Anda di halaman 1dari 14

POLITEKNIK NEGERI MADIUN

Analisis Laporan
Keuangan
Daffa Hanif Ahsani (223209006)
Materi

1 Analisis Rasio

2 Kemampuan Laba dan Pos-Pos Tidak Biasa

3 Kualitas Laba
Analisis Rasio

1
• Rasio Profitabilitas
Mengukur laba atau keberhasilan operasi perusahaan dalam periode waktu tertentu. Labo, atau rugi
memengaruhi kemampuan perusahaan untuk mendapatkan pendanaan melalui utang dan ekuitas. Hal
tersebut juga memengaruhi posisi likuiditas dan kemampuan perusahaan untuk tumbuh.

5. Margin keuntugan
Margin keuntungan (profit margin) adalah perhitungan persentase setiap euro penjualan yang
menghasilkan laba neto. Margin keuntungan dapat dihitung dengan membagi laba neto dengan
penjualan neto. Perusahaan-perusahaan volume tinggi (perputaran persediaan tinggi) seperti
perusahaan ritel dan toko kelontong, biasanya memiliki margin keuntung yang kecil. Sebaliknya,
bisnis-bisnis volume rendah, seperti toko perhiasan atau pabrik pesawat terbang, memiliki margin
keuntungan yang tinggi

Analisis Rasio
6.Perputaran Aset
Perputaran aset (asset turnover) mengukur seberapa efisien perusahaan memanfaatkan asetnya untuk
menghasilkan penjualan. Rasio ini diperoleh dengan cara membagi penjualan neto dengan rata-rata
aset. Hasilnya menunjukkan setiap euro penjualan yang dihasilkan dari setiap euro yang diinvestasikan
pada aset. Kecuali faktor musiman yang signifikan.

7. Imbal Hasil Atas Aset


Sebuah perhitungan profitabilitas yang menyeluruh adalah imbal hasil atas aset (return on asset).
Rasio ini dapat dihitung dengan membagi laba neto dengan  rata-rata.

8. Imbal Hasil Atas Ekuitas pemegang Saham Biasa


Dapat dihitung dengan cara membagi laba neto yang tersedia untuk pemegang saham biasa. Ketika
sebuah perusahaan memiliki saham preferen, dividen preferen (preference dividend) harus dikurangi
dari laba neto untuk menghiting laba yang tersedia untuk pemegang saham biasa.

Analisis Rasio
9.Laba per Lembar Saham
Mengukur besaran laba neto yang diperoleh setiap lembar saham biasa. Dapat dihitung dengan cara
membagi laba neto yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan jumlah rata-rata saham biasa
yang beredar (outstanding shares) dalam tahun tersebut. Jumiah laba neto yang diraih berdasarkan
basis lembar saham menghasilkan sudut pandang yang berguna untuk menentukan profitabilitas.
Istilah "Laba Per Saham" dan "laba Neto Per Saham" merujuk kepada jumlah laba neto yang berlaku
setiap lembar per saham.
10. Rasio Harga Saham terhadap Laba
Rasio harga saham terhadap laba adalah cara yang sering digunakan untuk menghitung rasio harga
pasar setiap saham biasa dibandingkan dengan pendapatan per lembar saham. Rasio harga saham
terhadap laba mencerminkan pengamatan investor atas pendapatan suatu perusahaan di masa depan.

11. Rasio Pembayaran


Mengukur persentase laba yang dibagikan dalam bentuk dividen. Kita dapat menghitungnya dengan
cara membagi dividen tunai dengan laba neto. Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang
tinggi biasanya memiliki rasio pembayaran yang rendah karena perusahaan perusahaan tersebut
menginvestasikan sebagian besar laba neto untuk mengembangkan bisnisnya.

Analisis Rasio
• Rasio Solvabilitas
Mengukur kemampuan perusahaan untuk bertahan dalam waktu yang lama. Kreditur jangka panjang
dan pemegang saham tertarik pada kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan nilai nominal
utang pada saat jatuh tempo.

12. Rasio Utang Terhadap Total Aset


Mengukur persentase total aset yang dibiayai oleh kreditur. Rasio ini dapat dihitung dengan cara
membagi total utang (baik liabilitas lancar maupun tidak lancar) dengan total aset Rasio ini
menunjukkan tingkat leverage perusahaan. Rasio ini juga menunjukkan kemampuan perusahan untuk
bertahan dari kerugian tanpa mengganggu pembayaran bunga kepada kreditur.

13. Rasio Kelipatan Bunga

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar bunga saat jatuh tempo. Rasio ini dapat
dihitung dengan cara membagi laba sebelum beban bunga dan pajak dengan beban bunga.

Analisis Rasio
Kemampuan Laba
dan Pos-Pos Tidak
Biasa

2
Pengguna laporan keuangan tertarik dengan konsep kemampuan laba. Kemampuan laba (earning
power) berarti level laba yang normal untuk diraih di masa depan. Kemampuan laba berbeda dengan
laba neto aktual sebesar pendapatan, beban, laba, dan rugi yang tidak biasa. Pengguna tertarik
dengan kemampuan laba karena kemampuan laba membantu memperkirakan laba masa depan tanpa
"gangguan" dari pos-pos yang tidak biasa.

Operasi yang dihentikan

Operasi yang dihentikan mengacu kepada penghapusan komponen yang signifikan dalam sebuah
bisnis, seperti eliminasi konsumen kelas tinggi, atau keseluruhan operasi. Mengikuti penghapusan
komponen yang signifikan, perusahaan harus melaporkan dalam laporan laba-ruginya laba dari
operasi yang berjalan dan laba (atau rugi) dari operasi yang dihentikan. Laba (rugi) dari operasi yang
dihentikan terdiri atas dua bagian: laba (rugi) dari operasi dan laba (rugi) atas pelepasan komponen.

Kemampuan Laba dan Pos-Pos Tidak Biasa


Perubahan dalam Prinsip Akuntansi

Untuk memudahkan perbandingan, pengguna laporan keuangan mengharapkan perusahaan


menyiapkan laprsan dengan basis yang konsisten dengan periode sebelumnya.  Perubahan dalam
prinsip akuntansi terjadi ketika prinsip yang digunakan pada tahun berjalan berbeda dengan yang
digunakan di tahun sebelumnya. Peraturan akuntansi mengijinkan perubahan ketika manajemen
dapat menunjukkan bahwa prinsip yang baru lebih baik daripada prinsip yang lama.

Laba Komprehensif 

Laba komprehensif (comprehensive income) memuat semua perubahan pada modal selama periode
berjalan kecuali yang berasal dari investasi dari pemegang saham dan distribusi
kepada pemegang saham.

Kemampuan Laba dan Pos-Pos Tidak Biasa


Kualitas Laba

3
Dalam mengevaluasi kinerja keuangan suatu perusahaan, kualitas laba perusahaan penting bagi para
analis. Permasalahan kualitas laba menjadi sangat penting karena skandal akuntansi terbaru
menyatakan beberapa perusahaan menghabiskan terlalu banyak waktu mengelola pendapatannya
dan tidak cukup waktu untuk mengelola bisnisnya. Inilah beberapa faktor yang memengaruhi
kualitas laba.

Metode Akuntansi Alternatif

Variasi di antara perusahaan-perusahaan dalam penerapan IFRS (International Financial Reporting


Standards-Standar Laporan Keuangan Internasional) dapat menghambat perbandingan dan
mengurangi kualitas laba. Sebagai contoh, sebuah perusahaan dapat menggunakan metode harga
rata-rata (average-cost) dalam menghitung persediaan, sedangkan perusahaan lain dalam industri
yang sama dapat menggunakan FIFO. Jika perusahaan merupakan aset signifikan untuk kedua
perusahaan kemungkinan kecil rasio lancar kedua perusahaan tersebut dapat dibandingkan. Sebagai
tambahan pada perbedaan pada metode perhitungan persediaan perbedaan juga muncul dalam
melaporkan beberapa pos seperti penyusutan, deplesi, dan amortisasi. 

Kualitas Laba
Pendapatan Pro Forma

Perusahaan yang sahamnya terbuka untuk publik harus menyajikan laporan laba ruginya sesuai
dengan IFRS Beberapa perusahaan juga menerapkan cara kedua untuk melaporkan pendapatan,
disebut pendapatan pro forma. Pendapatan pro forma biasanya tidak memuat pos yang menurut
perusahaan tidak wajar atau tidak berulang. Untuk menghitung pendapatan pro forma, perusahaan
biasanya dapat tidak menuat pos yang menurut perusahaan tidak cocok untuk mengukur kinerjanya.

Pengakuan Yang Tidak Wajar

Penyalahgunaan yang sering terjadi adalah pengakuan pendapatan yang tidak wajar. Salah satu
praktik yang sering dilakukan perusahaan adalah penggelembungan volume penjualan (channel
stuffing) Menawarkan diskon yang tinggi kepada konsumer, perusahaan mendorong konsumen
untuk membeli barang di awal (menggelembungkan volume penjualan) dibanding di akhir. Hal ini
memungkinkan perusahaan melaporkan pendapatan yang bagus pada periode berjalan.

Kualitas Laba
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai