Pengetahuan Dan Karakteristik Bahan 1 2
Pengetahuan Dan Karakteristik Bahan 1 2
KATA PENGANTAR
Usaha dibidang Jasa konstruksi merupakan salah satu bidang yang telah berkembang pesat
di Indonesia, dalam bentuk usaha perorangan maupun sebagai badan usaha skala kecil,
menegah dan besar. Untuk itu perlu diimbangi dengan kualitas pelayanannnya .
Pada kenyataanya saat ini bahwa mutu produk, ketepatan waktu penyelesaian, dan efisiensi
pemanfaatan sumber daya masih relative masih rendah dari yang diharapkan. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah ketersediaan tenaga ahli / trampil dan
penguasaan manajemen yang efisien, kecukupan permodalan serta penguasaan teknologi.
Masyarakat sebagai pemakai produk jasa konstruksi semakin sadar akan kebutuhan
terhadap produk dengan kualitas yang memenuhi standar mutu yang dipersyaratkan.
Untuk memenuhi kebutuhan terhadap produk sesuai kualitas standar tersebut, perlu
dilakukan berbagai upaya, mulai dari peningkatan kualitas SDM, standar mutu, metode kerja
dan lain-lain.
Pelaksanaan konstruksi bendungan yang memerlukan biaya mahal juga mempunyai resiko
yang tinggi bila terjadi kegagalan konstruksi.
Untuk hal tersebut diperlukan adanya Pelaksana Bendungan yang professional, mampu
mewujudkan sasaran dan tujuan tugas pekerjaan (X) sebanyak (Y) kualitas (Z) selesai
tempo (T).
Materi pelatihan pada jabatan pelaksana bendungan ini terdiri dari 10 (sepuluh) modul yang
merupakan satu kesatuan yang utuh yang diperlukan dalam pelatihan untuk jabatan kerja
pelaksana bendungan.
Kami sadari bahwa materi pelatihan ini masih banyak kekurangannya khususnya untuk
modul Pengetahuan dan Karakteristik Bahan, pekerjaan konstruksi SDA.
Dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan kritik, saran, masukan guna perbaikan
dan penyempurnaan modul ini.
Penyusun
i
Pelaksana Bendungan Pengetahuan Dan Karateristik Bahan
LEMBAR TUJUAN
TUJUAN PELATIHAN
ii
Pelaksana Bendungan Pengetahuan Dan Karateristik Bahan
iii
Pelaksana Bendungan Pengetahuan Dan Karateristik Bahan
DAFTAR ISI
v
Pelaksana Bendungan Pengetahuan Dan Karateristik Bahan
RANGKUMAN ................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 9-7
vi
Pelaksana Bendungan Pengetahuan Dan Karateristik Bahan
DESKRIPSI SINGKAT
PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN
2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit
Kompetensi, Elemen Kompetensi dan kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan
kebutuhan pengetahuan, ketrampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen
Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus
pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut
vii
Pelaksana Bendungan Pengetahuan Dan Karateristik Bahan
PANDUAN PEMBELAJARAN
viii
Pelaksana Bendungan Pengetahuan Dan Karateristik Bahan
Waktu = 5 menit
Waktu : 15 menit
Bahan
Materi serahan (Bab1, bagian
ke satu, Pendahuluan
Waktu : 15 menit
Bahan : Materi Bab 3
ix
Pelaksana Bendungan Pengetahuan Dan Karateristik Bahan
Waktu : 25 menit
Bahan : Materi Bab 4 dan Bab
5 Penyebab Kegagalan
Bendungan Urugan dan
Penganan rembesan
Waktu : 30 menit
Bahan
Materi serahan Bab 6, 7, 8
dan bab 9
x
Pelaksana Bendungan Pengetahuan Dan Karateristik Bahan
MATERI SERAHAN
xi
Pelaksana Bendungan Pengetahuan Dan Karateristik Bahan
xii
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Umum.
Sebagian besar bendungan di Indonesia adalah bendungan tipe urugan yang pada
umumnya dibangun dengan inti kedap air dan tanah lempung. Sedangkan untuk
menjaga kestabilannya dalam menahan tekanan air dipergunakan tanah lempung,
sirtu atau batuan.
Namun banyak juga yang menggunakan tipe Homegen dari tanah lempung saja, untuk
menurunkan garis rembesan air untuk bendungan yang menggunakan inti kedap air
dipergunakan lapisan material yang lolos air, misalnya pasir sirtu atau batu sedangkan
yang tipe homogen dipergunakan drainase tumit dari batu.
Bahan kedap air mutlak diperlukan untuk pembangunan bendungan tipe urugan.
Mengingat karakteristik dari bahan kedapan air ini sangat beragam dan dipengaruhi
tingkat kedap air yang terkandung didalamnya. Demikian juga untuk bahan pasir, sirtu
maupun batu terkandung dari tipe material dasarnya dan proses pelapukannya.
Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan adanya seorang pelaksana
Bendungan yang berkwalitas dan maupun memahami karakteristik bahan yang akan
dipergunakan dalam pelaksanaan konstruksi dan mampu memanfaatkan sumber daya
bahan yang tersedia disekitar lokasi pekerjaan.
I -1
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
Jadi maksud dan tujuan dari modul ini adalah untuk memberikan tambahan ilmu
kepada pelaksana Bendungan tentang bendungan serta pengetahuan karakteristik
bahan yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan Konstruksi.
I -2
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
BAB 2
BENDUNGAN URUGAN
P e n e t a p a n suatu tipe bendungan urugan yang paling cocok untuk suatu tempat
kedudukan, didasarkan pada beberapa faktor, terutama :
1) Kualitas dan kuantitas dari bahan tubuh bendungan yang terdapat disekitar tempat
kedudukan calon bendungan
2) Upaya penggarapan/pengerjaan bahan tersebut (penggalian,
pengolahan,pengangkutan, penimbunan, dan lain-lain) termasuk peralatan
kerja.
3) Kondisi geologi lapisan lanah pondasi pada tempat kedudukan calon
bendungan
4) Kondisi al u r .sungai serta lereng kedua tebingnya dan hubungannya dengan
calon bendungan beserta bangunan pelengkapnya.
5) Klimatologi
6) Hidrologi
Yang terpenting dari keempat faktor tersebut diatas adalah usaha untuk mendapatkan
kualita s dan kuantitas bahan tubuh bendungan yang memadai, terutama untuk
bahan pada zona kedap air yang berupa tirai a ta u i n t i kedap air.
Bahan untuk inti kedap air karakteristiknya sangat beraneka ragam, akibat pengaruh
kelembaban serta metode penimbunan ya n g akan digunakan, oleh karena
kartakterist ik dari bahan sudah harus dik t e t a hu i secara detail.
Dengan memperhitungkan penyusutan, volume bahan timbunan yang harus
diperhitungkan disarankan sebanvak 1,5 sampai dengan 2 kali volume
yang dibutuhkan.
2-1
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
sedangkan pasir dan kerikil tidak dapat diperoleh dalam jumlah yang memadai, maka
bendungan homogen merupakan pilihan vang terbaik. Ditinjau dari sudut
pelaksanaan pembangunannya, bendungan homogen merupakan vang paling
sederhana dibandingkan dengan tipe-tipe lainnya, akan tetapi sering dihadapi
masalah yang menyangkut dengan tubuh bendungan. Hal ini disebabkan karena
diseluruh tubuh bendungan terletak di bawah garis rembesan (seepage line),
senantiasa dalam kondisi jenuh , sehingga daya dukung, kekuatan geser serta susut
luncur alamiahnya menurun pada tingkat yang rendah (gambar "I)
Oleh sebab itu tipe homogen hanya menguntungkan untuk bendungan yang
relatif rendah. Untuk bendungan y a n g lebih tinggi d a r i 6 meter, diperlukan sistem
drainase pada bendungan bagian hilir untuk menurunkan garis rembesannya.
Semakin rendah elevasi garis rembesan di bagian hilir dari tubuh bendungan
homogen, ketahanannya terhdap gejala longsoran semakin meningkat dan
stabilitas bendungan akan meningkat pula.
Selain itu apabila garis rembesan memotong lereng hilir suatu bendungan ,
berarti akan terjadi aliran filtrasi keluar ke permukaan lereng dan dapat
munimbulkan gejala erosi buluh (piping) serta sembulan.
Hal in i dapat mengakibatkan keruntuhan atau longsoran-longsoran kecil pada
permukaan lereng.
Beberapa contoh system drainase pada bendungan homogen secara skematis,
ditunjukan pada gambar 2
2-2
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
2-3
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
2-4
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
2-5
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
1) Bendungan tirai
2) Bendungan inti miring
3) Bendungan inti tegak
4) Bendungan sekat (Facing)
Penentuan tipe vang paling sesuai untuk sesuatu tempat kedudukan harus
mempertimbangkan beberapa faktor antara lain kondisi topograrfi, kondisi
pelapisan pondasinya, kualitas serta kuantitas bahan-bahan..
1) Dengan posisi inti kedap air vertikal, maka perpotongan garis lingkaran
suatu bidang luncur dengan inti akan lebih kecil.
2-6
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
Meskipun inti kedap air merupakan zona yang terlemah, namun dengan
posisi inti kedap air vertikal akan menguntungkan stabilitas tubuh
bendungan, terutama untuk bendungan urugan yang tinggi, dengan
demikian kedua lerengnya dapat dibuat lebih curam.
2) Dapat menyesuaikan dengan gejala kondisi dan getaran-getaran sehingga
dapal dihindarkan timbulnya rekahan-rekahan pada tubuh bendungan
3) Kebutuhan bahan inti kedap air relatif lebih sedikit dibandingkan dengan
kebutuhan bahan yang sama pada bendungan tirai,
Disamping itu penggalian pada tempat kedudukan inti akan berkurang,
dan volume pekerjaan sementasi akan berkurang pula.
4) Gradien hydraulic garis rembesan relatif rendah, sehingga lebih aman
terhadap gejala erosi buluh, dengan demikian ketebalan inti kedap air
dapat dipertipis.
Walaupun demikian perlu diingat, bahwa ketebalan setiap jenis i n t i kedap air
mempunyai batas minimum.
Beberapa faktor yang membatasi ketebalan minimum pada inti kedap air adalah:
Pada bendungan urugan dengan inti kedap air yang tipis dan dengan zona
peralihan yang tidak cukup tebal, ketahanan inti semacam ini lerhadap tekanan air
filtrasi tak dapat diandalkan, lebih-lebih lagi apabila pondasi berupa lapisan batuan
(rock layer) dan karenanya dalam pelaksanaan pembuatan inti kedap air ini perlu
dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1) Suatu inti kedap air dengan ketebalan antara 30 sampai dengan 50% dari
tekanan air yang bekerja pada inti tersebut pada umumnya sudah cukup
mampu berfungsi dengan baik dalam kondisi yang terburuk sekalipun.
2) Suatu inti kedap air dengan ketebalan antara 15 sampai dengan 20% dari
tekanan air yang bekerja pada inti tersebut, umumnya dianggap terlalu
tipis.
Waiaupun demikian, apabila pembuatan. rencana teknisinya sangat hati-
2-7
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
3). Suatu inti dengan keketebalan 10% lebih tipis dari tekanan air yang
bekerja pada inti biadanya tak pernah dibuat, kecuali untuk bendungan
yang tak akan rusak, walaupun terjadi kebocoran-kebocoran.
Kelebihan dan kelemahan penggunaan inti kedap air tipis(B/H<0,3) adalah sebagai
berikut: :
1. Pada penggunaan bahan inti yang rendah daya dukungnya, volume yang
dibutuhkan relatif akan lebih kecil, dengan demikian lereng hulu dan
lereng hilir dapat dibuat lebih curam yang berarti volume timbunan untuk
zona-zona lulus air relative akan lebih kecil pula.
2. Karena gradient hidrolis air filtrasi pada permukaan inti kedap air
biasanya relatif lebih besar,maka bahan filter atau bahan semi kedap air
yang besentuhan dengan inti agar dipilih secara seksama.
3. Diperlukan penelitian yang seksama pada kemampuan adaptasi bahan
inti kedap air terhadap kemungkinan terjadainya konsolidasi yang tidak
merata serta gerakan-gerakan atau geseran-geseran sebagian tubuh
bendungan yang disebabkan oleh gempa bumi.
2-8
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
dibandingkan dengan gradasi pada zona lainnya dan dengan ketebalan yang
memadai. Untuk zona lulus air, dipergunakan bahan dengan kekuatan geser yang
tinggi serta mempunyai kemampuan kelulusan yang baik. Terutama untuk zona
sebelah hulu dari zona kedap air perlu diperhatikan agar bahan-bahan tidak mudah
lapuk akibat perubahan dari tingkat kandungan air yang terdapat di dalamnya. Dalam
hal zona lulus airnya sangat tebal, maka agar diatur sedemikian rupa sehingga bahan
yang berbutiran Iebih halus dapat ditempatkan di bagian dalam tubuh bendungan,
sedangkan makin ke arah luar bahan timbunan semakin kasar.
Bahan yang karakteristiknya tidak konstan serta tidak mernenuhi persvaratan di atas
(yang diperoleh dari pondasi, bangunan pelengkap, terowong dan lain-lain), dapat
digunakan untuk zona sembarang, yang biasanya merupakan bagian tubuh
bendungan yang tidak begitu vital (seperti timbunan pada lereng hulu maupun lereng
bendungan).
2-9
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
2 - 10
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
2 - 11
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
2 - 12
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
2 - 13
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
BAB 3
PONDASI BENDUNGAN URUGAN
Syarat pokok y a n g perlu diperhatikan. pada pondasi bendungan tipe urugan adalah
rnampu mendukung bahan timbunan d a l a m keadaan basah (saturated) dan beban di
atasnya, kedap terhadap rembesan untuk moncegah aliran buluh (piping) berta mampu
mencegah kehilangan air y a n g berlebihan.
Di laboratorium perlu dilakukan guna menentukan sifat dasar seperti tahanan
geser dan tekanan air pori. Penyelidikan-penyelidikan bawah permukaan dan
pemahaman sifat dasar pondasi diperlukan untuk disain pondasi.
Pada umumnya pondasi dapat di klasifikasikan dalam kelompok besar sesuai dengan
karakternya yang dominan :
1. Pondasi batuan;
2. Pondasi pasir dan kerikil;
3. Pondasi tanah.
3-1
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
3. Karakteristika kekar.
Katagori batuan beserta karakteristiknya berdasarkan metode Tanaka tersebut disajikan
pada tabel dibawah ini. Metode ini telah digunakan secar luas karena sangat sederhana
ditinjau dari dasar klasifikasi yang hanya menggunakan ”Hammering” dan pengamatan
lapangan, dan sampai sekarang masih berlaku walaupun harus didukung oleh parameter
sifat-sifat mekanik batuan.
2).Erosi buluh (piping) dan sembulan air akibat dari gaya yang ditimbulkan oleh
rembesan
Perbaikan yang diperlukan untuk mengontrol masalah ini harus memperhatikan
ketebalan dan penyebaran lapisan lulus air.
Pasir halus lepas atau lanau yang terdapat pada pondasi dapat menimbulkan
masalah tersendiri. Kesulitan yang ditimbulkan tidak hanya akibat daya dukung yang
rendah atau pemampatan yang tinggi, tetapi juga melaluj fenomena likuifaksi
(liquefaction). Pasir halus dengan keseragaman tertentu pada keadaan Iepas apabila
dipengaruhi oleh getaran yang tiba-tiba seperti gempa dapat mengakibatkan
kehilangan ketahanan geser dan bersifat seperti cairan yang mudah Ieleh.
Fenomena ini sering dijumpai pada pasir sangat halus berbutir seragam dan
berbentuk bulat dengan kepadatan relatif kurang dari 50 %.
3-2
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
3-3
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
3-4
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
3-5
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
BAB 4
PENYEBAB KEGAGALAN BENDUNGAN URUGAN
Pada umumya keruntuhan yang terjadi pada bendungan urugan disebabkan oleh disain vang tidak
mantap karena kurangnya investigasi serta kurangnva perhatian saat pelaksanaan konstruksi dan
pemeliharaan.
Berdasarkan penyebab utamanya, kegagalan bendungan urugan dapat dikelompokan menjadi :
1) KegagaL hidrolik (hydraulic failures);
2) Kegagalan akibat rembesan (Seepage failures);
3) Kegagalan struktural (Structural failures)
4-1
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
4-2
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
4-3
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
a. Limpasan Gelombang
b.Aliran buluh timbunan dan pondasi f. Keruntuhan pada lereng hilir akibat surut cepat
4-4
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
4-5
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
BAB V
PENANGANAN REMBESAN MELALUI PONDASI.
Dalam bab ini dijelaskan beberapa cara penangan rembesan melalui pondasi. Cara
terbaik untuk penanggulangannya tergantung dari kondisi alam setempat, namun pada
umumnya melalui salah satu cara di bawah ini:
5-1
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
5-2
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
Untuk pondasi lapisan kedap airnya cukup dalam, dapat digunakan penghalang sekat
pancang, tirai halang dari semen atau diafragma beton
As Bendungan
Zona Lolos Air Zona lolos Air
Lubang Grouting
Paritan Halang
Lapisan lulus Air
Lapisan Keras
5-3
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
Tumit drainase
10-15m
Penghalang parsial
Lapisan keras
H=2m
Lolos air
Lolos air
Lolos air
Lolos air
Sumur atau
Inti kedap pipa engumpul
air
e.Perbaikan pondasi untuk lapisan kedap air dengan tebal >3 dan <h
Gambar.5 Tipikal perbaikan Pondasi dan paritan
5-4
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
5-5 Parit halang dengan perkuatan semen / Cement bound cut off
Tipe ini biasanya digunakan pada pondasi yang lolos air dimana
mengandung batuan kecil (cablles) dan b atu besar (boulders) material grouting
dipompa m e l a l u i lobang pada pipa bor. Material grouting ditekan ke bawah
dengan hasil akhir berupa formasi silinder-silinder semen. Tirai menerus terbentuk dari
silinder-silnider yang overlap
5-5
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
kedalaman yang direncanakan selanjutnya diisi dengan beton, metode ini cocok
untuk dikerjakan pada tanah pasir.
5-6
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
Jika ketebalan lapisan kedap air sama dengan tinggi tekan air di reservoir maka
tekanan ke atas di bawah lapisan tersebut tidak akan melebihi berat dari lapisan
tersebut karena berat tanah yang jenih, kurang lebih sama dengan dua kali berat air.
Dengan demikian jika ketebalan bagian atas zona kedap air sama dengan tinggi
tekan a i r di waduk, maka tidak ada bahaya terhadap erosi buluh. Pada kondisi ini
tidak diperlukan tindakan perbaikan terhadap pondasi. ]ika bahan lapisan kedap
air bagian atas kurang dari pada tinggi tekan air di waduk, tetapi terlalu tebal
untuk diperbaiki dengan paritan drainase atau bila pondasi lolos air berlapis- lapis,
maka diperlukan sumur drainase.
Sumur drainase harus didisain sampai menembus lapisan lolos air, untuk
mendapatkan pelapisan tekanan yang efisien , kususnya apabila pondasi berlapis-
lapis. Apabila dijumpai lapisan aquifer yang dangkal (tebal 6 m sampai 9 m) maka
sumur dranasi minimal harus menembus 50% dari ketebalan aquifer. Umumnya
kedalaman sumur drainase sama dengan tinggi bendungan. Jarak diantara
sumur-kesumur harus cukup dekat (umumnya diambil sama dengan 15 meter)
u n t u k menangkap rembesan dan. mengurangi tekanan ke atas diantara sumur.
Sumur harus tahan terhadap infiltrasi karena rembesan dan debit tersebut. Sumur
tersebut harus didesain sedemikian rupa sehingga tidak menjadi efektif karena
penyumbatan atau korosi.
Apabila tidak ada usaha pencegahan tersebut di atas sumur drainase harus
didisain sedermikian rupa sehingga gradien antara sumur-kesumur atau bagian
h i l i r sumur t idak melebihi 0,5sampai 0,6. Apabila bagian hilir dilengkapi dengan
berm maka titik gradien ant ara sumur tidak boleh melebihi 0,6 sampai 0,7.
Ukuran lubang saringan sumur, harus sedemikian r u p a sehingga tidak bisa
dilewati oleh butir-butir f ilt er melalui saringan dan harus memenuhi kriteria
sebagai berikut
Gradien filter harus memenuhi pula kriteria yang dijelaskan pada bab 7.4.2
5-7
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
atau digalvanis ulang setelah dilubangi. Disain tipikal dari sumur drainasi ditunjukkan
pada gambar 8. Dalam gambar 9 perbaikan y a n g mamadai untuk kondisi-kondisi
pondasi tersebut adalah sebagai berikut :
Tubuh Bendungan
Sumur
drainase
Radius Y0
5-8
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
5-9
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karateristik Bahan
BAB 6
INSTRUMENTAS1 BENDUNGAN
6. 1. Maksud
Instrumentasi bendungan adalah segala jenis peralatan yang dipasang pada tubuh
maupun pondasi bendungan guna memantau kinerja atau perilaku bendungan, baik
selamasa konstruksi maupun pada tahap operasinya. Dengan demikian diharapkan
bahwa segala bentuk peyimpangan dan perubahan yang terjadi dapat diketahui lebih
awal, sehingga tindakan terhadap hal-hal yang tidak diinginkan dapat dilakukan sedini
mungkin dan menjaga/menjamin keamanannya. Lebih dari itu, secara umum maksud
pemasangan instrumentasi bendungan diantaranya adalah sebagai berikut :
6-1
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karateristik Bahan
Oleh karena itu , jenis instrumen yang diperlukan untuk suatu bendungan, paling
tidak dapat digunakan unfuk memantau permasalahan di atas. Sedangkan
jumlahnya, tergantung kepada dimiensi, desain serta maksud dan kegunaan
bendungan yang dibangun.
6-2
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karateristik Bahan
Walaupun HPI ini tergolong akurat dan bisa diandalkan, namun dewasa ini
sudah jarang digunakan karena peralatan maupun instalasinya relatif mahal
serta diafragmanya sering atau mudah rusak akibat tekanan udara balik yang
kadang tidak terkontrol atau berlebihan.
6-3
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karateristik Bahan
6-4
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karateristik Bahan
6-5
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karateristik Bahan
6-6
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karateristik Bahan
6-7
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karateristik Bahan
6-8
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karateristik Bahan
Diafragma
6-9
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karateristik Bahan
Lempengan Ф 23 cm
berisi minyak
6-10
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karateristik Bahan
Ada beberapa macam, tergantung kepada jenis lubang pemasukan air (inlet) nya, yakni :1.1.
1. Porous Tube Piezometer (PTP) atau Pisometer Tabung Berpori (Gambar 8)
Biasanya digunakan untuk mengukur tegangan air pori pada pondasi, tubuh
bendungan atau Bukit Tumpuan, terutama pada material berbutir halus.
Instalasinya bias dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan konstruksi atau lewat
lubang pemboran setelah konstruksinya selesai. Selain relative murah (diluar
biaya pemboran), instalasi, perawatan dan pengoperasiannya mudah /sederhana,
disamping datanya bias langsung dimanfaatkan. Permasalahan utama pada PTP
adalah penyumbatan pori-pori oleh material berukuran lanau (silt)
Pembacaan bias dilakukan dengan menggunakan pita ukur atau dengan indikator
Muka Air Elektrik (Electric Water Indicator) dan lain-lain
6-11
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karateristik Bahan
6-12
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karateristik Bahan
6-13
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karateristik Bahan
Jenis Pisometer
No. Karakteristik
PipaTerbuka Hidrolik Angin Udara Kawat Getar
1. Lama Penggunaan Lama Lama Pendek Sangat Pendek
2. Ketepatan Data Sedang Rendah Rendah Tinggi
Keterlambatan Waktu Lama Pendek Sangat Sangat Pendek
3.
dilapisan kkedap air Pendek
4. Biaya (Pemboran) Murah - Mahal Lebih Mahal
5. Biaya (Ditimbun/pondasi) Sedang Sedang Lebih Mahal Lebih Mahal
Ganngguan pada Besar Kecil Kecil Kecil
6.
pelaksanaan konstruksi
7. Kesulitan Pemasangan Sangat Sederhana Agak sulit Lebih Sulit Agak sulit
Pembacaan dan Sangat Sederhana Pemeliharaan Pembacaan Sangat
8.
pemeliharaan sulit agak sulit Sederhana
Permasalahan alat Kecil Besar (sesuai Besar Sangat
9.
umur) Kecil
10. Terminal pembacaan Tidak Perlu Perlu Perlu Perlu
Keterbatasan Pada - Masalah Masalah Tidak ada
11.
Terminal pembacaan elevasi jarak
Waktu Pembacaan Lama Sedang Agak Sangat cepat
12.
lama
13. Tekanan pada pori Tak terbaca Terbaca Tak terbaca Terbaca
Identifikasi bila ada Agak sulit Sulit Sulit Mudah
14.
permasalahan alat
15. Pertimbangan lain Pisometer Jenis PTP Memerlukan Perlu Peka terhadap
Tersumbat akibat perawatan pencegahan perubahan suhu
keluar atau secara teratur masuknya
masuknya air secara Guns udara basah
berulang mrnghindari lewat tabung
penyumbatan pemasukan
6-14
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karateristik Bahan
mempunyai hubungan langsung dengan ketinggian muka air waduk. Oleh karena
itu, bila terjadi penningkatan jumlah rembesan yang mencolok tanpa diketahui
penyebabnya atau sumbernya yang jelas, merupakan indikasi adanya
permasalahan pada tubuh atau pondasi bendungan. Demkian pula bila air
rembesan berubah warna atau keruh dengan meningkatnya jumlah sedimen
yang terkumpul merupakan indikasi tejadinya erosi buluh (piping).Ada bebrapa
jenis alat pengukur rembesan, anlara lain:
Penghitung pengukur aliran (Flowmeter), flume, wadah terukur, wadah
terkalibrasi.
Bendung termasuk jenis yang sederhana, karena bagian-bagian yang kritis
mudah dipantau dan diinspeksi, pengoperasian yang kurang tepat mudah
dideteksi dan mudah dikoreksi. Bendung yang biasa digunakan adalah jenis
standar guna memudahkan perhitungan, yakni dengan mengunakan rumus
sederhana atau dengan menggunakan Tabel Referensi, berdasarkan pada jarak
vertikal antara muka air dengan puncak bendung (crest) yang besarnya bisa
dibaca secara langsung pada papan duga.
Terdapat beberapa jenis bendung standar, diantaranya adalah Bendungan Sisi
Tegak, Cipolleti, dan V-Notch (gamhar, "I I).
Jenis sisi Tegak memannjang (Suppressed Retangular Weir) dan V-Notch
termasuk jenis yang handal dan terpercaya
Apabila laju rembesan relatif kecil (< 5 lt/dtk) biasanya digunakan jenis V- Notch
yang bersudut 22,50 atau 450 . Antara 5-10 lt/dtk digunakan jenis 900 V-Notch.
Sedangkan untuk laju rembesan di atas 10 lt/dtk, biasanya digunakan jenis
bendungan yang lain.
Bila relatif sangat kecil digunakan jenis wadah terukur.
Parshal Flume adalah saluran terbuka dengan bentuk dan dimensi tertentu
dimana laju rembesan dihitung dengan menggunakan Tabel dan Daftar sesuai
dengan lebar saluran serta beda tinggi muka air (head) antara bagian hulu dan
hilir sebagai variabel
6-15
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karateristik Bahan
6-16
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karateristik Bahan
Dewasa ini jenis alat ukur gerak internal yang sering digunakan adalah :
a. Inklinometer
Untuk mengukur/memantau gerak-gerak mendatar (Lateral) sering kali terjadi pada
batuan pondasi, tubuh bendungan ataupun pada bukit tumpuan. Juga gerak-gerak
vertikal atau amblesan yang diakibatkan oleh proses konsolidasi.
Karena mempunyai 2 (dua) fungsi ganda sekaligus, pengoperasian dan
perawatannya membutuhkan opetator yang betul-betul terlatih baik serta
berpengalaman sehingga mengetahui ada tidaknya penyimpangan dan anomali-
anomali yang terjadi. Peralatan inklinometer terdiri atas serangkaian pipa-pipa
selongsong (casing) dari alumimium (panjang 1,5 - 3 m) yang bagian dalamnya
mempunya 2 (dua) pasang alur yang posisinya saling tegak lurus danberfungsi
sebagai pegangan roda dari alat ukur atau probe (servo accelerometer) yang
sering disebut Inklinometer Probe ((Gambar. 12)
Pipa-pipa casing ini bisa dipasang secara vertikal ataupun miring formasi yang
akan diukur. Dengan perantara kabel, terpedo dihubungkan dengan unit pembacaan
yang bisa menampilkan data pembacaan secara visual (digital) sekaligus
mencatatnya secara otomatik ke dalam pita kaset.
6-17
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karateristik Bahan
6-18
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karateristik Bahan
tergolong tinggi.
6-19
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan dan Karateristik Bahan
6-20
Pelatihan Pelaksanaan Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
BAB 7
PERLINDUNGAN LERENG
Pelindung hamparan batu (rip-rap) dianggap yang paling baik dengan karakteristiknya
sebagai berikut :
1) Dapat mengikuti proses penurunan tubuh bendungan;
2) Mempunyai daya reduksi yang benar terhadap jangkauan hempasan ombak;
3) Tahan lama dibawah tekanan air yang besar;
4) Relative murah (lebih-lebih apabila tempat penggalian bahan batu tidak jauh
letaknya).
Kelebihan dan kelemahan dari berbagai tipe konstruksi pelindung secara singkat
diuraikan pada table 4.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam konstruksi pelindung lereng adalah
sebagai berikut :
1) Bahan haru cukup mampu bertahan (tidak pecah) terhadap gilasan alat-alat
pemadatan, kekuatan hempasan ombak dan pengaruh-pengaruh pergantian
kondisi basah dan kondisi kering secara terus menerus.
