Anda di halaman 1dari 49

ANALISIS

PROFITABILITAS: RETURN
ON ASSET (ROA) &
RETURN ON EQUITY (ROE)
Referensi:
1. Hanafi dan Halim Bab 8-9
PERHITUNGAN ROA - HH Bab 8
• Analisis ROA mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
dengan menggunakan total aset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan
setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut.
• Biaya-biaya pendanaan yang dimaksud adalah bunga yang merupakan
biaya pendanaan dengan utang.
• Formula ROA = Laba Bersih + Bunga
Total Aset Rata-rata
• Karena bunga sebagai pengurang pajak, maka setelah penyesuaian
pajak, formula ROA = Laba Bersih + Bunga (1-tingkat pajak)
Total Aset Rata-rata
Aset Rata-rata & Laba Bersih
• Formula aset rata-rata untuk bisnis yang tidak bersifat musiman:
(Aset Awal Periode + Aset Akhir Periode)/2
• Formula aset rata-rata untuk bisnis yang bersifat musiman: rata-rata aset
pada setiap triwulan
• Laba bersih kadang dipengaruhi 2 faktor luar biasa, yaitu:
1. Laba karena perubahan prinsip akuntansi (jarang muncul /nonrecurring &
relatif bukan bagian dari kegiatan bisnis yang normal)
2. Biaya restrukturisasi (jarang muncul/nonrecurring, mrp bagian normal
dari kegiatan bisnis, jumlahnya cukup material)
• Jadi Laba Bersih: mengeluarkan laba karena perubahan prinsip akuntansi
dan memasukkan biaya restrukturisasi.
Komponen ROA
ROA = Laba Bersih + Bunga (1-Tingkat Pajak)
Total Aset Rata-rata
ROA = Profit Margin x Perputaran Total Aset
= Laba Bersih + Bunga (1-Tingkat Pajak) X Penjualan
Penjualan Total Aset Rata-rata

Profit margin: kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari tingkat


penjualan tertentu. Bisa diinterpretasikan juga sebagai tingkat efisiensi
perusahaan, yaitu kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya yang ada.
Perputaran total aset: kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan dari
total investasi tertentu atau kemampuan perusahaan mengelola aset
berdasarkan tingkat penjualan tertentu.
INTERPRETASI ROA
Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan ROA antar industri dan yang
mempengaruhi perbedaan proporsi profit margin atau perputaran aktiva
antar industri:

1. Operating Leverage: sejauh mana pemakaian beban tetap dalam suatu


perusahaan. Perusahaan yang menggunakan beban tetap yang tinggi
berarti mempunyai operating leverage yang tinggi. Contoh beban tetap
adalah beban depresiasi dari aktiva tetap.
Contoh perusahaan dengan beban tetap tinggi adalah perusahaan
eksplorasi dan pengolahan minyak. Perusahaan jenis ini memiliki
operating leverage yang tinggi, fluktuasi pendapatan tinggi, resiko
perusahaan juga tinggi.
• Jika kondisi perekonomian membaik, penjualan meningkat,
perusahaan dengan operating leverage yang tinggi akan mengalami
kenaikan keuntungan (pendapatan) yang tinggi.
• Jika kondisi perekonomian menurun, penjualan menurun, perusahaan
tersebut akan mengalami penurunan keuntungan yang tajam.
• Perusahaan dengan operating leverage yang rendah tidak akan
mengalami fluktuasi setajam perusahaan dengan operating leverage
yang tinggi.
Industri Aset Pabrik/Total Aset Standar Deviasi ROA
Eksplorasi minyak 0,700 0,104
Gelas 0,550 0,063
Baja 0,460 0,066
Toko Grosir 0,443 0,047
Penerbitan 0,354 0,039
Department Stores 0,352 0,033

Keterangan:

