Anda di halaman 1dari 16

 

 
BAB II
  LANDASAN TEORI
 

II.1  Sistem Kelistrikan Pada Pembangkit

  Pusat tenaga listrik membangkitkan listrik untuk memenuhi berbagai


macam kebutuhan konsumen. Selain itu juga terdapat peralatan-peralatan beban
 
yang harus disuplai dayanya ketika pembangkit tersebut beroperasi, seperti: motor
 
driven boiler feedwater pump, condensate pump, circulating water pump, Booster
  for T-BFP, draft fan, transformator dll. Hubungan antara sistem jaringan,
pump
generator,
  transformator daya dan peralatan bantu pembangkit merupakan sistem
kelistrikan pembangkit. Hal ini tergambar pada Gambar II.1.
 

Gambar II.1 Diagram satu garis suplai daya pembangkit listrik


Sumber: Buku Electric Power Transformer Engineering, 2012

Untuk mensuplai kebutuhan peralatan bantu pembangkit, biasanya pada


sistem kelistrikan pembangkit dirancang 2 sumber independen yaitu SST dan UAT
untuk memenuhi kebutuhan beban (Harlow, 2012). Berdasarkan penggunaannya,
terdapat 3 jenih transformator daya yang digunakan pada sistem kelistrikan
pembangkit, yaitu:
a. Generator Transformer (GT) atau Unit Transformer (UT) berfungsi untuk
menyalurkan daya yang dibangkitkan generator menuju sistem jaringan.

II-1
 
  II-2

 
b. Station Service Transformer (SST) berfungsi untuk menyalurkan daya dari
 
sistem jaringan ke peralatan-peralatan beban pembangkit.
  c. Unit Auxiliary Transformer (UAT) berfungsi untuk menyalurkan tegangan
  yang dibangkitkan generator ke peraltan-peralatan beban pembangkit.

 
Pada sistem kelistrikan pembangkit terdapat macam-macam tegangan yang
 
digunakan, berdasarkan versi SPLN 1995 jenis tegangan yang digunakan pada
 
pembangkit diklasifikasikan sebagai berikut:
a.   Tegangan Ekstra Tinggi

  Tegangan ekstra tinggi merupakan tegangan yang bernilai di atas 245


kVAC. PLN menggunakan tegangan ekstra tinggi 500 kV pada sistem jaringan
 
transmisi.
b. Tegangan Tinggi
Nilai tegangan 35 kVAC sampai 245 kVAC merupakan tegangan tinggi.
Biasanya digunakan PLN pada sistem jaringan transmisi 150 kV. Sedangkan
tegangan yang dibangkitkan generator kurang dari 150 kV, sehingga digunakan
generator transformer untuk menghubungkannya.
c. Tegangan Menengah
Dikatakan tegangan menengah apabila nilai tegangan berkisar 1 kVAC
sampai 35 kVAC. Biasanya pada sistem kelistrikan pembangkit, tegangan yang
dibangkitkan generator merupakan tegangan menengah 20 kVAC. Untuk
menghubungkan tegangan menengah generator dengan dengan tegangan menengah
lainnya peralatan-peralatan bantu pembangkit maka digunakan unit auxiliary
transformer. Biasanya tegangan untuk peralatan-peralatan bantu pembangkit
adalah 6,6 Kvac.
d. Tegangan Rendah
Nilai tegangan rendah yaitu 100 VAC sampai dengan 1 kVAC. Untuk
menurunkan tegangan menengah menjadi tegangan rendah 380 V dan 220 V
digunakan step down transformer dalam memenuhi kebutuhan beban.

 
  II-3

 
II.2 Transformator Daya
 
Transformator daya merupakan mesin konversi energi yang bersifat statis
  berfungsi untuk menyalurkan daya listrik dari suatu rangkaian menuju sisi
rangkaian
  lainnya tanpa mengubah frekuensi dan menggunakan prinsip kerja
induksi
  elektromagnetik. Contoh transformator daya kapasitas 20 MVA
ditunjukkan pada Gambar II.2.
 

