Anda di halaman 1dari 14

Massa Udara Sebagai Faktor Pengendali Cuaca / Iklim

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Meteorologi dan Klimatologi
yang dibimbing oleh Bpk. Dwiyono Hari Utomo

Oleh :

Annisa Qomariah 120721435358

Aprilia Dwi R.P.W 120721435441

Ringga Pridiatama 120721435484

Miftahul Huda 120721435477

Muhamad Fanani 120721403785

Taufiq Hakim 12072143540

Yulianto

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
SEPTEMBER 2013
Massa Udara Sebagai Faktor Pengendali Cuaca / Iklim

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Metolorogi dan klimatologi merupakan ilmu tentang atmosfer di muka
bumi. Meteorologi erat kaitannya dengan klimatologi yaitu ilmu yang
mempelajari iklim. Iklim adalah jalannya keadaan cuaca atau keseluruhan
keadaan dari gejala cuaca dari daerah tertentu sepanjang tahun atau keteraturan
. unsur atau pengendali cuaca dan iklim diantaranya masa udara, angin, curah
hujan, tekanan udara, arus laut, badai dan sebagainya.
Massa udara merupakan bagian atmosfir yang tebalnya mencapai
ribuan meter dari permukaan tanah dan meluas sampai ribuan meter persegi.
Suhu dan kelembabannya serba sama dalam arah mendatar. Udara yang
menetap untuk waktu yang cukup lama di atas permukaan bumi, sifatnya
cenderung menjadi ciri khas permukaan bumi itu, dimana permukaan bumi itu
berbeda. Jika sifat permukaan tersebut kurang lebih sama untuk daerah yang
luas, seperti bentangan samaudera yang luas atau bentangan daratan yang luas,
maka sifat udara di atas permukaan yang luas dan hampir seragam itu menjadi
hampir seragam pula dalam bidang horizontal. Udara yang mempunyai sifata
hampir seragam untuk daerah yang luas itu disebut massa udara. Sifat-sifat
udara yang dimaksudkan itu terutama suhu dan kelembapan.
Karakteristik cuaca dalam massa udara bergantung pada dua sifat dasar,
yaitu sebaran suhu kearah tegak dan kadar airnya. Sebaran suhu kearah tegak
menyatakan kemantapan massa udara. Karena kemantapan erat kaitannya
dengan gerak vertikal didalam massa udara, maka sebaran uap air kearah atas,
bentuk kondensasi, dan jumlah curah hujan, semuanya ditentukn oleh sebaran
suhu kearah tegak.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian massa udara?
2. Bagaimana mengidentifikasi massa udara?
3. Bagaimana penggolongan massa udara?
4. Apa pengertian front dan ciri-ciri dari front udara?
5. Bagaimana perubahan massa udara terjadi di permukaan bumi?

C. TUJUAN
1. Membahas hal-hal yang berkaitan dengan faktor-faktor pengendali cuaca
atau iklim yang salah satunya adalah massa udara.
2. Untuk memahami pengertian massa udara.
3. Untuk mengetahui penggolongan massa udara.
4. Untuk memahami pengertian front dan sifat-sifatnya.
5. Untuk mengetahui perubahan massa udara.
BAB II
PEMBAHASAN