Rasio aset Pabrik/Total Aset merupakan pengukur operating leverage


Standar deviasi merupakan pengukur fluktuasi (variabilitas) ROA
Gambar berikut menunjukkan Perusahaan A dan B yang mempunyai operating leverage yang berbeda.
Perusahaan B memiliki Biaya Tetap yang lebih besar, tetapi Biaya Variabel lebih kecil dibanding Perusahaan A.
Titik Impas = Biaya tetap / (Harga/Unit – Biaya Variabel/Unit)
Apabila penjualan besarnya nol, maka kerugian Perusahaan B akan lebih besar dibandingkan kerugian Perusahaan A.
Titik impas Perusahaan B lebih besar dibanding dengan perusahaan A.
Konsep lain yang berkaitan dengan operating leverage adalah contribution margin, yaitu (Harga/unit – Biaya Variabel/unit).
Biaya tetap tidak akan berubah dengan kenaikan penjualan.
Tetapi laba operasional akan naik dengan naiknya contribution margin.
Fungsi Laba operasional = Kuantitas x (Harga/Unit – Biaya Variabel/Unit) – Biaya Tetap
Contribution margin merupakan slope dari persamaan di atas. Semakin besar contribution margin, semakin besar slope fungsi laba operasional.
2. Siklus Kehidupan Produk. Life cycle product =
Tahap perkenalan, tahap pertumbuhan, tahap kedewasaan, tahap
penurunan.
2. Siklus Kehidupan Produk. Perilaku penjualan, laba, investasi, dan ROA berkaitan dnegan
4 tahap siklus produk
Pada tahap perkenalan, perusahaan memfokuskan pada
pengembangan produk (melalui riset dan pengembangan),
pengembangan pasar (melalui iklan dan promosi lainnya),
pengembangan kapasitas (melalui pengeluaran investasi pada
pengembangan pabrik baru atau perluasan pabrik). Tujuannya adalah
untuk memperkenalkan produk baru dan memperoleh market share.
Sebaliknya pada tahap kedewasaan, produk relatif sudah mapan dan
tidak memerlukan upaya pengembangan atau penyiapan infrastruktur.
Pengeluaran investasi pada tahap ini relatif tidak signifikan. Kompetisi
semakin keras. Pengelolaan biaya menjadi penting pada tahap ini agar
efisien. Pada tahap ini perusahaan bisa memperoleh ROA tinggi
dibanding tahap-tahap lainnya.
Pada tahap penurunan, perusahaan sudah mulai mengambil ancang-
ancang untuk keluar dari bisnis produk tersebut.
Perkenalan Pertumbuhan Kedewasaan Penurunan

Laba Negatif Positif Positif Positif/negatif


Operasional
Investasi Negatif besar Negatif Positif besar Positif
(Aliran Kas) kecil/positif besar/kecil
kecil
Pada tahap perkenalan, perusahaan sibuk menyiapkan infrastuktur
produk baru dengan melakukan investasi pada pabrik dan peralatan. Ini
semua membutuhkan biaya dan mengakibatkan aliran kas keluar yang
besar. Sementara itu penjualan masih sedikit karena produk tersebut
belum dikenal luas. Akibatnya aliran kas bersih adalah negatif (kas keluar
lebih besar dibandingkan dengan aliran kas masuk).
Pada tahap pertumbuhan, penjualan mulai meningkat tajam.
Pengeluaran mulai berkurang; pengeluaran pada saat itu ditujukan untuk
mengakomodasi permintaan yang semakin meningkat. Aliran kas masuk
bisa negatif (tetapi tidak terlalu besar), bisa juga positif (tetapi belum
terlalu besar).
Pada tahap dewasa, aliran kas masuk sudah mulai meningkat karena produk
sudah semakin dikenal. Aliran kas keluar sudah berkurang jauh karena
adanya faktor learning curve dan skala ekonomi, dan juga pengeluaran
investasi sudah tidak dilakukan lagi pada tahap ini. Sebagai hasilnya,
perusahaan bisa memperoleh aliran kas positif yang cukup besar.
Pada tahap penurunan, permintaan produk sudah mulai melemah,
kompetisi semakin tajam. Pengeluaran investasi ditujukan untuk
mempertahankan posisi produk di pasar. Pada tahap ini aliran kas bersih
masih bisa positif, tetapi mulai mengecil, sampai bisa terjadi aliran kas
negatif.

