Anda di halaman 1dari 4

Bukti Audit

Bukti audit merupakan hal yang sangat diperlukan sebagai bahan evaluasi auditor. Auditor harus
mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk mengumpulkan bukti audit yang tepat dan
mencukupi dalam setiap audit untuk memenuhi standar profesi.
Sifat Bukti Audit
Bukti audit merupakan setiap informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah
informasi yang diaudit telah dinyatakan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Informasi ini
sangat bervariasi sesuai kemampuannya dalam meyakinkan auditor bahwa laporan keuangan
telah disajikan secara wajar. Bukti audit mencakup informasi yang sangat persuasif, seperti
perhitungan auditor atas sekuritas yang dapat diperjualbelikan, dan informasi yang kurang
persuasif, seperti respons atas pertanyaan-pertanyaan dari para karyawan klien. Bukti audit
sangat diperlukan guna membantu auditor dalam mengambil keputusan.
Keputusan Bukti Audit
Keputusan penting yang dihadapi para auditor adalah menentukan jenis dan jumlah bukti audit
yang tepat, yang diperlukan untuk memastikan bahwa laporan keuangan telah disajikan secara
wajar. Ada empat keputusan mengenai bukti apa yang harus dikumpulkan dan berapa banyak:
1. Prosedur audit yang akan digunakan
Prosedur audit adalah rincian instruksi yang menjelaskan bukti audit yang harus diperoleh
selama audit.
2. Berapa ukuran sampel yang akan dipilih untuk prosedur tersebut
Setelah memilih prosedur audit, auditor dapat mengubah ukuran sampel dari hanya satu hingga
semua item dalam populasi yang sedang diuji. Keputusan tentang berapa banyak item yang akan
diuji harus dibuat oleh auditor pada setiap prosedur audit. Ukuran sampel untuk setiap prosedur
mungkin akan berbeda antara satu audit dengan lainnya, tergantung pada karakteristik klien
seperti luas pengendalian yang terotomatisasi dan tingkat assurance yang diperlukan dari
prosedur.
3. Item-item mana yang akan dipilih dari populasi
Setelah menentukan ukuran sampel untuk suatu prosedur audit, auditor harus memutuskan item-
item mana dalam populasi yang akan diuji. Sebagai contoh, jika auditor memutuskan memilih 50
cek yang dibatalkan dari populasi sebesar 5.000 untuk dibandingkan dengan jurnal pengeluaran
kas, beberapa metode berbeda dapat digunakan untuk memilih cek-cek tertentu yang akan
diperiksa. Auditor dapat memilih suatu minggu dan memeriksa 50 cek pertama, memilih 50 cek
yang bernilai besar, memilih cek-cek tersebut secara acak, memilih cek-cek yang menurut
auditor paling mungkin mengandung kekeliruan, atau dapat menggunakan kombinasi dari
berbagai metode tersebut.
4. Kapan melaksanakan prosedur tersebut
Lamanya audit atas laporan keuangan biasanya mencakup suatu periode seperti satu tahun.
Waktu pelaksanaan prosedur audit dapat bervariasi dari awal periode akuntansi hingga
berakhirnya periode akuntansi itu. Keputusan penetapan waktu audit, sebagian, dipengaruhi oleh
kapan klien menginginkan agar audit itu diselesaikan. Dalam audit atas laporan keuangan,
biasanya klien menginginkan agar audit diselesaikan antara satu hingga tiga bulan setelah akhir
tahun. Saat ini OJK mengharuskan semua perusahaan publik untuk menyerahkan laporan
keuangan yang telah diaudit kepada OJK dalam waktu 60 sampai 90 hari sesudah akhir tahun
fiskal perusahaan, tergantung pada ukuran perusahaan itu. Namun demikian, penetapan waktu
juga dipengaruhi oleh kapan auditor merasa yakin bukti audit akan paling efektif dan kapan staf
audit tersedia.
 
Jenis-jenis bukti audit
Dalam memutuskan prosedur audit mana yang akan digunakan, auditor dapat memilihnya dari
delapan kategori bukti yang luas, yang disebut sebagai jenis-jenis bukti. Setiap prosedur audit
mendapat satu atau lebih jenis-jenis bukti berikut:
1. Pemeriksaan fisik
Adalah inspeksi atau perhitungan yang dilakukan auditor atas aktiva atau asset berwujud. Jenis
bukti ini paling sering berkaitan dengan persediaan dan kas, tetapi juga dapat diterapkan pada
verifikasi sekuritas, wesel tagih, dan aset tetap berwujud.
Pemeriksaan fisik adalah cara langsung untuk memverifikasi apakah suatu aset benar-benar ada
dan pada tingkat tertentu apakah aset yang ada itu telah dicatat. Pemeriksaan fisik dianggap
sebagai salah satu jenis bukti audit yang paling dapat diandalkan dan berguna. Pada umumnya
pemeriksaan fisik adalah cara yang objektif untuk mengetahui kuantitas maupun deskripsi aset
tersebut. Dalam beberapa kasus, hal itu juga merupakan metode yang berguna untuk
mengevaluasi kondisi atau kualitas aset. Akan tetapi, pemeriksaan fisik bukan merupakan bukti
yang mencukupi untuk memverifikasi bahwa aset yang ada memang dimiliki oleh klien , dan
dalam banyak kasus, auditor tidak memiliki kualifikasi untuk menilai faktor-faktor kualitatif
seperti keusangan atau otentisitas aset. Selain itu, penilaian yang tepat untuk tujuan laporan
keuangan biasanya juga tidak dapat ditentukan oleh pemeriksaan fisik.
2. Konfirmasi
Menggambarkan penerimaan respons tertulis dari pihak ketiga yang independen yang
memverifikasi keakuratan informasi yang diminta oleh auditor. Responsnya bisa dalam bentuk
kertas atau elektronik  atau media lainnya, seperti akses langsung auditor ke informasi yang
dimiliki pihak ketiga. Permintaan ini ditujukan kepada klien, dan klien meminta pihak ketiga
untuk meresponsnya secara langsung kepada auditor. Karena konfirmasi berasal dari sumber
pihak ketiga dan bukan dari klien, jenis bukti ini sangat dipercaya dan merupakan jenis bukti
yang sering digunakan. Namun, konfirmasi relatif mahal dan dapat menimbulkan beberapa
ketidaknyamanan bagi pihak-pihak yang diminta untuk menyediakan konfirmasi tersebut.
Karena itu, konfirmasi tidak digunakan dalam setiap contoh meskipun bukti ini dapat digunakan.
Walaupun konfirmasi tidak diwajibkan untuk setiap akun selain piutang usaha, jenis bukti audit
ini sangat berguna dalam memverifikasi berbagai jenis informasi.
Agar dapat dikategorikan sebagai bukti yang andal, konfirmasi harus dikendalikan oleh auditor
sejak konfirmasi tersebut disiapkan hingga dikembalikan. Jika klien yang mengendalikan
penyiapan informasi, mengirimkannya, atau menerima respons, auditor telah kehilangan kendali
dan independensinya, sehingga mengurangi reabilitas bukti itu. Auditor sering kali berupaya
memvalidasi identitas responden konfirmasi, terutama untuk respons via faksimili atau
konfirmasi elektronik.
3. Inspeksi
Adalah pemeriksaan oleh auditor atas dokumen dan catatan klien untuk mendukung informasi
yang tersaji, atau seharusnya tersaji dalam laporan keuangan. Dokumen yang diperiksa oleh
auditor adalah catatan yang digunakan klien untuk menyediakan informasi bagi pelaksanaan
bisnis dengan cara yang terorganisasi, yang bisa juga dalam bentuk kertas, bentuk elektronik,
atau media lain. Karena setiap transaksi dalam organisasi klien biasanya didukung paling tidak
oleh selembar dokumen, jenis bukti audit ini tersedia dalam jumlah besar. Dokumentasi telah
digunakan secara luas sebagai bukti audit karena jenis bukti ini biasanya tersedia dengan biaya
yang relatif rendah.
4. Prosedur Analitis
Terdiri dari evaluasi informasi keuangan melalui analisis atas hubungan yang masuk akal antara
data keuangan dan nonkeuangan. Sebagai contoh, auditor dapat membandingkan persentase
marjin kotor tahun berjalan dengan tahun sebelumnya. Prosedur analitis telah digunakan secara
luas dalam praktik, dan dibutuhkan selama fase perencanaan dan penyelesaian pada semua audit.
Tujuan prosedur analitis:
a. Memahami Industri dan Bisnis Klien
Auditor harus memperoleh pengetahuan tentang industri dan bisnis klien sebagai bagian dari
perencanaan audit. Dengan melakukan prosedur analitis di mana informasi tahun berjalan yang
belum diaudit dibandingkan dengan informasi tahun sebelumnya yang sudah diaudit atau data
industri, perubahannya akan disoroti.
b. Menilai Kemampuan Entitas untuk Terus Going Concern
Prosedur analitis sering kali menjadi indikator yang berguna untuk menentukan apakah
perusahaan klien memiliki masalah keuangan. Prosedur analitis tertentu dapat membantu auditor
dalam menilai kemungkinan terjadinya kegagalan bisnis.
c. Menunjukkan Adanya Kemungkinan Salah Saji dalam Laporan Keuangan
Perbedaan signifikan yang tidak diharapkan antara data keuangan tahun berjalan yang belum
diaudit dan data lainnya yang digunakan dalam perbandingan biasanya disebut fluktuasi tidak
biasa. Keberadaan salah saji akuntansi adalah satu alasan yang mungkin terjadi bagi terjadinya
fluktuasi tidak biasa. Jika fluktuasi tidak biasa cukup besar, auditor harus menentukan alasannya
dan yakin bahwa penyebabnya adalah peristiwa ekonomi yang sah, dan bukan salah saji.
d. Mengurangi Pengujian Audit yang Terinci
Apabila prosedur analitis tidak mengungkapkan fluktuasi tidak biasa, ini menandakan bahwa
salah saji yang material mungkin telah diminimalkan. Dalam kasus ini, pengujian terinci bisa
lebih sedikit dilakukan pada akun-akun terkait. Dalam kasus lain, prosedur audit tertentu dapat
dihilangkan, ukuran sampel bisa dikurangi, atau penetapan waktu prosedur bisa digeser lebih
jauh dari tanggal neraca.
5. Wawancara dengan Klien
Adalah upaya untuk memperoleh informasi secara lisan maupun tertulis dari klien sebagai
respons atas pertanyaan yang diajukan auditor. Walaupun banyak bukti yang dapat diperoleh dari
klien melalui tanya-jawab ini, bukti itu biasanya tidak dapat dianggap sebagai bukti yang
meyakinkan karena bukan dari sumber yang independen dan mungkin mendukung pihak klien.
Karena itu, apabila auditor memperoleh bukti melalui tanya-jawab, biasanya auditor juga perlu
memperoleh bukti pendukung melalui prosedur lainnya. Bukti pendukung adalah bukti tambahan
untuk mendukung bukti awal atau asli.
6. Rekalkulasi
Melibatkan pengecekan ulang atas sampel kalkulasi yang dilakukan oleh klien. Pengecekan
ulang kalkulasi klien ini terdiri dari pengujian atas keakuratan perhitungan klien dan mencakup
prosedur seperti perkalian faktur penjualan dan persediaan, penjumlahan jurnal dan buku
tambahan, serta pengecekan kalkulasi beban penyusutan dan beban dibayar di muka. Sebagian
besar rekalkulasi auditor dilakukan oleh perangkat lunak audit dengan bantuan komputer.
7. Pelaksanaan Ulang
Adalah pengujian independen yang dilakukan auditor atas prosedur atau pengendalian akuntansi
klien, yang semula dilakukan sebagai bagian dari sistem akuntansi dan pengendalian internal
klien. Jika rekalkulasi melibatkan pengecekan ulang atas suatu perhitungan, pelaksanaan ulang
melibatkan pengecekan atas prosedur lain.
8. Observasi
Observasi terdiri dari mengamati proses atau prosedur yang sedang dilaksanakan oleh pihak lain.
Auditor dapat mengunjungi lokasi pabrik untuk memperoleh kesan umum atas fasilitas klien,
atau mengamati para individu yang melaksanakan tugas-tugas akuntansi untuk menentukan
apakah orang yang diserahi tanggung jawab telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
Observasi memberikan bukti tentang pelaksanaan proses atau prosedur tetapi terbatas pada poin-
poin ketika observasi dilakukan. Observasi kurang dapat diandalkan karena risiko personil klien
akan mengubah perilakunya akibat kehadiran auditor. Karena itu, perlu untuk menindaklanjuti
kesan pertama yang diperoleh dengan jenis bukti pendukung lainnya. Namun demikian,
observasi berguna dalam pelaksanaan sebagian besar audit.

Anda mungkin juga menyukai