0|
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
MODUL 2.2
Sistem Endokrin, Kardiovaskuler dan Respirasi
PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK
1|
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
3|
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah memberi rahmat dan hidayahNya
kepada kami semua, dan atas berkahNya pula kami dapat menyusun Buku Panduan Panduan
DosenModul 2.2. Sistem Endokrin, Kardiovaskuler dan Respirasi .
Modul 2.2. Sistem Endokrin, Kardiovaskuler dan Respirasi ini diberikan pada semester 2
sistem pembelajaran pendidikan berbasis kompetensi di Perguruan Tinggi, khususnya di Fakultas
Kedokteran Universitas Wahid Hasyim. Metode pembelajaran dan penilian yang diterapkan
menggunkaan pendekatan SPICES untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
Metode pembelajaran dipilih dengan mempertimbangkan keaktifan mahasiswa dan mendorong
kemandirian dalam belajar.
Setelah selesai mengikuti Modul Sistem Endokrin, Kardiovaskuler dan Respirasi ini,
mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan struktur dan fungsi normal Sistem
Endokrin, Kardiovaskuler dan Respirasi disertai dengan keterampilan klinik pemeriksaan terkait
sistem saraf pusat dan sistem saraf umum, yang akan berguna untuk menyelesaikan
pendidikan kedokteran.
4|
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Tim Penyusun 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
Tata tertib Laboratorium Keterampilan Klinis 4
Capaian pembelajaran 5
Kompetensi Keterampilan Klinik Modul 7
Level kompetensi 7
Karakteristik mahasiswa 10
Metode Pembelajaran 10
Metode Evaluasi 10
1. Keterampilan Anamnesa dengan keluhan sesak
2. Keterampilan Anamnesa dengan keluhan gangguan endokrin / tiroid
3. Keterampilan Pemeriksaan fisik jantung
4. Keterampilan keterampilan Pemeriksaan fisik paru torax depan
5. Keterampilan Pemeriksaan fisik kelenjar tiroid
6. Keterampilan Pemasangan dan pelepasan APD
7. Keterampilan swab tenggorok
8. Keterampilan tes gula darah
9. Keterampilan membaca X- Ray jantung
10. Keterampilan pemeriksaan paru torak belakang
5|
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
6|
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
Respirasi.
KETERAMPILAN mampu menunjukkan kinerja Mampu melaksanakan proses
UMUM mandiri, bermutu dan terukur pembelajaran secara mandiri
mampu memelihara dan Mampu memelihara hubungan
mengembangkan jaringan baik dengan dosen, tenaga
kerja dengan pembimbing, kependidikan, dan sesama
kolega, sejawat baik di mahasiswa.
dalam maupun di luar
lembaganya;
mampu bertanggungjawab Menjadi moderator pada diskusi
atas pencapaian hasil kerja kelompok dan bertanggungjawab
kelompok dan melakukan terhadap pencapaian sasaran
supervisi dan evaluasi belajar kelompoknya.
terhadap penyelesaian
pekerjaan yang ditugaskan
kepada pekerja yang berada
di bawah tanggungjawabnya
mampu melakukan proses Melakukan evaluasi diri dan
evaluasi diri terhadap kelompok diskusi tutorial
kelompok kerja yang berada
dibawah tanggung jawabnya,
dan mampu mengelola
pembelajaran secara
mandiri;
mampu Menyebutkan sumber informasi
mendokumentasikan, yang digunakan untuk
menyimpan, mengamankan, mendukung pendapatnya baik
dan menemukan kembali secara lisan maupun tertulis.
data untuk menjamin
kesahihan dan mencegah
plagiasi.
Mampu mempresentasikan Mampu mempresentasikan
informasi ilmiah informasi ilmiah
KETERAMPILAN PK 15 Mampu melakukan dan Anamnesa dengan keluhan
KHUSUS menginterpretasikan alo , sesak
hetero dan auto anamnesis Anamnesa dengan keluhan
Pemeriksaan fisik umum dan gangguan endokrin
khusus pada masalah pasien Pemeriksaan fisik jantung
Pemeriksaan fisik paru
Pemeriksaan fisik kelenjar
tiroid
Melakukan prosedur proteksi Menunjukkan kemampuan
diri dan orang lain melakukan prosedur proteksi diri
dan orang lain
Melakukan tindakan medis
preventif
8|
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
Tingkat kemampuan keterampilan klinik yang diharapkan dicapai oleh mahasiswa di akhir pendidikan
adalah :
Tingkat Kemampuan
Keterampilan Klinik
yang diharapkan
Anamnesa
1. Anamnesa dengan keluhan sesak 4A
2. Anamnesa dengan keluhan gangguan endokrin 4A
Pemeriksaan fisik : 4A
3. Pemeriksaan fisik jantung 4A
4. Pemeriksaan fisik paru 4A
5. Pemeriksaan fisik kelenjar tiroid 4A
9|
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
keterampilan tersebut pada alat peraga dan/atau standardized patient. Pengujian keterampilan tingkat
kemampuan 3 dengan menggunakan Objective Structured Clinical Examination (OSCE) atau Objective
Structured Assessment of Technical Skills (OSATS).
Gambar . Tingkat kemampuan menurut Piramida Miller dan alternatif cara mengujinya
pada mahasiswa. Dikutip dari Miller (1990), Shumway dan Harden (2003).
10 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
Mahasiswa peserta praktikum klinik Modul 2.2 merupakan mahasiswa semester 1 tahun
Pertama Fakultas Kedokteran. Mahasiswa telah melalui Praktikum Klinik Modul 1.1 Modu 1.2 Modul
1.3 dan Modul 2.1
METODE PEMBELAJARAN
Kuliah Pengantar (konseptualisasi)
Visualisasi (audiovisual, demonstrasi)
Verbalisasi
Practice (role play peer group)
Feedback (peer group, instruktur)
Latihan mandiri
METODE EVALUASI
Umpan balik dari Instruktur dan sesama mahasiswa
Objective Structured Clinical Examination (OSCE)
11 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
Sesak napas pada asma muncul saat saluran pernapasan (bronkus) mengalami
peradangan dan menyempit. Gejalanya berupa sesak napas yang disertai bunyi napas
tambahan yang tidak normal seperti suara bersiul yang kasar, biasa disebut mengi (wheezing).
Gejala lainnya adalah batuk dan nyeri dada. Orang yang mempunyai riwayat asma dalam
keluarga memiliki rasiko tinggi untuk menderita penyakit ini. Selain itu pada bayi lahir
dengan berat badan kurang dari 2,5 kg dan orang yang sering terpapar asap rokok, zat kimia
dan polusi udar pun juga beresiko tinggi terkena asma. Pemeriksaan dilakukan dengan tes
12 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
fungsi paru dengan spirometri dan peak flow meter. Asma tidak dapat disembuhkan tapi
dapat dicegah dengan menghindari hal-hal yang dapat memicunya jadi harus diketahui pasti
zat yang dapat merangsang serangan asma. Pada saat serangan, pasien diberi obat pelega
seperti ipratropium.
Penyakit infeksi paru seperti pneumonia, TBC, flu babi, dan flu burung sering disertai
dengan gejala sesak napas. Selain itu pasien juga akan mengalami demam, batuk, nyeri dada,
dan badan lemas. Pada seseorang yang memiliki kekebalan tubuh rendah seperti penderita
HIV-AIDS, beresiko tinggi terkena penyakit infeksi paru. Bayi dan orang berusia 65 tahun,
perokok, dan orang yang sering bepergian ke negara dengan angka kejadian kasus flu babi
(influenza A/H1N1) yang tinggi, juga beresiko tinggi mengalami infeksi paru. Pemeriksaan
utama yang dilakukan untuk kepastian kuman penyebab yaitu dengan pemeriksaan dahak
(sputum). Foto roentgen dada dan pemeriksaan laboratorium darah digunakan untuk
menegakkan diagnosis. Terapi dan obat yang diberikan tergantung dari penyebab infeksi paru
tersebut. Jika penyebabnya bakteri maka akan diberikan antibiotik, dan bila disebabkan oleh
virus maka akan diberikan antivirus. Lama pengobatan bervariasi, tergantung penyebab dan
kondisi pasien.
13 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
Nama :
NPM :
TTD :
NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1. Memberi salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
14 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
Keterangan ;
0 : tidak dilakukan sama sekali
1 : dilakukan tapi kurang sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna
Jumlah 100
Nilai : x =
28 %
( ) ( )
15 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
Hipertiroid juga dapat dibedakan antara klinis jelas (overt) dan klinis tidak jelas
(subklinis). Hipertiroid klinis (atau tirotoksikosis) disifatkan dengan peningkatan kadar T3
dan T4 serum dan penurunan kadar TSH serum. Penyebab tersering adalah penyakit Graves,
menurut nama dokter yang pertama menjelaskan penyakit ini pada tahun 1835 dengan trias
pembesaran kelenjar tiroid (goiter), jantung berdebar-debar (palpitasi) dan mata menonjol
(eksoftalmus). Penyakit ini disebabkan oleh produksi antibodi ter-hadap reseptor TSH, yang
merangsang pembentukan hormon tiroid berlebih. Tirotoksikosis berat dapat menyebabkan
dekompensasi, thyroid storm, ditandai demam, takikardia, hipertensi, kelainan
gastrointestinal dan neurologis yang dapat diikuti gagal jantung kongestif, hipotensi dan
renjatan dengan akibat fatal. Usia paling rawan terkena penyakit ini 20-49 tahun, puncak pada
60–69 tahun pada studi di Swedia.
Penyebab dan mekanisme patogenesis Hipertiroid
Pada hipertiroid subklinis didapatkan kadar rendah TSH dengan T3 dan T4 normal
(biasanya normal tinggi, dekat batas atas rentang rujukan) sedangkan gejala klinis tiada atau
sedikit / tidak nyata. Keadaan ini mencerminkan adanya pengurangan produksi dan sekresi
TSH sebagai respons terhadap peningkatan ringan hormon tiroid yang masih dalam rentang
rujukan sebe-lum klinis nyata. Dapat dibedakan antara yang endogen, misalnya berkaitan
dengan penyakit Graves atau goiter nodular, dan yang eksogen, berkaitan dengan pengo-
batan levothyroxine.
Pembesaran kelenjar tiroid
Pembesaran kelenjar tiroid (goiter) dapat merata (difuse) atau nodular, tunggal atau banyak
(multinodular). Goiter biasanya disebabkan rangsangan berkepanjangan oleh TSH atau zat
serupa TSH (TSH-like agent) baik pada hipotiroid (misalnya tiroiditis Hashimoto) maupun
hipertiroid (penyakit Graves, tumor sel germinal, adenoma hipofisis), dan dapat pula pada
keadaan eutiroid. Penyebab tersering adalah defisiensi yodium. Jadi berdasarkan klinis dan
dasar patogenesisnya apakah ada kaitan inflamasi atau keganasan dapat dibedakan antara
goiter toksik dan yang non toksik.
18 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
Nama :
NPM :
TTD :
NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1. Memberi salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
Keterangan ;
0 : tidak dilakukan sama sekali
1 : dilakukan tapi kurang sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna
Jumlah 100
Nilai : x =
40 %
( ) (
)
20 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
Dalam mendiskripsi hasil pemeriksaan toraks, kita perlu menghitung kosta beserta
spatium interkostalis dengan benar. Angulus stemalis adalah petunjuk yang baik. Untuk
menemukannya, temukanlah dahulu fosa suprastermalis, kemudian gerakan jari anda ke
bawah kurang labih 5 cm, untuk sampai pada
tonjolan tulang horizontal yang
menghubungkan manubrium sterni dengan
korpus sterni. Kemudian gerakan jari anda ke
lateral untuk menemukan kosta kedua
spatium interkostalis. Dengan menguunakan
dua jari, anda dapat menyelusuri kosta ke
bawah secara miring ke lateral. Kenalilah 8
buah kartilago kosta yang melekat pada
sternum. Kartilago kosta ke 8, 9 dan ke 10
21 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
Selain itu terdapat termiologi lain yang biasa dipakai misalnya supraklavikula (di
atas klavikula), infrakavikuler (di bawah klavikula), interskapula (di antara dua skapula)
dan infraskapula ( di bawah scapula).
22 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
Gambar 4. Garis imajiner toraks (a) anterior, (b) lateral, (c) posterior
klinis, karena merupakan batas kiri jantung dan menentukan iktus kordis. Iktus kordis ini
adalah suatu denyut sistolik yang biasanya ditemukan pada spatium interkosta ke 5, atau
kira-kira 7-9 cm dari linea midsternalis kiri. Batas kanan jantung disusun loeh atrium
kanan. Atrium kiri terletak di belakang dan tidak dapat diperiksa secara langsung.
Walaupun demikian sebagian kecil dari atrium ini membentuk sebagian dari batas kiri
jantung dengan arteri pulmonalis dan ventrikel kiri.
Di atas jantung terdapat pembuluh darah besar arteri pulmonalis, bercabang menjadi
cabang kanan dan kiri. Aorta melengkung ke atas dari ventrikel kiri di daerah angulus
sternalis, kemudian melengkung ke belakang dan ke bawah. Di sebelah kanan terdapat
vena kava superior yang masuk ke atrium kanan. Vena kava inferior juga masuk ke
atrium kanan. Vena kava superior dan inferior mambawa darah vena dari bagiantubuh
atas dan bawah.
23 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
C. SIKLUS JANTUNG
Apabila tekanan di dalam ventrikel kiri selama siklus jantung diukur, maka akan
didapat hasil seperti gambar di bawah ini. Selama fase sistolik, ventrikel berkontraksi
sehingga menyebabkan kenaikan tekana mendadak yang kemudian diikuti oleh kenaikan
tekanan darah. Pada waktu tekanan relaks selama fase diastolic, tekanan turun sampai
hamper nol. Pada akhir diastolic, terdapat sedikit kenaikan tekanan yang disebabkan
sedikit darah yang masuk ke ventrikal karena kontraksi atrium.
Ingat bahwa selama fase sistolik, katup aorta terbuka, diikuti pancaran darah dari
ventrikel ke aorta. Sedangkan katup mitral
tertutup, untuk mencegah agare tidak menjadi
regurgitasi darah dari aorta ke ventrikel kiri.
Hubungan antaran tekanan di dalam ketiga
ruang tersebut (atrium kiri, ventrikel kiri, dan
aorta), bersama dengan posisi dan gerakan
Gambar 7. Siklus jantung
dari katup-katup merupakan hal yang penting
untuk memahami suara jantung.
Selama diastolic, tekanan di dalam atrium kiri yang terisi darah sedikit lebih tinggi
dari pada tekanan di dalam ventrikel kiri, sehingga darah mengalir dari atrium kiri ke
24 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
venrtikel kiri melalui katup mitral yang terbuka. Sesaat sebelum mulainya fase sistolik,
kontraksi atrial menyebabkan sedikit kenaikan tekanan pada kedua ruang ini.
Pada waktu ventrikel mulai berkontraksi, tekanan di dalamnya dengan tiba-tiba
meningkat melebihi tekanan atrial, sehingga menyebabkan katup mitral tertutup.
Penutupan katup mitral ini yang menyebabkan suara jantung pertama(S1).
Pada waktu tekanan di dalam ventrikel terus bertambah, tekanan menjadi lebih besar
dari pada tekanan diastolik di aorta, menyebabkan terbukanya katup aorta. Membukanya
katup aorta tidak selalu terdengar, tetapi pada beberapa keadaan patogolis, suara ini
terdengar disertai oleh suara pancaran dari awal sistolik.
Pada waktu ventrikel memompakan sebagian besar darahnya, tekanan ventrikel
menjadi turun. Pada waktu tekanan ventrikel berada di bawah tekanan aorta, katup aorta
menutup. Menutupnya katup aorta ini menyebabkan timbulnya suara jantung kedua (S2).
Ketika tekanan di dalam ventrikel terus menurun selama selaksasi ventrikel sehingga
lebih rendah dari pada tekanan aorta, katup mitral akan terbuka. Biasanya ini tidak
terdengar, tetapi kadang-kadang terdengar sebagai opening snap pada keadaan stenosis
mitralis. Periode berikutnya adalah pengisian darah ke ventrikel dengan cepat pada waktu
awal diastolic dimana darah mengalir dari atrium ke ventrikel. Pada anak-anak atau
dewasa muda suara ini bias terdengar sebagai suara jantung ketiga (S3). Akhirnya
walaupun tidak terdengar pada dewasa normal, suara jantung ke empat menandai
kontraksi atrium. Suara ini sedikit mendahului suara jantung pertama.
INSPEKSI
1. Bentuk dada
o Pada orang dewasa normal perbandingan diameter transversal terhadap diameter
anteroposterior adalah 2 : 1 dan simetris
o Perhatikan adanya bentuk abnormal dada akibat kelainan jantung misalnya pada
pectus carinatum dimana terlihat penonjolan setempat yang lebar di daerah
prekordium diantara sternum dan apeks kordis
2. Pulsasi
o Pulsasi iktus kordis mudah terlihat pada orang dewasa normal yang kurus, yaitu
di ruang sela iga 5 sedikit sebelah medial dari garis midklavikula kiri, sesuai
dengan letak apeks jantung. Diameter daerah pulsasi ± 2 cm dengan punktum
maksimum di tengah-tengah daerah tersebut. Jika letak iktus kordis tersebut
menggeser ke kiri dan lebih melebar, maka dapat diduga adanya pembesaran
ventrikel kiri ke lateral.
o Kadang-kadang pada orang yang kurus dapat ditemukan retraksi sistolik di bagian
lain daerah prekordinal. Hal ini dsebabkan letak jantung yang sangat berdekatan
dengan dinding toraks, sehingga pada saat sistolik ventrikel kanan menguncuo
sambil mengadakan putaran kedalam. Hal ini akan menarik sebagian dinding
toraks di daerah prekordium.
o Iktus kordis negatif : saat sistolik terjadi retraksi ke dalam dan pada diastolik
terjadi pulsasi keluar, misalnya pada perikarditis adhesive.
o Pulsasi yang tidak normal:
Pulsasi di sela iga 3 kiri : dilates arteri pulmonalis (Ductus Botali persistent),
aneurisma arteri pulmonalis
Pulsasi di daerah lekuk supra sternum : kuatnya denyut aorta atau meningginya
tekanan di dalam aorta
Pulsasi pada sela iga 4 di garis sternum atau di epigastrium : hipertrofi
ventrikel kanan
Pulsasi sistolik pada sela iga terbawah, dapat dilihat di bagian samping dan
belakang dinding toraks sampai sela iga 11 di garis aksilaris posterior :
perikarditis adhesive, hipertrofi jantung
Pulsasi arteri interkostalis di daerah punggung : stenosis istmus aorta
26 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
Pulsasi pada leher bawah dekat scapula : koarktasio aorta yang berat
PALPASI
1. Pulsasi iktus kordis
Kadang-kadang dengan cara inspeksi iktus kordis ini sulit ditentukan, namun dengan
palpasi dapat ditentukan lokasi, luas, frekuensi dan kualitas dari pulsasi tersebut
2. Ventricular heaving
Gambar 8. Pulsasi iktus kordis
Pulsasi yang bersifat menggelombang, terdapat
pada keadaan beban diastolik yang meningkat,
misalnya insufisiensi mitral (diraba di daerah
ventrikel kiri), aneurisma ventrikel
3. Ventricular lift
Pulsasi yang lebar dan bersifat pukulan-pukulan
serentak, terdapat pada peningkatan beban sistolik
ventrikel kanan, misalnya pada stenosis mitral dengan hipertensi pulmonal dapat
teraba di daerah ventrikel kanan
4. Pericardial friction rub
Gesekan pericardial di daerah perikordium, yang teraba sebagai gesekan atau fremitus
yang sinkron dengan denyut jantung dan tidak berubah menurut pernafasan,
misalnya : perikardirtis fibrinosa
5. Thrill
Getaran atau vibrasi yang terdapat pada kelainan katup, disebabkan oleh aliran
turbulen yang kasar dalam jantung atau dalam pembuluh-pembuluh
PERKUSI
Bertujuan untuk menentukan besar dan bentuk jantung
1. Batas jantung kanan : normalnya terletak di antara garis midsternum dan
sternum kanan. Bila batas ini terdapat di sebelah kanan garis sternum kanan,
dapat disebabkan oleh pembesaran atrium atau ventrikel kanan
2. Batas jantung kiri : normalnya terletak sedikit sebelah medial dari garis
midklavikula kiri. Bila batas ini terdapat di sebelah kiri garis midklavikula kiri,
dapat disebabkan oleh pembesaran ventrikel kiri.
3. Batas atas jantung (pinggang jantung) : normalnya terletak di ruang sela iga kiri.
Bila letaknya lebih ke atas, dapat disebabkan oleh pembesaran atrium kiri,
misalnya pada stenosis mitral
27 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
AUSKULTASI
Penderita dalam posisi berbaring dengan sudut 30˚.
o Penderita diminta bernapas biasa dan suasana rileks.
o Pusatkan perhatian pertama pada suara dasar jantung, baru perhatikan adanya
suara tambahan
o Mulailah auskultasi pada beberapa tempat
Katup mitral : di ruang apeks (dengan corong stetoskop)
Katup trikuspid : di ruang interkostal 4 dan 5 kiri kea rah sternum (dengan
corong)
Katup aorta : di ruang sela iga 2 di tepi kanan sternum (dengan membran)
Katup pulmonal : di ruang sela iga 2 di tepi kiri sternum (dengan membrane)
Gambar 9. Lokasi katup jantung
o Perhatikan irama dan frekuensi suara jantung
Bedakan antara bunyi jantung sistolik dan diastolic
Usahakan mendapat kesan intensitas suara jantung
Perhatikan adanya suara-suara tambahan (gallop)
atau suara yang pecah
Tentukan apakah bising (murmur) sistolik atau
diastolic
Gabungkan auskultasi dengan kualitas pulsus
(denyut nadi) pada arteri radialis atau karolis
Tentukan daerah penjalaran bising, dan tentukan titik maksiamalnya
Catat hasil auskultasi
E. BUNYI JANTUNG
1. BUNYI JANTUNG I DAN II
1.1. BUNYI JANTUNG I (BUNYI SISTOLIK)
Katup mitral dan katup trikuspid tertutup secara serentak, dan pada saat yang
bersamaan katup aorta dan pulmonal terbuka serental. Keadaan ini akan
membentuk bunyi jantung pertama atau bunyi jantung sistolik.
1.2. BUNYI JANTUNG II (BUNYI DIASTOLIK)
Katup aorta dan pulmonal tertutup secara serantak, dan pada saat yang
bersamaan katup mitral dan trikuspid terbuka serentak. Keadaan ini akan
membentuk bunyi jantung kedua atau bunyi jantung diastolik.
28 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
29 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
Kepekatan darah
Daya kontraksi miokardium
30 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
Tipe early diastolic, terdengar segera sesudah BJ II. Pada insufisiensi aorta
bising ini dapat terdengar di daerah basal sekitar kosta 2 linea sternalis dekstra.
Hal ini terjadi akibat aliran balik pada katup aorta
Tipe presistolik, terdengar pada akhir fase diastolik tepat sebelum BJ I. Pada
stenosis mitral dapat dijumpai bising presistolik dengan punctum maximum di
apeks kordis
31 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
Nama :
NPM :
TTD :
No SKOR
ASPEK YANG DINILAI
. 0 1 2
1. Memberi salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
4. Meminta persetujuan pasien
5. Mencuci tangan
INSPEKSI
6 Memperhatikan bentuk dan ukuran dada
7 Menentukan letak iktus kordis
8 Melaporkan hasil pemeriksaan
PALPASI
9 Menentukan letak iktus kordis
10 Meraba adanya pulsasi atau vibrasi
11 Melaporkan hasil pemeriksaan
PERKUSI
12 Melakukan perkusi dengan teknik yang benar dan sistematis
13 Menentukan batas jantung kanan
14 Menentukan batas jantung kiri
15 Menentukan pinggang jantung
16 Melaporkan hasil pemeriksaan
AUSKULTASI
Melakukan auskultasi pada iktus kordis menggunakan sisi corong (katup
17 mitral)
18 Melakukan auskultasi pada sela iga 4 dan 5 di tepi kanan dan kiri sternum
menggunakan sisi corong (katup trikuspidal)
19 Melakukan auskultasi pada sela iga 2 di tepi kanan sternum menggunakan
sisi diafragma (katup aorta)
20 Melakukan auskultasi pada sela iga 2 di tepi kiri sternum menggunakan sisi
diafragma (katup pulmonal)
21 Mengenali bunyi jantung I dan II dan membandingkan dengan arteri radialis
22 Mengenali suara tambahan pada saat sistolik dan diastolik
23 Melaporkan hasil pemeriksaan
24 Membersihkan kedua tangan dengan cairan antiseptik
25 Mengakhiri dengan hamdallah dan menutup dengan salam islami
32 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
26 Mencuci tangan
27 Mengucapkan salam dan terimakasih
Keterangan ;
0 : tidak dilakukan sama sekali
1 : dilakukan tapi kurang sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna
Jumlah 100
Nilai : x =
54 %
( ) (
)
33 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
34 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
Pada dinding posterior dada, kosta ke 11 dan ke 12 dapat menjadi titik awal untuk
menghitung kosta dan spatium interkostalis. Biasanya ini menolong untuk mendiskripsi
kelainan pada dada bagian bawah, tetapi dapat menolong juga apabila penghitungan dari
depan tidak memuaskan atau meragukan. Mula-mula dengan satu jari tangan, ke kanan
tepi bawah kosta kearah dalam dan atas, temukanlah kosta ke 12 kemudian merambat ke
atas pada spatium interkostalis secara miring keatas dan melingkar kedinding depan dada
(Gambar 3.) posterior ddg dada. Selain itu, ada juga tanda-tanda tulang lain yang dapat
dipakai sebagai patokan. Angulus inferior scapulae biasanya terletak pada level yang
sama dengan kosta ke 7. Lokasi kelainan dapat juga disebut dengan menggunakan letak
prosesus spinosus dari vertebrae. Pada waktu seorang menundukan kepala, maka
prosesus spinosus yang paling menonjol adalah prosesus spinalis vertebrae servikalis ke
7. Apabila ada dua prosesus spinalis yang sama menonjol, mereka adalah milik vertebra
sevikal 7 dan torakal 1. Prosesus spinosus di bawahnya dapat dikenali dan dihitung
terutama apabila vertebra dalam keadaan fleksi. Selain itu, hasil pemeriksaan dapat
dilokalisir menurut garis imajiner yang ditarik pada dinding dada (Gambar 4a. dan 4b.)
35 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
Selain itu terdapat term lain yang biasa dipakai misalnya supraklavikuler (di atas
scapula), infraklavikuler (di bawah klavikula), interskapula (di antara dua scapula), dan
infra scapula.
36 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
Pada waktu pemeriksaan thorax, ingatlah akan paru-paru beserta lobus-lobusnya. Lokasi
ini dapat di proyeksikan pada dinding dada. Kunci proyeksi lokasi ini terletak pada antara
lain :
- Apex paru terletak kurang lebih 2-4 cm di atas sepertiga medial klavikula.
- Batas bawah paru menyilang kosta ke 6 pada linea mid klavikula, dan menyilang
kosta ke 8 pada linea midaxilaris.
- Pada dinding belakang, batas bawah adalah pada level prosesus spinosus vertebra
thorakalis ke 10.
- Batas ini dapat turun sampai ke vertebra thorakalis ke 12 pada inspirasi dalam.
37 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
- Tiap paru secara garis besar dibagi dua oleh fisura yang oblik, menjadi lobus superior
dan lobus inferior. Pada dinding dada posterior, lokasi fisura oblik ini kira-kira sesuai
dengan garis oblig yang ditarik dari prosesus spinosus thorakalis ke 3 kebawah lateral.
Garis ini berdekatan dengan batas bawah skapula ketika lengan diangkat ke atas
kepala.
Paru kanan dibagi oleh fissure horizontal menjadi lobus superior dan lobus medius.
Fisura ini melintang dari linea mid axilaris kanan setinggi kosta ke 5 ke media setinggi
kosta ke 4.
Oleh karena itu hasil pemeriksaan thorax di pengaruhi oleh jarak antara dinding dada
dengan trachea dan bronchi yang besar, maka lokasi dan organ-organ tersebut harus
38 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
dikenali. Perhatikan bahwa trachea bercabang di daerah setinggi angulus stenalis (di
depan) atau prosesus spinalis vertebra thorakalis ke 4 (di belakang).
Bernapas adalah aksi otomatik yang di atur oleh batang otak dan dilakukan oleh
otot-otot respirasi. Selama infirasi, diafragma dan otot-otot interkostales berkontraksi,
membersarkan rongga thorax, dan memekarkan paru dalam rongga pleura. Dinding dada
bergerak keatas, depan, dan ke lateral, selama diafragma bergerak turun. Setelah inspirasi
berhenti, paru mengempis, diafragma secara pasif akan naik, dan dinding dada akan
rileks seperti semula. Apabila napas terpacu oleh karena olah raga atau penyakit, maka
ada otot lain yang ikut bekerja, yaitu otot trapezius, sternomastoid, dan otot scalenus di
leher selama inpirasi, dan otot scalenus di leher selama inpirasim dan otot-otot abdominal
selama expirasi. Amatilah otot-otot leher anda di depan cermin pada waktu anda menarik
napas sedalam mungkin.
Suara napas berasal dari saluran nafas besar, yang melalui paru diteruskan kedinding
dada, sehingga anda dapat mendengarnya dengan stethoscope. Jaringan yang dilalui
jaringan pernapasan, meredam dan menyaring suara napas ini, sehingga yang anda
dengar pada waktu pemeriksaan auskultasi adalah suara lembut dengan frekuansi rendah
pada waktu inspirasi, dan akan melemah dan kemudian menghilang pada awal expirasi.
Suara seperti ini disebut suara vesikuler. Dengarkanlah suara ini pada dada anda atau
teman anda, didaerah dada bagian bawah, di linea midaxilaris, atau sedikit lebih
kebelakang. Walaupun suara expirasi terdengar pendek, pada kenyataan expirasi
berlangsung lebih lama dari pada yang terdengar.
Apabila anda mendengarkan suara nafas di dekat trakhea (misalnya diatas
manubrium atau diantara scapula), stetoscope anda dekat dengan sumber bunyi
pernafasan, sehingga peredamnya sedikit. Akibatnya, suara terdengar akan lebih keras,
dan bernada lebih tinggi. Perbedaan suara ini akan lebih jelas pada waktu expirasi. Suara
expirasi dapat berlangsung sama lamanya dengan suara inspirasi bahkan dapat lebih
lama. Suara ini disebut suara nafas bronchial. Apabila suara ini terdegar di daerah yang
terletak jauh dari sumber suara napas maka merupakan suatu kelainan, sifat-sifat dari
kedua jenis dari kedua jenis suara pernapasan tersebut dapat dilihat pada table di bawah
ini. Perrhatikan bahwa dalam menilai kualitas suara nafas, kita harus memperhatikan
durasi, nada, dan intensitasnya.
Intensitas
Durasi inspirasi dan Nada selama
Suara nafas selama Lokasi normal
ekspirasi ekspirasi
ekspirasi
39 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
Gambar 7. Skema suara napas: (a) Vesikular, (b) Bronkial, (c) Ekspresi memanjang
Gambar 10a. Bentuk thorax normal, (10b) Funnel chest, (10c) barrel chest
Dari depan
a. Perhatikan klavikula
b. Fosa supra dan infra klavikula
c. Lokasi iga ke 2 pada kedua sisi
d. Catat adanya kelainan jumlah dan bentuk iga
- Kemudian letakkan kedua telapak tangan pada bagian belakang dada dan bandingkan
baik pernapasan maupun preminus suara antara kanan dan kiri
- Ukur lingkaran dada pada saat inspirasi kuat dan ekspresi kuat
Perkusi
Tujuan
- Untuk mendapatkan informasi batas-batas, ukuran, posisi, dan kualitas janringan atau
organ (paru) yang berada di dalamnya.
- Dengan perkusi kita dapat mengetahui apakah organ yang kita perkusi berisi udar,
cairan, atau masa padat. Walaupun demikian perkusi hanya menembus sedalam 5-7
cm saja, sehingga tidak dapat mendeteksi lesi yang letaknya dalam.
Teknik perkusi dapat dilatih pada permukaan apa saja prinsipnya adalah:
- Hiperextensikan jari tengah tangan kiri anda, tekanlah sendi interfalangeal kuat-kuat
pada permukaan yang di perkusi. Hindarkan kontak dengan bagian tangan yang lain,
karena akan mengganggu suara yang dihasilkan. Dengan kuat, tajam dan dengan
gerakan pergelangan yang santai, ketoklah ujung jari tengah kiri dengan ujung jari
tengah kanan anda. Dengan demikian anda meneruskan getaran dari tulang jari tengah
anda ke jaringan yang anda perkusi. Gunakan ujung jari, dengan posisi yang sedapat
mungkin tegak lurus dengan jari ayng diketok. Sesudah mengetok, cepat angkat lagi
tangan kanan anda, agar tidak mengganggu getaran yang telah anda ciptakan.
- Bandingkan apakah perkusi kita melewati daerah pekak, sonor atau redup.
42 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
43 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
44 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
Auskultasi
Tujuan : Menentukan ada tidaknya perubahan dalam saluran pernapasan maupun paru.
- Pasien diminta menarik napas pelan-pelan dangan mulut terbuka
- Lakukan auskultasi secara sistematis. Dengarkan setiap kali secara lengkap satu
periode inspirasi dan ekspirasi
- Bandingkan kanan dan kiri
- Mulailah di daerah depan di atas klavikula
- Setelah mendengarkan daerah ini, teruskan auskultasi ke sisi dinding
- Kemudian lakukan auskultasi di bagian belakang anda, mulai dari atas ke bawah
sesuai gambar disamping
- Perhatikan apabila ada perubahan suara
- Tentukan secara pasti lokasi perubahan suara
- Catat suara-suara yang didapatkan pada waktu auskultasi
45 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
46 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
Nama :
NPM :
TTD :
No NILAI
ASPEK YANG DINILAI
. 0 1 2
1. Memberi penjelasan tindakan yang akan dilakukan.
2. Meminta penderita untuk berbaring terlentang yang diperiksa.
Meminta penderita untuk membuka baju seperlunya agar daerah
3.
pemeriksaan terbuka.
4. Memperhatikan dan menghitung frekuensi pernafasan.
Melakukan inspeksi dari depan dan belakang penderita untuk menentukan
5.
bentuk thorak penderita.
Meletakkan kedua telapak tangan pada bagian dada dan punggung penderita
kiri dan kanan untuk merasakan perbandingan gerak nafas bawah, depan dan
6. belakang, membandingkan kanan dan kiri
Membandingkan fremitus paru kanan dan kiri dengan meletakkan kedua
telapak tangan pada punggung penderita dan meminta penderita untuk
7. mengucapkan “sembilan puluh sembilan”.
Melakukan perkusi secara sistematis dari atas ke bawah, depan dan belakang,
8. membandingkan kiri dan kanan.
9 Melakukan perkusi dalam di daerah supra klavikula
10 Melakukan perkusi untuk menentukan batas paru – hepar
11 Melakukan perkusi untuk menentukan batas paru – jantung.
12 Melakukan perkusi untuk menentukan peranjakan paru
Melakukan auskultasi secara sistematis dari atas ke bawah, depan dan
13 belakang, membandingkan kanan dan kiri.
Mendengarkan inspirasi dan ekspirasi pada tiap tempat
14 yang diperiksa.
Jumlah 100
Nilai : x =
28 %
Semarang, …………………………………………
Mengetahui,
47 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
( ) ( )
48 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
49 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
Nama :
NPM :
TTD :
NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1. Memberi salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
50 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
Keterangan ;
0 : tidak dilakukan sama sekali
1 : dilakukan tapi kurang sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna
Jumlah 100 =
Nilai : x
26 %
Semarang, …………………………………………
Mengetahui,
( ) ( )
51 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
Alat perlindungan diri (APD) merupakan suatu peralatan khusus yang dikenakan oleh
seseorang untuk melindungi dirinya dari material infeksius. Pelaksanaan program
penggunaan APD bertujuan untuk meningkatkan keamanan diri di lingkungan pelayanan
kesehatan melalui penggunaan APD yang tepat. Selain itu juga bertujuan untuk
memberikan informasi mengenai cara pemilihan dan penggunaan APD di pelayanan
kesehatan, serta memberikan pelatihan bagaimana cara memakai dan cara melepaskan
APD secara aman.
Dalam menentukan APD apa yang perlu digunakan kita harus memperhatikan
beberapa faktor di antaranya adalah tipe paparan yang perlu diantisipasi (percikan
atau sentuhan, kategori isolasi), lamanya tugas yang akan dikerjakan, dan ukuran APD
yang harus sesuai.
a. Sarung tangan :
Sarung tangan terbuat dari vinyl, latex, nitrile atau bahan lain. Jenisnya ada yang
52 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
dikemas dalam kondisi steril namun ada juga yang dikemas dalam konsidi non
steril. Sarung tangan ada yang hanya bisa digunakan sekali pakai dan ada juga
yang dapat dipakai ulang. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat mengenakan sarung
tangan :
- Saat bekerja harus dimulai dari area yang paling bersih menuju ke area yang
paling kotor.
- Batasi menyentuh yang tidak perlu. Hal ini penting untuk melindungi diri kita,
orang lain dan lingkungan (jangan menyentuh wajah atau merapikan APD
dengan sarung tangan yang sudah terkontaminasi, jangan menyentuh permukaan
lingkungan kecuali memang diperlukan saat melakukan perawatan pasien).
- Sarung tangan harus diganti apabila sudah tampak sangat kotor atau apabila
akan berpindah ke pasien yang lain.
- Jangan pernah mencuci ulang sarung tangan sekali pakai.
c. Jubah operasi :
Selalu dikemas dalam kondisi steril. Hanya digunakan pada saat akan melakukan
tindakan pembedahan di dalam ruang operasi dan dikenakan dengan cara tertentu
guna menjaga sterilitas jubah operasi.
d. Pelindung wajah
- Masker : melindungi hidung dan mulut. Harus menutup dengan sempurna seluruh
hidung dan mulut untuk mencegah penetrasi cairan.
- Kaca mata goggles : melindungi mata. Harus menutup dengan sempurna seluruh
area sekitar mata. Kaca mata goggle tidak dapat digantikan oleh kaca mata biasa.
- Face shields : melindungi wajah, hidung, mulut dan mata. Harus mencakup dahi
hingga bawah dagu dan melindungi area tepi wajah.
Masker :
• Letakkan masker menutupi hidung, mulut dan dagu
• Eratkan kawat mengikuti lekuk batang hidung
• Tali dengan erat di belakang kepala
• Pastikan bahwa masker sudah menutup dengan sempurna
54 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
Gambar 2
55 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
kata lain lokasi APD yang bersih adalah area yang tidak memiliki risiko kontak
dengan organisme penginfeksi. APD dilepas di ruang anteroom.
56 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
Nama :
NPM :
TTD :
PELEPASAN APD
16 Sebelum melepas APD, diwajibkan untuk mencuci tangan
terlebih dahulu atau menggunakan handsanitizer.
17 Kemudian, melepas semua isolasi yang menempel pada badan.
Lalu, langsung dibuang pada tempat sampah medis dan pastikan
tidak ada yang robek dari isolasi tersebut.
18 Kemudian melepas sarung tangan bagian luar. Ketika melepas,
harus hati-hati dan jangan sampai mengkontaminasi sarung
tangan bagian dalam.
19 Selanjutnya, melepas face shield. Cara melepas yakni
dilonggarkan dulu dari bagian samping. Kemudian
membersihkan face shield menggunakan tisu/ kasa yg sudah
dibasahi dengan desinfektan, dengan arah zig zag atau memutar
dari dalam keluar. (sebanyak 2 kali)
Lalu, melepaskan, Diambil dari samping dan dibersihkan
menggunakan tisu sama dengan cara membersihkan face shield.
20 Kemudian melepas penutup kepala. Pastikan ada cermin untuk
mempermudah
21 Selanjutnya melepas cover shoes dengan cara menggulung dari
dalam ke luar. Gulung dengan hati-hati dan jangan terlalu cepat
untuk menghindari kontaminasi dengan bagian yang lain.
22 Setelah itu, membuka penutup kepala. Jangan lupa digulung juga.
Pastikan tergulung keluar dan jangan sampai bagian luar
menyentuh bagian dalam. Serta, usahakan coverall ini tidak
menyentuh lantai dengan kondisi tergulung. Lalu, buang pada
sampah medis.
22 Membuang sarung tangan bagian dalam. Kemudian memakai
kembali sarung tangan yang baru.
58 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
Keterangan ;
0 : tidak dilakukan sama sekali
1 : dilakukan tapi kurang sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna
Semarang, …………………………………………
Mengetahui,
( ) ( )
59 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
SWAB TENGGOROK
Teknik swab tenggorok adalah dengan mengambil apusan pada permukaan tonsil atau
dinding posterior faring.
Persiapan
Sama seperti tindakan medis lain, petugas perlu menyampaikan tujuan, risiko, dan prosedur
yang akan dilakukan. Kemudian, minta persetujuan pasien dan tanda tangan informed
consent.
Sampaikan pada pasien bahwa tindakan ini diperlukan untuk menentukan diagnosis dan tata
laksana terbaik bagi kondisi klinisnya. Selama tindakan, akan dimasukan stik yang digunakan
untuk mengambil apusan pada tenggorokan pasien. Tindakan ini bisa menyebabkan rasa tidak
nyaman dan menginduksi muntah.
Sebelum tindakan, pasien diminta untuk tidak menggunakan antiseptik kumur, sikat gigi,
makan, dan minum minimal selama dua jam sebelum pengambilan spesimen.
Peralatan
Beberapa peralatan yang diperlukan untuk melakukan swab tenggorok adalah:
Posisi Pasien
Minta pasien untuk duduk tegak jika bisa. Dongakkan kepala ke belakang, buka mulut pasien,
dan minta pasien menjulurkan lidah. Cara ini akan membantu memperlihatkan faring.
Jika faring belum terlihat jelas, gunakan pencahayaan dengan senter ke arah faring dan tekan
lidah ke bawah menggunakan depressor lidah. Minta pasien berkata “ah” agar otot
tenggorokan relaksasi dan meminimalisir refleks muntah.
Prosedural
Sebelum mengambil sampel, petugas perlu menggunakan alat perlindungan diri yang sesuai.
Pada kasus kecurigaan adanya patogen aerosol yang menular, misalnya COVID-19, alat
perlindungan diri ini akan mencakup penggunaan:
60 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
a. Masker N95
b. Sarung tangan karet
c. Baju pelindung
d. Pelindung mata
e. Sharp container atau tempat pembuangan benda tajam.
Pengambilan Spesimen
Setelah semua alat dan bahan dipersiapkan, pengambilan spesimen dapat dimulai. Berikut
beberapa langkah yang akan dilakukan:
Pastikan identitas pasien yang hendak dilakukan swab tenggorok sudah sesuai
Meskipun tindakan ini minim resiko, jelaskan pada pasien bahwa pengambilan sampel akan
terasa tidak nyaman dan dapat memicu gag reflex
Cuci tangan hingga bersih dan kenakan alat perlindungan diri yang sesuai ketentuan
Posisikan pasien duduk dengan kepala sedikit menengadah dan mulut terbuka lebar dengan
lidah dijulurkan. Bila swab dilakukan pada pasien anak, minta orang tua untuk duduk
memangku anak dan merangkul dari belakang
Masukan aplikator ke dalam orofaring, kemudian rotasikan aplikator secara lembut pada
permukaan tonsil, dinding posterior faring, atau keduanya. Apusan perlu difokuskan pada
area yang tampak eritema atau mengandung eksudat
Masukan aplikator ke dalam tabung atau vial plastik, kemudian tutup wadah
Pastikan spesimen bersentuhan dengan media transport atau media kultur
Berikan label seperti nama, usia, dan nomor rekam medis pasien, kemudian segera kirim ke
laboratori.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
Nama :
NPM :
TTD :
Keterangan ;
0 : tidak dilakukan sama sekali
1 : dilakukan tapi kurang sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna
Semarang, …………………………………………
Mengetahui,
( ) (
62 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
Tes gula darah adalah prosedur pemeriksaan kadar gula (glukosa) dalam darah.
Tes ini dapat dilakukan untuk membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit
diabetes.
Tak hanya itu, tes gula darah juga diperlukan untuk mengendalikan dan
mencegah komplikasi bagi pengidap diabetes.
Kadar gula dalam darah diatur oleh hormon bernama insulin. Namun pada
penderita diabetes, insulin yang dihasilkan oleh tubuh tidak cukup atau tidak
bekerja dengan baik.
Akibatnya, glukosa bisa menumpuk dalam darah. Kadar glukosa yang tinggi
dapat menyebabkan kerusakan organ bila tidak ditangani dengan baik.
Tes gula darah bertujuan memeriksa kadar glukosa dalam tubuh Anda.
Pemeriksaan ini seringkali digunakan untuk memantau dan mendiagnosis
penyakit diabetes.
Pemeriksaan gula darah juga diperlukan untuk menyediakan informasi bagi
dokter yang kemudian bermanfaat dalam menentukan pengobatan diabetes.
Dokter akan menyarankan tes gula darah untuk orang dengan gejala kadar
gula darah tinggi (hiperglikemia) atau kadar gula darah rendah
(hipoglikemia).
Orang yang mengalami gejala hiperglikemia
Rasa haus yang meningkat
Buang air kecil menjadi lebih sering
63 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
Pandangan kabur
Rasa lelah
Luka yang sukar sembuh
Orang yang mengalami gejala hipoglikemia
Cemas
Berkeringat
Tubuh gemetar
Rasa lapar
Kebingungan atau linglung
Orang yang memiliki faktor risiko diabetes
Pasien dengan faktor risiko diabetes juga memerlukan tes gula darah.
Faktor-faktor ini meliputi:
Berat badan berlebih
Kurang olahraga
Memiliki anggota keluarga yang juga mengidap diabetes
Tekanan darah tinggi
Penyakit jantung
Wanita hamil
Selain pada pasien diabetes dan hipoglikemia, tes gula darah juga
dilakukan pada wanita hamil saat usia kehamilan mencapai 24 hingga 28
minggu.
Pemeriksaan ini bertujuan mengecek kemungkinan diabetes gestasional, yakni
diabetes yang terjadi selama kehamilan.
Tipe pemeriksaan gula darah yang Anda jalani akan ditentukan oleh dokter.
Berikut empat jenis tes gula darah yang tersedia:
1. Tes gula darah sewaktu
Jenis tes gula darah ini bisa dilakukan kapan saja dengan pengambilan sampel
darah.
2. Tes gula darah puasa
Tes gula darah puasa harus dilakukan setelah Anda berpuasa terlebih dulu.
3. Tes gula darah dua jam setelah makan
Tes gula darah dua jam setelah makan biasanya dilakukan berpasangan dengan
tes gula darah puasa. Tes ini bertujuan mengetahui kemampuan tubuh Anda
dalam mengatur kadar gula darah. Kadar gula darah akan meninggi setelah dua
jam makan, lalu akan kembali turun pada 2-3 jam sesudah Anda makan.
4. Tes hemoglobin A1c (HbA1c)
Prosedur tes ini juga dijalani dengan pengambilan sampel darah untuk menilai
kadar gula darah Anda pada 2-3 bulan terakhir.
64 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
Dokter akan memberi tahu mengenai seberapa sering tes gula darah yang perlu
dilakukan. Frekuensi pemeriksaan ini tergantung pada tipe diabetes dan rencana
pengobatan Anda.
Langkah-langkah persiapan untuk tes gula darah bisa Anda lakukan berdasarkan
jenis pemeriksaan yang akan Anda jalani. Simak penjelasan di bawah ini:
Fenitoin
Sulfonilurea
Selain itu, kondisi stres fisik yang berat juga dapat meningkatkan kadar gula
darah, seperti operasi, trauma, stroke, atau serangan jantung. Oleh karena itu,
beritahukan pada dokter apabila Anda mengalami kondisi-kondisi tersebut.
Tes gula darah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengambilan darah
melalui pembuluh darah vena atau menggunakan alat khusus pengukur gula
darah (glukometer).
Tes gula darah dengan pengambilan sampel darah
Tes Hba1c
Normal: HbA1c di bawah 5,7%
Prediabetes: Hba1c antara 5,7-6,4%
Diabetes: HbA1c lebih dari 6,5%
Apabila hasil tes gula darah sewaktu pasien tidak normal, dokter akan
melakukan tes gula darah puasa atau tes Hba1c untuk memastikan diagnosis.
Apa yang harus dilakukan bila hasil tes gula darah positif?
Hasil tes gula darah yang lebih tinggi dari angka normal mengindikasikan
pasien memiliki diabetes atau berisiko tinggi mengalaminya. Namun kadar gula
67 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
darah yang tinggi juga bisa menjadi tanda dari kondisi-kondisi medis lain yang
meliputi penyakit ginjal, hipertiroid, pankreatitis, serta kanker pankreas.
Sementara itu, hasil tes gula darah yang lebih rendah dari normal dapat
mengindikasikan kondisi-kondisi medis seperti hipotiroid, penggunaan insulin
atau obat diabetes lain yang terlalu banyak, serta penyakit hati.
Pasien dengan kadar gula darah yang tidak normal tidak selalu memerlukan
obat-obatan. Pasalnya, kondisi stres dan konsumsi obat-obatan tertentu dapat
mempengaruhi kadar glukosa.
Oleh sebab itu, berkonsultasilah dengan dokter untuk memastikan penyebab dari
hasil tes glukosa yang tidak normal tersebut.
Risiko tes gula darah sangat kecil. Beberapa pasien mungkin merasakan nyeri,
bengkak, dan memar pada area penusukan. Khususnya bila darah diambil dari
pembuluh darah. Tetapi, keluhan ini akan menghilang di keesokan harinya.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
Nama :
NPM :
TTD :
68 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
Keterangan ;
0 : tidak dilakukan sama sekali
1 : dilakukan tapi kurang sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna
Semarang, …………………………………………
Mengetahui,
( ) ( )
69 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
70 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
Identifikasi hilus :
- Hilus adalah arteri dan vena pulmonalis ; kiri lebih tinggi dari kanan
- Cabang dari arteri pulmonalis kanan yaitu right descendens
pulmonary artery
(RDPA) diameter tidak boleh lebih dari 17 mm.
73 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
Nama :
NPM:
TTD :
Keterangan ;
: tidak dilakukan sama sekali
1 : dilakukan tapi kurang sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna
Mengetahui,
( ) ( )
75 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
INSPEKSI
76 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
PALPASI
78 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
- Mintalah pasien untuk bernapas dalam. Amati, sejauh mana ibu jari
anda
menyimpang mengikuti ekspansi toraks, rasakan pergerakan dan
kesimetrisan dari
pergerakan dinding dada selama respirasi.
Adanya keterlambatan pengembangan satu sisi dinding dada
didapatkan pada
fibrosis paru atau pleura, efusi pleura, pneumonia lobaris dan
obstruksi bronkus
unilateral.
3. Penilaian fremitus taktil
Fremitus taktil adalah getaran yang dihantarkan melalui
bronchopulmonary tree ke dinding
79 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
80 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
PERKUSI
81 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
Berikut ini adalah cara melakukan perkusi untuk pemeriksa yang tidak
kidal (Gambar 9a, 9b, 9c) :
- Pemeriksa duduk di samping-belakang pasien.
- Hiperekstensi jari tengah tangan kiri, sendi interphalangeal distal
ditekankan pada permukaan dada dengan lembut. Jari yang lain dan
bagian lain dari telapak tangan tidak boleh menyentuh permukaan
perkusi.
82 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
83 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
84 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
AUSKULTASI
ANAMNESIS SINGKAT
5 Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan
6 Meminta ijin kepada pasien
7 Mencuci tangan sebelum melakukan
pemeriksaan
PEMERIKSAAN DADA POSTERIOR :
INSPEKSI
8 Menilai bentuk dada
9 Melaporkan adanya kelainan pada dinding dada
86 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
(lesi, massa,
deformitas)
10 Memeriksa dan melaporkan adanya asimetri
gerakan/ keterlambatan
gerak, retraksi,
PALPASI
MENGIDENTIFIKASI DAERAH/ LOKASI YANG
ABNORMAL
11 Memeriksa adanya nyeri tekan, massa
Memeriksa pengembangan dinding dada
12 Meletakkan kedua telapak tangan pada posisi yang
benar
13 Meminta pasien untuk bernapas dalam.
14 Melaporkan hasil pemeriksaan pengembangan dinding
dada Memeriksa fremitus taktil
15 Meletakkan kedua telapak tangan pada posisi yang
benar
16 Menggunakan bagian tangan untuk memeriksa
fremitus dengan
benar
17 Meminta pasien mengulang-ulang kata : ”sembilan
puluh sembilan”
atau ”dua puluh dua”.
18 Membandingkan fremitus taktil di lapangan paru
kanan dan kiri
pada beberapa lokasi secara urut.
19 Melaporkan hasil pemeriksaan fremitus dan
mengidentifikasi lokasi
di mana fremitus meningkat, menurun atau
menghilang.
PERKUSI
20 Meletakkan posisi kedua tangan dengan benar
21 Melakukan teknik perkusi dengan benar
22 Melakukan perkusi secara berurutan, membandingkan
antara kanan
dan kiri.
23 Mengidentifikasi dan melaporkan hasil pemeriksaan
perkusi.
87 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
MENGINDENTIFIKASI PERANJAKAN
DIAFRAGMA
24 Menentukan batas redup diafragma selama respirasi
biasa
25 Menentukan keredupan diafragma pada
eskpirasi dan inspirasi penuh
26 Melaporkan level peranjakan diafragma
AUSKULTASI
MELAKUKAN PEMERIKSAAN SUARA NAPAS
27 Meminta pasien untuk bernapas dalam.
28 Mendengarkan menggunakan bagian diafragma
stetoskop.
29 Membandingkan auskultasi beberapa area
lapang paru secara
simetris dan berurutan.
30 Mendengarkan minimal satu siklus inspirasi
dan ekspirasi di satu
titik auskultasi.
31 Mengidentifikasi dan melaporkan suara nafas
normal dan rambahan
32 Mengucapkan salam dan terimaksih
Keterangan ;
: tidak dilakukan sama sekali
1 : dilakukan tapi kurang sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna
Semarang, …………………………………………
Mengetahui,
Koordinator Skills Lab Penilai
( ) ( )
88 |
MODUL 2.2 SISTEM KARDIOVASKULER, RESPIRASI DAN ENDOKRIN
89 |