Perbedaan tahapan dalam siklus produk akan mempengaruhi ROA suatu


perusahaan atau industri.
PERBEDAAN DALAM KOMPOSISI PROFIT
MARGIN DAN PERPUTARAN AKTIVA
Hal-lain yang perlu diperhatikan dalam analisis ROA adalah proporsi Profit
Margin dan Perputaran Aktiva. Berikut adalah beberapa teori yang
menjelaskannya.

a. Pembatasan Kapasitas dan Pembatasan Kompetisi


Perusahaan atau industri yang ditandai dengan biaya yang tetap yang besar
membutuhkan periode yang lama untuk membangun atau menambah kapasitas
produksi akan mempunyai pembatasan kapasitas. Ada batasan atas yang membatasi
jumlah atau besarnya perputaran aset perusahaan. Maka dari itu, dibutuhkan cara lain
untuk memperoleh ROA yang mampu menarik modal ke usaha tersebut. Cara tersebut
yaitu dengan menaikan Profit Margin-nya.
Komposisi Profit Margin/Perputaran Aktiva
Perusahaan atau industri pada umumnya menyukai beroperasi di
Wilayah A. Biasanya tingginya profit margin seperti ini diperoleh dari
hambatan masuk ke industri (barrier to entry). Hambatan tersebut dapat
diperoleh melalui beberapa cara:
1. Biaya investasi yang sangat besar,
2. Risiko yang sangat tinggi,
3. Peraturan.
Faktor-faktor tersebut dapat menjelaskan mengapa industri eksplorasi
minyak atau industri baja cenderung memiliki profit margin yang tinggi
dan perputaran aktiva yang rendah.
• Pada situasi lainnya, perusahaan akan mengalami pembatasan karena
adanya kompetisi. Pada industri-industri yang produknya di jual masal
seperti komoditi, kompetisi yang terjadi merupakan kompetisi
sempurna (perfect competition). Kompetisi yang ketat akan
membatasi profit margin yang bisa dicapai. Maka dari itu perusahaan
akan beroperasi di Wilayah C. Untuk memperoleh ROA yang mampu
menarik modal ke usaha tersebut, perusahaan atau industri harus
menaikan perputaran aktivanya. Cara yang dapat ditempuh adalah
dengan menurunkan biaya investasi dan melakukan pengendalian
biaya. Faktor-faktor tersebut dapat menjelaskan mengapa kebanyakan
retailer dan toko grosir beroperasi di Wilayah C.
• Perusahaan yang beroperasi di Wilayah B memiliki fleksibilitas,
sehingga dapat menggunakan strategi menaikan profit margin atau
menaikan perputaran aktivanya, atau bahkan kedua-duanya.
Pengertian fleksibilitas berkaitan dengan tingkat substitusi strategi
(marginal rate of substitution). Berikut ini adalah ringkasan pengaruh
pembatasan kapasitas dan pembatasan kompetisi.
Wilayah Intensitas Modal Kompetisi Fokus Strategi
A Tinggi Monopoli Profit Margin
B Sedang Oligopoli atau Kompetsisi Profit Margin, Perputaran
Monopolistik Aktiva atau kombinasi.
C Rendah Kompetisi Murni Perputaran Aktiva
b. Strategi Bisnis
Menurut strategi generik yang dirumuskan Michael Porter, ada 3 jenis
strategi generik, yaitu:
1. Diferensiasi
2. Biaya Rendah (low cost strategy).
3. Fokus

Strategi diferensiasi dilakukan dengan jalan mendiferensiasi produk


(membedakan produk) relatif terhadap pesaing lainnya. Dengan
diferensiasi, persaingan harga dapat dihindari dan perusahaan dapat
mengenakan harga yang lebih tinggi (premium price).
Strategi biaya rendah (low cost strategy) dilakukan dengan menekan
biaya perusahaan agar perusahaan memperoleh daya saing harga.

Dengan mengacu pada gambar sebelumnya, maka kecenderungan


pergerakan ke arah A sepanjang kurva ROA menunjukan kecenderungan
ke strategi diferensiasi, sedangkan bila mengarah ke posisi C menunjukan
kecenderungan perubahan ke strategi biaya rendah.
RETURN ON EQUITY (ROE) ATAU RETURN ON COMMON EQUITY (ROCE) –
HH BAB 9
• ROE (Rentabilitas Saham Sendiri atau Rentabilitas Modal Saham)
adalah bagian dari total profitabilitas yang bisa dialokasikan ke
pemegang saham.
• Keuntungan yang diperoleh perusahaan, pertama akan dipakai untuk
membayar bunga utang, kedua untuk membayar saham preferen dan
(kalau ada sisa) akan diberikan ke pemegang saham biasa.
PERHITUNGAN ROE
• 
• Pembilang (numerator) mencerminkan bagian laba yang bisa
dialokasikan ke pemegang saham biasa (hak bersih pemegang saham
biasa) untuk periode tertentu, setelah semua hak-hak kreditur (yaitu
biaya bunga) dan (dividen) saham preferen telah dilunasi.
• Penyebut (denominator) mengukur rata-rata jumlah saham biasa yang
digunakan selama periode tertentu.
HUBUNGAN ANTARA ROA DENGAN
ROE
•  ROA = Return untuk + Return untuk + Return untuk
kreditur saham preferen saham biasa
• Persamaan di atas dapat diperinci lagi sebagai berikut:

= + +
HUBUNGAN ANTARA ROA DENGAN
ROE
• Laba yang diperoleh perusahaan dengan menggunakan aktiva yang
dimilikinya (ROA) dapat dialokasikan ke beberapa pemberi dana, yaitu:
kreditur (menerima bunga), saham preferen (menerima dividen), dan
saham biasa.
• Sisa laba bersih (pembilang/numerator) setelah dikurangi hak pemegang
utang (biaya bunga) dan hak pemegang saham preferen (dividen) akan
menjadi bagian pemegang saham biasa sebagai pemegang hak sisa laba
bersih.
• Pembiayaan aset (penyebut/denominator), bagian aset yang tidak
dibiayai oleh utang atau oleh saham preferen, harus dibiayai oleh saham
biasa.
HUBUNGAN ANTARA ROA DENGAN
ROE
• Bila ROA melebihi biaya modal utang dan biaya modal saham
preferen, maka ROE akan melebihi ROA.
• Sisa kelebihan ROA atas biaya modal utang dan biaya modal saham
preferen menjadi bagian pemegang saham biasa.
• Bila perusahaan menggunakan utang lebih banyak (sepanjang masih
dalam batas utang yang optimal) maka pemegang saham biasa akan
memperoleh return yang lebih besar asalkan ROA lebih besar
dibandingkan dengan biaya utang atau biaya saham preferen. (Lihat
tabel 9.1 contoh 2 di hal 179 dan perhitungannya di hal 180)
HUBUNGAN ANTARA ROA DENGAN
ROE
Tabel 9.1 Pembagian ROA (Hal 179) (Lihat rumus di slide no 25)
ROA Return ke Return ke Return ke
kreditur preferen saham biasa
1. Rate of Return 10/100 2,4/40 1,6/20 6/40
10% 6% 8% 15%
2. Rate of Return 10/100 3/50 1,6/20 5,4/30
10% 6% 8% 18%
3. Rate of Return 10/100 5,4/60 1,6/20 3/20
10% 9% 8% 15%
4. Rate of Return 14/100 2,4/40 1,6/20 10/40
14% 6% 8% 25%
5. Rate of Return 3/100 2,4/40 1,6/20 (1,0)/40
3% 6% 8% (2,5%)
HUBUNGAN ANTARA ROA DENGAN
ROE
Perhitungan untuk contoh 2 (hal 180):
Kelebihan ROA atas biaya utang yang diminta kreditur dikalikan jumlah utang
= (10% - 6%) x 50 = 0,04 x 50 = 2,0
Kelebihan ROA atas biaya saham preferen yang diminta pemegang saham
preferen, dikalikan jumlah saham preferen = (10% - 8%) x 20 = 0,02 x 20 = 0,4
Hak pemegang saham (hak penuh) atas ROA dikalikan jumlah saham biasa
= 10% (sebesar ROA) x 30 = 3,0
Total return ke pemegang saham biasa 5,4
Return untuk pemegang saham biasa (ROE) = 5,4/30 x 100% = 18,0%
HUBUNGAN ANTARA ROA DENGAN
ROE
• Bila penggunaan utang melebihi batas optimal maka akan
menurunkan ROE. (Lihat tabel 9.1 contoh 3 di hal 179 dan
perhitungannya di hal 181)
• Penggunaan utang (leverage) mempunyai keuntungan sekaligus
kelemahan:
• Saat ROA membaik, maka perusahaan akan memperoleh ROE yang
lebih besar. (Lihat tabel 9.1 contoh 4 di hal 179)
• Sebaliknya, saat ROA menurun maka perusahaan akan mempunyai
ROE yang lebih buruk. (Lihat tabel 9.1 contoh 5 di hal 179 dan
perhitungannya di hal 182)
HUBUNGAN ANTARA ROA DENGAN
ROE
Perhitungan untuk contoh 3 (hal 181):
Kelebihan ROA atas biaya utang yang diminta kreditur dikalikan jumlah utang
= (10% - 9%) x 60 = 0,01 x 60 = 0,6