7-1
Pelatihan Pelaksanaan Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
7-2
Pelatihan Pelaksanaan Bendungan Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
Masalah erosi pada lereng hilir akibat aliran permukaan secara efektif dapat dikontrol
dengan gebalan rumput (turfing). Untuk daerah yang tidak cukup untuk memelihara
gebalan rumput dapat digunakan berm atau merode control erosi yang lain.
7-3
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan Dan Karakteristik Bahan
BAB 8
BAHAN TIMBUNAN TUBUH BENDUNGAN
Bahan untuk bendungan urugan berasal dari batu atau tanah yang digali dari daerah di
sekitar tempat kedudukan calon bendungan. Tipe bendungan biasanya tergantung dari jenis,
kualitas serta kuantitas bahan yang tersedia di daerah ini.
Secara umum bendungan urugan membutuhkan bahan untuk zona peralihan dan zona lulus
air.
Beberapa kriteria dari persyaratan tersebut di atas kiranya dapat diikuti sebagai berikut:
8.1.1 Koefisien filtrasi
Koefisien filtrasi(K) dari bahan untuk zone kedap air tidak melebihi nilai 1 x 10-5
cm/dt dan untuk amannya dianjurkan agar menggunakan bahan dengan nilai K
yang tidak melebihi 1 x 10-5 cm/dt. Semakin halus butiran suatu Kekuatan geser
bahan terutama ditentukan oleh dsaya kohesi © dan sudut geser dalamnya (Q).
Pada umumnya suatu bahan dengan harga D=95% sampai 98 merupakan
harga yang cukup baik untuk digunakan penimbunan tubuh bendungan.
Sedangkan bahan dengan harga D=90 sampai 95 biasanya untuk bendungan
dari timbnan bahan berbutir halus, dimana penimbunannya dilakukan pada
kondisi kelembaban didaerah yang lebih basah.
Bahan, koefisien filtrasinya semakin rendah dan nilai K biasanya sudah dapat
diperkirakan berdasarkan besarnya prosentase butiran pada bahan yang dapat
melalui saringan No.300. Hasil-hasil penelitian menunjukan, bahwa apabila
suatu bahan, dimana butiran halus yang dapat melalui saringan No.200 lebih
rendah dari 7% maka bahan tersebut biasanya lulus air. Akan tetapi apabila
lebih dari 50% yang dapat melalui saringan tersebut, maka bahan tersebut tak
8-1
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan Dan Karakteristik Bahan
dapat dipergunakan sebagai bahan kedap air, akan memberikan nilai K yang
berbeda, apabila tingkat kepadatannya dan angka kadar airnya berbeda-beda.
Nilai K suatu bahan menjadi rendah pada tingkat kelembaban yang agak lebih
basah dari angka kadar air optimumnya
8-2
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan Dan Karakteristik Bahan
2) bahan yang tersedia untuk zone kedap air merupakan bahan berbutir
halus, sehingga dengan pemadatan yang ringan, tingkat
kekedapannya dapat dicapai dengan mudah.
3) Kelembaban bahan terletak pada daerah yang lebih basah dari titik
optimum.
Maka penggunaan mesin pemadat (Roller) ringan merupakan alat yang paling
sesuai dan paling menguntungkan.
8.1.5. Montmorillonite
Tanah dari jenis montmorillonite ini perlu diwaspadai karena sifatnya yang
mengembang apabila kena air dan dapat merusak material inti bendungan
lainnya atau material ini akan mendesak lapisan zone fiter didekatnya sehingga
lapisan filter menjadi tipis. Disamping sifat tersebut montmorillonite juga
bersifat dispersive atau mudah larut.
Stabilitas jelek, water content (kandungan air) bervariasi, mungkin dapat
digunakan untuk material timbunan namun dengan pengawasan yang ketat,
untuk mencegah bocoran maupun aliran buluh (piping).
8-3
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan Dan Karakteristik Bahan
8-4
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan Dan Karakteristik Bahan
Tabel 5 Hasil pengujian tri-sumbu dalam skala yang besar untuk bahan zone
transisi(Dilakukan oleh Department of civil Engineering, U.S. Army, Electric
Power Co.In France)
Sudut geser dalam suatu bahan akan besar pada bahan-bahan yang bentuk
butirannya bersegi-segi, kekerasan dan kestabilan tinggi, gradasinya baik dan
tingkat kepadatannya tinggi.
Bahan-bahan pasir ataupun kerikil yang akan dipergunakan untuk lapisan filter,
disarankan agar mempunyai kesanggupan menahan keluarnya butiran-butiran
8-5
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan Dan Karakteristik Bahan
halus dari susunan bahan pada zone yang dilindungi, akan tetapi mempunyai
kemampuan kelulusan yang memadai untuk menampung air filtrasi dari zone yang
dilindungi dan melintasi lapisan filter secara terarah serta teratur, yang selanjutnya
mengalir ke hilir melalui system drainase. Agar filter dapat berfungsi sebagai
penahan keluarnya butiran-butiran halus dari susunan zone yang dilindungi, maka
ke dua bahan tersebut sekurang-kurangnya harus memenuhi persyaratan :
b) F15/B15>5
F15/B85<5
Keterangan :
F15: ukuran butiran bahan filter yang terletak di garis 15% pada
kurva gradasinya.
B15: ukuran butiran bahan zone yang dilindungi yang terletak di
garis 15% pada kurva gradasinya
B85: ukuran butiran bahan zone yang dilindungi yang terletak di
garis 85% pada kurva gradasinya.
8-6
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan Dan Karakteristik Bahan
maupun dengan ketebalan filter yang mungkin dapat dicapai dan mungkin pula
disesuaikan dengan hal-hal lain yang akan mempengaruhi fungsi dari filter tersebut.
Penentuan filter, bukan hanya didasarkan pada perhitungan-perhitungan teoritis,
tetapi juga dipertimbangkan faktor-faktor praktis serta faktor keamanan lainnya.
Sebagai contoh dapat kiranya uraian sebagai berikut :
Apabila diperoleh bahan pasir sungai berbutir hampir seragam dan butirannya
berbentuk bulat dengan koefisien filtrasi K= 1 x 10-2 ~1 x 10-3 cm/dt , maka secara
teoritis bahan seperti ini dapat digunakan sebagai filter dengan ketebalan antara 20
s/d 30 cm saja.
