Anda di halaman 1dari 12

TAK STIMULASI PERSEPSI RISIKO

PRILAKU KEKERASAN SESI 1

Dosen Pengampu :

Riris Ocktryna Silitonga, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.J

Disusun Oleh Kelompok 7 :


Bela Safitri
Ida Setyaningsih
Friska Elbia A
Novi Pangestuti
Siti Nur Hana
Kelas 3B

STIKes MEDISTRA INDONESIA


S1 KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2019/2020
Jl. Cut Mutia No.88A, RT.001/RW.002, Sepanjang Jaya, Kec.
Rawalumbu, Kota Bks, Jawa Barat 17113
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Pada Pasien Resiko Perilaku Kekerasan

ABSTRAK

Resiko perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah diekspresikan dengan melakukan
ancaman, mencederai diri sendiri maupun orang lain dan dapat merusak lingkangan sekitar.TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai latihan
mempresepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang dialami.

BAB 1
PENDAHULUAN
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas
sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman dan/atau kehidupan untuk didiskusikan dalam
kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif. Terapi
aktivitas kelompok ini secara signifikan memberi perubahan terhadap ekspresi kemarahan kearah
yang lebih baik pada klien dengan riwayat kekerasan. Pernyataan ini dapat dibuktikan dengan
adanya penurunan ekspresi kemarahan setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok sebesar
60,4%.

Adapun dampak yang ditimbulkan oleh pasien yang mengalami perilaku kekerasan yaitu
kehilangan kontrol akan dirinya, dimana pasien akan dikuasi oleh rasa amarahnya sehingga
pasien dapat melukai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, bila tidak ditangani dengan baik
maka perilaku kekerasan dapat mengakibatkan kehilangan kontrol, risiko kekerasan terhadap diri
sendiri, orang lain serta lingkungan, sehingga adapun upaya-upaya penanganan perilaku
kekerasan yaitu mengatasi strees termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme
pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri, bersama pasien mengidentifikasi situasi yang
dapat menimbulkan perilaku kekerasan dan terapi medik.

       World Health Organization (WHO) memperkirakan sebanyak 450 juta orang diseluruh
dunia mengalami gangguan mental. Terdapat sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan
jiwa saat ini dan 25% penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu
selama hidupnya. Gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan
kemungkinan akan berkembang menjadi 25% ditahun 2030 (Wakhid, 2016)
Tujuan
Setelah mengikuti kegiatan ini klien dapat lebih menerapkan stategi pelaksanaan Resiko Perilaku
Kekerasan secara fisik dan sosial dalam mengontrol Resiko Perilaku Kekerasan.
Sesi yang Digunakan
Dalam Terapi Aktifitas Kelompok Perilaku Kekerasan dibagi dalam 5 sesi, yaitu:
·      Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan.
·      Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik.
·      Sesi 3: Mencegah Perilaku Kekerasan Sosial.
·      Sesi 4: Mencegah Perilaku Kekerasan Spiritual.
·      Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Patuh Mengonsumsi Obat.
BAB 2
PEMBAHASAN

Defenisi
Risiko perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah diekspresikan dengan melakukan
ancaman, mencederai diri sendiri maupun orang lain dan dapat merusak lingkungan sekitar.
Tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan dapat terjadi perubahan pada fungsi kognitif, afektif,
fisiologis, perilaku dan sosial. Pada aspek fisik tekanan darah meningkat, denyut nadi dan
pernapasan meningkat, mudah tersinggung, marah, amuk serta dapat mencederai diri sendiri
maupun orang lain (Pardede, Siregar & Hulu, 2020).

Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas
sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman dan/atau kehidupan untuk didiskusikan dalam
kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif. Terapi
aktivitas kelompok ini secara signifikan memberi perubahan terhadap ekspresi kemarahan kearah
yang lebih baik pada klien dengan riwayat kekerasan. Pernyataan ini dapat dibuktikan dengan
adanya penurunan ekspresi kemarahan setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok sebesar
60,4%.

        Pada terapi aktivitas stimulasi persepsi ini klien dilatih mempersepsikan stimulus yang
disediakan atau stimulus yang pernah dialami.Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan
ditingkatkan pada tiap sesi, dengan proses ini diharapkan respon klien terhadap berbagai
stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.

Tanda Dan Gejala


Data Subjektif :
a) Mengungkapkan perasaan kesal atau marah
b) Keinginan untuk melukai diri sendiri,orang lain dan lingkungan
c) Klien suka membentak dan menyerang orang lain.
Data Objektif :
a. Mata melotot/ pandangan tajam
b. Tangan mengepal dan Rahang mengatup
c. Wajah memerah
d. Postur tubuh kaku
e. Bicara kasar, ketus
f. Amuk/agresif
g. Menyerang orang lain dan Melukai diri sendiri/ oranglain.

Klien
1.  Karakteristik/Kriteria
a.  Klien perilaku kekerasan yang sudah mulai mampu bekerja sama dengan perawat.
b.  Klien perilaku kekerasan yang dapat berkomunikasi dengan perawat.         
2.  Proses Seleksi
a.  Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
b.  Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
c.   Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.
d.  Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAKPK, meliputi : menjelaskan tujuan TAKPK
pada klien, rencana kegiatan kelompok, dan aturan main dalam kelompok.

Kriteria Hasil
 Evalusi Struktur
a.      Kondisi lingkungan tenang, dilakukan di tempat tertutup, dan memungkinkan klien untuk
berkonsentrasi terhadap kegiatan.
b.      Klien dan terapis duduk bersama membentuk lingkaran.
c.      Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan.
d.      Alat yang digunakan dalam kondisi baik.
e.      Leader, co-leader, fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya
    
 Evalusi Proses
a.      Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal sampai akhir.
b.      Leader mampu memimpin acara.
c.      Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
d.      Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
e.      Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab dalam antisipasi
masalah.
f.       Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok yang berfungsi
sebagai evaluator kelompok.
g.      Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal sampai akhir.           

 Evalusi Hasil
Diharapkan 80% dari kelompok mampu :
a.  Memperkenalkan diri
b.  Membicarakan perilaku kekerasan yang sedang dialami.
c.   Membicarakan cara-cara menanggulangi perilaku kekerasan yang dialami.
d.  Bekerja sama dengan perawat selama berinteraksi.
e.  Mengevaluasi kemampuan menanggulangi perilaku kekerasan.

PROSES PELAKSANAAN
Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan

 Tujuan       :
1. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya.
2. Klien dapat menyebutkan respons yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala marah).
3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (prilaku kekerasan).
4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan.

 Setting       :
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
 Alat :
1. Papan tulis/flipchart/whitebord
2. Kapur/ spidol
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien

 Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulas

 Langkah Kegiatan :
1. Persiapan
a. Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2.   Orientasi
    Salam teraupetik
1. Salam dari terapis kepada klien
2. Perkenalkan nama panggilan terapis kepeda klien (pakai papan nama)
3. Menanyakan nama panggilan semua klien (beri papan nama)
 Evaluasi /validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini
2. Menanyakan masalah yang dirasakan

 Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

 Menjelaskan aturan main berikut :


1. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis.
2. Lama kegiatan 45 menit.
3. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3.    Tahap Kerja


a.  Mendiskusikan penyebab marah
1. Tanyakan pengalaman tiap klien marah
2. Tulis di papan tulis/flipchart/whiteboard
b.  Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh penyebab marah
sebelum perilaku kekerasan terjadi
1. Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan gejala)
2. Tulis di papan tulis tulis/flipchart/whiteboard
c.  Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal, merusak lingkungan,
menciderai/memukul orang lain, dan memukul diri sendiri)
1. Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah
2. Tulis di papan tulis tulis/flipchart/whiteboard
d.  Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling sering dilakukan untuk
diperagakan.
e.  Melakukan bermain peran/simulasi untuk perilaku kekerasan yang tidak berbahaya (terapis
sebagai sumber penyebab dan klien yang melakukan perilaku kekerasan).
f.   Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain peran/simulasi.

g.  Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasan


1. Tanyakan akibat perilaku kekerasan
2. Tuliskan di papan tulis /flipchart/whiteboard
h.  Memberikan reinforcement pada peran serta klien
i.    Dalam menjalankan a sampai h, upayakan semua klien terlibat
j.    Beri kesimpulan penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan, dan akibat perilaku kekerasan
k.  Menanyakan kesedian klien untuk mempelajari cara baru yang sehat menghadapi kemarahan

4.    Tahap Terminasi


 Evaluasi
1.       Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2.  Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang positif.
 Tindak lanjut
1.  Menganjurkan klien memulai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab marah, yaitu tanda dan
gejala, perilaku kekerasan yang terjadi, serta akibat perilaku kekerasan.
2.  Menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan dan akibatnya
yang belum diceritakan.
 Kontrak yang akan datang
1.  Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan.
2.  Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi


 Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 1, kemampuan yang diharapkan adalah
mengetahui penyebab perilaku, mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang
dilakukan dan akibat perilaku kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut :
Sesi 1 TAK
Stimilasi perilaku Kekerasan
Kemampuan Psikologi
Memberi Tanggapan Tentang
Mempraktekkan
No. Nama klien Penyebab PK Tanda & Perilaku Akibat cara mengontrol
gejala PK kekerasan PK PK dengan nafas
dalam
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab perilaku
kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan dan
akibat perilaku kekerasan, serta mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan nafas dalam. Beri tanda (+) jika mampu dan beri tanda (-) jika tidak mampu.

 Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap
klien. Contoh : Klien mengikuti Sesi 1, TAK stimulus persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu
menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya (disalahkan dan tidak diberi uang), mengenal
tanda dan gejala yang dirasakan (”gregeten” dan ”deg-degan”), perilaku kekerasan yang
dilakukan (memukul meja), akibat yang dirasakan (tangan sakit dan dibawa ke rumah sakit jiwa),
dan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan tarik nafas dalam. Anjurkan klien
mengingat dan menyampaikan jika semua dirasakan selama di rumah sakit.

BAB 3
EVALUASI

Sebelum TAK dilaksanakan, leader memperkenalkan diri kepada pasien dan leader memberikan
kesempatan untuk co-leader, fasilitator dan observer untuk memperkenalkan diri kepada pasien
dan memberikan pasien kesempatan untuk memperkenalkan dirinya masing-masing. Leader dan
co-leader saling bergantian menjelaskan peraturan terapi aktivitas kelompok, seperti bagiamana
peraturan yang di buat saat terapi aktivitas kelompok dilaksanakan, durasi berjalannya terapi
aktivitas kelompok dan memberikan infromasi kepada pasien bahwa perawat yang berada
disebelah pasien sebagai fasilitator untuk membantu pasien selama berjalannya terapi aktivitas
kelompok.

Dalam terapi aktivitas kelompok, leader dan co-leader sudah melakukan tugasnya untuk
menjelaskan jalannya terapi aktivitas kelompok dan memimpin jalannya terapi. Fasilitator sudah
melakukan tugasnya untuk membantu pasien selama berjalannya terapi aktivitas kelompok.
Observer telah melakukan tugasnya dengan mengamati jalannya terapi aktivitas kelompok
apakah pasien mampu melakukan sp yang sudah ditentukan terapis. Respon pasien saat diberikan
terapi aktivitas kelompok yaitu :
a. Mengontrol Resiko Perilaku Kekerasan dengan cara : 1.Tarik Nafas Dalam 2.Pukul Kasur Bantal
Pasien mengatakan jika marah, klien memukul dinding, melempar barang
b. Minum Obat Secara Teratur. Pasien mengatakan minum obat 2x/hari, Pasien mengatakan jika
minum obat pasien dapat mengendalikan amarahnya dan pasien bisa tidur dengan nyenyak
c. Mengontrol Resiko Perilaku Kekerasan Dengan Cara : Berbicara Verbal/Bicara Baik-baik. Klien
mampu berbicara sopan atau baik-baik. Pasien mengatakan mampu berbicara sopan jika meminta
sesuatu baik-baik kepada perawat dan teman di dekatnya
d. Spritual Klien mampu berdo’a dan menyebutkan keinginanya ingin sembuh Pasien mengatakan
selalu berdoa setiap mau tidur, bangun tidur maupun pada saat makan dan selalu mengikuti
ibadah di yayasan.

BAB 4
PENUTUP

Kesimpulan

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi adalah Pasien dilatih mempersiapkan
Stimulus yang disediakan atau Stimulus yang pernah dialami. Tujuan dari Terapi Aktivitas untuk
memantau dan meningkatkan Hubungan Interpersonal antar anggota. Hasil diskusi kelompok
dapat berupa kesepakatan atau Alternatif Penyelesaian masalah. (Maulana, hernawati &
Syalahuddin, 2021)
Salah satu bentuk penanganan medis untuk pasien dengan resiko perilaku kekerasan adalah dengan
Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Persepsi, dimana TAK (Terapi Aktifitas Kelompok)
merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada kelompok pasien dengan
Resiko perilaku kekerasan. Aktivitas digunakan sebagai terapi,dan kelompok digunakan sebagai
target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling
membutuhkan, dan menjadi laboratorium tempat pasien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk
memperbaiki perilaku lama yang maladaptif (Keliat & Akemat, 2015).

Anda mungkin juga menyukai