Kelebihan ROA atas biaya saham preferen yang diminta pemegang saham
preferen, dikalikan jumlah saham preferen = (10% - 8%) x 20 = 0,02 x 20 = 0,4

Hak pemegang saham (hak penuh) atas ROA dikalikan jumlah saham biasa
= 10% (sebesar ROA) x 20 = 2,0
Total return ke pemegang saham biasa 3,0

Return untuk pemegang saham biasa (ROE) = 3/20 x 100% = 15,0%


HUBUNGAN ANTARA ROA DENGAN ROE
Perhitungan untuk contoh 5 (hal 182):
Kelebihan ROA atas biaya utang yang diminta kreditur dikalikan jumlah utang
= (3% - 6%) x 40 = - 0,03 x 40 = (1,2)

Kelebihan ROA atas biaya saham preferen yang diminta pemegang saham preferen,
dikalikan jumlah saham preferen = (3% - 8%) x 20 = - 0,05 x 20 = (1,0)

Hak pemegang saham (hak penuh) atas ROA dikalikan jumlah saham biasa
= 3% (ROA dari 10% menjadi 3%) x 40 = 1,2
Total return ke pemegang saham biasa (1,0)

Return untuk pemegang saham biasa (ROE) = (1,0)/40 x 100% = (2,5%)


KOMPONEN ROE
•  ROE = ROA X Leverage yang disesuaikan

Common Earning Leverage Struktur


Leverage (CEL) Modal (LSM)
KOMPONEN ROE
• ROA mencerminkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba
berdasarkan aset yang dimiliki.
• Leverage yang disesuaikan mencerminkan efek penggandaan
penggunaan utang dan saham preferen untuk menaikkan return ke
pemegang saham.
• Common Earning Leverage mencerminkan proporsi laba bersih yang
menjadi hak pemegang saham biasa dari jumlah total laba bersih
operasional.
• Leverage struktur modal mencerminkan sejauh mana aset
perusahaan dibiayai oleh saham sendiri.
KOMPONEN ROE
ROE dalam tabel 9.1 bisa dipecah ke dalam komponen-komponennya
seperti berikut: (Tabel di hal 184)
Situasi ROE = ROA X Leverage yang CEL LSM
disesuaikan
1. 15,0% = 10% x 1,50 0,60 2,5
2. 18,0% = 10% x 1,80 0,54 3,3
3. 15,0% = 10% x 1,50 0,30 5,0
4. 25,0% = 14% x 1,79 0,71 2,5
5. (2,5%) = 3% x (0,83) (0,33) 2,5
KOMPONEN ROE
• Lihat tabel di hal 184: Situasi 2:
• Utang yang semakin tinggi mengakibatkan semakin tingginya bunga,
dan ini mengurangi laba bersih yang menjadi hak pemegang saham.
Akibatnya: pembilang dalam rumus CEL akan menjadi lebih kecil dan
penyebut menjadi lebih besar. Hal ini mengakibatkan nilai CEL akan
menurun.
• Sebaliknya, LSM akan meningkat karena saham biasa semakin
berkurang.
• Efek bersihnya adalah kenaikan leverage yang disesuaikan. Dengan
nilai ROA yang tetap maka ROE akan meningkat.
KOMPONEN ROE
Variabel Hubungan
Leverage Struktur Modal (LSM) dengan Negatif
Common Earning Leverage (CEL)
ROA dengan CEL Positif
LABA PER LEMBAR SAHAM
•  Menghitung Earnings per share (EPS) untuk permodalan yang
sederhana =

• Rata-rata tertimbang jumlah saham biasa yang beredar mencakup


jumlah saham yang beredar awal periode dan jumlah saham yang
beredar akhir periode.
• Emisi saham baru dan pembelian saham kembali akan mempengaruhi
jumlah saham yang beredar.
LABA PER LEMBAR SAHAM
• Apabila perusahaan memiliki opsi atau waran yang beredar,
perusahaan dikatakan mempunyai struktur permodalan yang
kompleks.
• Perusahaan tersebut harus melaporkan 2 macam EPS, yaitu EPS
primer (primary EPS) dan EPS yang disesuaikan (fully diluted EPS).
• Perbedaan EPS primer dengan EPS yang disesuaikan diakibatkan oleh
2 macam surat berharga, yaitu: ekuivalen saham biasa dan surat
berharga lain yang mempunyai potensi untuk ditukar menjadi saham.
LABA PER LEMBAR SAHAM
• Ekuivalen saham biasa adalah surat berharga yang nilainya didasarkan
pada nilai saham biasa atau didasarkan pada kemampuan surat
berharga tersebut untuk bisa ditukarkan dengan saham biasa.
• Contoh: opsi dan waran (karena nilai mereka ditentukan oleh nilai
saham biasa dan kemampuannya untuk ditukar menjadi saham biasa,
tidak ada yield kas dari opsi dan waran).
• Obligasi konvertibel merupakan ekuivalen saham biasa bila nilai
pasarnya ditentukan oleh kemampuannya untuk ditukar menjadi
saham. Tetapi bila harga pasarnya lebih ditentukan oleh yield kas
maka obligasi konvertibel BUKAN merupakan ekuivalen saham biasa.
LABA PER LEMBAR SAHAM
•  Untuk menghitung EPS primer (untuk struktur modal yang kompleks)
adalah:

• Jadi, EPS primer hanya memasukkan penyesuaian untuk ekuivalen


saham biasa saja.
LABA PER LEMBAR SAHAM
• Semua ekuivalen saham biasa diasumsikan sudah ditukarkan menjadi
saham biasa.
• Semua bunga yang dibayarkan ke ekuivalen saham biasa (yang berarti
sudah dipakai untuk mengurangi laba perusahaan) ditambahkan
kembali ke laba bersih (sesudah disesuaikan dengan pajak).
• Untuk penyebutnya: perkataan “yang bisa diterbitkan“ menandakan
ekuivalen tersebut mungkin belum ditukarkan, tetapi pada masa
mendatang ekuivalen tersebut mungkin ditukarkan menjadi saham.
LABA PER LEMBAR SAHAM
• Surat berharga lain yang mempunyai potensi untuk ditukar menjadi
saham adalah semua surat berharga yang tidak dikelompokkan ke
dalam ekuivalen saham biasa.
• Contoh: obligasi konvertibel dan saham preferen yang bisa ditukar
menjadi saham biasa.
• Saham preferen diasumsikan bisa ditukar menjadi saham biasa pada
tanggal 1 Januari. Jika pertukaran jadi dilakukan, berarti tidak ada
dividen untuk saham preferen, sehingga dividen tersebut
ditambahkan kembali ke laba bersih.
LABA PER LEMBAR SAHAM
•  EPS fully diluted mencerminkan potensi penurunan EPS maksimum
apabila semua surat berharga ditukar menjadi saham pada tanggal
yang tercantum di neraca.
• Perhitungan untuk EPS fully diluted adalah sebagai berikut:
LABA PER LEMBAR SAHAM
• Contoh: (lihat hal 186, 188-189)
• Laba bersih Rp 7.500.
• Dividen untuk saham preferen Rp 500 dan saham biasa Rp 1.400. Jumlah
lembar saham preferen yang beredar 500 lembar dan 4.000 lembar saham
biasa yang beredar.
• Terjadi pembelian saham kembali sejumlah 1.000 lembar pada tanggal 1 Juli
senilai Rp 30.000.
• Terdapat opsi yang beredar, yang bisa ditukar menjadi 300 lembar saham biasa.
• Terdapat saham preferen yang bisa ditukar menjadi 1.000 lembar saham biasa.
Saham preferen bukan merupakan ekuivalen saham biasa.
LABA PER LEMBAR SAHAM
•  EPS = = = Rp 2,00 per lembar saham

• EPS primer = = = Rp 1,84 per lembar saham

• EPS fully diluted = = = Rp 1,5625 per lembar saham


LABA PER LEMBAR SAHAM
Penyesuaian untuk struktur permodalan yang kompleks ini dibuat
hanya bila:
a. Efek dari surat berharga tersebut menurunkan EPS (bersifat dilutive
effect) dan
b. Perbedaan EPS primer dan EPS fully diluted dengan EPS sederhana
(untuk struktur modal sederhana) mencapai sedikitnya 3%.
LABA PER LEMBAR SAHAM
Kegunaan EPS:
1. Menganalisis profitabilitas suatu saham.
2. EPS dapat dihubungkan dengan harga pasar saham dengan
menghitung Price Earnings Ratio (PER) = harga pasar saham : EPS.
3. Menentukan harga wajar suatu saham dengan mem-presentvalue-
kan semua aliran kas masuk yang mungkin muncul di masa-masa
mendatang (dengan model discounted cash flow).
4. Menaksir kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa-
masa mendatang dengan menggunakan laba operasional (dari
kegiatan bisnis rutin) pada masa-masa lalu.
LABA PER LEMBAR SAHAM
Kritik terhadap penggunaan EPS (Kelemahan EPS):
1. Tidak mencerminkan ukuran profitabilitas perusahaan karena tidak
memperhitungkan aset yang digunakan untuk menghasilkan EPS.
2. Jumlah lembar saham bukan merupakan ukuran penggunaan modal
yang representatif. Hal ini menyebabkan EPS tidak bisa
dibandingkan antar perusahaan atau antar industri.
3. Tidak konsisten dalam mengukur profitabilitas karena laba (yang
berasal dari keputusan investasi) dibagi dengan jumlah saham yang
beredar (yang berasal dari hasil keputusan pendanaan).

Anda mungkin juga menyukai