Anda di halaman 1dari 88

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN

DENGAN DIABETES MELITUS

Dosen Pembimbing :

" Hj. Zainab, S.SiT., M.Kes "

DISUSUN OLEH :
DINY TITANIA RAHMADANI
P07120117052

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN KEPERAWATAN
BANJARBARU
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Diny Titania Rahmadani


NIM : P07120117052
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Dengan
Diabetes Mellitus.

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

Hj. Zainab, S.SiT., M.Kes


I. Konsep Dasar Penyakit Diabetes Melitus
1. Defenisi
Diabetes melitus adalah gangguan metabolik yang ditandai oleh
hiperglikemia (kenaikan kadar glukosa) akibat kurangnya hormon insulin,
menurunnya efek insulin atau keduanya. (kowalak, dkk. 2016 ).

Menurut Askandar (2001) Diabetes Miletus (DM) adalah penyakit


metabolik yang kebanyakan herediter, dengan tanda-tanda hiperglikemia
dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala kilnik akut
maupun kronik, sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif didalam
tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang
biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein.

Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang


ditandai oleh kenaikan glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Pada
diabetes melitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat
menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin
(Brunner and Suddarth, 2015)

2. Etiologi
a. Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 ditandai oleh penghancuran sel-sel beta
pankreas. Kombinasi faktor genetik, imunologi dan lingkungan
(misalnya, infeksi virus) diperkiakan turut menimbulkan destruksi
sel beta. Faktor faktor genetik. Penderita diabetes tidak mewarisi
diabetes tipe 1 itu sendiri; tetapi mewarisi suatu presdiposisi atau
kecendrungan genetik ke arah terjadinya diabetes tipe satu.
Kecendrungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki
tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA
merupakan kumpulan gen yang bertanggungjawab atas antigen
tansplantasi dan proses imun lainnya.
Faktor imunologi. Pada diabetes tipe I terdapat bukti
adanya suatu respon otoimun. Respon ini merupakan respon
abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggpanya
seolah-olah sebagai jaringan asing. Bahkan beberapa tahun sebelum
timbulnya gejala klinis diabetes tipe 1.

Faktor lingkungan. Faktor-faktor lingkungan yang


mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang dapat menimbulkan
infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses
secara berlebihan, obesitas dan kehamilan. Penyelidikan juga sedang
dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor eksternal yang dapat
memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh hasil penyelidikan yang
menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu prises
otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.

Interaksi antara faktor-faktor genetik, imunologi dan


lingkungan dalam etiologi diabetes tipe 1 merupakan pokok
perhatian riset yang terus berlanjut. Meskipun kejadian yang
menimbulkan destruksi sel beta tidak dimengerti sepenuhnya, namun
pernyataan bahwa kerentanan genetik merupakan faktor dasar yang
melandasi proses terjadinya diabetes tipe 1 merupakan hal yang
secara umum bisa diterima.

b. Diabetes tipe II
Obesitas. Obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target
diseluruh tubuh sehingga insulin yang tersedia menjadi kurang efektif
dalam meningkatkan efek metabolik.

Usia. Cenderung meningkat di atas 65 tahun


Gestasional, diabetes mellitus ( DM) dengan kehamilan (diabetes
melitus gaestasional DMG) adalah kehamilan normal yang di sertai
dengan peningkatan insulin resistensi (ibu hamil gagal
mempertahankan euglycemia). Pada golongan ini, kondisi diabetes di
alami sementara selama masa kehamilan. Artinya kondisi diabetes
atau intoleransi glukosa pertama kali di dapat selama kehamilan,
biasanya pada trimester kedua atau ketiga (Brunner & suddarth,
2015).

3. Patofisiologi
c. DM Tipe I
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan pankreas
menghasilkan insulin karena hancurnya sel-sel beta pulau langerhans.
Dalam hal ini menimbulkan hiperglikemia puasa dan hiperglikemia
post prandial. Dengan tingginya konsentrasi glukosa dalam darah,
maka akan muncul glukosuria (glukosa dalam darah) dan ekskresi ini
akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan
(diuresis osmotic) sehingga pasien akan mengalami peningkatan
dalam berkemih (poliurra) dan rasa haus (polidipsia). Defesiensi
insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak sehingga
terjadi penurunan berat badan akan muncul gejala peningkatan selera
makan (polifagia). Akibat yang lain yaitu terjadinya proses
glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukogeonesis
tanpa hambatan sehingga efeknya berupa pemecahan lemak dan
terjadi peningkatan keton yangdapat mengganggu keseimbangan asam
basa dan mengarah terjadinya ketoasidosis (Brunner & suddarth 2015)

d. DM Tipe II
Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan
berkaitan pada reseptor kurang dan meskipun kadar insulin tinggi
dalam darah tetap saja glukosa tidak dapat masuk kedalam sel
sehingga sel akan kekurangan glukosa. Mekanisme inilah yang
dikatakan sebagai resistensi insulin. Untuk mengatasi resistensi insulin
dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah yang berlebihan
maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan.
Namun demikian jika sel-sel beta tidak mampu mengimbanginya
maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadilah DM tipe II
(Brruner & suddarth 2015)

4. Manifestasi klinis
a. Poliuri
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membran
dalam sel menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma
meningkat atau hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel berdifusi
kedalam sirkulasi atau cairan intravaskuler, aliran darah ke ginjal
meningkat sebagai akibatdari hiperosmolariti dan akibatnya akan
terjadi diuresis osmotic (poliuria).

b. Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler
menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah
dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi kering dan
sensor haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan ingin
selalu minum (polidipsia).

c. Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya
kadar insulin maka produksi energi menurun, penurunan energi akan
menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang
akan lebih banyak makan (poliphagia).

d. Penurunan berat badan


Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel
kekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat
dari itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh jaringan terutama
otot mengalami atrofidan penurunan secara otomatis.

e. Malaise atau kelemahan


f. Kesemutan
g. Lemas
h. Mata kabur (Brunner & Suddart, 2015)
1. Pemeriksaan penujang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi 4 hal yaitu:
1. Postprandial
Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka diatas
130mg/dl mengindikasikan diabetes.

2. Hemoglobin glikosilat: Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk


menilaikadar gula darah selama 140 hari terakhir. Angka Hb1C yang
melebihi6,1% menunjukkan diabetes.
3. Tes toleransi glukosa oral
Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air dengan 75 gr
gula, dan akan diuji selama periode 24 jam. Angka gula darah yang
normaldua jam setelah meminum cairan tersebut harus < dari 140
mg/dl.

4. Tes glukosa darah dengan finger stick, yaitu jari ditusuk dengan
sebuah jarum, sample darah diletakkan pada sebuah strip yang
dimasukkan kedalam celah pada mesin glukometer, pemeriksaan ini
digunakan hanya untuk memantau kadar glukosa yang dapat dilakukan
dirumah.
2. Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan berbagai penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak
ditingkat pelayanan kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan
berbagai usaha dan akan diuraikan sebagai berikut:

a. Perencanaan Makanan
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang
seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai
dengan kecukupan gizi baik yaitu :

1) Karbohidrat sebanyak 60 – 70 %
2) Protein sebanyak 10 – 15 %
3) Lemak sebanyak 20 – 25 %
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur,
stress akut dan kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis,
penentuan jumlah kalori dipakai rumus Broca yaitu:

Barat Badan Ideal = (TB-100)-10%, sehingga didapatkan =


1) Berat badan kurang = < 90% dari BB Ideal
2) Berat badan normal = 90-110% dari BB Ideal
3) Berat badan lebih = 110-120% dari BB Ideal
4) Gemuk = > 120% dari BB Ideal.
Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BB Ideal dikali kelebihan
kalori basal yaitu untuk laki-laki 30 kkal/kg BB, dan wanita 25
kkal/kg BB, kemudian ditambah untuk kebutuhan kalori aktivitas (10-
30% untuk pekerja berat). Koreksi status gizi (gemuk dikurangi, kurus
ditambah) dan kalori untuk menghadapi stress akut sesuai dengan
kebutuhan. Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi
tersebut diatas dibagi dalam beberapa porsi yaitu :

1) Makanan pagi sebanyak 20%


2) Makanan siang sebanyak 30%
3) Makanan sore sebanyak 25%
4) 2-3 porsi makanan ringan sebanyak 10-15 % diantaranya.
b. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu)selama
kurang lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan
kondisi penyakit penyerta.Sebagai contoh olah raga ringan adalah
berjalan kaki biasaselama 30 menit, olahraga sedang berjalan cepat
selama 20 menit dan olahraga berat jogging.

c. Obat Hipoglikemik
Sulfonilurea. Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :
1) Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan.
2) Menurunkan ambang sekresi insulin.
3) Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.
Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan BB
normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya sedikit
lebih.

d. Insulin
Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :
1 Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun
NIDDM) dalam keadaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam
ketoasidosis.
2 DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali
dengan diet (perencanaan makanan).
3 DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral
dosif maksimal. Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan
dosis rendah dan dinaikkan perlahan – lahan sesuai dengan hasil
glukosa darah pasien. Bila sulfonylurea atau metformin telah
diterima sampai dosis maksimal tetapi tidak tercapai sasaran
glukosa darah maka dianjurkan penggunaan kombinasi
sulfonylurea dan insulin.
Dosis pemberian insulin pada pasien dengan DM:
Jenis obat :

1. Kerja cepat (rapid acting) retensi insulin 5-15 menit puncak efek 1-
2 jam, lama kerja 4-6 jam. Contoh obat: insuli lispro( humalo),
insulin aspart
2. Kerja pendek (sort acting) awitan 30-60 menit, puncak efek 2-4
jam, lama kerja 6-8 jam.
3. Kerja menengah (intermediate acting) awitan 1,5-4 jam , puncak
efek 4-10 jam, lama kerja 8-12 jam),awitan 1-3 jam, efek puncak
hampir tanpa efek, lama kerja 11-24 jam.
Contoh obat: lantus dan levemir.
e. Hitung dosis insulin
Rumus insulin: insulin harian total = 0,5 unit insulin x BB pasien
Insulin prandial total ( IPT) = 60%

Sarapan pagi 1/3 dari IPT


Makan siang 1/3 dari IPT
Makan mala 1/3 dari IPT

f. Penyuluhan
Untuk merancanakan pengelolaan sangat penting untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Edukator bagi pasien diabetes
yaitu pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan
keterampilan yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk
meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan
untuk mencapai keadaan sehat yang optimal.

Penyesuaian keadaan psikologik kualitas hidup yang lebih


baik. Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan
diabetes (Bare & Suzanne, 2012)

3. Komplikasi
Kompilkasi DM terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi
kronik.

1. Komplikasi akut adalah komplikasi akut pada DM yang penting dan


berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah adalah dalam
jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah
a. Diabetik ketoasedosis (DKA).
Ketoasidosis diabetik merupakan defesiensi insulin berat dan akut
dari suatu perjalanan penyakit DM. Dibetik ketoasidosis di
sebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah
insulin yang nyata.

b. Hipoglikemia.
Hipoglikemia terjadi kalau gadar gula dalam darah turun bawah 50-
60 mg/dl keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat
insulin atau preparat oral berlebihan, konsumsi makanan yang
terlalu sedikit.
2. Kompilkasi kronik
Diabetes melitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di
seluruh bagian tubuh (angipati diabetik) di bagi menjadi 2: yaitu
mikrovaskuler dan makrovaskuler.

Penyakit ginjal, Penyakit mata, Neuropati (mikrovaskuler) dan Pembuluh


darah kaki, Pembuluh darah ke otak (makrovaskuler).

4 Pathway

cc
Proses menua / Life Style yang buruk (junk food,
kemunduran minim olahraga, konsumsi
alkohol, dll)

Fungsi Fungsi
pengecap pankreas
menurun menurun

Konsumsi Menurunnya
gula kualitas dan
berlebih kuantits insulin

Hiperglikemi
(DM)

Glukosa Komplika Konsumsi


intra sel si gula
menurun vaskuler berlebih

Glukoneo Proses M M Osmotik


genesis pembuatan i a diuresis
meningkat ATP/energi k k
terganggu

Ca Basa Kele reti nef Kekurang


da keton maha no rop an
ng meni n/ Volume
ne
an - Paratesia
uro
le R (kesemutan,
PK : e rasa
B ketoasidos s terbakar)
B is diabetik PK
- Semibilitas
me G
nyeri
- Suhu
menurun
Gangguan Gan
nutrisi : ggu
kurang dari an
kebutuhan Inte
Resiko
ekstr
g emit
a

II. Konsep Dasar Keluarga


1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang yang disatukan oleh
kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi
dirinya sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 2010). Keluarga adalah
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan
saling ketergantungan. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang
dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan
untuk meningkatkan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari
tiap anggota keluarga (Duvall).

2. Bentuk Atau Tipe Keluarga


Bentuk/type keluarga yaitu :
1. Keluarga inti (Nuclear Family)
Keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan
yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran
(natural) maupun adopsi.

2. Keluarga besar (Extended Family)


Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah),
misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga
modern, seperti orangtua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga
pasangan sejanis (guy/lesbian families).
3. Keluarga bentukan kembali (Dyadic Family)
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri tanpa anak, atau anak-anak
mereka telah tidak tinggal bersama.

4. Orang tua tunggal (Single Parent Family)


Keluarga inti yang suami atau istrinya telah becerai atau meninggal
dunia.

5. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (The Unmarried Teenage Mother)


Keluarga inti ibu dengan anak tanpa perkawinan
6. Keluarga berjenis kelamin sama (Gay And Lesbian Family)
Keluarga yang di bentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama
baik dengan atau tanpa perkawinan yang sah.

3. Tahap Dan Tugas Perkembangan Keluarga


Menurut Friedman (dalam Suprajitno, 2004) tahap dan tugas
perkembangan keluarga sebagai berikut:
Tahap perkembangan
Tugas perkembangan keluarga
Keluarga
a. Membina hubungan yang harmonis
dan memuaskan
b. Membina hubungan dengan
1. Keluarga baru menikah
keluarga lain, teman dan kelompok
sosial
c. Mendiskusikan rencana memiliki
anak
a. Persiapan menjadi orang tua
b. Adaptasi dengan perubahan adanya
anggota keluarga baru, kegiatan,
2. Keluarga dengan anak
dan hubungan seksual
baru lahir
c. Mempertahankan hubungan untuk
memuaskan pasangan
a. Memenuhi kebutuhan anggota
keluarga
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru
lahir
3. Keluarga dengan anak
d. Mempertahnkan hubungan yang
usia pra-sekolah
sehat
e. Pembagian waktu untuk individu,
pasangan dan anak
f. Pembagian tanggung jawab
g. Stimulasi tumbuh kembang anak
a. Membantu sosialisasi anak di luar
rumah, sekolah dan masyarakat
b. Mepertahankan keharmonisan
4. Keluarga dengan anak
pasangan
usia sekolah
c. Memenuhi kebutuhan yang
meningkat, biaya hidup, sekolah,
kesehtan, dll.
a. Memberikan kebebasan yang
seimbang dan bertanggungjawab
pada remaja.
b. Mempertahankan hubungan yang
harmonis dalam keluarga.
5. Keluarga dengan anak c. Mempertahankan komunikasi
remaja terbuka antara anak dan orang tua.
Hindarkan terjadinya perdebatan,
kecurigaan, dan permusuhan.
d. Mempersiapkan perubahan sistem
peran dan tumbuhkembang remaja.
a. Memperluas jaringan keluarga inti
menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keharmonisan
6. Keluarga dengan anak pasangan
usia dewasa c. Membantu anak untuk mandiri di
masyarakat
d. Penataan kembali peran orang tua
dan kegiatan di rumah
a. Mempertahan kesehatan individu
7. Keluarga usia pertengahan dan pasangan
b. Mempertahankan hubungan yang
serasi dan memuaskan dengan anak-
anak dan sebaya
c. Meningkatkan keakraban pasangan
a. Mempertahankan suasana
kehidupan rumah tangga
b. adaptasi terhadap proses kehilangan
pasangan, kesehatan fisik dan
8. Keluarga Usia Tua pengahasilan
c. mempertahankan keakraban
pasangan dan saling merawat
d. Melakukan life review

4. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga (Sudiharto, 2007: 24), sebagai berikut:
1. Fungsi Afektif
Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih,
serta saling menerima dan mendukung.
2. Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan
individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi sosial dan
belajar berperan di lingkungan sosial.

3. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarg meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia.

4. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan.

5. Fungsi Perawatan / Pemeliharaan Kesehatan


Fungsi perawatan kesehatan, adalah kemampuan keluarg untuk
merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

5. Tugas Keluarga Dibidang Kesehatan


Keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan, meliputi:

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga.


2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.
3. Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
4. Menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan keluarga.
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya.

III. Konsep Pendekatan Keluarga Dalam Pencapaian Prioritas


Pembangunan Kesehatan
1. Konsep Pendekatan Keluarga
Pendekatan keluarga adalah salah satu cara puskesmas untuk
meningkatkan jangkauan sasaran dan pendekatan/meningkatkan akses
pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga.
Puskesmas tidak hanya menyelengarakan pelayanan kesehatan didalam
gedung, melainkan juga keluar gedung yaitu dengan mengunjungi
keluarga di wilaya kerjanya.

Pendekatan keluarga yang dimaksud dalam pedoman umum ini


merupakan pengembangan dari kunjungan rumah oleh puskesmas dan
perluasan dari upaya perawatan kesehatan masyarakat (perkesmas), yang
meliputi kegiatan berikut:

1. Kunjungan keluarga untuk pendataan/pengumpulan data profil


kesehatan keluarga dan peremajaan pangkalan datanya.
2. Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya
promotif dan prefenstif.
3. Kunjungan keluarga untuk menindaklanjuti pelayanan kesehatan
dalam gedung.
4. Pemanfaatan data dan informasi dari profil kesehatan keluarga untuk
pengorganisasian/pemberdayaan masyarakat dan manajemen
puskesmas.
Pendekatan keluarga adalah pendekatan pelayanan oleh puskesmas yang
mengintergrasikan upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya
kesehatan masyarakat (UKM) secara berkesinambungan, dengan target
keluarga, didasarkan pada data dan informasi dari profil kesehatan
keluarga.

2. Tujuan dari pendekatan keluarga


Tujuan dari pendekatan keluarga sebagai berikut:
1. Meningkatkan akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan
komperhensif, meliputi pelayanan promotif dan prefentif serta
pelayanan kuratif dan rehabilitatif dasar.
2. Mendukung pencapaian standar pelayanan minimun (SPM)
kabupaten/kota dan SPM provinsi, melalui peningkatan akses dan
skrining kesehatan.
3. Mendukung pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN) dengan
meningkatkan kesadaram masyarakat untuk menjadi peserta JKN.
4. Mendukung tercapainya tujuan program Indonesia sehat dalam
rencana strategis Kementrian Kesehatan tahun 2015-2019.
IV. Konsep asuhan keperawatan keluarga
1. Pengkajian keluarga
a. Identitas pasien
Nama, umur tempat tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan,
status ekonomi menengah kebawah dan satuasi kesehatan yang
kurang ditunjang dengan padatnya penduduk.

b. Budaya
Suku bangsa, bahasa yang digunakan sehari – hari, pantangan,
kebiasaan budaya yang berhubungan dengan masalah kesehatan
keluarga tidak mempunyai kebiasaan – kebiasaan yang
betentangan dengan kesehatan, kegiatan keagamaan di rumah,
status sosial ekonomi keluarga, kebutuhan rekreasi (Di luar
rumah dan di dalam rumah).

c. Riwayat dan tahap Perkembangan Keluarga


Tahap perkembangan keluarga, tugas tahap perkembangan yang
belum terpenuhi, riwayat keluarga, riwayat keluarga
sebelumnya, menanyakan riwayat hubungan dengan keluarga,
apakah ada konflik antar pasangan.

d. Lingkungan
Melihat karakteristik rumah (Status rumah, denah rumah,
kebiasan keluarga dalam perawatan rumah, system pembuangan
sampah, pengunaan jamban, kondisi air, pengetahuan keluarga
mengenal masalah yang berkaitan dengan lingkungan).

e. Karakteristik tetangga dan Komunitas


Bagaimana hubungan dengan tetangga dan komintas sekitar
rumah dengan keluarga.

f. Alat transportasi yang digunakan keluarga


Alat transportasi apa yang digunakan klien dan keluarga.
g. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Apakah keluarga mengikuti perkumpulan keluarga dan
bagaimana interaksi keluarga dengan masyarakat sekitar.
h. Struktur keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga
melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat. Struktur keluarga
terdiri dari : Struktur peran, Nilai dan norma dalam keluarga,
Pola komunikasi keluarga.

i. Fungsi keluarga
Ada beberapa fungsi keluarga yang perlu dikaji antara lain:
1) Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi, keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomindan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

2) Fungsi sosialisasi
Fungsi ini mengembangkan dan tempat melatih anak untuk
berkehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

3) Fungsi pendidikan
Fungsi ini mempersipkan anak untuk memberikan
pengetahuan, keterampilan, dan membentuk perilaku anak
serta mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat
perkembangannya.

4) Fungsi religius
Membina norma ajaran-ajaran agama sebagai dasar tujuan
hidup seluruh anggota keluarga.

5) Fungsi rekreasi
Mengajak anngota keluarga untuk beraktivitas yang
menyenangkan agar tidak bosan dengan keadaan.
6) Fungsi reproduksi
Adalah untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga

7) Fungsi afeksi
Adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain.

8) Fungsi pemeliharaan kesehatan


Yaitu fungsi untuk mempertahankankeadaan kesehatan
anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

9) Fungsi perawatan kesehatan


a) Kemampuan keluarga mengenal masalah: Adakah
perhatian keluarga kepada anggota keluarga yang
menderita sakit; Apakah keluarga mengetahui masalah
kesehatan yang dialami anggota keluarga yang sakit;
Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah
kesehatan yang dialami anggota keluarga yang sakit;
Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah
kesehatan yang dialami anggota keluarga yang sakit;
Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan
yang dialami anggota kelaurga yang sakit bila tidak
diobati/dirawat
b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai
tindakan kesehatan: Pada siapa keluarga biasa
mengambil informasi tentang masalah kesehatan
anggota keluarga yang sakit; Keyakinan keluarga
tentang masalah kesehatan anggota keluarga yang sakit;
Apakah perlu ke fasilitas kesehatan atau tidak perlu
ditangani karena akan sembuh sendiri.
c) Merawat anggota keluarga yang sakit: Apakah keluarga
mampu melakukan upaya peningkatan kesehatan
anggota keluarga yang sakit secara aktif; Apakah
keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah
kesehatan yang dialami anggota keluarga yang sakit;
Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat
anggota keluarga dengan msalah kesehatan yang
dialami anggota keluarga yang sakit; Apakah keluarga
dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang
dialami anggota keluarga yang sakit.
d) Merawat/memodifikasi lingkungan: Apakah keluarga
mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan
yang mendukung kesehatan anggota keluarga yang
sakit yang mengalami masalah kesehatan.
e) Menggunakan fasilitas kesehatan: Apakah keluarga
mampu menggali dan memanfaatkan sumber/fasilitas
kesehatan di masyarakat untuk mengatasi masalah
kesehatan pada anggota keluarga yang sakit.
f) Stress dan koping keluarga
10) Stressor dalam kelurga
Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah, Koping
yang di gunakan dalam keluarga bila ada masalah dalam
keluarga, Strategi koping yang disfungsional.

11) Harapan keluarga


Keluarga memiliki harapan yang besar agar anggota
keluarga dapat sehat dan sukses.

12) Kriteria kemandirian keluarga


Menerima petugas kesehatan, Menerima yankes sesuai
rencana aktif, Menyatakan maslah kesehatan secara benar,
Memanfaatkan faskes sesuai anjuran, Melaksanakan
perawatan sederhana, Melaksanakan tindakan pencegahan,
Melaksanakan tindakan promotif.

V. Pengkajian Fisik Anggota Keluarga Yang Sakit


1. Identitas
a. Riwayat Penyakit Sekarang
1) Awitan/kapan mulai sakit
Tanggal berapa mulai sakit; Sifat (bertahap atau tiba-tiba),
bagaimana sifat sakit yang dirasakan, misalnya terkena aliran
listrik, air panas, keracunan, kecelakaan berarti sifatnya tiba-tiba.
Sedangkan penyakit malnutrisi/pernapasan biasanya sifatnya
bertahap; Faktor pencetus dan faktor predisposisi yang
berhubungan dengan penyakit.Misalnya emosi, kerja fisik yang
berlebihan, keletihan, cedera, infeksi, toksin dan alergi.

2) Karakteristik
Karakter: kualitas, kuantitas, konsistensi; Lokasi dan radiasi:
bagian mana yang dirasa sakit, menjalar kemana;
Intensitas/keparahan: apakah penyakit termasuk parah atau masih
ringan atau sedang, tergantung dari kondisi pasien dan jenis
penyakit yang diderita; Waktu (terus-menerus atau intermitten),
misalnya anak yang menderita asma, penyakit ini termasuk
intermitten; Faktor yang memperberat atau meringankan: kondisi
yang memperberat dan meringankan penyakit tersebut, misalnya
asma, pada musim dingin biasanya akan lebih sering kambuh.
Malnutrisi juga bisa menjadi faktor yang memperberat suatu
penyakit ini; Gejala yang berhubungan; Perjalanan sejak mulai
sakit: Insiden (serangan akut tunggal, berulang, apakah kejadian
setiap hari, apakah sering/kadang-kadang sakit, episode kronis
terus-menerus?), Kemajuan (membaik, memburuk, atau tidak
berubah: setelah beberapa diberi obat/dirawat/tidak dirawat
mengalami perbaikan atau perburukan kondisi pasien), Efek
terapi (bagaimana kondisi pasien setelah diberi terapi? Apakah
mengalami perubahan, apakah masih sama kondisinya dengan
sebelum diberi terapi? Atau justru mengalami perburukan?
Apakah ada alergi terhadap obat tertentu?).

b. Riwayat masa lalu


1) Riwayat kehamilan
Jumlah (gravida): berapa jumlah kehamilannya, apakah tunggal
atau tunggal atau kembar?; Tanggal kelahiran: kapan anak/pasien
dilahirkan; Gestasi (cukup bulan, prematur, post matur): apakah
anak lahir cukup bulan atau kurang bulan atau lebih dari matur;
Lahir mati, aborsi: apakah pernah dilahirkan bayinya langsung
meninggal; Kesehatan selama kehamilan: pada waktu anak masih
dalam kandungan, apakah sehat, atau pernah sakit dan diberi obat-
obatan; Obat-obatan yang digunakan: obat apa saja yang pernah
dikonsumsi pada saat anak masih dalam kandungan.

2) Penyakit operasi/cidera sebelumnya


Sakit apa? kapan mulai sakit? gejalanya bagaimana? perjalanan
penyakitnya bagaimana? Apakah pernah kambuh?

c. Pemeriksaan fisik
1) Penampilan umum: observasi wajah, postur, higiene, perilaku,
perkembangan, status kesadaran.
2) Kepala: kaji bentuk dan kesimetrisan, postur kepala, palpasi
tengkorak, ukur lingkar kepala
3) Leher: inspeksi ukuran, palpasi apakah ada deviasi
4) Mata: pembukaan mata, ukuran pupil komparatif dan reaksi pupil
terhadap cahaya, dan posisi okular, inspeksi palpebra,
konjungrtiva, kelopak mata ada kehitaman.
5) Telinga: inspeksi hygiene, apakah ada pembengkakan,apakah ada
infeksi, apakah ada penurunan pendengaran
6) Mulut dan tenggorokan: bagaimana membran mukosa, apakah
lembab atau kering? apakah ada luka atau nyeri?
7) Dada: perhatikan devasi, bentuk dada, penonjolan tulang.
8) Perut: auskultasi bising usus, timpani / dullnes.
9) Ekstremitas: ada atau tidak adanya gerakan volunter
atau involunter ekstremitas, tonus otot, suhu dan
kelembaban kulit.

d. Diagnosa Keperawatan
1 Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan metabolisme protein, lemak.
2 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan  osmotik
diuresis ditandai dengan tugor kulit menurun dan membran
mukasa kering.
3 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status
metabolik (neuropati perifer) ditandai dengan gangren pada
extremitas.
4 Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik yang kurang.
5 Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan glukosa darah yang
tinggi.
6 Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan penglihatan
PERENCANAAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Perencanaan Rasional


Keperawata
n
1 Gangguan Setelah Pasien dapat Timbang berat badan Mengkaji
nutrisi : diberikan mencerna sesuai indikasi. pemasukan makanan
kurang dari asuhan jumlah kalori yang adekuat.
Tentukan program Mengidentifikasikan
kebutuhan keperawatan atau nutrien
diet, pola makan, dan kekurangan dan
tubuh diharapkan yang tepat
bandingkan dengan penyimpangan dari
berhubungan kebutuhan Berat badan
makanan yang dapat kebutuhan
dengan penin nutrisi pasien stabil atau
dihabiskan klien. terapeutik.
gkatan dapat penambahan
Auskultrasi bising Hiperglikemi,
metabolisme terpenuhi. ke arah rentang
usus, catat nyeri gangguan
protein, biasanya
abdomen atau perut keseimbangan cairan
lemak.
kembung, mual, dan elektrolit
muntah dan menurunkan
pertahankan keadaan motilitas atau fungsi
puasa sesuai inndikasi lambung (distensi
atau ileus paralitik).
Berikan makanan cair Pemberian makanan
yang mengandung melalui oral lebih
nutrisi dan elektrolit. baik diberikan pada
Selanjutnya klien sadar dan
memberikan makanan fungsi
yang lebih padat. gastrointestinal baik
Identifikasi makanan Kerja sama dalam
yang disukai. perencanaan
makanan.
Libatkan keluarga Meningkatkan rasa
dalam perencanaan keterlibatannya,
makan. memberi informasi
pada keluarga untuk
memahami
kebutuhan nutrisi
klien.
Observasi tanda Pada metabolism
hipoglikemia kaborhidrat (gula
(perubahan tingkat darah akan
kesadaran, kulit berkurang dan
lembap atau dingin, sementara tetap
denyut nadi cepat, diberikan tetap
lapar, peka rangsang, diberikan insulin,
cemas, sakit kepala, maka terjadi
pusing). hipoglikemia terjadi
tanpa
memperlihatkan
perubahan tingkat
kesadaran.
Kolaborasi
Lakukan pemeriksaan Analisa di tempat
gula darah tidur terhadap gula
dengan finger stick darah lebih akurat
daripada memantau
gula dalam urine.
Pantau pemeriksaan Gula darah menurun
laboratorium (glukosa perlahan dengan
darah, aseton, pH, penggunaan cairan
HCO3) dan terapi insulin
terkontrol sehingga
glukosa dapat masuk
ke dalam sel dan
digunakan untuk
sumber kalori. Saat
ini, kadaar aseton
menurun dan
asidosis dapat
dikoreksi.
Berikan pengobatan Insulin regular
insulin secara teratur memiliki awitan
melalui iv cepat dan dengan
cepat pula membantu
memindahkan
glukosa ke dalam
sel. Pemberian
melalui IV karena
absorpsi dari
jaringan subkutan
sangat lambat.
Berikan larutan Larutan glukosa
glukosa ( destroksa, ditambahkan setelah
setengah salin insulin dan cairan
normal). membawa gula darah
sekitar 250 mg /dl.
Dengan metabolism
karbohidrat
mendekati normal,
perawatan diberikan
untuk menghindari
hipoglikemia.
Konsultasi dengan Bermanfaat dalam
ahli gizi penghitungan dan
penyesuaian diet
untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi.
2 Kekurangan Setelah Pasien Kaji riwayat klien Membantu
volume diberikan menunjukkan sehubungan dengan memperkirakan
cairan asuhan hidrasi yang lamanya atau kekurangan volume
berhubungan keperawatan adekuat intensitas dari gejala total. Adanya proses
dengan  diharapkan dibuktikan seperti muntah dan infeksi
osmotik kebutuhan oleh tanda vital pengeluaran urine mengakibatkan
diuresis cairan atau stabil, nadi yang berlebihan. demam dan keadaan
ditandai hidrasi pasien perifer dapat hipermetabolik yang
dengan tugor terpenuhi diraba, turgor meningkatkan
kulit kulit dan kehilangan air.
Pantau tanda – tanda Hipovolemi
menurun dan pengisian
vital, catat adanya dimanifestasikan
membran kapiler baik,
perubahan tekanan oleh hipotensi dan
mukosa haluaran urin
darah ortostatik. takikardia. Perkiraan
kering. tepat secara
berat ringannya
individu dan
hipovolemi saat
kadar elektrolit
tekanan darah
dalam batas
sistolik turun ≥ 10
normal.
mmHg dari posisi
berbaring ke duduk
atau berdiri.
Hipovolemi Perlu mengeluarkan
dimanifestasikan oleh asam karbonat
hipotensi dan melalui pernapasan
takikardia. Perkiraan yang menghasilkan
berat ringannya kompensasi alkalosis
hipovolemi saat respiratoris terhadap
tekanan darah sistolik keadaan
turun ≥ 10 mmHg dari ketoasidosis. Napas
posisi berbaring ke bau aseton
duduk atau berdiri. disebabkan
pemecahan asam
asetoasetat dan harus
berkurang bila
ketosis terkoreksi.
Pantau frekuensi dan Hiperglikemia dan
kualitas pernapasan, asidosis
penggunaan otot bantu menyebabkan pola
napas, adanya periode dan frekuensi
apnea dan sianosi. pernapasan normal.
Akan tetapi
peningkatan kerja
pernapasan,
pernapasan dangkal
dan cepat serta
sianosis merupakan
indikasi dari
kelelahan
pernapasan atau
kehilangan
kemampuan melalui
kompensasi pada
asidosis

Pantau suhu, warna Demam, menggigil,


kulit, atau dan diaphoresis
kelembapannya. adalah hal umum
terjadi pada proses
infeksi, demam
dengan kulit
kemerahan, kering
merupakan tanda
dehidrasi.
Kaji nadi perifer, Merupakan indicator
pengisian kapiler, tingkat dehidrasi
turgor kulit, dan atau volume sirkulasi
membrane mukosa. yang adekuat.
Pantau masukan dan Memperkirakan
pengeluaran kebutuhan cairan
pengganti, fungsi
ginjal, dan
keefektifan terapi
yang diberikan.
Ukur berat badan Memberikan hasil
setiap hari. pengkajian terbaik
dari status cairan
yang sedang
berlangsung dan
selanjutnya dalam
memberikan cairan
pengganti
Pertahankan Mempertahankan
pemberian cairan hidrasi atau volume
minimal 2500 ml/hari sirkulasi.
Tingkatkan Menghindari
lingkungan yang pemanasan yang
menimbulkan rasa berlebihan terhadap
nyaman. Selimuti klien lebih lanjut
klien dengan kain dapat menimbulkan
yang tipis. kehilangan cairan.

Kaji adanya Perubahan mental


perubahan mental atau berhubungan dengan
sensori. hiperglikemi atau
hipoglikemi,
elektrolit abnormal,
asidosis, penurunan
perfusi serebral, dan
hipoksia. Penyebab
yang tidak
tertangani, gangguan
kesadaran menjadi
predisposisi aspirasi
pada klien.
Observasi mual, nyeri Kekurangan cairan
abdomen, muntah, dan dan elektrolit
distensi lambung. mengubah motilitas
lambung sehinnga
sering menimbulkan
muntah dan secara
potensial
menimbulkan
kekurangan cairan
dan elektrolit.
Observasi adanya Pemberian cairan
perasaan kelelahan untuk perbaikan
yang meningkat, yang cepat
edema, peningkatan berpotensi
berat badan, nadi tidak menimbulkan
teratur, dan distensi kelebihan cairan dan
vaskuler. gagal jantung kronis.
Kolaborasi
Berikan terapi cairan
sesuai indikasi :
Normal salin atau Tipe dan jumlah
setengah normal salin cairan tergantung
dengan atau tanpa pada derajat
dekstrosa. kekurangan cairan
dan respon klien
secara individual.
Albumin, plasma, atau Plasma ekspander
dekstran. (pengganti)
dibutuhkan jika
mengancam jiwa
atau tekanan darah
sudah tidak dapat
kembali normal
dengan usaha
rehidrasi yang telah
dilakukan.

3 Gangguan Setelah menunjukan Inspeksi kulit terhadap Menandakan aliran


integritas diberikan peningkatan perubahan sirkulasi buruk yang
kulit asuhan integritas kulit warna,turgor,vaskuler, dapat menimbulkan
berhubungan keperawatan Menghindari perhatikan kemerahan. infeksi
Ubah posisi setiap 2 Menurunkan tekanan
dengan perub diharapkan cidera kulit
jam beri bantalan pada pada edema dan
ahan status tidak terjadi
tonjolan tulang menurunkan iskemia
metabolik komplikasi.
Pertahankan alas Menurunkan iritasi
(neuropati kering dan bebas dermal
perifer) lipatan
Beri perawatan kulit Menghilangkan
ditandai
seperti penggunaan  kekeringan pada
dengan gangr
lotion kulit dan robekan
en pada
pada kulit
extremitas.
Lakukan perawatan Mencegah terjadinya
luka dengan teknik infeksi
aseptik
Anjurkan pasien untuk Menurunkan resiko
menjaga agar kuku cedera pada kulit
tetap pendek oleh karena garukan
Motivasi klien untuk Makanan TKTP
makan makanan dapat membantu
TKTP penyembuhan
jaringan kulit  yang
rusak
4 Kelelahan setelah -klien dapat Diskusikan kebutuhan Pendidikan dapat
berhubungan diberikan mengidentifika akan aktivitas. Buat memberikan
dengan asuhan sikan pola jadwal perencanaan motivasi untuk
kondisi fisik keperawatan keletihan dan identifikasi meningkatkan
yang kurang. diharapkan setiap hari. aktivitas yang tingkat aktivitas
kelelahan -Klien dapat menimbulkan meskipun klien
dapat teratasi. mengidentifika kelelahan. sangat lemah.
Diskusikan penyebab Dengan mengetahui
si tanda dan
keletihan seperti nyeri penyebab keletihan,
gejala
sendi, penurunan dapat menyusun
peningkatan
efisiensi tidur, jadwal aktivitas.
aktivitas
peningkatan upaya
penyakit yang
yang diperlukan untuk
mempengaruhi
ADL.
toleransi
Bantu Mengidentifikasi
aktivitas. mengidentivikasi pola waktu puncak energi
-Klien dapat energi dan buat dan kelelahan
mengungkapka rentang membantu dalam
n peningkatan keletihan. Skala 0-10 merencanakan
tingkat energi. (0 =tidak lelah, 10 = akivitas untuk
-Klien dapat sangat kelelahan) memaksimalkan
menunjukkan konserfasi energi dan
perbaikan produktivitas.
Berikan aktivitas Mencegah kelelahan
kemampuan
alternatif dengan yang berlebih.
untuk
periode istirahat yang
berpartisipasi
cukup/ tanpa
dalam aktivitas
diganggu.
yang
Pantau nadi , Mengindikasikan
diinginkan.
frekuensi nafas, serta tingkat aktivitas
tekanan darah yang dapat
sebelum dan seudah ditoleransi secara
melakukan aktivitas. fisiologis.
Tingkatkan partisipasi Memungkinkan
klien dalam kepercayaan diri/
melakukan aktivitas harga diri yang
sehari-hari sesuai positif sesuai tingkat
kebutuhan. aktivitas yang dapat
ditoleransi.
Ajarkan untuk Membantu dalam
mengidentifikasi tanda mengantisipasi
dan gejala yang terjadinya keletihan
menunjukkan yang berlebihan.
peningkatan aktivitas
penyakit dan
mengurangi aktivitas,
seperti demam,
penurunan berat
badan, keletihan
makin memburuk.

5 Risiko tinggi setelah -Tidak ada Observasi tanda-tanda Pasien mungkin


infeksi diberikan rubor, kalor, infeksi dan masuk dengan
berhubungan asuhan dolor, tumor, peradangan sperti infeksi yang
dengan keperawatan fungsiolesia. demam, kemerahan, biasanya telah
glukosa darah diharapkan ti -Terjadi adanya pus pada luka, mencetuskan
yang tinggi. dak terjadi perubahan sputum purulen, urine keadaan ketoasidosis
tanda-tanda gaya hidup warna keruh atau atau dapat
infeksi untuk berkabut. mengalami infeksi
mencegah nosokomial.
Tingkatkan upaya Mencegah timbulnya
terjadinya
pencegahan dengan infeksi nosokomial.
infeksi.
melakukan cuci
tangan yang baik pada
semua orang yang
berhubungan dengan
pasien termasuk
pasiennya sendiri.
Pertahankan teknik Kadar glukosa yang
aseptik pada prosedur tinggi dalam darah
invasif. akan menjadi meddia
terbaik dalam
pertumbuhan kuman.
Berikan perawatan Sirkulasi perifer bisa
kulit dengan teratur terganggu dan
dan sungguh-sungguh, menempatkan pasien
masase daerah tulang pada peningkatan
yang tertekan, jaga risiko terjadinya
kulit tetap kering, kerusakan pada kulit.
linen kering dan tetap
kencang.
Berikan tisue dan Mengurangi
tempat sputum pada penyebaran infeksi.
tempat yang mudah
dijangkau untuk
penampungan sputum
atau secret yang
lainnya.

Kolaborasi
Lakukan pemeriksaan Untuk
kultur dan sensitifitas mengidentifikasi
sesuai dengan adanya organisme
indikasi. sehingga dapat
memilih atau
memberikan terapi
antibiotik yang
terbaik.
Berikan obat Penanganan awal
antibiotik yang sesuai dapat mambantu
mencegah timbulnya
sepsis.
6 Resiko terjadi Setelah Dapat Hindarkan lantai yang Lantai licin dapat
injury diberikan menunjukkan licin. menyebabkan risiko
berhubungan asuhan terjadinya jatuh pada pasien
Gunakan bed yang Mempermudah
dengan keperawatan perubahan
rendah pasien untuk naik
penurunan diharapkan ti perilaku untuk
dan turun dari
penglihatan. dak terjadi menurunkan
tempat tidur.
injuri factor risiko Orientasikan klien Lansia daya ingatnya
dan untuk dengan ruangan. sudah menurun,
melindungi sehingga diperlukan
diri dari cidera. orientasi ruangan
Mengubah agar lansia bisa
lingkungan menyesuaikan diri
sesuai indikasi terhadap ruangan.
Bantu klien dalam Lansia sudah
untuk
melakukan aktivitas mengalami
meningkatkan
sehari-hari penurunan dalam
keamanan.
fisik, sehingga dalam
melakukan aktivitas
sehari diperlukan
bantuan dari orang
lainsesuai dengan
yang dapat
ditoleransi

Bantu pasien dalam Keterbatasan


ambulasi atau aktivitas tergantung
perubahan posisi pada kondisi lansia

e. Implementasi keperawatan
Tindakan keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini
perawat yang mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri tetapi
juga melibatkan anggota keluarga.

f. Evaluasi keperawatan
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan keluarga dengan tujuan/kriteria hasil yang
telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan keluarga agar mencapai tujuan/kriteria hasil yang telah
ditetapkan.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. PENGKAJIAN (tanggal : 20 Maret 2020)

I. Data umum

1. Kepala Keluarga (KK) : Tn. A


2. Alamat dan telepon : Jl. Trans Kalimantan/0812 xxxxxxxx
3. Pekerjaan KK : Wiraswasta
4. Pendidikan KK : SMA
5. Komposisi keluarga :

No. Nama Jenis Hub. Umu Pen- Status Imunisasi Ket.


Kel. r Dg. didik BCG Polio DPT Hepatitis Campak
KK an 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
1. Tn. A L Suami 54 SMA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2. Ny. L P Istri 47 SMA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3. Tn. P L Anak 25 S1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4. Nn. E P Anak 21 Maha √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
siswi
4. Nn. E P Anak 21 Maha √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
siswi
Genogram:

jantung

Keterangan

= Laki-laki = Meninggal
= Perempuan = Tinggal serumah

6. Tipe keluarga :

Keluarga ini tergolong dalam tipe keluarga inti atau nuclear family karena
dalam satu rumah terdiri dari ayah yang berusia 54 tahun dan ibu yang
berusia 47 tahun dengan tiga anak yaitu : anak laki-laki berusia 25 tahun,
anak kedua perempuan berusia 21 tahun, dan anak ketiga perempuan berusia
21 tahun yang semuanya belum menikah. Tn. A dan Ny. L mengatakan
dalam keluarganya tidak ada kendala atau masalah tertentu yang dirasakan
setiap anggota keluarga yang mengganggu aktivitas mereka sehari-hari.
45

7. Suku bangsa :
Tn. A dan Ny. L berasal dari suku banjar, dan bahasa sehari-hari yang dipakai
adalah bahasa banjar.

8. Agama :
Keluarga ini menganut agama Islam. Kedua orangtua rajin sholat 5 waktu
bersama anak-anaknya. Tn. A biasanya melaksanakan kewajiban sholat Jum’at
di Masjid Baiturrahman di wilayah rumahnya, dan melaksanakan sholat magrib
di mushola di daerah sekitar rumahnya, apabila tidak ada halangan (cuaca
buruk, hujan). Tn. A dan Ny. L mengarahkan anak-anaknya untuk selalu taat
menjalankan ibadah dan bertakwa kepada Allah.

9. Status sosial ekonomi keluarga


Tn. A bekerja sebagai wiraswasta sedangkan Ny. L bekerja sebagai ibu rumah
tangga. Total pendapatan mereka selama sebulan yaitu di antara Rp. 3.000.000
– Rp. 4.000.000. Dalam satu hari, keluarga Bp. N mengeluarkan biaya sehari-
hari sebesar Rp. 50.000-Rp. 100.000. Status sosial keluarga termasuk keluarga
sejahtera 3, dimana keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar,
sosial psikologis dan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan
sumbangan yang teratur bagi masyarakat atau kepedulian sosialnya belum
terpenuhi seperti sumbangan materi, dan berperan aktif dalam kegiatan
masyarakat. Ny. L mengatakan tiap 3 hari sekali, ia belanja kebutuhan makan
mereka dan langsung disimpan di dalam lemari es. Mereka sudah memiliki
rumah sendiri sehingga pengeluaran mereka dapat terkontrol. Tn A mengatakan
bahwa ia dan keluarganya hanya memiliki tabungan seperti halnya keluarga
pada umumnya di bank-bank yang ada mereka juga memiliki asuransi rumah.

10. Aktivitas rekreasi keluarga


46
Tn. A mengatakan jarang berekreasi, dan bila ada waktu senggang digunakan
untuk menonton TV bersama.

II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini :
Tahap perkembangan keluarga Tn. A saat ini, berada pada tahap keluarga
dengan anak dewasa dimana tugas perkembangannya yaitu menata kembali
fasilitas dan sumber, penataan tanggung jawab antar anak, mempertahankan
komunikasi terbuka, melepaskan anak dan mendapatkan menantu. sedangkan
tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah melepaskan anak
dan mendapatkan menantu karena anak pertama keluarga Tn. A yaitu Tn. P
belum menikah dan berusia 25 tahun.

2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Semua tahap perkembangan keluarga sudah terpenuhi, tinggal tugas dalam
memenuhi kebutuhan perkembangan tiap individu sesuai usianya tinggal tugas
perkembangan keluarga yang belum terpenuhi. Seperti pada Tn. P selaku anak
pertama dalam keluarga tersebut yang telah lulus sarjana, tetapi sudah setahun
belum mendapatkan pekerjaan tetap dan waktu-waktu Tn. P diisi dengan
mengikuti beberapa program kursus.

3. Riwayat kesehatan keluarga inti


Tn. A mengatakan bahwa tidak ada riwayat penyakit turunan dalam keluarga
mereka sepanjang yang Tn. A ketahui. Hanya saja kesehatan masing-masing
anggota keluarganya berbeda-beda. Tn. A memiliki penyakit Diabetes Mellitus
yang bukan karena garis keturunan, hanya karena pola hidup Tn. A yang
kurang baik saat masih muda, Sebelumnya Tn A mengatakan kurang mengerti
tentang diit dan penyakit yang dideritanya. Ny. L memiliki penyakit maag
sehingga pantang baginya untuk mengkonsumsi makanan yang pedas,
47
sedangkan Tn. P, Nn. E dan Nn. E tidak memiliki riwayat penyakit apapun.
Menurut Ny. L apabila anggota keluarganya hanya mengalami gangguan
kesehatan yang ringan dan ia merasa mampu untuk menanganinya, maka ia
hanya memberikan penanganan sendiri di rumah tanpa harus ke instansi
kesehatan yang ada. Tetapi apabila tahap kesehatan mulai terganggu dengan
tahap lebih serius maka tak jarang Ny. L dan Tn A membawa anggota keluarga
mereka ke Klinik, atau apabila keadaan memburuk, keluarga langsung
membawanya menuju ke rumah sakit terdekat.

4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya


Dalam riwayat keluarga Tn. A mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit
dari keluarga sebelum dirinya. Ny. L memiliki riwayat Hypertensi dari
ayahnya. Bapak Ny. L meninggal akibat stroke. Anggota keluarga lainnya
dalam keadaan sehat.

III. Data lingkungan


1. Karakteristik rumah
Rumah yang dimiliki saat ini adalah milik sendiri. Tipe rumah tersebut adalah
tipe 60 dengan luas rumah 260 m2 yang terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang
keluarga, 4 ruang kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi, 1 WC, 1 garasi yang
masing-masing ruangan memiliki 1 pasang jendela kecuali pada toilet, WC dan
garasi. Tiap ruangan dimanfaatkan semaksimal mungkin, hanya saja ada 2
kamar tidur yang lebih sering kosong yaitu kamar tidur Nn. E dan Nn. E
dikarenakan keduanya sedang melanjutkan perkuliahan. Selain itu peletakan
perabotan rumah diletakkan sesuai keinginan hati si pemilik, sejak dari tahun
awal mereka menempati rumahpun, peletakkan perabotan rumah tidak pernah
di ubah.
48

Denah rumah :
13 m 7m

Garas
i Utar
a
Ruang Kamar T
Dapur tidur E
keluarga

13 m R
Kam Kamar Kamar Ruang
ar Tidur Tidur Tamu A Taman
W K tidur

C M S


Keteranagan : Jendela
2. Karakteristik tetangga dan komunitasnya
Lingkungan tetangga umumnya berasal dari suku banjar, walaupun ada juga
keluarga yang bukan berasal dari Banjar. Keluarga dan masyarakat sekitar pun
memiliki kebiasaan yang sama. Ny. L yang juga sering berkumpul dengan ibu-
ibu sekitar rumah sambil berbincang-bincang khususnya saat berbelanja pada
penjual sayur keliling. Di sekitar wilayah penduduk yang ada tidak ada aturan
penduduk tertentu, bahkan tiap keluarga memiliki aturan budaya yang berbeda-
beda. Warga sekitar rata-rata berpendidikan lulusan SD dan SMP dengan rata-
rata pekerjaan keluarga daerah tersebut adalah PNS, pedagang, dan pensiunan.

3. Mobilitas geografis keluarga


Keluarga Tn. A tidak pernah berpindah tempat dari rumahnya saat ini, mereka
sudah menempati rumah di daerah tersebut selama ± 25 tahun. Untuk sarana
49
transportasi, Tn. A mengendarai motor bersama saat keluar rumah,
sedangkan untuk ketiga anak-anak mereka mengendarai motor masing-masing.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Ny. L aktif mengikuti arisan RT 1x/bulan dan Tn. A pun aktif dalam kelompok
kerja bakti di lingkungan RT setempat serta aktif dalam pertemuan 1x/bulan
karena Tn. A termasuk pengurus dari RT yaitu sekretaris RT. Tetapi ketiga
anaknya kurang bergaul dengan lingkungan setempat karena kesibukan sekolah
masing-masing anak mereka. Keluarga beranggapan bahwa kegiatan yang ada
di perkumpulan sangat di dukung karena keluarga merasa antar anggota
keluarga dan masyarakat sangatlah akrab.

5. Sistem pendukung keluarga

Dalam keluarga tersebut terdapat tiga anggota keluarga yang sehat


tanpa gangguan kesehatan yaitu Tn. P, Nn. E dan Nn E. Fasilitas yang
dimiliki kelurga untuk menunjang kesehatan keluarga :

a. Fisik : keluarga memiliki fasilitas-fasilitas seperti mobil dan motor untuk


mempermudah jika bepergian maupun untuk keperluan kesehatan.
Rumah yang cukup nyaman dan sehat untuk dijadikan sebagai tempat
berlindung.

b. Psikologis : Tn A mengatakan bahwa keluarga memiliki seseorang kawan


dekat yang merupakan teman Tn. A untuk bercerita tentang masalah dan
mencari solusinya. Selain itu hubungan kedekatan antar anggota keluarga
Tn. A sangat erat sehingga apabila salah satu anggota keluarga mengeluh
sakit maka mereka akan bercerita kepada anggota keluarga yang lain.
50
c. Social : Adanya kerja bakti untuk menjaga kebersihan lingkungan agar
terciptanya lingkungan yang sehat di sekitar tempat tinggal. Askes dari
pemerintah yang sangat membantu untuk memeriksa kesehatan keluarga
secara rutin.

IV. Struktur keluarga


1. Struktur peran
Tn. A sebagai kepala keluarga yang memimpin keluarga dan mencari nafkah,
sedangkan Ny. L sebagai istri yang bertugas mengatur keuangan. Tn. P bekerja
dan Nn E dan Nn E masih kuliah. Keluarga Tn. A melaksanakan perannya
dengan baik.

2. Nilai atau norma keluarga


Tn. A mengatakan nilai dan norma yang dianut sama seperti yang berlaku di
masyarakat. Contohnya, anak-anak Tn A dilarang pulang melebihi jam 9
malam, apabila melakukan kesalahan segera minta maaf kepada yang
bersangkutan dalam hal tersebut. Yang lebih muda selalu menghormati yang
lebih tua.

3. Pola komunikasi keluarga


Pola komunikasi dalam keluarga yang digunakan adalah pola komunikasi
terbuka itu berarti tiap anggota keluarga berhak dan bebas menyampaikan
pendapat. Cara komunikasi antar anak dan ibu berlangsung sangat efektif,
karena anak sangat terbuka kepada Ny. L khususnya dibanding kepada Tn. A,
yang menurut Ny. L itu disebabkan Ny. L lebih sangat paham dan mengerti
karakter dari ketiga anaknya. Cara komunikasi antar Tn. A dan Ny. L pun
terjalin sangat baik dan efektif. Apabila ada masalah dalam keluarga antar
anggota maupun dari pihak luar, maka diskusi pun dilakukan. Selain itu,
komunikasi yang dilakukan bersifat dua arah sesama anggota keluarga.
51
Frekuensi untuk berkomunikasi pun tak dapat terhitung karena kapanpun
anggota ingin berkomunikasi, maka mereka langsung melakukan tetapi tetap
melihat keadaan situasi yang ada. Masalah komunikasi yang muncul seperti
adanya sedikit penghambat antar Ny. L dan Nn. E dan Nn. E karena tidak
tinggal serumah, Nn. E dan Nn. E sedang kuliah di universitas yang
memposisikan Nn. E dan Nn E untuk tidak tinggal serumah, sehingga 2 minggu
sekali mereka dapat bertemu.

4. Struktur kekuatan keluarga


Pengambil keputusan di keluarga adalah Tn. A selaku sebagai ayah/kepala
keluarga tetapi melalui tahap musyawarah/ diskusi. Apabila ada sesuatu yang
sangat penting dan Tn. A tidak berada di rumah, biasanya Ny. L yang
mengambil keputusan untuk anggota keluarganya. Setelah Tn. A pulang, Ny. L
baru mendiskusiknnya dengan Tn. A selaku ayah dan kepala keluarga.

V. Fungsi keluarga
1. Fungsi ekonomi

Tn. A bekerja sebagai wiraswasta sedangkan Ny. L bekerja sebagai ibu rumah
tangga. Total pendapatan mereka selama sebulan yaitu di antara Rp. 3.000.000
– Rp. 4.000.000. Dalam satu hari, keluarga Tn. A mengeluarkan biaya sehari-
hari sebesar Rp. 50.000-Rp. 100.000.

2. Fungsi mendapatkan status sosial


Ny. L aktif mengikuti arisan RT 1x/bulan dan Tn. A pun aktif dalam kelompok
kerja bakti di lingkungan RT setempat serta aktif dalam pertemuan 1x/bulan
karena Tn. A termasuk pengurus dari RT yaitu sekretaris RT. Tetapi ketiga
anaknya kurang bergaul dengan lingkungan setempat karena kesibukan sekolah
masing-masing anak mereka. Keluarga beranggapan bahwa kegiatan yang ada
52
di perkumpulan sangat di dukung karena keluarga merasa antar anggota
keluarga dan masyarakat sangatlah akrab.

3. Fungsi pendidikan

Tn. A dan Ny. L adalah lulusan SMA. Sedangkan anak mereka Tn. P adalah
lulusan S1, Nn. E dan Nn. E sekarang sedang berkuliah di Universitas yang ada
di Banjarmasin.

4. Fungsi sosialisasi
Seluruh anggota keluarga Tn. A dapat berinteraksi dengan baik di dalam
lingkungannya. Tanggung jawab dalam keluarga dijalankan dengan baik seperti
Tn. A, Tn. A dan Ny. L membesarkan anak-anaknya dengan penuh kasih
sayang. Lingkungan tempat tinggal keluarga tidak memberikan dukungan
dalam perkembangan anak dikarenakan tidak ada fasilitas bermain karena
sempit.

5. Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan


a. Mengenal masalah kesehatan

Tn. A mengatakan menderita Diabetes melitus sejak satu tahun yang lalu.
Tn. A merasakan penurunan berat badan yang signifikan sebesar 7 kg 6
bulan dari berat 60 Kg menjadi 53 Kg. Setelah diperiksakan ke rumah
sakit ternyata kadar gula darah Tn. A sangat tinggi. Akhirnya Tn. A baru
mengetahui bahwa dia terkena penyakit Diabetes Melitus. Tn A
mengatakan bahwa penyakit DM adalah penyakit yang diindikasikan
dengan peningkatan kadar gula darah. Tn A mengetahui bahwa penyakit
DM yang dideritanya bukan penyakit keturunan, melainkan pola makan
yang salah. Serta Tn A juga mampu menjelaskan tipe penyakit Dmnya
yaitu DM kering.
53

b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan

Sebelum mengetahui bahwa Tn. A menderita penyakit DM, Tn A


mengatakan tertarik dengan chek kesehatan gratis di salah satu
Puskesmas. Kemudian Tn. A memeriksa, ternyata Tn A baru tahu bahwa
beliau terkena penyakit tersebut. Selanjutnya Tn A berobat ke Dokter,
dan oleh dokter dinyatakan menderita diabetes. Tn A disarankan untuk
mengubah pola makan dengan makan rutin serta menghindari makan-
makanan yang manis

c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit

Ny. L dan keluarga kurang mengetahui bagaimana cara merawat penderita


penyakit diabetes mellitus, Ny. L hanya mengetahui nama penyakit yang
diderita Tn A adalah kencing manis dimana Tn A tidak boleh
mengkonsumsi banyak gula. Namun, keluarga Ny. L tidak mengetahui
bagaimana perjalanan penyakit, faktor penyebab dan cara merawat anggota
keluarga yang menderita penyakit diabetes mellitus. Ny. L hanya tahu cara
merawat penderita diabetes mellitus yaitu dengan memakai sandal dan
mengurangi porsi makan.

d. Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang


sehat
Keluarga Tn A mampu untuk memodifikasi lingkungan, terlihat rumahnya
yang tampak bersih dan pencahayaan yang cukup. Tetapi keluarga kurang
mengerti tentang manfaat dan pemeliharaan kebersihan lingkungan bagi
kesehatan lingkungan luar rumah yang kurang terawat banyak sampah
plastik dan daun-daun, dan ada beberapa ruangan yang tidak tersentuh sinar
54
matahari langsung seperti kamar Tn P. Dan lingkungan rumah Tn P
terasa sejuk karena mereka memiliki taman dan pohon sebagai rerindangan.

e. Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan

Keluarga mengetahui keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada


dan juga mengetahui manfaat yang diperoleh dari fasilitas kesehatan yaitu
tempat mendapatkan pelayanan kesehatan yang efisien. Keluarga percaya
terhadap petugas kesehatan sebagai pemberi pelayanan dengan sarana
fasilitas yang ada keluarga belum pernah mengalami pengalaman yang
kurang baik terhadap petugas kesehatan dan fasilitas kesehatan yang ada
terjangkau oleh keluarga.

6. Fungsi religius
Keluarga ini menganut agama Islam. Kedua orangtua rajin sholat 5 waktu
bersama anak-anaknya. Tn. A biasanya melaksanakan kewajiban sholat Jum’at
di Masjid Baiturrahman di wilayah rumahnya, dan melaksanakan sholat magrib
di mushola di daerah sekitar rumahnya, apabila tidak ada halangan (cuaca
buruk, hujan). Tn. A dan Ny. L mengarahkan anak-anaknya untuk selalu taat
menjalankan ibadah dan bertakwa kepada Allah.

7. Fungsi rekreasi
Tn. A mengatakan jarang berekreasi, dan bila ada waktu senggang digunakan
untuk menonton TV bersama.

8. Fungsi reproduksi
Tn A mengatakan sebelumnya memang sudah merencanakan memiliki 3 orang
anak agar di kala tua nanti tidak merasa kesepian. Ny L mengatakan bahwa
tidak ada metode khusus yang digunakan untuk mengendalikan jumlah anggota
keluarga, Ny L tidak menggunakan KB.
55

9. Fungsi afektif
Ny. L mengatakan hubungan dalam keluarga sangat dekat walaupun kedua
putrinya tidak tinggal serumah dengan keluarga. Anak-anak Tn A dan Ny L
merasa senang jika pergi bersama-sama.

VI. Stres dan koping keluarga


1. Stresor jangka pendek dan panjang

Stresor jangka pendek yang sedang dialami keluarga adalah Tn A mengalami


sakit gula. Stressor jangka panjang Tn. A mengatakan khawatir dengan keadaan
sakitnya dan Tn P yang sampai saat ini belum menjadi PNS.

2. Kemampuan keluarga berespons terhadap stresor


Keluarga mengatakan bila ada masalah selalu dibicarakan bersama – sama
untuk mencari jalan keluarnya ( musyawarah ).
3. Strategi koping yang digunakan
Keluarga Tn A mengatakan bila ada masalah selalu dibicarakan bersama untuk
mencari jalan keluarnya.
4. Strategi adaptasi disfungsional

Dari hasil pengkajian tidak didapatkan adanya cara keluarga mengatasi masalah
secara maladaptif

VII. Pemeriksaan kesehatan individu anggota keluarga

Pemeriksa Fisik Tn A Ny. L Tn P Nn E Nn E


No
1 Keadaan umum Baik Baik Baik Baik Baik
- TD 130/80 130/90 - 120/80 120/80
- Nadi mmHg mmHg 90 x/menit mmHg mmHg
- Suhu 78 x/menit 80 x/menit 36,10C 80 x/menit 85x/menit
56
- TB 36,10C 36,30C - 36,50C 36,90C
- RR 159 cm - 21 x/menit - -
- Berat badan 20 x/menit 22 x/menit 16 kg 20 x/menit 20 x/menit
- Kesadaran 53 kg - Composme - -
- Tes urine Composme Composme ntis Composme Composme
- LK perut ntis ntis - ntis ntis
- LK lengan Normal - - - -
83 - - - -
26 - - -
2 Kepala
- Bentuk Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris
- Kulit kepala Bersih Bersih Bersih Bersih Bersih
- Warna rambut Beruban Beruban Hitam Hitam Hitam
- Luka Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
- Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
3 Mata
- Penglihatan Jelas Kabur Jelas Jelas Jelas
- Bentuk Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris
- Pupil Isokor Isokor Isokor Isokor Isokor
- Skela Anikterik Anikterik Anikterik Anikterik Anikterik
- Konjungtiva Ananemis Ananemis Ananemis Ananemis Ananemis
- Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
4 Telinga
- Bentuk Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris
- Pengeluaran Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Cairan Dapat Dapat Dapat Dapat Dapat
- Ketajaman menjawab menjawab menjawab menjawab menjawab
pendengaran pertanyaan pertanyaan pertanyaan pertanyaan pertanyaan
dengan dengan dengan dengan dengan
baik diulang baik baik baik
57
5 Hidung
- Bentuk Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris
- Polip Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
6 Mulut
- Mukosa bibir Lembab Lembab Lembab Lembab Lembab
- Gigi Caries Caries Tidak caries caries
- Kebersihan Bersih Bersih caries Bersih Bersih
Bersih
7 Leher
- P.Kelenjar tonsil Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
- Peningkatan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
tekanan vena
jugularis Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
- Lesi Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
- Nyeri
8 Paru
- Bentuk Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris
- Suara nafas Vesikuler Vesikuler Vesikuler Vesikuler Vesikuler
9 Abdomen
- Bentuk dada Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris
- Turgor Elastis elastis Elastis Elastis Elastis
- Lesi Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
- Asites Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
- Pemb. Hepar Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
- Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
10 Ektremitas
- Turgor Elastis Elastis Elastis Elastis Elastis
- Lesi Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
- Capillary refill <3 detik <3 detik <3 detik <3 detik <3 detik
- Sianosis tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
- Kaki Normal Normal Normal Normal Normal
58
- Kekuatan otot 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


1. Praktik diet keluarga
a. Nutrisi
Porsi makan Tn. A makannya lebih sedikit dari biasanya dan rutin 3 kali
sehari dengan nasi setengah piring lauk tempe, telur, tahu, dan sedikit
sayuran Tn. A mengatakan makanan yang dimakannya tidak ditimbang.
Tn. A menghindari makanan manis dan hanya mengkonsumsi gula
berkalori rendah secukupnya sekitar 1 sendok makan setiap hari. Tn. A
mengatakan keluar keringat dingin bila lapar dan rasa ingin pingsan. Selain
itu Tn. A hanya mengetahui bahwa orang dengan DM hanya dilarang
makanan yang manis.
Ny. L mengatakan, makan rutin 3 kali sehari nasi satu piring (250-
300 gram) lauk pauk tahu, tempe, telur, ayam, sedikit sayuran, dan
menghindari makanan pedas. Ny. L mengatakan pola makan kadang tidak
teratur sehingga menyebabkan terkena maag, dan untuk tiga anak yang lain
yaitu Tn. P, Nn. E dan Nn. E tidak ada masalah.
b. Cairan
Tn. A mengatakan tidak sering merasa haus, dan minum sekitar 6-8 gelas
perhari @ 200 cc terkadang mengkonsumsi segelas teh rendah gula di pagi
hari.
Ny L, Tn. P, Nn E dan Nn E minum sekitar 6-8 gelas perhari @ 200 cc.

c. Istirahat dan tidur keluarga


Tn A mengatakan tidur malam sekitar 5-6 jam dan tidur siang
sekitar 1-2 jam. Tn A lebih suka tiduran di depan TV. Tn A tidur lebih
awal jika merasa capek dan untuk hari biasa Tn A tidur malam mulai jam
10 dan bangun jam 4 pagi.
59
Ny L mengatakan tidur sekitar 6-8 jam per hari. Ny L jarang tidur
siang karena sibuk mengurusi rumah. Ny L mengatakan tidur cukup dan
merasa puas usai tidur.
Tn. P mengatakan tidur 6-7 jam perhari. Tidak ada keluhan tidur,
tidur siang kadang kadang jika ada waktu luang.
Nn E dan Nn E mengatakan tidur 6-7 jam perhari. Tidak ada
keluhan tidur, tidur siang kadang kadang jika ada waktu luang.

d. Olahraga/mobilisasi

Ny L dan Tn A mengatakan bahwa jarang berolahraga pagi. Ny L


juga mengatakan bahwa biasanya olahraga dengan jalan-jalan pagi jika
Anak anak dirumah dan semua anggota keluarga berkumpul.
Tn.P, Nn E dan Nn E mengatakan berolahraga jika mereka
berkumpul saja.

e. Eliminasi
Tn A : BAK sekitar 5-6 kali perhari, BAB 1-2 kali sehari dan Ny
L : BAK 5-7 kali sehari, BAB 1-2 kali sehari. Tn P BAK 5-6 kali perhari,
BAB 1 x sehari, Nn. E BAK 6-7 kali sehari, BAB 1X sehari dan Nn E
BAK 6-7 x sehari BAB 1x sehari.

f. Personal hygiene
Tn. A mengatakan dirinya mempunyai kebiasaan mandi 2 kali
sehari,menggosok gigi saat mandi, cuci rambut 3 kali seminggu. Ny. L
mandi 3 kali sehari, menggosok gigi saat mandi dan 3 hari sekali keramas
pakai sampo. Tn. P mengatakan dirinya mempunyai kebiasaan mandi 2 kali
sehari,menggosok gigi saat mandi, cuci rambut 3 kali seminggu. Nn. E
mengatakan dirinya mempunyai kebiasaan mandi 2 kali sehari,menggosok
gigi saat mandi, cuci rambut 3 kali seminggu. Nn. E mengatakan dirinya
60
mempunyai kebiasaan mandi 2 kali sehari,menggosok gigi saat mandi, cuci
rambut 3 kali seminggu.

VIII. Pengkajian resiko


Tn. A beresiko mengalami kecemasan karena memikirkan
penyakitnya dan Tn. P yang belum menjadi PNS. Dan dari kecemasan
tersebut Tn. A berisiko mengalami komplikasi diabetes karena peningkatan
gula darah saat stress. Skala kecemasan pada Tn. A menurut skala Hars
adalah 16 termasuk kecemasan sedang. Skala Kepuasan yang ditunjukkan
oleh Tn. A mengenai hidupnya saat ini adalah 8.

IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Belum terlampir (keluarga belum menunjukkan dokumen tersebut). Namun,


Tn. A mengatakan hasil pemeriksaan laboratorium terakhir menunjukkan
kadar glukosa dalam darah Tn. A meningkat menjadi 200 g/dl.

X. Harapan keluarga
Keluarga sangat senang dengan kehadiran perawat karena bisa berbicara
mengenai kesehatan, memberikan informasi, sehingga keluarga menjadi tahu
mengenai kesehatannya.

I. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1 Ds: Ketidakmampuan Kurang


61
- Tn. A mengatakan kurang tahu
keluarga dalam pengetahuan
tentang penyakit diabetes mellitus
mengenal penyakit keluarga tentang
(pengertian, tanda, gejala, akibat
diabetes mellitus penyakit diabetes
lanjut dan pengobatan atau
mellitus di
perawatan)
keluarga Tn. A
- Tn. A mengatakan kurang begitu
khususnya pada
mengerti tentang diit penderita
Tn. A
diabetes mellitus.
- Tn. A mengatakan jika makan
nasinya lebih sedikit.
- Tn. A mengatakan takut dan stres
setelah mengetahui terkena penyakit
diabetes mellitus.
- Tn. A mengatakan kurang tahu
tentang penyakit diabetes mellitus
penyakit keturunan.

DO:
- Klien terlihat menggelengkan
kepala saat ditanya penyakit diabetes
mellitus (pengertian, penyebab, dan
perawatannya).

2 DS: Perubahan status Ansietas


- Tn. A mengatakan merasa kesehatan di
khawatir dengan penyakitnya keluarga Tn. A
- Tn. A mengatakan mengatakan khususnya pada
gula darah kembali tinggi saat Tn. A
mengalami stress
62
DO:
- Ekspresi wajah yang ditunjukkan
oleh Tn. A mengenai penyakitnya
terlihat khawatir
- Skala kecemasan pada Tn. A
menurut skala Hars adalah 16
termasuk kecemasan sedang.
- Skala Kepuasan yang ditunjukkan
oleh Tn. A mengenai hidupnya
saat ini adalah 8

3 DS: Ketidakmampuan Resiko


- Tn. A mengatakan keluar keringat keluarga dalam hipoglikemia
dingin bila lapar merawat anggota penyakit diabetes
- Tn. A mengatakan makannya lebih keluarga yang mellitus di keluarga
sedikit dari biasanya sakit. Tn. A khususnya
- Tn. A mengatakan makanan yang pada Tn. A
dimakannya tidak ditimbang
- Tn. A mengatakan selama ini
berobatnya hanya di Puskesmas
- Tn. A mengatakan kadar gulanya
tidak stabil

DO:
- Klien mengkonsumsi gula berkalori
rendah
- Kadar glukosa 200 g/dl
- Makan klien hanya sedikit
- Tn. A selalu beraktivitas sendiri
63
II. Perumusan diagnosis keperawatan

No Diagnosis Keperawatan (PES)


.
1. Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit diabetes mellitus di
keluarga Tn. A khususnya pada Tn. A b.d Ketidakmampuan keluarga
dalam mengenal penyakit diabetes mellitus

Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan di


2.
keluarga Tn. A khususnya pada Tn. A
3. Resiko Hipoglikemia penyakit diabetes mellitus b.d Ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit di keluarga Tn.
A khususnya pada Tn. A

III. Penilaian (skoring) diagnosis keperawatan

1. Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit diabetes mellitus di


keluarga Tn. A khususnya pada Tn. A b.d Ketidakmampuan keluarga
dalam mengenal penyakit diabetes mellitus
No Kriteria Bobot Skor Pembenaran
1 Sifat masalah 1 3 Keluarga memerlukan
x1=1
3
- Aktual 3 tindakan segera untuk
- Resiko 2 memperoleh perawatan dan
- Potensia 1 pengobatan
l
2 Kemungkinan masalah 2 1 Sumber-sumber dan
x 2=1
untuk diubah 2 2 tindakan untuk
- Mudah 1 memecahkan masalah dapat
- Sebagia 0 dijangkau oleh keluarga.
n
64
- Tidak
dapat
3 Potensial masalah untuk 1 2 2Keluarga mempunyai
x 1=
dicegah 3 3 3kemauan dalam tindakan

- Tinggi 2 perawatan dan


- Cukup 1 penatalaksanaan
- Rendah
4 Menonjolnya masalah 1 2 Keluarga menyadari adanya
2 x
- Segera 2 masalah yang harus
ditangani 1 1=1 ditangani
- Masalah 0
ada tapi tidak perlu
segera ditangani
- Masalah
tidak dirasakan
Total - 2
3 3

2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan di keluarga Tn. A


khususnya pada Tn. A
No Kriteria Bobot Skor Pembenaran
1 Sifat masalah 1 3 Keluarga memerlukan
x1=1
3
- Aktual 3 tindakan segera untuk
- Resiko 2 memperoleh perawatan dan
- Potensia 1 pengobatan
l
2 Kemungkinan masalah 2 1 Sumber-sumber dan
x 2=1
untuk diubah 2 2 tindakan untuk
- Mudah 1 memecahkan masalah dapat
- Sebagia 0 dijangkau oleh keluarga.
n
65
- Tidak
dapat
3 Potensial masalah untuk 1 2 2Keluarga mempunyai
x 1=
dicegah 3 3 3kemauan dalam tindakan

- Tinggi 2 perawatan dan


- Cukup 1 penatalaksanaan
- Rendah
4 Menonjolnya masalah 1 2 Keluarga menyadari adanya
2 x
- Segera 2 masalah yang harus
ditangani 1 1=1 ditangani
- Masalah 0
ada tapi tidak perlu
segera ditangani
- Masalah
tidak dirasakan
Total - 2
3 3

3. Resiko Hipoglikemia penyakit diabetes mellitus di keluarga Tn. A khususnya


pada Tn. A b.d Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga
yang sakit
No Kriteria Bobot Skor Pembenaran
1 Sifat masalah 1 2 2 Resiko akan terjadi bila
x1=
3 3
- Aktual 3 tidak dilakukan tindakan
- Resiko 2 keperawatan
- Potensia 1
l
2 Kemungkinan masalah 2 1 Sumber-sumber dan
x 2=1
untuk diubah 2 2 tindakan untuk
- Mudah 1 memecahkan masalah dapat
66
- Sebagia 0 dijangkau oleh keluarga
n
- Tidak
dapat
3 Potensial masalah untuk 1 2 Keluarga mempunyai
3 x
dicegah 3 kemauan dalam tindakan
- Tinggi 2 1= perawatan dan
- Cukup 1 2 penatalaksanaan
- Rendah 3
4 Menonjolnya masalah 1 2 Keluarga menyadari adanya
2 x
- Segera 2 masalah yang harus
ditangani 1 1=1 ditangani
- Masalah 0
ada tapi tidak perlu
segera ditangani
- Masalah
tidak dirasakan
Total - 1
3 3

IV. Prioritas diagnosis keperawatan

Prioritas Diagnosis Keperawatan Skor


Kurang pengetahuan keluarga tentang
1. 2
penyakit diabetes mellitus di keluarga 3 3
Tn. A khususnya pada Tn. A b.d
Ketidakmampuan keluarga dalam mengenal
penyakit diabetes mellitus
Ansietas berhubungan dengan perubahan
2. 2
status kesehatan di keluarga Tn. A khususnya 3 3
pada Tn. A
67
Resiko Hipoglikemia penyakit diabetes
3. 1
mellitus di keluarga tn. A khususnya pada Tn. 3 3
A b.d Ketidakmampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit
A. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan Tujuan Khusus Evaluasi Intervensi
Kriteria Standar
Keperawatan Umum
Kurang Setelah Setelah dilakukan Keluarga dapat 1. Jelaskan pengertian DM
pengetahuan dilakukan kunjungan rumah menyebutkan: 2. Jelaskan tanda dan gejala
keluarga selama 4x selama 1x60menit a. Pengertian DM
tentang kunjungan keluarga dapat DM 3. Jelaskan penyebab DM
penyakit DM rumah TUK I Kumpulan gejala 4. Jelaskan komplikasi atau
di keluarga diharapkan Mengenal masalah Respon yang timbul pada akibat
Tn. A keluarga dapat kesehatan verbal seseorang yang lanjut
khususnya mengetahui a. Menyebutkan disebabkan karena 5. Demontrasikan diit yang
pada Tn. A penyakit yang pengertian DM meningkatnya tepat untuk penderita
b.d diderita oleh kadar gula dalam diabetes mellitus
Ketidakmamp Tn. A darah karena
uan keluarga kekurangan
dalam insulin
mengenal Respon b. Menyebutkan
penyakit b. Menyebutkan verbal 3 dari 5 penyebab
diabetes penyebab DM DM
mellitus 1. Fakto
r keturunan
2. Obesi
tas/kegemukan
3. Fakto
r lingkungan
(gaya hidup
yang kurang
c. Menyebutkan Respon sehat; merokok,
tanda dan gejala verbal stress, alkohol)
DM 4. Maka
nan
5. Fakto
r penuaan
c. Menyebutkan
3 dari 6 tanda dan
gejala
1. Serin
g BAK
d. Menyebutkan Respon 2. Bany
komplikasi atau verbal ak minum
akibat lanjut dari 3. Bany
DM ak makan
4. Cepat
lelah walau
aktivitas ringan
5. Penur
unan berat badan
TUK II 6. Kese
Merawat anggota mutan dan gatal-
keluarga yang sakit gatal
a. Memberi diit Respon d. Menyebutkan
yang tepat untuk verbal dan 3 dari 5
penderita DM motorik komplikasi atau
akibat lanjut dari
b. Menjaga Respon DM
aktivitas dan verbal dan 1. Gang
istirahat klien motorik guan persarafan
2. Kebut
aan/rabun
3. Tekan
an darah tinggi
4. Luka
yang sukar
sembuh
5. Gang
guan fungsi
ginjal

Keluarga dapat
menyediakan menu
makanan untuk
penderita DM
Keluarga mampu
menjaga aktivitas
dan istirahat bagi
klien
Ansietas b.d Setelah Setelah dilakukan a. Keluarga dapat
1. Bangun hubungan
perubahan dilakukan kunjungan rumah membangun
terapeutik yang didasarkan
status selama 4x selama 1x60menit hubungan saling
pada rasa saling
kesehatan di kunjungan keluarga dapat percaya dengan
menghargai dan percaya
keluarga Tn. rumah menerima perubahan perawat
antara klien dan perawat.
A khususnya diharapkan status kesehatan, Respon b. Perawat
pada Tn. A kecemasan dengan kriteria hasil: verbal melakukan 2. Tunjukkan sikap hangat,
Tn. A 1. Peningkatan komunikasi empati, sifat yang tidak
berkurang atau perilaku koping : terapeutik dibuat-buat.
hilang dengan Adanya teknik yang c. Bantu klien
kriteria hasil : digunakan keluarga Respon untuk 3. Dorong klien

1. Tidak untuk menurunkan verbal dan beradaptasi dan mengungkapakan dan

menunjukka n stress. motorik gunakan koping meluapkan perasaan yang

ekspresi sedih 2. Tn. A mengataka n yang efektif jika sedang dialaminya

2. Skala Hars mau menerima terjadi masalah


4. Bantu klien
0-6 atau tidak keadaan
mengidentifikasi kekuatan
ada
dan kemampuan yang
kecemasan
dapat digunakan untuk

Setelah dilakukan menyelesaikan masalah.


tindakan keperawatan 5. Jelaskan prosedur dalam
selama 1 hari, Tn. A mengurangi ansietas
mampu beradaptasi mengguanakan teknik
Respon
tentang keadaan yang distraksi dan bernapas
verbal
terjadi pada saat ini, dalam.
dengan kriteria hasil :
6. Instruksikan klien untuk
1. Tn. A mengatakan menggunakan teknik
puas akan kehidupan distraksi dengan fokus
saat ini. pada satu objek,
memjamkan mata, serta
2. Dari angka 1-10,
latihan bernapas dalam.
Tn. A menyebutkan
angka 10 sebagai 7. Bantu klien untuk
indikator kepuasan beradaptasi dalam

Respon antisipasi perubahan peran.

verbal dan 8. Dukung Tn. A

motorik menggunakan strategi


koping bertahan yang
Respon dimiliki dalam menghadapi
verbal dan masalah yang sedang
motorik terjadi

Resiko Setelah Setelah dilakukan Keluarga dapat 1. Lakukan kunjungan rumah


hipoglikemia dilakukan kunjungan rumah menyebutkan: sesuai dengan kontrak yang
penyakit asuhan selama 1x60 menit a. Prinsi telah disepakati
diabetes keperawatan keluarga dapat: p diit diabetes 2. Jelaskan prinsip diit
mellitus di selama 4x TUK I: mellitus: diabetes mellitus
keluarga Tn. kunjungan Keluarga dapat - 3. Jelaskan tentang penyebab
A khususnya rumah mengenal masalah Respon (ditentukan waktu hipoglikimia diabetes
pada Tn. A keluarga kesehatan. verbal makan) mellitus
b.d diharapkan a. - 4. Jelaskan tujuan diit
ketidakmamp hipoglikemia diit diabetes mellitus (makanan yang diabetes mellitus
uan keluarga penyakit dengan tiga tepat. boleh dimakan) 5. Anjurkan klien untuk
dalam diabetes - mengontrolkan diri ke
merawat mellitus tidak (kalori yang puskesmas secara rutin
anggota terjadi pada diberikan) 6. Jelaskan tentang diit
keluarga yang Tn. A b. Meny diabetes mellitus
sakit Respon ebabkan 5 dari 8 7. Demontrasikan diit
b. verbal penyebab diabetes mellitus
hipoglikimea hipoglikimea 8. Anjurkan keluarga untuk
diabetes mellitus diabetes mellitus memberi atau menyajikan
- makanan sesuai diit
makanan yang 9. Jelaskan tentang batasan
terlalu sedikit aktivitas dan istirahat untuk
- penderita diabetes mellitus
berat
-
seimbangan nutrisi
c. Respon dan cairan akibat
diit diabetes mellitus verbal mual muntah
-
c. Meny
ebutkan 3 dari 3
tujuan diit
diabetes mellitus
TUK II: -
Mengambil keputusan kadar gula darah
a. Respon -
secara rutin ke motorik komplikasi
Puskesmas -
TUK III: kwalitas hidup
Merawat anggota Klien dapat
keluarga yang sakit memeriksakan diri
a.Menyebutkan diit Respon secara rutin ke
diabetes mellitus verbal Puskesmas

Keluarga dapat
menyebutkan:
b. Memberikan a. 2 dari 3 diit
makanan sesuai diit DM
Respon -
c.Menjaga aktivitas verbal kebutuhan
dan istirahat klien energi
-
Respon -
verbal vitamin dan
mineral
Keluarga dapat
menyajikan menu
makan untuk
penderita diabetes
mellitus
Menjaga aktivitas
dan istirahat bagi
klien

B.
A. Perkembangan

No Tanggal/ Dx. Keperawatan Implementasi Perkembangan


Waktu
1 22 Maret Kurang pengetahuan 1. Menjelaskan pengertian DS :
2020 keluarga tentang DM - Tn. A mengatakan sudah sedikit
Pukul 10.00 penyakit diabetes 2. Menjelaskan tanda dan tahu tentang penyakit diabetes
WITA mellitus di keluarga gejala DM mellitus (pengertian, tanda, gejala)
Tn. A khususnya pada 3. Menjelaskan penyebab DM - Tn. A mengatakan kurang begitu
Tn. A b.d 4. Menjelaskan komplikasi mengerti tentang diit penderita
Ketidakmampuan atau akibat lanjut diabetes mellitus.
keluarga dalam 5. Mendemontrasikan diit - Tn. A mengatakan jika makan
mengenal penyakit yang tepat untuk penderita nasinya lebih sedikit dan sayurnya
diabetes mellitus diabetes mellitus banyak.
- Tn. A mengatakan kurang tahu
tentang penyakit diabetes mellitus
penyakit keturunan
DO :
Klien terlihat menggelengkan
kepala saat ditanya perawatan
penyakit diabetes mellitus
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
2 22 Maret Ansietas b.d DS :
1. Membangun hubungan
2020 perubahan status
terapeutik yang didasarkan - Klien mengatakan merasa cemas
Pukul 10.00 kesehatan di keluarga
pada rasa saling menghargai dan khawatir akan keadaannya.
WITA Tn. A khususnya pada
dan percaya antara klien dan - Tn. A mengatakan takut dan
Tn. A
perawat. stres setelah mengetahui terkena
penyakit diabetes mellitus
2. Menunjukkan sikap hangat,
empati, sifat yang tidak
DO :
dibuat-buat.
-Klien tampak menunjukkan

3. mendorong klien ekspresi sedih. - Skala Kecemasan

mengungkapakan dan HARS

meluapkan perasaan yang - Skala kepuasan yang ditunjukkan

sedang dialaminya Tn. A adalah 8.


A: Masalah belum teratasi
4. Membantu klien P: Intervensi dilanjutkan
mengidentifikasi kekuatan
dan kemampuan yang dapat
digunakan untuk
menyelesaikan masalah.

5. Menjelaskan prosedur dalam


mengurangi ansietas
mengguanakan teknik
distraksi dan bernapas dalam.

6. Menginstruksikan klien untuk


menggunakan teknik distraksi
dengan fokus pada satu objek,
memjamkan mata, serta
latihan bernapas dalam.

7. Membantu klien untuk


beradaptasi dalam antisipasi
perubahan peran.

8. Mendukung Tn. A
menggunakan strategi koping
bertahan yang dimiliki dalam
menghadapi masalah yang
sedang terjadi
3 22 Maret Resiko hipoglikemia 1. Melakukan kunjungan rumah DS:
2020 penyakit diabetes sesuai dengan kontrak yang - Tn. A mengatakan keluar keringat
Pukul 10.30 mellitus di keluarga telah disepakati dingin bila lapar dan rasa ingin
WITA Tn. A khususnya pada 2. Menjelaskan prinsip diit pingsan
Tn. A b.d diabetes mellitus - Tn. A mengatakan makannya
ketidakmampuan 3. Menjelaskan tentang lebih sedikit dari biasanya
keluarga dalam penyebab hipoglikimia - Tn. A mengatakan makanan yang
merawat anggota diabetes mellitus dimakannya tidak ditimbang
keluarga yang sakit 4. Menjelaskan tujuan diit DO:
diabetes mellitus - Klien mengkonsumsi gula
5. Menganjurkan klien untuk berkalori rendah
mengontrolkan diri ke - Kadar glukosa 200 g/dl
puskesmas secara rutin - Makan klien hanya sedikit
6. Menjelaskan tentang diit
diabetes mellitus A : Masalah belum
7. Mendemontrasikan diit teratasi
diabetes mellitus P : Intervensi
8. Menganjurkan keluarga untuk dilanjutkan
memberi atau menyajikan
makanan sesuai diit
9. Menjelaskan tentang batasan
aktivitas dan istirahat untuk
penderita diabetes mellitus

C. Evaluasi
No Tanggal/ Waktu Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi
1 24 Maret 2020 Kurang pengetahuan 1. Menjelaskan pengertian DM S : Keluarga dan Tn.A dapat
Pukul 10.30 keluarga tentang 2. Menjelaskan tanda dan gejala menyebutkan tanda dan gejala
WITA penyakit diabetes DM dari diabetes mellitus
mellitus di keluarga 3. Menjelaskan penyebab DM 1. Sering BAK
Tn. A khususnya pada 4. Menjelaskan komplikasi atau 2. Banyak minum
Tn. A b.d akibat lanjut 3. Banyak makan
Ketidakmampuan 5. Mendemontrasikan diit yang 4. Cepat lelah walau
keluarga dalam tepat untuk penderita diabetes aktivitas ringan
mengenal penyakit mellitus 5. Penurunan berat
diabetes mellitus badan
6. Kesemutan dan gatal-
gatal
O: Keluarga dan Tn. A tampak
memperhatikan saat diberikan
penyuluhan dan
mendemontrasikan diit untuk
penderita DM
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

2 24 Maret 2020 Ansietas b.d S:


1. Membangun hubungan
Pukul 10.30 perubahan status
terapeutik yang didasarkan pada - Klien mengatakan cemas dan
WITA kesehatan di keluarga
rasa saling menghargai dan khawatir akan keadaannya sudah
Tn. A khususnya pada
percaya antara klien dan berkurang
Tn. A
perawat. - Tn. A mengatakan sudah
memahami penyakit diabetes
2. Menunjukkan sikap hangat,
mellitus
empati, sifat yang tidak dibuat-
O:
buat.
- Klien Nampak sedikit tenang

3. mendorong klien - skala hars berkurang menjadi 5


mengungkapakan dan - skala kepuasan menjadi 9
meluapkan perasaan yang A : Masalah teratasi sebagian
sedang dialaminya P : Intervensi dilanjutkan

4. Membantu klien
mengidentifikasi kekuatan dan
kemampuan yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan
masalah.

5. Menjelaskan prosedur dalam


mengurangi ansietas
mengguanakan teknik distraksi
dan bernapas dalam.

6. Menginstruksikan klien untuk


menggunakan teknik distraksi
dengan fokus pada satu objek,
memjamkan mata, serta latihan
bernapas dalam.

7. Membantu klien untuk


beradaptasi dalam antisipasi
perubahan peran.

8. Mendukung Tn. A
menggunakan strategi koping
bertahan yang dimiliki dalam
menghadapi masalah yang
sedang terjadi
3 24 Maret 2020 Resiko hipoglikemia 1. Melakukan kunjungan rumah S: - Keluarga dapat menyebutkan 3
Pukul 10.30 penyakit diabetes sesuai dengan kontrak yang dari 3 prinsip diit diabetes
WITA mellitus di keluarga telah disepakati mellitus
Tn. A khususnya pada 2. Menjelaskan prinsip diit 1. Tepat waktu
Tn. A b.d diabetes mellitus 2. Tepat macam
ketidakmampuan 3. Menjelaskan tentang penyebab 3. Tepat jumlah
keluarga dalam hipoglikimia diabetes mellitus O:
merawat anggota 4. Menjelaskan tujuan diit diabetes - Keluarga menanyakan tentang
keluarga yang sakit mellitus penyakit yang diderita oleh
5. Menganjurkan klien untuk Tn.A
mengontrolkan diri ke - Keluarga dan Tn. A tampak
puskesmas secara rutin memperhatikan saat dilakukan
6. Menjelaskan tentang diit penyuluhan
diabetes mellitus A : Masalah teratasi sebagian
7. Mendemontrasikan diit diabetes P : intervensi dilanjutkan
mellitus
8. Menganjurkan keluarga untuk
memberi atau menyajikan
makanan sesuai diit
9. Menjelaskan tentang batasan
aktivitas dan istirahat untuk
penderita diabetes mellitus
No Tanggal/ Waktu Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi
4 26 Maret 2020 Kurang pengetahuan 1. Menjelaskan pengertian DM S : Keluarga dan Tn. A sudah
Pukul 11.00 keluarga tentang 2. Menjelaskan tanda dan gejala mengerti cara perawatan
WITA penyakit diabetes DM diabetes mellitus untuk Tn. A
mellitus di keluarga 3. Menjelaskan penyebab DM O: Keluarga dan Tn. A tampak
Tn. A khususnya pada 4. Menjelaskan komplikasi atau mendemontrasikan diit untuk
Tn. A b.d akibat lanjut penderita DM
Ketidakmampuan 5. Mendemontrasikan diit yang A : Masalah teratasi
keluarga dalam tepat untuk penderita diabetes P : Anjurkan kepada keluarga untuk
mengenal penyakit mellitus memeriksakan kesehatan secara
diabetes mellitus rutin ke Puskesmas
2 26 Maret 2020 Ansietas b.d S:
1. Membangun hubungan
Pukul 11.00 perubahan status
terapeutik yang didasarkan pada - Klien mengatakan sudah tidak
WITA kesehatan di keluarga
rasa saling menghargai dan cemas dan khawatir
Tn. A khususnya pada
percaya antara klien dan - Tn. A mengatakan sudah
Tn. A
perawat. memahami penyakit diabetes
mellitus
2. Menunjukkan sikap hangat,
O:
empati, sifat yang tidak dibuat-
- Klien Nampak tenang
buat.
- skala hars berkurang menjadi 1

3. mendorong klien - skala kepuasan 10


mengungkapakan dan A : Masalah teratasi
meluapkan perasaan yang P : Anjurkan kepada keluarga untuk
sedang dialaminya memeriksakan kesehatan secara
rutin ke Puskesmas
4. Membantu klien
mengidentifikasi kekuatan dan
kemampuan yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan
masalah.

5. Menjelaskan prosedur dalam


mengurangi ansietas
mengguanakan teknik distraksi
dan bernapas dalam.

6. Menginstruksikan klien untuk


menggunakan teknik distraksi
dengan fokus pada satu objek,
memjamkan mata, serta latihan
bernapas dalam.

7. Membantu klien untuk


beradaptasi dalam antisipasi
perubahan peran.

8. Mendukung Tn. A
menggunakan strategi koping
bertahan yang dimiliki dalam
menghadapi masalah yang
sedang terjadi
3 24 Maret 2020 Resiko hipoglikemia 1. Melakukan kunjungan rumah S: - Keluarga dapat menerapkan 3
Pukul 11.00 penyakit diabetes sesuai dengan kontrak yang telah prinsip diit diabetes mellitus
WITA mellitus di keluarga disepakati 1. Tepat waktu
Tn. A khususnya pada 2. Menjelaskan prinsip diit 2. Tepat macam
Tn. A b.d diabetes mellitus 3. Tepat jumlah
ketidakmampuan 3. Menjelaskan tentang penyebab O :
keluarga dalam hipoglikimia diabetes mellitus - Keluarga dan Tn. A tampak
merawat anggota 4. Menjelaskan tujuan diit diabetes memperhatikan saat dilakukan
keluarga yang sakit mellitus penyuluhan
5. Menganjurkan klien untuk - Kadar glukosa Tn. A 120 mg/dL
mengontrolkan diri ke A : Masalah teratasi
puskesmas secara rutin P : Anjurkan kepada keluarga untuk
6. Menjelaskan tentang diit memeriksakan kesehatan secara
diabetes mellitus rutin ke Puskesmas
7. Mendemontrasikan diit diabetes
mellitus
8. Menganjurkan keluarga untuk
memberi atau menyajikan
makanan sesuai diit
9. Menjelaskan tentang batasan
aktivitas dan istirahat untuk
penderita diabetes mellitus
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Burnner and
Suddarth. Ed.8. Vol. 3. Jakarta :
Kowalak. 2016. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran:
EGC.
Modul Pelatihan Keluarga Sehat. 2017. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.

Iqbal. dkk. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta :
Salemba Medika.
Teli Margaretha, dkk.2018. Pedoman Asuhan Keperawatan Komunitas. Kupang :
Lima Bintang.
Friedman. (2010).Keperawatan Keluarga.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran
Nurarif, Amin Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jilid 3. Jogjakarta : Mediaction.

PPNI, Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia 2015 Modul Panduan


Dokumentasi Askep Komunitas (Individu, Keluarga Kelompok/Komunitas)
Dengan Pendekatan NANDA, ICPN, NOC, NIC.

Anda mungkin juga menyukai