Akan tetapi dengan mempertimbangkan faktor-faktor praktis dan faktor-faktor
keamanan baik pada saat penimbunannya, maupun exploitasinya serta faktor
besarnya debit filtrasi yang harus diluluskan, maka dalam pelaksanaannya filter dari
bahan semacam ini dapat mencapai ketebalan anatara 2 sampai 3 meter.
8-7
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan Dan Karakteristik Bahan
Seyogyanya hanya sudut geser bahan batu ini ditetapkan berdasarkan hasil
pengujian dilapangan (large scale test).
Kestabilan karakteristika bahan, merupakan faktor yang mutlak diperlukan, karena
pada tubuh bendungan, bahan ini harus mampu bertahan sepanjang umur
exploitasi yang biasanya melebihi lima puluh tahun. Karenanya pada setiap butiran
batu dan mempunyai daya tahan yang tangguh terhadap pengaruh air maupun
pengaruh atmosfir lainnya. Semakin besar ukuran setiap batu serta semakin massif
batu tersebut, maka bahan ini berbutir halus hanya mencapai 4%, maka bahan
campuran ini akan bersifat semi kedap aiar (akan sukar meluluskan air melalui
lapisan bahan campuran seperti ini).
Mengingat hal-hal tersebut, maka terutama pada bahan timbunan yang berasal dari
dasar sungai yang diambil dengan mesin dali seret (drag line), agar diperhatikan
betul-betul kandungan butiran yang halus, agar tidak melebihi persyaratan seperti
yang diuraikan di atas.
8-8
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan Dan Karakteristik Bahan
Apabila bahan batu tersusun dalam gradasi ukuran kecil, maka pemadatan yang
dilakukan dengan metode pemadatan perlapisan (placement compaction methode)
merupakan cara pemadatan yang paling baik, sedangkan untuk bahan batu
bergradasi besar pemadatan dilakukan dengan metode pemadatan menuang
ratakan (dumping and slincing compaction methode) dan merupakan cara yang
paling sesuai .
8-9
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan Dan Karakteristik Bahan
Selanjutnya apabila bahan batu mengandung 7% butiran halus (yang dapat melalui
saringan No.200 dengan ukuran lubang 0,074mm), maka bahan campuran ini akan
bersifat kedap air. Akan tetapi apabila kandungan bahan komposisi bahan tersebut
dan metode pencampurannya. Jika diperlukan zone sembarangan ini dapat dibagi
dalam beberapa sub zone lagi.
Seperti yang telah diuraikan terdahulu, apabila terpilih bendungan sekat, maka
bahan-bahan seperti beton aspal, beton bertulang, bahan-bahan pelapis kedap air,
biasanya digunakan sebagai sekat pencegah aliran filtrasi mengalir melalui tubuh
bendungan. Akan tetapi pada perhitungan stabilitas bendungan terutama
perhitungan longsoran, kekuatan geser bahan-bahan ini biasanya diabaikan.
8-10
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan Dan Karakteristik Bahan
8-11
Pelatihan Pelaksanaan Bendungan Pengetahuan Karakteristik Bahan
BAB 9
BAHAN UNTUK PEKERJAAN JALAN PUNCAK BENDUNGAN
9.1. Umum
Bahan perkerasan lentur terdiri dari agregat : Pasir, kerikil pecah dan aspal, sedangkan
perkerasan kaku terdiri dari beton. Untuk jalan inspeksi cukup dengan perkerasan
lentur karena volume lalu lintas dan beban as kendaraan tidak seperti yang ada pada
jalan raya umum.
9.2.1. Pasir
Pasir adalah material berbutir yang dihasilkan oleh pelapukan alami batuan
atau pecahan batuan pasir-batu. Terdapat beberapa jenis pasir denan masing-
masing gradasi tertentu.
a. Pasir angin
b. Pasir danau
Pasir berbutir halus dan bulat umumnya dicampur dengan pasir kasar.
Umumnya berukuran antara No. 40 sampai No. 200.
c. Pasir sungai
Pasir yang dibawa oleh air dan menggelinding antar butiran sehingga tidak
bersudut tajam. Umumnya bebas dari Lumpur dan berbutir halus dengan
ukuran butiran antara No. 4 sampai No. 100.
9-1
Pelatihan Pelaksanaan Bendungan Pengetahuan Karakteristik Bahan
e. Pasir gunung
Pasir yang berasal dari deposit alami dengan sedikit atau tanpa kerikil.
Umumnya berukuran antara 3/8” sampai No. 200
f. Pasir buatan
Pasir yang diperoleh dari pengayakan batu pecah mesin lolos No. 4.
9.2.2. Kerikil
Kerikil diperoleh dari pelapukan alami batuan, berukuran lebih besar dari pasir
yang dianggap bertahan No. 4 atau 1/4”.
Kerekil yang bersih berasal dari kerikil sungai dengan ukuran antara 1/4”
sampai 1/2”.
b. Kerikil sungai
Kerikil yang dapat dijumpai pada hulu maupun hilir, terdiri dari butiran bulat
berukuran diatas 1/4” dengan permukaan yang halus bercampur dengan psir
sungai, umumnya bebas dan tanah dan danau. Material yang lolos 1/4” ini
termasuk pasir sungai.
c. Kerikil gunung
Batu pecah dihasilkan dari pemecahan mekanik dan berbagai jenis batuan atau
berangkal. Contoh : batu kapur, granite, batuan singkapan, quartzite dsb.
9-2
Pelatihan Pelaksanaan Bendungan Pengetahuan Karakteristik Bahan
c. Secondary crusher
Secondary crusher adalah bagian dari batu pecah yang lolos 1/4” atau No. 4.
Umumnya bergradasi baik meskipun terdapat kekeurangan pada No. 40
sampai No. 100.
d. Terak (slag)
Terak adalah bahan bukan logam yang diperoleh dari tungku pemanasan
logam, mengandung silikat dan slumino silikat serta bahan dasar lainnya.
Terak dengan mutu yang baik akan memberikan perkerasan yang baik
meskipun seringkali terdapat terak yang porous dan menyerap banyak
aspal.
Bitumen sering diartikan sebagai aspal, sebenarnya tidak demikian karena tar
juga mengandung bitumen. Selanjutnya hanya dibahas aspal sebagai bahan
bitumen. Semua aspal diperoleh dari destilasi minyak mentah bumi (crude oil)
baik secara mekanik maupun alami.
1. Aspal Alam
Dari hasil destilasi minyak tanah bumi akan diperoleh beebagai jenis minyak
seperti : bensin, solar, minyak tanah dsb. Residu dari hasil destalasi ini
9-3
Pelatihan Pelaksanaan Bendungan Pengetahuan Karakteristik Bahan
adalah aspal, namun aspal ini masih melalui proses semi blown baru
diperoleh aspal penetrasi 60/70 dan aspal keras (asphalt cemen) jenis
lainnya.
1. Aspal Keras
Aspal keras adalah yang dalam temperatur kamar berbentuk padat dan
keras. Aspal ini dirancang dengan memilih penetrasi, kekerasan yang
sesuai untuk pelaksanaan, iklim dan jenis lalu lintas, dari suatu
perkerasan.
2. Aspal Cair
a. Aspal cair penguapan lambat (slow cruing liquid asphalt) Aspal cair
jenis ini dapat berupa residu yang mengandung sedikit minyak berat
atau campuran antara aspal keras dengan minyak residu. Untuk
mencapai kelecakan (workability) yang lebih baik maka aspal jenis
ini harus dipanaskan dan umumnya digunakan untuk campuran
dingin. Contoh : SC – 800.
9-4
Pelatihan Pelaksanaan Bendungan Pengetahuan Karakteristik Bahan
Aspal ceir jenis ini diperoleh dengan mencairkan aspal keras dengan
bensin. Karena penguapan bensin jauh lebih cepat dari minyak
tanah maka aspal cair ini dikenal dengan nama aspal cair
penguapan cepat. Umumnya digunakan untuk tack coat. Contoh :
RC – 70.
Angka yang lebih tinggi menunjukkan aspal cair yang lebih kental
misalnya RC – 250 lebih kental dari RC – 70, angka ini menunjukkan
syarat viskositas kenematik minimum dari aspal cair tersebut.
3. Aspal Emulsi
Jika air dicampur dengan minyak maka keduanya akan memisah. Agar
tecampur dalam suspensi maka diperlukan bahan ketiga seperti sabun
yang ditambahkan untuk memperlambat pemisahan. Dalam hal yang
sama, aspal keras dan air dicampur dengan menggunakan bahan
pengemulsi untuk memperlambat pemisahan. Terdapat banyak bahan
pengemulsi baik organik maupun inorganik seperti lempung koloidal,
silica yang dapat maupun yang tidak dapat dilarutkan, sabun, minyak
sayur sulfonat.
Jika aspal emulsi breaks up atau stes up, maka air mengalir atau
menguap meninggalkan aspal. Penanganan aspla emulsi harus
diperhatikan khusus agar reaksi dini akibat tekanan, panas atau dingin
yang berlebihan, tidak terjadi. Kecepatan reaksi sangat ditentukan oleh
jumlah dan jenis bahan pengemulsi yang digunakan. Jika aspal emulsi
breaks up maka warna aspal semula coklat berubah menjadi hitam.
Aspal emulsi jenis kationik (ion positif) cocok untuk jenis batuan yang
mengandung ion negative. Meskipun demikian, aspal kaitonik dapat
digunakan untuk semua jenis batu.
Aspal emulsi jenis anionic (ion negative) cocok untuk jenis batu yang
mengandung ion positif.
Aspal emulsi menurut kecepatan reaksinya terdiri dari :
▪ Reaksi cepat (rapid setting)
9-5
Pelatihan Pelaksanaan Bendungan Pengetahuan Karakteristik Bahan
9-6
Pelatihan Pelaksanaan Bendungan Pengetahuan Karakteristik Bahan
DAFTAR PUSTAKA
9-7
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan Karateristik Dan Bahan
RANGKUMAN.
Mengingat karakteristik dari bahan kedap air sangat beragam dan dipengaruhi oleh
beberapa faktor misalnya koeffisien filtrasinya, kekuatan gesernya, proses
konsolidasinya dan lain lain maka perlu kiranya seorang Pelaksanan Bendungan yang
berkualitas dan memahami karakteristik bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam
pelaksanaan konstruksi bendungan
Disamping hal tersebut seorang Pelaksana Bendungan perlu pula mengetahui
pengetahuan tentang perihal bendungan mengingat untuk apa bahan - bahan tersebut,
bagaimana cara atau metode kerja yang diterapkan, dan akibatnya bila gagal
melaksanaannya.
Sebagai rangkuman dari materi pelatihan modul ini, meliputi atara lain :
BAB I PENDAHULAN.
Meliputi Pandangan Umum, ruang lingkup pekerjaan pelaksanaan Bendungan
serta maksud dan tujuan perlunya seorang Pelaksana Bendungan
mengetahui serta memahami tentang Pengetahuan tentang bendungan serta
karakteristik bahan yang akan dipergunakan dalam pelaksannaan konstruksi
bendungan.
BAB 2. BENDUNGAN URUGAN.
Meliputi penjelasan tentang kriteria dasar pemilihan tipe berdasarkan
karakteristik bahan yang teredia didekat lokasi serta mengenai hal hal yang
dianggap penting untukmmasing masing tipe.
BAB 3. PONDASI BENDUNGAN.
Meliputi penjelasan tentang klasifikasi kelompok pondasi berdasarkan
karakteristiknya serta sifat dan karakter dari masing masing jenis pondasi.
BAB 4. PENYEBAB TERJADINYA KEGAGALAN BENDUNGAN.
Menjelaskaan tentang faktor utama penyebab terjadinya kegagalan
konstruksi bendungan. .
BAB 5 PENANGANAN REMBESAN MELALUI PONDASI.
Menjelaskan cara cara / metode penanganan rembesan melalui pondasi
atau dasar bendungan.
BAB 6. INSTRUMENTASI.
Menjelaskan maksud dari pemasangan instrumentasi pada
pembangunan konstruksi bendungan serta menjelaskan jenis intrumentasi
yang biasa di pasang pada bendungan tipe urugan
Pelatihan Pelaksana Bendungan Pengetahuan Karateristik Dan Bahan