAERAH/ LOKASI YANG
ABNORMAL
11 Memeriksa adanya nyeri tekan, massa
Memeriksa pengembangan dinding dada
12 Meletakkan kedua telapak tangan pada posisi yang
benar
13 Meminta pasien untuk bernapas dalam.
14 Melaporkan hasil pemeriksaan pengembangan dinding
dada Memeriksa fremitus taktil
15 Meletakkan kedua telapak tangan pada posisi yang
benar
16 Menggunakan bagian tangan untuk memeriksa
fremitus dengan
benar
17 Meminta pasien mengulang-ulang kata : ”sembilan
puluh sembilan”
atau ”dua puluh dua”.
18 Membandingkan fremitus taktil di lapangan paru
kanan dan kiri
pada beberapa lokasi secara urut.
19 Melaporkan hasil pemeriksaan fremitus dan
mengidentifikasi lokasi
di mana fremitus meningkat, menurun atau
menghilang.

PERKUSI
20 Meletakkan posisi kedua tangan dengan benar
21 Melakukan teknik perkusi dengan benar
22 Melakukan perkusi secara berurutan, membandingkan
antara kanan
dan kiri.
23 Mengidentifikasi dan melaporkan hasil pemeriksaan
perkusi.
87 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

MENGINDENTIFIKASI PERANJAKAN
DIAFRAGMA
24 Menentukan batas redup diafragma selama respirasi
biasa
25 Menentukan keredupan diafragma pada
eskpirasi dan inspirasi penuh
26 Melaporkan level peranjakan diafragma
AUSKULTASI
MELAKUKAN PEMERIKSAAN SUARA NAPAS
27 Meminta pasien untuk bernapas dalam.
28 Mendengarkan menggunakan bagian diafragma
stetoskop.
29 Membandingkan auskultasi beberapa area
lapang paru secara
simetris dan berurutan.
30 Mendengarkan minimal satu siklus inspirasi
dan ekspirasi di satu
titik auskultasi.
31 Mengidentifikasi dan melaporkan suara nafas
normal dan rambahan
32 Mengucapkan salam dan terimaksih

Keterangan ;
: tidak dilakukan sama sekali
1 : dilakukan tapi kurang sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna

Nilai : Jumlah x 100% =


64

Semarang, …………………………………………

Mengetahui,
Koordinator Skills Lab Penilai

( ) ( )
88 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN

89 |

Anda mungkin juga menyukai