Anda di halaman 1dari 13

PERENCANAAN PENGADAAN SARANA SANITASI DARURAT PADA

LOKASI PENGUNGSIAN BENCANA ERUPSI GUNUNG SLAMET


DI KABUPATEN BANYUMAS

NAMA

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2021
PERENCANAAN PENGADAAN SARANA SANITASI DARURAT PADA
TEMPAT PENGUNGSIAN BENCANA ERUPSI GUNUNG SLAMET
DI KABUPATEN BANYUMAS

A. Profil Kabupaten Banyumas

Wilayah Kabupaten Banyumas terletak di sebelah Barat Daya dan bagian


dari Propinsi Jawa Tengah. Terletak di antara garis Bujur Timur
108o 39,17,, sampai 109o 27, 15,, dan di antara garis Lintang Selatan
7o 15,05,, sampai 7o 37,10,, yang berarti berada di belahan selatan garis
khatulistiwa.

Batas-batas Kabupaten Banyumas adalah :

1. Sebelah Utara: Gunung Slamet, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang.


2. Sebelah Selatan:Kabupaten Cilacap
3. Sebelah Barat: Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes
4. Sebelah Timur: Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Kebumen dan
Kabupaten Banjarnegara

Luas wilayah Kabupaten Banyumas sekitar 1.327,60 km2 atau setara


dengan 132.759,56 ha, dengan keadaan wilayah antara daratan & pegunungan
dengan struktur pegunungan terdiri dari sebagian lembah Sungai Serayu untuk
tanah pertanian, sebagian dataran tinggi untuk pemukiman dan pekarangan, dan
sebagian pegunungan untuk perkebunan dan hutan tropis terletak dilereng Gunung
Slamet sebelah selatan.

Bumi dan kekayaan Kabupaten Banyumas masih tergolong potensial


karena terdapat pegunungan Slamet dengan ketinggian puncak dari permukaan air
laut sekitar 3.400M dan masih aktif. Kabupaten Banyumas memiliki iklim tropis
basah karena terletak di belahan selatan khatulistiwa. Demikian Juga karena
terletak di antara lereng pegunungan jauh dari permukaan pantai/lautan maka
pengaruh angin laut tidak begitu tampak, namun dengan adanya dataran rendah
yang seimbang dengan pantai selatan angin hampir nampak bersimpangan antara
pegunungan dengan lembah dengan tekanan rata-rata antara 1.001 mbs, dengan
suhu udara berkisar antara 21,4 derajat C - 30,9 derajat C.
B. Potensi Bencana di Kabupaten Banyumas

Gunung Slamet merupakan sebuah gunung berapi yang terdapat di Pulau


Jawa, Indonesia. Gunung ini berada di perbatasan Kabupaten Banyumas dan
Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah. Gunung ini mempunyai empat
kawah di puncaknya. Dengan posisi geografis 7°14 ′30″LS,109°12′30″BT serta
ketinggian 3432 m dpl. Gunung yang berada di sebelah utara kota Purwokerto dan
di sebelah barat kota Purbalingga ini juga mempunyai beberapa sumber air panas.

Aktivitas gunung tertinggi di Jateng itu paling besar terjadi pada 1963,
Saat itu terjadi letusan yang mengeluarkan material dan lahar dari dalam gunung.
Ratusan tahun lalu Gunung Slamet memang pernah meletus. Saat itu gunung itu
masih bernama Gunung Dwipa. Setelah meletus warga sekitar gunung lalu
mengganti nama gunung itu menjadi Gunung Slamet.

Gunung Slamet meletus terakhir pada 12-13 Juli 1988. Fase tidur gunung
sudah cukup lama yakni 21 tahun, sementara kenaikan status terakhir tahun 2014.
Saat itu terjadi letusan yang mengeluarkan material dan lahar dari dalam gunung.

Adapun daerah di Kabupaten Banyumas yang berpotensi terkena dampak


erupsi gunung slamet dapat dilihat pada peta di bawah ini.

Gambar 1.1 Peta Kabupaten Banyumas


Daerah yang rawan terkena dampak dari erupsi Gunung Slamet
Kecamatan Kedungbanteng, Kecamatan Baturraden, Kecamatan Sumbang, Kecamatan
Karanglewas dan Kecamatan Cilongok (BPBD Banyumas, 2012) . Jarak Kecamatan
Baturraden dengan Gunung Slamet ± 10 KM sehingga Pemerintah Kabupaten
menetapkan Kecamatan Baturraden sebagai daerah Ring 1 yang akan dievakuasi
pertama pada saat kenaikan status keaktifan Gunung Slamet Tersebut.

