Anda di halaman 1dari 8

Skema Fire Assay Dan Icp-Ms Pada Pengukuran Kadar Paladium Dalam Sampel Batuan (Ronaldo Irzon, Kurnia))

SKEMA FIRE ASSAY DAN ICP-MS PADA PENGUKURAN KADAR


PALADIUM DALAM SAMPEL BATUAN

FIRE ASSAY AND ICP-MS SCHEMES ON THE PALLADIUM


LEVELS MEASUREMENT IN ROCK SAMPEL
Ronaldo Irzona, Kurniaa
a
Pusat Survei Geologi, Jl. Diponegoro 57. Bandung
e-mail: ronaldoirzon18@gmail.com

Abstrak

Paladium (Pd) adalah anggota Platinum Grup Element yang berjumlah


kecil di kerak Bumi, namun memiliki harga jual yang tinggi. Logam ini
sangat dibutuhkan oleh industri otomotif, industri pesawat ruang angkasa,
dan industri perhiasan. Akurasi pengukuran Pd yang baik pada sampel
diperlukan untuk mendukung industri terkait. Penelitian ini bertujuan untuk
menjabarkan akurasi pengukuran Pd yang memanfaatkan skema fire assay
dalam pra-konsentrasi dan ICP-MS sebagai perangkat pengukuran. Sampel
yang dipergunakan adalah bahan internal standar Serpentin milik
Laboratorium Geologi. Limit deteksi cukup rendah pada 1,0057 ppb yang
ditentukan melalui skema regresi linear. Stabilitas kinerja perangkat sangat
baik yang ditunjukkan oleh rentang deviasi 0-1,96%. Prosedur fire assaying
yang belum sempurna disimpulkan menjadi penyebab perbedaan hasil
pengukuran kadar Pd pada sampel. Rangkaian proses dalam studi ini
dinilai akurat yang mengacu pada besaran spike recovery <112%. Studi ini
dapat dikembangkan dengan memperbesar rentang kalibrasi analisis agar
dapat mengakomodasi kisaran jumlah analit yang lebih luas pada sampel.

Kata kunci: analisis Pd, fire assay, ICP-MS, industri

Abstract

Palladium (Pd) is a Platinum Group Element member with small


abundance in the Earth's crust, but has a high price. The metal is needed by
the automotive industry, the space ship industry, and the jewellery industry.
Accurate measurement of Pd measurements on samples is needed to
support the related industries. This study aims to describe the accuracy of
Pd measurements using the fire assay pre-concentration scheme and ICP-
MS as a measurement device. The used sample was Serpentine internal in-
house standard material belonging to the Geology Laboratory. The
detection limit is quite low at 1.0057 ppb which is determined through a
linear regression scheme. The stability of device performance is very good
as indicated by the range of deviations from 0-1.96%. The incomplete fire-
assaying procedure was concluded to be the cause of differences in the
measurement results of Pd levels in the sample. The series of processes in
this study are considered accurate, which refers to the spike recovery of
<112%. This study can be developed by enlarging the range of calibration
analyses to accommodate a wider range of analytes in the sample.

Key Words: Pd analysis, fire assay, ICP-MS, industry

Diterima (received ) : 27 Desember 2018 , Direvisi (revised ) : 28 Juni 2019 ,


Disetujui (accepted) : 08 Juli 2019

P-ISSN 1410-3680 / E-ISSN 2541-1233 187


M.I.P.I. Vol.13, No 2, Agustus 2019 (187-194)

PENDAHULUAN pH dan temperatur14). Penelitian lainnya


telah membahas akurasi analisis kadar nikel
Paladium (Pd) merupakan salah satu antara AAS, inductively coupled plasma –
logam pada kelompok Platinum Group mass spectrometry (ICP-MS), dan X-ray
Metals (PGM) bersama dengan platina (Pt), spectrometry (XRF)15). Selain perangkat
rodium (Rh), iridium (Ir), osmium (Os), dan pengukuran kadar logam/ elemen,
rutenium (Ru). Logam-logam kelompok ini laboratorium ini juga dilengkapi oleh
cenderung hadir bersama akibat kemiripan perangkat fire assay untuk pra-konsentrasi
sifat kimia dan fisikanya. Akibat material yang berkelimpahan sangat kecil di
kelimpahannya yang rendah pada kerak alam. Komposisi fluks terbaik dalam aplikasi
bumi, PGM merupakan material yang fire assay terkait pengukuran kadar emas
mahal1). Stok PGM yang rendah di pasaran telah dibahas pada studi sebelumnya 16).
berpengaruh terhadap ketidakstabilan Penelitian ini bertujuan untuk
harganya2). Dari sudut pandang ilmu menjabarkan penggunaan fire assay dalam
kebumian, PGM cenderung berafiliasi pra-konsentrasi paladium dengan
dengan batuan ultramafik hingga mafik, pemanfaatan ICP-MS sebagai perangkat
bersifat siderofil-kalkofil, dan sering pengukuran. Sampel yang dipergunakan
ditemukan pada batuan jenuh sulfida 1,3,4,5,6). adalah Serpentin sebagai bahan acuan
Indonesia bagian timur dapat dikategorikan standar internal yang berasal dari batuan
sebagai wilayah dengan berpotensi PGM ultramafik dari wilayah Sulawesi Tenggara.
karena terdeteksi memiliki banyak singkapan Hasil penelitian dapat mendukung industri
batuan ultramafik, seperti: Sulawesi terkait paladium di Indonesia. Berdasarkan
Tenggara7), Halmahera8), dan Papua bagian kadar paladium yang rendah di alam dan
timur9). sampel bukan berasal dari daerah dengan
Meski harganya cukup tinggi, paladium kadar paladium yang terbukti ekonomis,
berfungsi strategis dalam dunia industri maka studi ini tidak menganalisis sampel
modern. Paladium dibutuhkan sebagai tanpa pra-konsentrasi fire assay.
catalytic converter dalam industri otomotif10).
Perpaduan paladium dan perak merupakan
elektroda penting dalam industri elektronik. BAHAN DAN METODE
Selain itu, campuran emas, nikel, perak, dan
paladium dikenal sebagai ‘emas putih’ dalam Sampel yang dipergunakan dalam studi
industri perhiasan. Campuran paladium dan ini adalah batuan terubah yang disebut
yttrium terbukti dapat meningkatkan sebagai Serpentin dari daerah
sensitifitas Surface Acoustic Wave (SAW) Karangsambung, Provinsi Jawa Tengah.
sensors pada industri pesawat luar Sampel tersebut telah dikeringkan dan
angkasa11). Sebagai konsekuensi digerus hingga lolos ayakan 200 mesh.
kandungannya yang rendah di alam, Bahan standar untuk kalibrasi dibuat dengan
beragam metode analisis telah pengenceran larutan Pd 1000 ppm dalam
dikembangkan agar dalam mengukur HCl (10%) dari Spex CertiPrep, Jerman.
konsentrasi paladium dalam sampel secara Seluruh proses pengenceran dilaksanakan
akurat. Proses klorinasi basah yang dengan ultrapure water untuk meminimalkan
dilanjutkan dengan ekstraksi telah dicoba gangguan analisis.
untuk ekstraksi emas, perak, platina, Perangkat ICP-MS dipilih karena
paladium, dan selenium12). Fotoreduksi memang cukup akurat untuk menganalisis
dengan laser telah dimanfaatkan pada kadar elemen pada sampel bahkan hingga
recovery paladium dalam limbah nuklir 13). limit part per billion (ppb). Karena paladium
Sebagai fasilitas analisis yang telah diketahui sebagai logam dengan konsentrasi
terstandarisasi ISO/IEC 17025:2008, alami sangat rendah, maka skema fire assay
Laboratorium Pusat Survei Geologi telah juga diterapkan dalam studi ini dalam proses
beberapa kali melakukan proyek penelitian pra-konsentrasi. Meski membutuhkan waktu
terkait standardisasi mengenai analisis yang lama, pemanfaatan tungku
logam dasar, logam mulia, maupun pembakaran dalam skema fire assay terbukti
kelompok PGM. Fasilitas pengujian ini dapat menaikkan konsentrasi logam pada
memiliki beragam perangkat pengukuran bahan yang dianalisis berdasarkan titik
kadar logam dalam suatu bahan. Atomic leburnya seperti pada beberapa penelitian
absorbance spectrometry (AAS) telah sebelumnya14,17,18). Selain itu, skema fire
dimanfaatkan untuk menentukan beberapa assay menggunakan temperatur tinggi
tingkat recovery platina berdasarkan variasi >800oC sehingga dibutuhkan perangkat

188 P-ISSN 1410-3680 / E-ISSN 2541-1233


Skema Fire Assay Dan Icp-Ms Pada Pengukuran Kadar Paladium Dalam Sampel Batuan (Ronaldo Irzon, Kurnia))

pelindung khusus saat menjalankannya g) adalah komponen fluks. Alur pengerjaan


(Gambar 1a). Sampel Serpentin yang fire assaying mengacu pada hasil penelitian
digunakan telah berbentuk bubuk dengan terdahulu16) bahwa fusi berlangsung pada
ukuran 200 mesh sehingga tidak 1100⁰C selama satu jam sedangkan
memerlukan proses pengeringan dan kupelasi pada 850⁰C selama 45 menit. Hasil
penggerusan. akhir dari proses fire assay adalah agregat
Metode spiking, yang juga dikenal PGM+Au (prill) yang telah dipisahkan dari
sebagai uji akurasi dua titik, diadaptasi pada lead button (Gambar 1b) untuk dipreparasi
studi ini karena dinilai tepat terhadap sebelum analisis dengan ICP-MS. Prill hasil
konsentrat analit yang berjumlah sangat fire assay dari sampel ditimbang untuk
sedikit pada suatu sampel 19,20,21). Sampel kemudian dilarutkan dengan campuran
Serpentin dibuat dalam empat skema, yaitu: asam karena prinsip dasar analisis ICP-MS
Serpentin(I) tanpa penambahan bahan adalah pengukuran kadar sampel dalam
standar mengandung paladium (spiking), bentuk larutan. Asam flourida (HF), asam
Serpentin(II) tanpa spiking, Serpentin(I) perklorat (HClO4), asam klorida (HCl), dan
dengan spiking 2,5 ppm Pd, dan asam itrat (HNO3) adalah empat jenis asam
Serpentin(II) dengan spiking 5 ppm Pd. Oleh yang dipergunakan dalam skala suprapure.
karena itu, empat sampel dari Serpentin Perlu diperhatikan bahwa peralutan dengan
dipersiapkan untuk ditimbang dan melalui asam juga berarti bahwa contoh telah
proses fire assay. melewati proses pengenceran. Lima tingkat
Secara garis besar metode fire assay konsentrasi larutan pada pembuatan kurva
terdiri tiga tahap, yaitu: pencampuran fluks, kalibrasi yang kelak akan menjadi dasar
reaksi fusi, dan kupelasi. Sampel ditimbang penentuan limit deteksi adalah 0,1 ppb, 0,5
untuk kemudian dicampurkan dengan fluks ppb, 2,5 ppb, 10 ppb, dan 25 ppb. Skema
ke dalam plastik polyetilen. Natrium karbonat penelitian dapat diperhatikan pada Gambar
(Na2CO3, 60 g), litharge (PbO, 40 g), oksida 2.
silika (SiO2, 20 g), boraks (Na2B4O7, 25 g),
kalsium florida (CaF2, 10 g), dan tepung (5

(a) (b)
Gambar 1.
Skema fire assay: a) pakaian pelindung khusus dibutuhkan pada prosedur fire assay karena
melibatkan temperatur >800oC; dan b) Pb-button hasil pemanasan sampel dan fluks dalam tungku
fire assay.

P-ISSN 1410-3680 / E-ISSN 2541-1233 189


M.I.P.I. Vol.13, No 2, Agustus 2019 (187-194)

HASIL DAN PEMBAHASAN analit24,25). Dengan demikian, intersep hanya


diperhitungkan bila bernilai negatif, namun
Limit Deteksi dapat diabaikan bila bernilai positif. Hasil
Secara sederhana, kurva kalibrasi pengukuran larutan kalibrasi ditampilkan
disimpulkan makin linear jika nilai slop makin pada Tabel 1.
mendekati 1. Persamaan (1) dipergunakan Dengan persamaan (1)-(4) maka limit
dalam pembuatan kurva regresi linear pada deteksi Pd adalah 2,29 ppb. Linearitas kurva
pengukuran larutan kalibrasi 22,23), dimana kalibrasi tampak sangat baik (sangat
parameter y, x, a, dan b masing-masing mendekati 1) dengan slop pada analit Pd
adalah respon hasil pengukuran, respon bernilai 1,0057 ppb sebagaimana
yang seharusnya diperoleh, slop kurva, dan ditampilkan Gambar 3. Tiga kali
intersep. Standar deviasi kurva kalibrasi pengulangan pada pengukuran larutan
kalibrasi berguna untuk menelusuri tingkat
( ) diperoleh dengan menggunakan
kestabilan pengukuran. Penggunaan
persamaan (2), sehingga limit deteksi
persamaan (3) untuk mengukur deviasi pada
berdasarkan respon pembacaan alat adalah
tiga kali pengukuran menunjukkan bahwa
tiga kali nilai standar deviasi kurva kalibrasi
pengukuran sangat stabil rentang deviasi 0-
dengan persamaan (3). Dengan dan 1,96% (Tabel 1.).
sebagai rerata dan jumlah tingkat larutan
1)
kalibrasi, LOD secara konsentrasi diketahui
dengan persamaan (4). Intersep positif
bermakna bahwa sesungguhnya analit telah . 2)
dapat terdeteksi pada limit dibawahnya. 3)
Pada sisi lain, intersep negatif menunjukkan
bahwa level limit deteksi sebelumnya masih 4)
belum cukup untuk menganalisis suatu

Gambar 2.
Skema pra-konsentrasi sampel hingga analisis Pd menggunakan ICP-MS pada studi ini.

190 P-ISSN 1410-3680 / E-ISSN 2541-1233


Skema Fire Assay Dan Icp-Ms Pada Pengukuran Kadar Paladium Dalam Sampel Batuan (Ronaldo Irzon, Kurnia))

Gambar 3.
Kurva kalibrasi penentuan limit deteksi Pd pada penelitian ini.

Tabel 1.
Hasil pengukuran pada lima tingkat konsentrasi diagram kalibrasi

Konsentrasi Hasil Pengukuran (ppb)


Larutan Pengukuran -1 0,09
0,1Kalibrasi
ppb Pengukuran -2 0,09
Pengukuran -3 0,09
rerata ± deviasi 0,09
Pengukuran -1 0,51
0,5 ppb Pengukuran -2 0,5
Pengukuran -3 0,53
rerata ± deviasi 0,51 ± 0,01
Pengukuran -1 2,76
2,5 ppb Pengukuran -2 2,75
Pengukuran -3 2,82
rerata ± deviasi 2,77 ± 0,03
Pengukuran -1 9,63
10 ppb Pengukuran -2 9,68
Pengukuran -3 9,57
rerata ± deviasi 9,63 ± 0,04
Pengukuran -1 25,24
25 ppb Pengukuran -2 25,36
Pengukuran -3 24,76
rerata ± deviasi 25,12 ± 0,26

Akurasi Pengukuran sebelumnya metode ini juga cocok untuk


Akurasi pengukuran perlu diketahui pengukuran analit dengan kelimpahan
untuk menjamin tingkat kebenaran hasil sangat sedikit. Spike recovery (SR) sebagai
analisis22,25,26). Perbandingan hasil analisis derajat akurasi metode spiking dihitung
certified reference material (CRM) yang telah dengan persamaan (5) berikut:
diproses melalui tahapan yang sama dengan
sampel terhadap nilai referensinya sering SR (%) = ((Cspike-Cspl)/Cl) x 100% (5)
digunakan untuk mengetahui tingkat
akurasi19,26). Namun demikian, studi ini Cspike merupakan konsentrasi pada
menggunakan metode spiking karena sampel yang telah di-spike, Cspl sebagai
Laboratorium Geologi belum memilki CRM konsentrasi pada sampel, dan Cl adalah
untuk analit Pd. Seperti disebutkan konsentrasi bahan spike yang ditambahkan

P-ISSN 1410-3680 / E-ISSN 2541-1233 191


M.I.P.I. Vol.13, No 2, Agustus 2019 (187-194)

pada sampel. Hasil pengukuran terhadap 5000 ppb analit Pd. Namun demikian, spike
empat sampel dalam penelitian ini recovery pada percobaan ke-4 (112%)
terangkum pada Tabel (2). kurang presisi dibandingkan dengan
Meski dipreparasi dengan proses yang percobaan ke-3. Seperti dijelaskan
sama, terdapat perbedaan yang cukup besar sebelumnya bahwa serial larutan kalibrasi
pada hasil analisis dua sampel standar memiliki konsentrasi terendah 0,1 ppb dab
internal Serpentin (percobaan-1 dan tertinggi 25 ppb. Urutan proses
percobaan-2). Paladium pada percobaan prakonsentrasi fire assay dan pelarutan
pertama terdeteksi sebesar 54 ppb asam sebelum analisis menggunakan ICP-
sedangkan pada percobaan kedua jauh MS menyebabkan bahan telah mengalami
lebih rendah (34 ppb). Rentang perbedaan pengenceran 500 kali. Oleh sebab itu, kurva
ini dapat disebabkan oleh proses assaying kalibrasi valid untuk konsentrasi Pd dalam
yang belum sempurna pada Serpentin(II) sampel antara 50 ppb hingga 12.500 ppb.
sehingga belum seluruh analit Pd Konsentrasi Pd pada Serpentin(II) terdeteksi
terpisahkan dari pengotornya dan 34 ppb yang berada sedikit di bawah
terperangkap dalam lead button. Spike rentang validitas kalibrasi. Perbaikan
recovery yang nyaris sempurna (100,76%) berikutnya dapat dilakukan dengan
ditunjukkan oleh percobaan ke-3 yaitu memperlebar rentang serial larutan kalibrasi
dengan penambahan 2500 ppb analit Pd sehingga dapat dianggap valid untuk
kepada sampel Serpentin(I). Percobaan ke-4 menganalisis kisaran kadar analit yang lebih
dideskripsikan sebagai hasil analisis Pd luas.
dalam sampel Serpentin(II) dengan adisi

Tabel 2.
Hasil analisis Serpentin tanpa adisi maupun dengan spiking Pd
No Keterangan Adisi Pd (ppb) Hasil Analisis Pd (ppb) SR (%)
1. Serpentin(I) - 54 -
2. Serpentin(II) - 34 -
3. Serpentin(I)+spike 2500 2573 100,76%
4. Serpentin(II)+spike 5000 5632 111,96%

SIMPULAN pada tulisan ini. Studi ini banyak dibantu


oleh saudara Deni Mundhary dan saudara
Standarisasi analisis Pd dengan ICP-MS Erik Nugraha pada sisi assaying. Kami
dan pra-konsentrasi dengan fire assay sangat menghargai bantuan saudari Indah
menunjukkan limit deteksi yang baik pada Yuni untuk bantuannya dalam preparasi dan
1,0057 ppb. Pengulangan pengukuran penyiapan perangkat ICP-MS. Penulis juga
terhadap larutan kalibrasi menunjukkan mengucapkan terimakasih kepada Bapak
kestabilan perangkat dengan rentang Moh. Heri Hermiyanto Jazuli atas
deviasi 0-1,96%. Perbedaan hasil dua kali bimbingannya mengenai aspek geologi
pengukuran standar internal Serpentin dapat PGM.
disebabkan oleh proses pra-konsentrasi
yang belum sempurna. Metode spiking
diterapkan untuk mengetahui derajat akurasi DAFTAR PUSTAKA
proses analisis akibat ketiadaan CRM dan
konsentrasi alamiah analit Pd yang rendah. 1. Ako, T.A., Vishiti, A., Suh, C.E., Kedia,
Analisis disimpulkan akurat dengan spike A.C., Omang, B.O., Geological Models
recovery 100,76% dan 111,96%. Perbedaan of Platinum Group Elements (PGE)
akurasi mungkin dipengaruhi oleh kadar Pd Depletion in Metamorphosed Ultramafic
pada salah satu pengukuran sampel yang Rocks of the Nyong Series, Southeast
sedikit lebih kecil dari batas bawah validitas Cameroon, International Journal of
kalibrasi. Mining Science, vol. 3(4), 2017, p.1-12.
2. Sverdrup, H. U., Ragnarsdottir, K. V., A
system dynamics model for platinum
UCAPAN TERIMAKASIH group metal supply, market price,
depletion of extractable amounts, ore
Terimakasih diucapkan kepada Kepala grade, recycling and stocks-in-use,
Pusat Survei Geologi – Kementerian ESDM Resources, Conservation and
yang telah memberikan ijin penggunaan data Recycling, vol.114, 2016, p.130-152.

192 P-ISSN 1410-3680 / E-ISSN 2541-1233


Skema Fire Assay Dan Icp-Ms Pada Pengukuran Kadar Paladium Dalam Sampel Batuan (Ronaldo Irzon, Kurnia))

3. Balaram, V., Singh, S.P., Actuators B: Chemical 2017, p.30-35,


Satyanarayanan, M., Anjaiah, K.V., 2015
Platinum group elements geochemistry 12. Rodliyah, I., Ardha, N., Saleh, N.,
of ultramafic and associated rocks from Sariman, S., Ekstraksi Emas dari
Pindar in Madawara Igneous Complex, Lumpur Anoda Melalui Proses Klorinasi
Bundelkhand massif, central Basah dan Ekstraksi Pelarut, Jurnal
India, Journal of earth system science, Teknologi Mineral dan Batubara,
vol.122(1), 2013, p.79-91. v.13(2), 2017, p.99-111.
4. Jackson-Brown, S., Scoates, J.S., 13. Asai, S., Yomogida, T., Saeki, M.,
Nixon, G.T., Ames, D.E., Mineralogy of Ohba, H., Hanzawa, Y., Horita, T.,
sulphide, arsenide, and platinum group Kitatsuji, Y., Determination of 107Pd in
minerals from the DJ/DB Zone of the Pd Recovered by Laser-Induced
Turnagain Alaskan-type ultramafic Photoreduction with Inductively Coupled
intrusion, north-central British Plasma Mass Spectrometry, Analytical
Columbia, Geological Fieldwork 2013, Chemistry, vol.88(24), 2016, p.12227-
British Columbia Ministry of Energy and 12233.
Mines, British Columbia Geol Surv 14. Irzon, R., Kurnia, K., Kondisi
Paper 2014–1, 2014. Temperatur, Waktu, dan pH reaksi
5. Xing, L., Zhou, M., Qi, L., Huang, Z., untuk Mengoptimasi Prosedur Standar
Discussion on the PGE anomalies and Analisa Platinum dengan Ekstraksi
source materials of K-bentonite (Bed 5) Atomic Absorption Spectrometry,
in the Lower Cambrian Meishucun Jurnal Geologi dan Sumberdaya
section, Yunnan, Chinese Journal of Mineral, vol.14(4), 2013, p.51-58.
Geochemistry, vol.34(3), 2015, p.346- 15. Irzon, R., Kurnia, K., Perbandingan
361. Analisis Ni dalam Batuan Beku
6. O’Driscoll, B., González-Jiménez, J.M., Menggunakan AAS, ICP-MS, dan XRF,
Petrogenesis of the platinum-group Publikasi Sarana Teknik Pusat Survei
minerals, Reviews in Mineralogy and Geologi – Kementerian ESDM, 2016,
Geochemistry, vol.81(1), 2016, p.489- p.9-20.
578. 16. Irzon, R., Kurnia, K., Optimasi Teknik
7. Irzon, R., Abdullah, B., Geochemistry of Fire Assay dan Kondisi Kupelasi untuk
Ophiolite Complex in North Konawe, Memperoleh Komposisi Fluks Terbaik
Southeast Sulawesi, Eksplorium: pada Analisis Kadar Emas, Jurnal
Buletin Pusat Teknologi Bahan Galian Geologi dan Sumberdaya Mineral,
Nuklir, vol.37(2), 2016, p.101-114. vol.15(1), 2014, p.55-62.
8. Sarmili, L., Hydrothermal Mineralization 17. Tambunan, B., Supriyadi, C.,
in jailolo Waters, West Halmahera, Juliansyah, J., Desain dan Simulasi
North Maluku Province, Bulletin of the Tungku Bakar untuk Pengolahan Pasir
Marine Geology, vol.30(1), 2016, p.35- Besi Menjadi Sponge Iron dengan
43. Teknologi Tunnel Klin, Majalah Ilmiah
9. Lindley, I. D., Epithermal and arc- Pengkajian Industri, vol.10(1), 2016,
related layered mafic platinum-group p.51-60.
element mineralisation in the mafic– 18. Permatasari, N. V., Kawigraha, A.,
ultramafic rocks of eastern Papua, Hapid, A., Wibowo, N., Identifikasi
Australian Journal of Earth Sciences, Perubahan Mineral Selama Proses
vol.63(4), 2016, p.393-411. Pemanasan Pelet Komposisi Nikel
10. Aruguete, D. M., Murayama, M., dengan Analisis Difraksi Sinar X,
Blakney, T., Winkler, C., Enhanced Majalah Ilmiah Pengkajian Industri,
release of palladium and platinum from vol.12(1), 2018, p.9-16.
catalytic converter materials exposed to 19. Carpentier, M., Gannoun, A., Pin, C.,
ammonia and chloride bearing Sigmarsson, O., New Thorium Isotope
solutions, Environmental Science: Ratio Measurements in Silicate
Processes & Impacts, 2018. Reference Materials: A‐THO, AGV‐2,
11. Vanotti, M., Blondeau-Patissier, V., BCR‐2, BE‐N, BHVO‐2 and
Moutarlier, V., Ballandras, S., Analysis BIR‐1, Geostandards and
of palladium and yttrium–palladium Geoanalytical Research, vol.40(2),
alloy layers used for hydrogen detection 2016, p.239-256.
with SAW device, Sensors and

P-ISSN 1410-3680 / E-ISSN 2541-1233 193


M.I.P.I. Vol.13, No 2, Agustus 2019 (187-194)

20. Jweda, J., Bolge, L., Class, C., 24. Kruve, A., Rebane, R., Kipper, K.,
Goldstein, S. L., High Precision Oldekop, M. L., Evard, H., Herodes, K.,
Sr‐Nd‐Hf‐Pb Isotopic Compositions of Ravio, P., Leito, I., Tutorial review on
USGS Reference Material validation of liquid chromatography–
BCR‐2, Geostandards and mass spectrometry methods: Part
Geoanalytical Research, vol.40(1), I, Analytica Chimica Acta, vol.870,
2016, p.101-115. 2015, p.29-44.
21. Szymanowski, D., Fehr, M. A., Guillong, 25. Irzon, R., Pembuatan Material Acuan
M., Coble, M. A., Wotzlaw, J. F., Internal Berupa Batuan Pada Zona
Nasdala, L., Schönbächler, M., Isotope- Kaolinisasi dari Kokap Kulon Progo
dilution anchoring of zircon reference Menggunakan ICP-MS, Jurnal
materials for accurate Ti-in-zircon Standardisasi, vol.19(2), 2018, p.103-
thermometry, Chemical Geology, 112.
vol. 481, 2018, p.146-154. 26. Verni, E. R., Londonio, A., Bazán, C.,
22. Prabowo, M. H., Wibowo, A., Yuliani, Strasser, E., Perino, E., Gil, R. A., REE
F., Identifikasi Dan Analisis Akrilamida profiling in basic volcanic rocks after
Dalam Kopi Serbuk (Tubruk) dan Kopi ultrasonic sample treatment and ICPMS
Instan Dengan Metode Kromatografi analysis with oxide ion formation in ICP
Cair Kinerja Tinggi, Jurnal Ilmiah enriched with O2, Microchemical
Farmasi, vol.9(1), 2016. Journal, vol.130, 2017, p.14-20.
23. Kuncoro, B., Uji Kesesuaian Sistem
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Fase
Terbalik pada Bahan Baku
Parasetamol, Jurnal Farmagazine,
vol.1(2), 2017, p.35-41.

194 P-ISSN 1410-3680 / E-ISSN 2541-1233

Anda mungkin juga menyukai