Gambar II.2 Transformator daya kapasitas 20 MVA


Sumber: Buku Electric Power Transformer Engineering, 2012

Komponen Transformator Daya


Komponen transformator daya dikategorikan sebagai komponen utama dan
komponen bantu atau pendukung dari kinerja transformator daya tersebut.
Komponen Utama Transformator Daya
a. Inti transformator merupakan tempat melintasnya aliran fluksi yang
dibangkitkan oleh arus pada kumparan.
b. Belitan transformator merupakan tempat terbangkitnya GGL. Terdiri dari
sisi belitan tegangan tinggi dan tegangan rendah. Biasanya belitan tegangan
primer terhubung dengan sumber tegangan pembangkit fluksi dan belitan
sekunder yang terhubung dengan beban.
c. Minyak transformator merupakan media yang berfungsi sebagai isolasi
dan pendingin transformator. Inti dan belitan transformator terendam oleh
minyak.
d. Tangki merupakan tempat menampung minyak yang merendam inti dan
belitan transformator.

 
  II-4

 
e. Bushing merupakan konduktor yang diselubingi isolator, isolator tersebut
 
berfungsi sebagai penyekat konduktor dengan tangki transformator. fungsi
  bushing yaitu untuk menghubungkan kumparan transformator dengan
  rangkaian luar.

 f. Konservator merupakan media berbentuk tabung dan berisi minyak yang
teretak pada bagian atas transformator. Konservator berfungsi untuk
 
menjaga kondisi meluapnya minyak transformator akibat pemanasan.
 

Gambar II.3 Komponen transformator daya

Komponen Bantu Transformator Daya


a. Pendingin transformator merupakan media bantu untuk menjaga kondisi
transformator pada kondisi dan temperatur normal. Panas yang dihasilkan
dari aktivitas transformator akan disirkulasikan oleh sistem pendingin
menggunakan media pendingin berupa minyak, udara, gas maupun air
dengan sirkulasi yang dilakukan dapat berupa alami (natural) maupun
paksaan (forced).
b. Tap Changer berfungsi sebagai media pengubah rasio transformasi
transformator dengan memindahkan selektor belitan untuk mendapatkan
tegangan operasi sekunder yang sesuai dengan kebutuhan beban. Tap
changer dapat beroperasi ketika berbeban (On Load Tap Changer) dan tidak
berbeban (Off Load Tap Changer).
c. Alat pernafasan (dehydrating breather) berfungsi sebagai alat pernafasan
yang disebabkan karena perubahan beban dan suhu udara luar.
d. Indikator merupakan media untuk membaca setiap kondisi komponen
transformator mencakup indikator level minyak, suhu minyak, sistem
pendingin dan posisi tap changer.

 
  II-5

 
e. Relai Bucholz merupakan relai yang berfungsi untuk mendeteksi dan
 
mengamankan transformator dari gangguan yang ditimbulkan oleh gas. Gas
  tersebut dihasilkan dari kenaikan temperatur minyak transformator yang
  diakibatkan oleh hubung singkat atau busur api listrik dalam transformator.

 f. Relai tekanan lebih merupakan pengamankan transformator dari tekanan


berlebih akibat flash over atau hubung singkat di dalam tangki. Kenaikan
 
tekanan gas secara tiba-tiba menyebabkan relai tekan lebih berkerja.
 
g. Peralatan proteksi lain merupakan komponen proteksi lainnya yang
  berfungsi untuk tetap menjaga kondisi transformator normal. Seperti relai

  arus lebih, relai gangguan tanah, relai diferensial dan relai termis.

 
Klasifikasi Inti Transformator
Inti transformator di klasifikasikan menjadi 2 tipe yaitu tipe inti dan tipe
cangkang.
a. Transformator tipe inti
Lilitan pada transformator tipe inti dibungkus atau ditumpuk di sekitar
inti dengan lilitan berbentuk silinder. Umumnya, lilitan tegangan tinggi dan
tegangan rendah terpasang secara konsentris, dengan lilitan tegangan rendah
bersingungan dengan inti transformator sedangkan lilitan tegangan
tegangan tinggi berada jauh dari inti dan bersinggungan dengan lilitan
tegangan rendah. Kontruksi dari transformator tipe inti tergambar pada
gambar. Untuk transformator berdaya besar biasa menggunakan
transdormator tipe inti.

Gambar II.4 transformator 3 fasa tipe inti


Sumber: Buku Transformer Design Principles, 2010

 
  II-6

 
b. Transformator tipe cangkang
 
Inti transformator dibungkus atau ditumpuk di sekitar lilitan, dan
  biasanya lilitan berbentuk oval. Umumnya, transformator tipe cangkang
  sangat popular digunakan pada transformator distribusi.

  Gambar II.5 transformator 3 fasa tipe cangkang


Sumber: Buku Transformer Design Principles, 2010
 

Prinsip Dasar Transformator


Prinsif kerja transformator berdasarkan induksi elektromagnetik, dimana
fluksi magnetik yang dihasilkan pada suatu belitan membangkitkan tegangan
induksi pada sisi belitan lainnya.

Gambar II.6 Transformator tanpa beban


Sumber: Buku Transformer Engineering, 2012

Gambar II.6 menunjukkan transformator (2 lilitan) memiliki lilitan primer


(N1) dan lilitan sekunder (N2) yang terpisah secara elektris namun tetap
berhubungan secara magnetis melalui inti trafo.
Lilitan primer (N1) terhubung dengan sumber tegangan bolak-balik (V1).
Pada lilitan primer mengalir arus listrik (Io) yang menimbulkan fluksi bersama (Φm)
yang berubah-ubah setiap saat pada inti trafo. Perubahan fluks bersama yang
dibangkitkan kemudian menginduksi lilitan sekunder (N2) sehingga menghasilkan
gaya gerak listrik (e2). Inilah yang kemudian menimbulkan tegangan (V2) dan

 
  II-7

 
menghasilkan arus apabila terpasang beban (Z2). Arus dan tegangan yang
 
dihasilkan dapat bernilai tinggi atau rendah tergantung dari trafo yang digunakan
  (step up atau step down).
 

  Rangkaian Ekivalen Transformator

  Perilaku transformator yang digambarkan oleh rangkaian listrik


berdasarkan persamaan matematis disebut juga rangkaian ekivalen. Rangkaian
 
ekivalen transformator berfungsi untuk mempermudah proses analisis
 
transformator. Pada kenyataannya, transformator ideal tidak pernah ditemui. Akan
selalu
  ada rugi-rugi yang ditimbullkan pada suatu transformator. Pada bahan

  magnetik terdapat dua macam kerugian ketika mengalami siklus magnetik, yaitu:
rugi hysteresis dan rugi arus eddy.

Gambar II.7 Transformator berbeban


Sumber: Buku Transformer Engineering, 2012

Transformator tanpa beban ditunjukkan oleh Gambar II.6, total arus tanpa
beban (I0) terdiri dari komponen arus magnetisasi (Im) dan arus rugi inti (Ic).
Komponen arus rugi inti merupakan daya yang hilang akibat rugi hysteresis dan
arus eddy. Komponen arus magnetisasi merupakan arus pemagnetan yang
menimbulkan adanya fluksi bersama (Φm). Pada rangkaian ekivalen yang
ditunjukkan Gambar II.8, komponen magnetisasi diwakili oleh reaktansi induktif
Xm, sedangkan komponen rugi inti diwakili oleh resistansi Rc.
Transformator berbeban digambarkan pada Gambar II.7 menunjukkan
bahwa arus beban mengalir pada kumparan sekunder (I2) menimbulkan gaya gerak
magnet (ggm) yang cenderung melawan fluksi bersama (Φm), sehingga fluksi
besama (Φm) berubah nilainya yang menyebabkan penurunan tegangan induksi (e1).
Untuk mempertahankan nilai fluksi bersama (Φm) tersebut, arus pada kumparan

 
  II-8

 
primer menjadi I1 untuk menentang fluksi bocor (ΦL2) yang dibangkitkan arus
 
beban (I2). Sehingga arus yang mengalir pada kumparan primer menjadi:
  𝑰𝟏 = 𝑰𝟎 + 𝑰𝟐 .................................................................................................. ( II.1)
  Gambar II.8 menunjukkan rangkaian ekivalen transformator dengan R1 dan
R2 merupakan
  rugi tahanan pada belitan primer dan sekunder. Sedangkan reaktansi
induktif XL1 dan XL2 merupakan fluksi bocor pada belitan primer dan sekunder yang
 
berpengaruh terhadap penurunan tegangan (Kulkarni dan Khaparde, 2004).
 
Dari Gambar II.6a, persamaannya dapat ditulis sebagai berikut:
𝑽𝟏  = 𝑬𝟏 + (𝑹𝟏 + 𝒋𝑿𝑳𝟏 )𝑰𝟏 ........................................................................... ( II.2)

𝑽𝟐  = 𝑬𝟐 + (𝑹𝟐 + 𝒋𝑿𝑳𝟐 )𝑰𝟐 ............................................................................ ( II.3)


  Rangkaian ekivalen transformator dapat dilihat dari sisi primer maupun sisi
sekunder. Pada Gambar II.6b, rangkaian ekivalen dilihat dari sisi primer. Dimana:
𝑿′ 𝑳𝟐 = 𝑿𝑳𝟐 (𝑵𝟏 / 𝑵𝟐 )𝟐 ................................................................................. ( II.4)

𝑹′ 𝟐 = 𝑹𝟐 (𝑵𝟏 / 𝑵𝟐 )𝟐 .................................................................................... ( II.5)

Gambar II.8 Rangkaian ekivalen transformator


Sumber: Buku Transformer Engineering, 2012

Rugi-rugi Transformator
Daya masukan transformator tidak seluruhnya menjadi daya keluaran
transformator, karena akan selalu ada rugi-rugi dari sistem transformator ini.
Penyebab rugi-rugi daya pada transformator, yaitu:

 
  II-9

 
a. Rugi belitan akibat resistansi belitan konduktor
 
b. Kerugian reaktif karena induktansi dari belitan
  c. Rugi arus eddy akibat arus yang bersirkulasi di inti transformator
  d. Rugi hysteresis akibat penataan kembali terus menerus dipol magnetik

  dalam inti transformator

  Rugi Belitan

  Rugi belitan merupakan rugi yang disebabkan oleh arus beban yang
mengalir pada konduktor belitan transformator. Rugi belitan berhubungan dengan
 
keadaan transformator berbeban karena perubahan arus beban. Persamaan rugi
 
belitan ditunjukkan sebagai berikut:
 
𝑷𝒄𝒖 = 𝑰𝟐 𝑹..................................................................................................... ( II.6)
Dimana: Pcu = Rugi belitan tembaga (watt)
I = arus yang melalui konduktor (A)
R = Resistansi konduktor (Ω)

Rugi Inti Transformator


Rugi inti transformator merupakan rugi yang dipengaruhi oleh material
bahan inti transformator. Rugi yang ada pada inti transformator terdiri dari rugi
hysterisis dan arus eddy. Rugi hysteresis merupakan rugi yang disebabkan karena
kekuatan material bahan dalam menanggulangi fluksi bolak-balik sehingga selalu
ada gaya magnet yang tertinggal pada molekul-molekul inti. Sedangkan rugi eddy
current merupakan rugi yang disebabkan oleh arus pusar yang mengalir pada luas
penampang inti transformator. Untuk mengetahui rugi inti transformator biasa
dilakukan uji tanpa beban.

II.3 Konsep Perancangan


Konsep dan langkah perancangan transformator daya (Dasgupta, 2002):

Pemilihan Jumlah Lilitan


Jumlah lilitan suatu transformator berhubungan dengan tegangan per lilit.
Tegangan per lilit ini dipengaruhi oleh kapasitas kVA transformator dan faktor K.
Persamaan tegangan lilit transformator ditunjukkan sebagai berikut:

 
  II-10

 
𝑬𝒕 = 𝑲√𝑺 ...................................................................................................... ( II.7)
 
Dimana: Et = tegangan per lilitan (V/T)
 
S = kapasitas kVA transformator
  K = faktor pengali yang dipengaruhi oleh bahan lilitan
  K untuk bahan lilitan alumunium 0,32 sampai 0,35.

  K untuk bahan liitan tembaga 0,37 sampai 0,45.


Berdasarkan sumber lain, faktor K ini merupakan rumusan empiris yang
 
dipengaruhi oleh fluksi dan amper lilit pada suatu fasa. Pemilihan fluksi dan amper
 
lilit ini harus proporsional untuk mendapatkan hasil perancangan yang maksimal,
sehingga
  nilai empiris faktor K digunakan untuk menentukan tegangan lilit

  transformator.

Pemilihan Diameter Inti Transformator


Inti transformator merupakan material magnetik yang berperan dalam
perancangan dan akan menentukan performansi transformator. Gambar merupakan
beberapa material magnetic inti transformator dan karakteristiknya (Mclyman,
2004).

Gambar II.9 Karakteristik Material Inti Transformer

 
  II-11

 
Setelah pemilihan material inti, bagian inti transformator juga memiliki tiga
 
jenis bentuk yaitu berbentuk lingkaran, kotak dan persegi panjang. Gambar II.10
  merupakan perbandingan keliling dari setiap bentuk inti.
 

 
Gambar II.10 Bentuk Inti Transformator
  Dari gambar menunjukkan bahwa inti berbentuk persegi panjang
menghabiskan konduktor lilitan transformator lebih panjang dari yang lainnya
dengan jumlah belitan yang sama. Penggunaan inti berbentuk lingkaran juga akan
mengakibatkan ukuran dari lapisan penyusun inti berbeda-beda sehingga tidak
praktis. Inti berbentuk lingkaran dapat disusun dengan pendekatan gabungan
lapisan-lapisan inti yang berbentuk persegi sehingga akhirnya membentuk inti
lingkaran dengan step tertentu.
Berikut adalah pendekatan persamaaan yang digunakan untuk menentukan
luas penampang inti transformator:
𝒕𝒆𝒈𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒇𝒂𝒔𝒂
𝑬𝒕 = = 𝟒. 𝟒𝟒 𝒙 𝒇 𝒙 𝑩𝒎 𝒙 𝑨𝒈 𝒙 𝑺𝒇 ......................................... ( II.8)
𝒃𝒆𝒍𝒊𝒕𝒂𝒏

Dimana: f = frekuensi, 50 Hz
𝐵𝑚 = maksimum kerapatan fluksi (Tesla)
𝐴𝑔 = luas penampang kotor inti transformator (m2)
Sf = Stacking factor
Maka berdasarkan persamaan II.8, luas penampang kotor inti transformator
adalah:
𝒕𝒆𝒈𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒇𝒂𝒔𝒂/𝒃𝒆𝒍𝒊𝒕𝒂𝒏
𝑨𝒈 = ............................................................................ ( II.9)
𝟒.𝟒𝟒 𝒙 𝒇 𝒙 𝑩𝒎 𝒙𝑺𝒇

𝝅𝒅𝟐
𝑨𝒈 = 𝑲𝟏 𝒙 ................................................................................................ ( II.10)
𝟒

Dimana: K1 = faktor yang dipilih berdasarkan jumlah langkah inti


d = diameter inti transformator (m)

 
  II-12

 
Pemilihan Kawat Lilitan Dan Strip
 
Pemilihan kawat dan strip belitan transformator didasari oleh besar arus
  yang mengalir pada konduktor tersebut. Pemilihan material dan kerapatan arus akan
menentukan
  ukuran konduktor. Bahan konduktor tembaga dan alumunium
memiliki
  kerapatan arus maksimum (Cd) 3,0 A/mm2 dan 1,5 A/mm2.
Rating arus dapat dihitung berdasarkan kVA, jumlah fasa dan tegangan.
 
Persamaan dasar transformator dasar 3 fasa:
 
𝑺 = √𝟑 𝒙 𝑽 𝒙 𝑰 ............................................................................................. ( II.11)
  𝑺
𝑰= ....................................................................................................... ( II.12)
√𝟑 𝒙 𝑽
 
Dimana: S = kapasitas transformator (KVA)
 
V = tegangan saluran (Volt)
I = arus saluran (A)
Arus yang mengalir pada tiap belitan yang menggunakan koneksi delat,
yaitu:
𝑺
𝑰= ........................................................................................................... ( II.13)
𝟑𝑽

Sehingga, luas permukaan konduktor yang digunakan pada lilitan tersebut


adalah:
𝑨𝒓𝒖𝒔 𝒑𝒆𝒓 𝒇𝒂𝒔𝒂 (𝑨)
𝑳𝒖𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒓𝒎𝒖𝒌𝒂𝒂𝒏 𝒌𝒐𝒏𝒅𝒖𝒌𝒕𝒐𝒓 (𝒎𝒎𝟐 ) = 𝑨 ............. ( II.14)
𝑲𝒆𝒓𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒂𝒓𝒖𝒔 ( )
𝒎𝒎𝟐

Pemilihan Konduktor Lilitan


Untuk menentukan diameter konduktor berbentuk bulat, yaitu;
𝑫𝟐
𝑳𝒖𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒓𝒎𝒖𝒌𝒂𝒂𝒏 𝒌𝒐𝒏𝒅𝒖𝒌𝒕𝒐𝒓 (𝒎𝒎𝟐 ) = 𝝅 𝒙 .................................. ( II.15)
𝟒

Dimana: D = diameter konduktor lilitan (mm)

Untuk melewatkan arus yang sangat besar konduktor berbentuk persegi


biasa digunakan. Transformator berkapasitas besar banyak dipilih multi strip
(konduktor persegi) dengan formasi parallel dan mempertimbangkan ukuran strip
konduktor.

Syarat perbandingan antara lebar dan tebal strip yaitu sebagai berikut:

 
  II-13

 
𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑡𝑟𝑖𝑝
  ≥2
𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑠𝑡𝑟𝑖𝑝
 
𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑡𝑟𝑖𝑝
≤4
  𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑠𝑡𝑟𝑖𝑝

 
Transposisi Konduktor
  Konduktor strip yang dilakukan penumpukan digunakan sistem transposisi.

 
Gambar II.11 Skema diagram transposisi
 
Gambar II.11 (a) menunjukkan bahwa konduktor 2 memiliki rata-rata
panjang kurang dari strip konduktor 1. Sehingga antara strip 1 dan 2 memiliki
perbedaan panjang dan akan menyebabkan perbedaan resistansi. Ketika dua strip
konduktor tidak setara dipasang paralel, maka akan menyebabkan strip konduktor
di bawahnya mendapatkan arus lebih besar karena memiliki resistansi yang lebih
kecil, dan strip konduktor di atasnya mendapatkan arus lebih rendah karena resistasi
lebih besar.

Gambar II.12 Transposisi strip konduktor


Sumber: Smit Draad, 2001
Transposisi bertujuan untuk membuat panjang dari masing-masing strip
serupa sehingga menyebabkan resistansi tidak berbeda jauh.

Penentuan Berat Konduktor Lilitan


Untuk menentukan berat konduktor suatu belitan digunakan persamaan
berkut:
𝒘𝒘 = 𝑳 𝒙 𝑨 𝒙 𝒔 𝒙 𝟏𝟎−𝟔 ................................................................................. ( II.16)
Dan 𝑳 = 𝑳𝟏 𝒙 𝑻;

 
  II-14

 
𝑳𝟏 = 𝝅 𝒙 𝑫𝒎 ;
 
𝑫𝟏 + 𝑫𝟐
𝑫𝒎 = ..................................................................................... ( II.17)
𝟐
 
Dimana: ww = Berat belitan konduktor (kg)
 
L = Total panjang konduktor (mm)
  A = Luas penampang konduktor (mm2)
  s = Specific gravity of material (g/cm3)
L1 = Panjang rata-rata konduktor per belitan (mm)
 
Dm = Diameter rata-rata kumparan (mm)
 
D1 = Diameter dalam kumparan (mm)
  D2 = Diameter luar kumparan (mm)
 
Resistansi Konduktor
Suatu bahan yang memiliki resistivitas akan memiliki nilai resistansi.
Besarnya nilai suatu resistansi konduktor tersebut dipengaruhi oleh bahan, panjang
dan luas penampang konduktor.
𝑳
𝑹=𝝆 ......................................................................................................... ( II.18)
𝑨

Besarnya resistivitas jenis (⍴) suatu bahan konduktor akan berbanding lurus dengan
temperatur kerja.
𝝆 = 𝝆𝒐 (𝟏 + 𝜶(𝑻 − 𝑻𝒐 ) ............................................................................... ( II.19)
Dimana: R = resistansi konduktor (Ω)
⍴ = resitivitas jenis konduktor pada suhu T (Ωm)
L = panjang konduktor (m)
A = luas penampang konduktor (m2)
⍴o = resistivitas pada temperatur awal 20oC (Ωm)
α = koefisien temperatur dari resistor (oC-1)
To = Temperatur awal (oC)

II.4 Reaktansi, Resistansi dan Impedansi


Suatu bahan penghantar yang dililit pada transformator akan memiliki nilai
resistansi dan reaktansi, keduanya diwakili oleh nilai impedansi. Berikut adalah
persamaan untuk suatu reaktansi:

 
  II-15

 
𝟕.𝟗𝟏 𝒙 𝒇 𝒙 𝑰𝒔 𝒙 𝑵𝒔 𝟐 𝒙 𝝅 𝒙 𝑫𝒎 𝒃𝟏+𝒃𝟐
𝑿 (%)
 
= 𝒙 (𝒂 + ) 𝒙 𝟏𝟎−𝟔 ............................. ( II.20)
𝑽𝒔 𝒙 𝑳𝒎 𝟑

  Dimana: X = Persentase reaktansi


f = Frekuensi (Hz)
 
Is = Arus pada belitan sekunder (A)
 
Ns = Jumlah belitan sekunder per fasa (T)
  Dm = Rata-rata diameter kumparan LV dan HV (mm)

  Vs = Tegangan pada belitan sekunder (V)


Lm = Rata-rata total panjang kumparan HV dan LV (mm)
 
a = Jarak radial antara kumparan LV dengan HV (mm)
 
b1 = Radial build of LV coil (cm)
  b2 = Radial build of LV coil (cm)
Sedangkan untuk resistansi ditunjukkan sebagai berikut:
𝒌𝒂𝒍𝒌𝒖𝒍𝒂𝒔𝒊 𝒌𝒆𝒓𝒖𝒈𝒊𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒃𝒆𝒃𝒂𝒏 [𝒌𝑾]
𝑹 (%) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎% ....................................... ( II.21)
𝒓𝒂𝒕𝒆𝒅 𝑲𝑽𝑨

Dan impedansi:
𝒁 (%) = √𝑿(%)𝟐 − 𝑹(%)𝟐 ........................................................................ ( II.22)

II.5 Efisiensi Transformator


Efisiensi merupakan indikasi kinerja dari suatu alat. Idealnya besar daya
keluaran terhadap daya masukan 100% terserap, namun kenyataannya terdapat
rugi-rugi pada suatu alat tersebut. Sehingga besar efisiensi transformator dirumusan
sebagai berikut:

𝑫𝒂𝒚𝒂 𝒐𝒖𝒕𝒑𝒖𝒕 [𝒌𝑾]


𝜼= 𝒙 𝟏𝟎𝟎%........................................................................ ( II.23)
𝑫𝒂𝒚𝒂 𝒊𝒏𝒑𝒖𝒕 [𝒌𝑾]

𝑫𝒂𝒚𝒂 𝒐𝒖𝒕𝒑𝒖𝒕
𝜼= 𝒙 𝟏𝟎𝟎% .............. ( II.24)
𝑫𝒂𝒚𝒂 𝒐𝒖𝒕𝒑𝒖𝒕+𝑫𝒂𝒚𝒂 𝒓𝒖𝒈𝒊 𝒕𝒂𝒏𝒑𝒂 𝒃𝒆𝒃𝒂𝒏+𝑫𝒂𝒚𝒂 𝒓𝒖𝒈𝒊 𝒃𝒆𝒓𝒃𝒆𝒃𝒂𝒏

II.6 Regulasi Tegangan


Arus yang mengalir pada suatu belitan yang memiliki impedansi akan
menyebabkan tegangan jatuh. Untuk mengantisipasi tegangan jatuh tersebut
dilakukan pengaturan tegangan atau regulasi tegangan agar tegangan tetap konstan.

 
  II-16

 
Persentase regulasi tegangan merupakan perbandingan selisih tegangan tanpa
 
beban dengan tegangan ketika berbeban terhadap tegangan tanpa beban.
  𝑷𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒆 𝒓𝒆𝒈𝒖𝒍𝒂𝒔𝒊 𝒕𝒆𝒈𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 = [(𝒏 𝒙 𝑹 % 𝐜𝐨𝐬 𝜽) + (𝒏 𝒙 𝑿 % 𝐬𝐢𝐧 𝜽)] +
[(𝒏 𝒙  𝑿 % 𝐜𝐨𝐬 𝜽)−( 𝒏 𝒙 𝑹 % 𝐬𝐢𝐧 𝜽)]𝟐
.......................................................................... ( II.25)
𝟐𝟎𝟎
 
Dimana: n = kondisi pembebanan (beban penuh=1)
  R % =Persentase resistansi

  X % =Persentase reaktansi
Cos θ = faktor daya
 
Sin θ = komponen sinus dari sudut faktor daya
 

  II.7 Sistem Pendinginan Transformator Daya


Sistem pendinginan pada transformator daya merupakan hal penting yang
berfungsi untuk menjaga agar kondisi transformator berada pada panas normal
ketika mengalami pembebanan. Sistem pendingin yang baik dapat memaksimalkan
usia (life time) transformator, namun jika sistem pendingin mengalami gangguan
maka lilitan dan isolasi transformator akan bertambah panas. Isolasi yang rusak
dapat menyebabkan transformator terbakar (short circuit).
Sistem pendinginan pada transformator:
a. Sirkulasi alami minyak dan udara (oil natural air natural = ONAN)
b. Sirkulasi alami minyak dan sirkulasi udara dengan paksa (oil natural air
forced = ONAF)
c. Sirkukasi paksa minyak dan udara (oil force air forced = OFAF)
d. Sirkulasi paksa minyak dan air (oil force water forced = OFWF)

Anda mungkin juga menyukai