Gambar 1.2 Lokasi Kecamatan Terdekat dengan Gunung Slamet

Di Kecamatan Baturraden terdapat 12 Desa yaitu Purwosari, Kutasari,


Pandak, Pamijen, Kebumen, Rempoah, Karang Tengah, Kemutug Kidul, Karang
Salam, Kemutug Lor, Karang Mangu dan Ketenger. Namun pemetaan resiko
daerah yang terkena erupsi di Kecamatan Baturraden hanya 5 Desa saja yaitu
Karang Tengah, Kemutug Kidul, Kemutug Lor, dan Ketenger.

BPDB Banyumas bersama Pemerintah Banyumas menetapkan


peencanaan titik kumpul evakuasi di Kecamatan Baturraden terdapat pada 2 titik
utama yaitu :

1. Lokasi 1 : Lapangan Kampus 7 Jurusan Kesehatan Lingkungan Jl.Raya


Baturraden KM.12 Karangmangu Kecamatan Baturraden
2. Lokasi 2 : Lapangan Desa Rempoah Kecamatan Baturraden.

Untuk perencanaan Darurat Bencana Erupsi Gunung Slamet, BPDB


Banyumas beserta Pemerintah Kabupaten Banyumas telah melaksanakan rapat
koordinasi yang dilaksanakan dengan berbagai sektor terkait terutama instansi
seperti Dinas Kesehatan, Dinas Perhubungan, Dinas Pendidikan, Dinas Cipta
Karya, TNI dan POLRI serta institusi Pendidikan dalam hal ini Jurusan Kesehatan
Lingkungan Purwokerto dilibatkan untuk melakukan perencanaan Sarana Sanitasi
Darurat pada titik kumpul evakuasi erupsi Gunung Slamet.

C. Estimasi Jumlah Penduduk yang terkena dampak

Jumlah penduduk kecamatan baturraden berdasarkan data BPS


Kabupaten Banyumas Tahun 2014 adalah 50.124 Jiwa. Sedangkan estimasi
jumlah penduduk yang akan di evakuasi saat terjadinya erupsi Gunung Slamet
sejumlah 16.708 Jiwa (4 Desa). Adapun Lokasi Pengungsian yang dibagi menjadi
2 Lokasi yaitu

1. Lokasi 1 : Kampus 7 Jurusan Kesehatan Lingkungan Jl.Raya Baturraden


KM.12 Karangmangu Kecamatan Baturraden mempunyai luas 3,5 Hektar
mampu menampung pengungsi dengan jumlah ± 10.000 jiwa. Direncanakan
yang mengungsi di lokasi ini adalah warga dari Desa Kemutug Lor, Desa
Ketenger dan Desa Karang Tengah.
2. Lokasi 2 : Lapangan Desa Rempoah Kecamatan Baturraden dengan luas 1,5
Ha dapat menampung pengungsi dengan jumlah ± 6.800 jiwa, direncanakan
lokasi ini untuk evakuasi warga desa kemutug kidul.

D. Standar Minimum Sarana Sanitasi Darurat

Perencanaan Sarana Sanitasi Darurat di lokasi evakuasi korban bencana


alam meliputi :
1. Penyediaan Air Bersih

Semua orang didunia memerlukan air untuk minum, memasak dan


menjaga bersihan pribadi. Dalam situasi bencana mungkin saja air untuk
keperluan minumpun tidak cukup, dan dalam hal ini pengadaan air yang layak
dikunsumsi menjadi paling mendesak. Namun biasanya problema–problema
kesehatan yang berkaitan dengan air muncul akibat kurangnya persediaan dan
akibat kondisi air yang sudah tercemar sampai tingkat tertentu. Adapun standar
pemenuhan kebutuhan air bersih antara lain :

a. Persediaan air harus cukup untuk memberi sedikit–dikitnya 15 liter per orang
per hari
b. Volume aliran air ditiap sumber sedikitnya 0,125 liter perdetik.
c. 1 (satu) kran air untuk 80 – 100 orang
d. Waktu antri disebuah sumber air tidak lebih dari 15 menit.
e. Untuk mengisi wadah 20 liter tidak lebih dari 3 menit

2. Penyediaan Air Minum

Air di sumber–sumber harus layak diminum dan cukup volumenya untuk


keperluan keperluan dasar (minum, memasak, menjaga kebersihan pribadi dan
rumah tangga) tanpa menyebabakan timbulnya risiko–risiko besar terhadap
kesehatan akibat penyakit–penyakit maupun pencemaran kimiawi atau radiologis
dari penggunaan jangka pendek. Adapun standar pemenuhan kebutuhan air bersih
antara lain :

a. Disumber air yang tidak terdisinvektan (belum bebas kuman), kandungan


bakteri dari pencemaran kotoran manusia tidak lebih dari 10 coliform per 100
mili liter
b. air harus didisinfektan lebih dahulu sebelum digunakan sehingga mencapai
standar yang bias diterima (yakni residu klorin pada kran air 0,2–0,5
miligram perliter dan kejenuhan dibawah 5 NTU).
c. Kualitas fisik air tidak berbau , tidak berasa dan tidak berwarna.

Gambar 1.3 Instalasi Pengolahan Air Minum di Daerah Bencana


3. Penyediaan Jamban Darurat
a. Tiap jamban digunakan paling banyak 20 orang
b. Penggunaan jamban diatur menurut jenis kelamin.
c. Jarak jamban tidak lebih dari 50 meter dari pemukiman (rumah atau
barak di kamp pengungsian). Atau bila dihitung dalam jam perjalanan
ke jamban hanya memakan waktu tidak lebih dari 1 menit saja dengan
berjalan kaki.
d. Letak jamban dan penampung kotoran harus sekurang–kurangnya berjarak
30 meter dari sumber air bawah tanah.
e. Dasar penampung kotoran sedikitnya 1,5 meter di atas air tanah.
f. Pembuangan limbah cair dari jamban tidak merembes ke sumber air mana
pun, baik sumur maupun mata air, suangai, dan sebagainya 1 (satu)
Latrin/jaga untuk 6–10 orang.

Gambar 1.4 Toilet mobile


4. Pengelolaan Sampah Padat
a. Volume TPS mencukupi untuk timbulan sampah per hari
b. Frekuensi Pengangkutan Sampah ke TPA Gunung Tugel 1 hari sekali
c. Tersedia TPS yang memenuhi syarat kapasitas dan tertutup sehingga
tidak menjadi sarang vektor dan tidak menimbulkan pencemaran di
tempat evakuasi.
d. Estimasi penimbulan sampah per orang per hari 2 liter/orang/hari.
E. Perencanaan

Tabel 1.1 Kebutuhan Sarana Sanitasi Dasar di Lokasi Pengungsian Bencana Erupsi Gunung Slamet
No. Kegiatan Standar Jumlah Jumlah Kebutuhan Sarana Keterangan Metode
Minimal Pengungsi Kebutuhan
1. Air bersih 15 L/Org/Hr Lokasi 1 : 150.000 Tandon Air Perbandingan 1. Teknologi : Rapid Sand
10.000 Jiwa liter/hari Bersih Volume kontainer Air Filter dan Karbon Filter dan
500 liter sebanyak bersih dengan Pompa Hidram
300 kontainer. pengungsi 1 : 34 2. Sumber Air Baku : PMA
Lokasi 2 : 102.000 Tandon Air Perbandingan Kotayasa dan PMA
6.800 Jiwa liter/hari Bersih Volume kontainer Air Ketenger
500 liter sebanyak bersih dengan 3. Distribusi : Sistem
204 Kontainer. pengungsi 1 : 34 Plumbing PVC, dan stop
kran di masing-masing
tenda pengungsian.
4. Kualitas Air Secara
Mikrobiologis di penuhi
dengan cara treatment
menggunakan gas chlor
atau pembubuhan chlorine
dengan metode batch
2. Air minum 2 L/Org/Hr Lokasi 1 : 20.000 Kontainer Air Perbandingan 1. Teknologi : Karbon Filter
10.000 Jiwa liter/hari Minum dengan kontainer Air & Reverse Osmosis dan
kapasitas Volume minum dengan Pompa Hidram.
500 liter sebanyak pengungsi 1 : 250 2. Sumber Air Baku : PMA
40 kontainer. Kotayasa dan PMA
Lokasi 2 : 13.600 Kontainer Air Perbandingan Ketenger
6.800 Jiwa liter/hari Minum dengan kontainer Air 3. Distribusi : Sistem
No. Kegiatan Standar Jumlah Jumlah Kebutuhan Sarana Keterangan Metode
Minimal Pengungsi Kebutuhan
kapasitas Volume Minum dengan Plumbing PVC, dan stop
500 liter sebanyak pengungsi 1 : 242 kran di masing-masing
28 kontainer. tenda pengungsian.
4. PIC : Jur Kesling
Purwokerto

3. Jamban 20 Lokasi 1 : 500 jamban Kebutuhan Perbandingan Toilet mobile dan Toilet yang
darurat Org/Jamban 10.000 Jiwa jamban 500 Jamban dan ada di lokasi pengungsian
jamban darurat pengungsi 1 : 20 (harus diidentifikasi jumlah
Lokasi 2 : 340 jamban Kebutuhan Perbandingan toilet existing yang telah ada
6.800 Jiwa jamban 340 Jamban dan di lokasi pengungsian)
jamban darurat pengungsi 1 : 20 PIC : Dinas PU & Jur Kesling
Pwt
4. Timbulan 2 L/Org/Hr Lokasi 1 : Volume Tempat sampah Perbandingan 1. Pewadahan : Tempat
sampah 10.000 Jiwa timbulan volume 100 lt Jumlah Kontainer sampah tertutup volume
padat sampah : sejumlah 200. Tempat Sampah 100 liter
20.000 TPS dengan dengan pengungsi 2. Pewadahan TPS :
sampah per kapasitas Vol 1 : 50 Kontainer Dump
hari 6000 lt sejumlah 4 Truck khusus sampah.
kontainer 3. Frekuensi pembuangan : 1
dump kali sehari ke TPS
truck. 4. Frekuensi pembuangan
Lokasi 2 : Volume Tempat sampah Perbandingan sampah dari TPS ke TPA :
6.800 Jiwa timbulan 100 lt sejumlah Jumlah Kontainer 1 kali sehari
sampah : 136. Tempat Sampah 5. PIC : Dinas Cipta Karya
13.600 liter TPS dengan dengan pengungsi
sampah per kapasitas Vol 1 : 50
No. Kegiatan Standar Jumlah Jumlah Kebutuhan Sarana Keterangan Metode
Minimal Pengungsi Kebutuhan
hari 6000 lt sejumlah 3
kontainer

dump
truck.
5. Pengendalian Reppelent - Reppelent Tenaga 1. Pencegahan gigitan
Vektor dan Nyamuk : 7 Nyamuk pengendalian nyamuk dengan
Binatang hr x 10.000 - Spray Can vektor penyakit menggunakan reppelent
Pengganggu org = 70.000 - Fogger yang dibutuhkan untuk masing-masing
sachet - Life trap tikus untuk lokasi pengungsi.
reppelent. - Sticky Tapes pertama : 5 2. Mengurangi kepadatan
lalat Orang lalat dengan melakukan
Spray Can spray di TPS lokasi
untuk satu pengungsian oleh
lokasi petugas
membutuhkan 3. Mengurangi kepadatan
2 Spray can. nyamuk dengan
perbaikan sanitasi dan
Fogger untuk melakukan Fogging (jika
satu lokasi diperlukan)
membutuhkan 4. Memasang sticky tapes
4 mesin pada setiap tenda
swing fog pengungsi atau di dapur
umum sebagai sentra
Life trap tikus pengolahan makanan
5. Life trap tikus dipasang
Sticky Tapes di beberapa titik rawan
lalat manifestasi tikus seperti
No. Kegiatan Standar Jumlah Jumlah Kebutuhan Sarana Keterangan Metode
Minimal Pengungsi Kebutuhan
Cockroach camp dekat dengan TPS,
trap gudang logistik makanan
di Lokasi pengungsian
dan tempat yang
dianggap perlu setelah
dilaksanakan survey.
F. Penutup

Demikian Perencanaan ini dibuat sebagai acuan untuk pelaksanaan penyediaan sarana sanitasi darurat di daerah bencana
erupsi Gunung Slamet, semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai