Anda di halaman 1dari 5

LEARNING JOURNAL

Program Pelatihan : Pelatihan Dasar CPNS


Anggkatan/Kelas :
Nama Agenda : Anti Korupsi
Nama Peserta : Dewi Handayani, S.Pd
No. Daftar Hadir :
Widyaiswara :
Lembaga Penyelenggara :
A. Pokok Pikiran
Menurut UU No. 31 tahun 1999 yang diperbaharui menjadi UU No. 20
Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi pada Pasal 2 ayat
(1), korupsi adalah perbuatan untuk memperkaya diri sendiri atau korporasi
yang dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara. Sesuai dengan
dasar hukum UU No, 31 Tahun 1999 Junto UU No. 20 Tahun 2001, tindak
pidana korupsi meliputi:
1. Penyalahgunaan wewenang sehingga merugikan Keuangan Negara.
2. Suap menyuap dalam bentuk kesepakatan dua pihak dan saling untung
dimana si penyuap memberikan sesuatu atau janji kepada politisi atau
pegawai negeri untuk keinginan si penyuap;
3. Penggelapan dalam jabatan misalnya politisi atau pegawai negeri
melakukan tindakan kegiatan fiktif, mark up surat pertanggung-jawaban
belanja dan atau ghilangan/ menggelapkan dokumen berharga atau aset
negara untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain;
4. Pemerasan berupa politisi atau pegawai negeri memaksa
(ancaman/intimidasi) orang lain melakukan sesuatu untuk keuntungan
pribadi. Politisi atau Pegawai negeri memeras masyarakat. Politisi atau
pegawai negeri memeras politisi atau pegawai negeri lainnya;
5. Perbuatan curang berupa segala bentuk kecurangan dalam pengadaan
barang dan jasa, serta kecurangan terhadap aset negara. Pelaku
mencurangi kontrak pengadaan barang dan jasa;
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan barang dan jasa misalnya seorang
pejabat yang dihadapkan pada peluang untuk menguntungkan diri sendiri,
keluarga ataupun kroni-kroninya;
7. Politisi atau Pegawai Negeri dilarang menerima hadiah dalam bentuk
apapun dengan maksud tertentu. hadiah dalam arti luas diantaranya uang,
barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan,
fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma; dan
fasilitas lainnya di dalam maupun di luar negeri;
8. Tindakan pidana lainnya yang berkaitan dengan TIPIKOR diantaranya
merintangi proses pemeriksaan, tersangka tidak memberikan keterangan
mengenai kekayaannya, bank yang tidak memberikan keterangan rekening
tersangka, saksi atau ahli yang tidak memberikan keterangan atau
keterangan palsu, orang yang memegang rahasia jabatan,tidak
memberikan keterangan atau keterangan Palsu, saksi yang membuka
identitas pelapor.
Beberapa sebab korupsi tumbuh subur diantaranya:
1. Aspek Individu Pelaku
a. Sikap tamak dan tidak puass dengan penghasilan yang ada.
b. Moral dan iman yang lemah tidak dapat menahan godaan hawa nafsu.
c. Merasa penghasilan kurang mencukupi kebutuhan yang wajar
2. Aspek Organisasi
a. Kurangnya teladan dari pemimpin;
b. Tidak adanya kultur organisasi yang mendukung kebenaran;
c. Manajemen yang menutupi korupsi di dalam organisasinya
3. Aspek Masyarakat
a. Adanya nilai -nilai di dalam masyarakat yang kondusif terjadinya korupsi
(seperti sikap permisif, apatis dan adat);
b. Dampak Korupsi tidak dirasa langsung oleh masyarakat, walaupun
dampak korupsidapat merugikan negara dan juga masyarakat luas.
Jenis jenis korupsi dapat dibedakan menjadi tujuh, diantaranya:
1. Transaktif yaitu ada kesepakatan, sama-sama berbuat dan keuntungan
timbal balik;
2. Ekstroaktif dimana salah satu pihak memaksa, (pihak yang dipaksa aktif
malakukan, tetapi yang memaksa tidak terlibat);
3. Investif yaitu adanya penawaran barang dan jasa, keuntungan
diharapkan di masa datang;
4. Nepotistik yaitu adanya perlakuan khusus kepada keluarga, teman dan
kerabat pejabat publik;
5. Autogenik adalah memanfaatkan pengetahuan dan pemahaman yang
hanya diketahui oleh dirinya untuk mendapatkan keuntungan;
6. Suportif yaitu adanya upaya melindungi dan mempertahankan perbuatan
korupsi;
7. Defensif dimana korupsi dilakukan dalam rangka mempertahankan diri
dari tindakan kriminalisasi
Korupsi memiliki dampak kerusakan yang luar biasa terhadap sendi
kehidupan berbangsa dan bernegara karena telah terjadi kebusukan,
ketidakjujuran, dan melukai rasa keadilan masyarakat. Secara garis besar
dampak dari tindakan korupsi adalah sebagai berikut:
1. Runtuhnya akhlak, moral, integritas, dan religiusitas bangsa;
2. Adanya efek buruk bagi perekonomian Negara;
3. Korupsi memberi kontribusi bagi matinya etos kerja masyarakat;
4. Terjadinya eksploitasi sumberdaya alam oleh segelintir orang;
5. Memiliki dampak sosial dengan merosotnya human capital.
Nilai Dasar Anti Korupsi yang harus diinternalisasi, diimplementasikdan dan
diaktualisasikan: (1) Jujur (2) Peduli (3) Mandiri (4) Disiplin (5) Tanggung Jawab
(6) Kerja Keras (7) Sederhana (8) Berani (9) Adil. Tiga proses sosial yang
berperan dalam proses perubahan sikap dan perilaku: (1) Kesediaan
(compliance); (2) identifikasi (identification); dan (3) internalisasi (internalization)
integritas sebagai suatu proses sosial yang ditujukan untuk mengatasi
korupsi. Ada 7 semangat dasar yang diharapkan dapat ditumbuhkan kembali di
bumi pertiwi antara lain: (1) Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;
(2)  Keikhlasan dan Ketulusan; (3) Pengabdian dan Tanggung
Jawab; (4) Menghasilkan yang terbaik; (5) Kekeluargaan; (6) Keadilan
dan Kemanusiaan, dan;
(7) Perjuangan. Saat  ini,  niat  Anti  Korupsi  dan  berusaha  membangun  integ
ritas  diri,  keluarga, organisasi masyarakat dan bangsa semakin  menguat
dan  berubah  menjadi energi yang selalu menyemangati dan
membuat komitmen untuk bergerak memberantas korupsi.

PROFIL TOKOH
Tokoh yang menjadi inspirasi bagi saya dalam menggelorakan semangat
antikorupsi adalah Mohammad Hatta. Beliau merupakan pahlawan proklamasi
bersama Ir. Sukarno. Selain berjasa besar bagi kemerdekaan Indonesia, Bung
Hatta (sapaan akrabnya) juga memiliki rekam jejak sebagai seorang sosok
yang sangat anti terhadap korupsi.
Salah satu kisahnya ada pada 1970, ketika Bung Hatta dan rombongan
mengunjungi Tanah Merah, Irian Jaya, tempat Beliau sempat dibuang oleh
kolonial Belanda. Di Irian Jaya, Bung Hatta disodori amplop berisi uang. Uang
tersebut sebenarnya bagian dari biaya perjalanan Bung Hatta yang ditanggung
pemerintah. Namun, Bung Hatta menolaknya. "Uang apa lagi? Bukankah
semua ongkos perjalanan saya sudah ditanggung pemerintah? Dapat
mengunjungi daerah Irian ini saja saya sudah bersyukur. Saya benar-benar
tidak mengerti uang apa lagi ini?" kata Bung Hatta. Bung Hatta juga
mengatakan bahwa uang pemerintah pun sebenarnya adalah uang rakyat.
"Tidak, itu uang rakyat, saya tidak mau terima.. Kembalikan," tegas Bung Hatta
seperti dikutip dari buku berjudul Mengenang Bung Hatta (2002).
Ketegasan Bung Hatta perihal korupsi juga tecermin pada hal yang
sederhana. Pada suatu ketika, Hatta menegur sekretarisnya karena
menggunakan tiga lembar kertas kantor Sekretariat Wakil Presiden untuk
mengirim surat pribadi. Menurut Hatta, kertas itu adalah aset negara yang
merupakan uang rakyat. Hatta pun mengganti kertas tersebut dengan uang
pribadinya. Demikian teladan Bung Hatta dalam menggelorakan semangat
antikorupsi.
B. PENERAPAN
Penerapan budaya antikorupsi yang dapat saya lakukan sebagai
pendidik di instansi tempat saya bekerja diantaranya:
1. Mengkondisikan pembelajaran dengan suasana yang berintegritas
Sebagai seorang saya akan fokus pada ruang belajar anak. Saya akan
mengkondisikan pembelajaran sebagai wahana membangun perilaku
antikorupsi secara konsisten dengan memulai menjadi pribadi utuh yang
antikorupsi.
2. Senantiasa menjadi pribadi yang jujur dan senantiasa mengingatkan
kepada siswa misalnya menuliskan “kejujuran itu mennetramkan” pada
kertas soal serta mendorong siswa menulis kata motivasi pada lembar
kegiatan
3. Menerapkan disiplin dengan tidak pernah terlambat datang terlambat dan
tidak pernah terlambat masuk ke kelas serta menginspirasi siswa agar
tidak datang terlambat dan melakukan pendekatan pribadi kepada siswa
yang datang terlambat
4. Menunjukkan kepedulian kepada siswa yang mengalami kesulitan
belajar dan mendorong agar siswa yang sudah bisa untuk peduli
terhadap temannya yang mengalami kesulitan
5. Menjaga konsistensi penerapan dalam setiap aktivitas dengan tidak
diskriminatif baik itu pelanggaran kecil maupun besar
6. Mendorong siswa untukmelakukan kegiatan nyata terkait antikorupsi
misalnya membuat komitmen pada kegiatan pembelajaran untuk tidak
menyontek, berperilaku jujur, tidak curang ketika bermain, bertanggung
jawab dan taat pada aturan.
7. Menyebarkan sosialisasi antikorupsi misalnya melalui kegiatan
sosialisasi oleh OSIS serta pembuatan deklarasi anti korupsi
8. Menyelenggarakan manajemen berbasis sekolah yang transparan,
akuntabel dan profesional

Anda mungkin juga menyukai