A. MASSA UDARA
Udara yang menetap untuk waktu yang cukup lama di atas suatu bagian permukaan
bumi, sifatnya cenderung menjadi cirikhas permukaan bumi itu, dimana permukaan bumi itu
berada. Jika sifat permukaan tersebut kurang lebih sama untuk daerah yang luas, seperti
bentangan alam samudera yang luas dan hampir seragam itu menjadi hampir seragam pula
dalam bidang horizontal. Udara yang mempunyai sifat hamper seragam untuk daerah yang
luas itu disebut dengan massa udara.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ,massa udara adalah atmosfer yang
homogeny dan luas, kadang-kadang meliputi ratusan kilometer dengan karakteristik suhu
dan kelembapan tertentu.
Massa udara juga dapat didefinisikan sebagai sekelompok besar udara
dimana suhu, kelembaban, dan stabilitas hidrostatikan yang relatif seragam
pada arah horizontal. Kawasan sumber diartikan sebagai permukaan yang
homogeny dimana massa udara terbentuk.
Massa udara memiliki tebal mencapai ribuan meter dari permukaan tanah dan
meluas hingga ribuan kilometer2. Suhu dan kelembapannya serba sama dalam arah
mendatar. Karakteristik cuaca dalam massa udara bergantung pada dua sifat dasar, yaitu:
sebaran suhu kearah tegak dan kadar air. Sebaran suhu kearah tegak menyatakan
kemantapan massa udara. Karena kemantapan erat kaitannya dengan gerak vertical
didalam massa udara, maka sebaran uap air kearahatas, bentuk kondensasi dan jumlah
curah hujan, semuanya ditentukan oleh sebaran suhu kearah tegak..
Diseluruh muka bumi kawasan massa udara diklasifikasi menjadi empat
lokasi, yaitu :
1. Samudera-samudera tropis dan subtropics hangat.
2. Padang pasir continental subtropis yang panas.
3. Samudera lintang tinggi yang relative dingin.
4. Benua lintang tinggi yang dingin dan kawasan es atau salju.
Dari empat kawasan sumber terbentuk empat kelas massa udara, yaitu :
1. Maritimtropis (mT)
2. Kontinentaltropis (cT)
3. Maritim polar (mP)
4. Kontinental polar danartik (cPdancA)

B. IDENTIFIKASI MASSA UDARA


Dilihat dari pengertian massa udara, massa udara akan terbentuk jika arah
arus diam atau bergerak untuk waktu yang lama dan terdapat di atas daerah
yang luas yang memiliki sifat seragam. Sifat dan tingkat keseragaman tersebut
bergantung pada sumber massa udara, riwayat (modifikasi) massa udara dan
waktu hidup massa udara. Pembentukan massa udara yang seragam dapat
diperoleh melalui proses percampuran dan radiatif yang memerlukan waktu
selama 3-7 hari.
Massa udara juga bias mengalami perubahan baik akibat proses
termodinamik maupun proses dinamik. Proses termodinamik seperti misalnya
pemanasan atau pendinginan permukaan dan penambahan atau hilangnya
kelembapan. Sedangkan untuk proses dinamik misalnya, terjadinya
percampuran turbulen dan pengangkatan atau penurunan skala besar.
Massa udara memiliki sifat bergerak dinamis, sehingga akan selalu
bergerak dari kawasan sumber (asal terciptanya) kelokasi yang lain.
Perpindahan ini akan membawa konsekuensi terjadinya modifikasi. Modifikasi
yang terjadi melalui dua cara, yaitu: (1) akan terjadi permukaan lembab dan
panas, (2) menjadi stabil (turun) atau menjadi tidak stabil (udara bergerak
naik).
Modifikasi yang terjadi tergantung pada wilayah yang dilewati bila
wilayah yang dilewati hangat, maka massa udara akan termodifikasi menjadi
hangat dan dituliskan pada huruf ketiganya huruf w, jika udara melewati lokasi
yang dingin maka huruf ketiganya menjadi c. Setetlah terjadinya percampuran
massa udara, makau dara akan mengalami duahal, yakni menjadi tidak stabil
atau stabil sehingga huruf keempatnya menjadi u untuk yang tidak stabil dan s
untuk yang stabil.
C. PENGGOLONGAN MASSA UDARA
Massa udara pun juga bisa golongkankan didasarkan pada daerah sumber
dan jenis permukaannya. Terdapat 4 golongan dasar dari massa udara, yakni
continental (c) yang secara tipikal kelembapannya rendah, maritime (m) yang
kandungan uap airnya tinggi, polar (P) yang sifatnya dingin dan tropikal (T)
yang sifatnya hangat. Dari keempat tipe dan sifat permukaan di atas, terdapat 4
kombinasi yakni continental polar (cP), continental tropic (cT), maritime polar
(mP), dan maritime tropic (mT). Ada lagi tambahan jenis massa udara yakni
Arctic (A) yang sifatnya sangat dingin dan sering tidak bisa dibedaan dengan
massa udara polar (kutub) di dekat permukaan. Massa udara ini berasal lebih
banyak dari atas tutupan es kutub daripada massa daratan lintang tinggi. Oleh
karena itu terdapat 2 lagi tambahan massa udara yakni continental arctic (cA)
dan maritime arctic (mA). Beberapa skema klasifikasi menambahkan indikasi
pada udara tersebut yakni warmer (w) dan cooler (k) setelah nama massa
udaranya, seperti misalnya cPk (continental polar cooler) dan mPw (maritime
polar warmer). Sifat-sifat masing-masing massa udara ini sesuai dengan
namanya. Oleh karena itu untuk mengetahui sifat-sifat masing-masing massa
udara dengan lebih detail dipersilahkan para pembaca mencari referensi untuk
itu.
Massa udara arctic terasakan sampai ketinggian 650 mb, cP dan mP
terasakan sampai beberapa milibar di atas ketinggian A. Massa udara mT
terasakan sampai ketinggian hampir 500 mb sedangkan cT kurang lebih
terasakan sampai ketinggian 700 mb. Di antara semua massa udara tersebut,
massa udara A mempunyai kadar kebasahan yang paling rendah dan mT adalah
yang paling tinggi kadar kelembapannya.
Seperti telah disebut di atas, massa udara bisa mengalami perubahan sifat.
Ini terjadi ketika ia meninggalkan sumbernya karena berinteraksi degan
permukaan yang dilalui yang mengubah kestabilan dan berinteraksi dengan
massa udara lainnya. Ketika bergerak menuju ekuator, massa udara A akan
mendapatkan pemanasan dari bawah (suplai uap air dari permukaan yang
hangat dan basah) sehingga menjadi tidak stabil sehingga bisa timbul awan
besar. Jika ia bergabung dengan aliran mensiklon maka udara menjadi makin
tidak stabil dan perawanan yang menghasilkan hujan curah (shower) makin
bertambah. Namun yang sering terjadi adalah bahwa massa udara ini
bergabung dengan aliran mengantisiklon sehingga pertumbuhan vertikal awan
terbatasi walaupun dia mendapat suplai pemanasan dari bawah.
Sebaliknya massa udara mT yang bergerak menuju kutub di musim dingin
cenderung makin stabil sehingga yang terbentuk hanya awan-awan jenis
stratus. Sedangkan di musim panas, di atas daratan di lintang rendah, massa
udara ini menjadi makin tidak stabil sehingga terbentuk awan-awan kumulus
(Cu), hujan curah dan badai guntur.
Cuaca dalam suatu daerah bergantung pada berbagai sifat massa udara
yang melaluinya terutama kestabilan dan kandungan uap airnya. Umumnya
massa udara maritim memiliki perawanan dan hujan curah yang lebih besar,
sedangkan massa udara continental cenderung membawa sifat cerah pada
daerah yang dilaluinya.
Meskipun pada sebagian besar waktu, cuaca pada suatu tempat ditentukan
oleh sifat massa udara yang berkuasa atau menyelimuti wilayah tersebut,
namun cuaca sangat buruk sering berhubungan dengan interaksi dari dua massa
udara yang bertemu (front) khususnya di batas pertemuan kedua massa udara
tersebut. Indonesia tidak dilalui oleh front ini.

D. PENGERTIAN FRONT
Front didefinisikan sebagai wilayah transisi tempat bertemunya dua massa
udara yang berbeda sifat fisik dan kekuatannya (Effendy dan Turyanti, 2006).
Front di dalam meteorologi merupakan wilayah transisi tempat bertemunya dua
massa udara yang berbeda sifat fisik dan kekuatannya. Ketika sebuah front
melewati suatu area, itu menandakan terjadinya perubahan pada temperatur,
embun, laju angin, arah angin, tekanan atmosfir, dan suatu perubahan dalam
pola curah hujan.
Front adalah suatu wilayah pada posisi astronomis tertentu (biasanya
sekitar lintang tinggi 66.5o LU/LS), dikenal sebagai wilayah transisi, suatu
lokasi pertemuan dua massa udara yang memiliki karakter yang berbeda baik
secara fisik maupun magnitude. Secara sederhana front dapat diartikan sebagai
daerah perbatasan rempat bertemunya dua massa udara. Adanya front
mengakibatkan cuaca sangat mudah berubah dan menyebabkan bayak
terjadinya awan dan hujan. Awal pembentukan dari front ini sering disebut
dengan Frontogenesis dan fase akhir pelenyapannya dikenal sebagai
Frontolisis.
Front cuaca adalah nama yang diberikan pada daerah perbatasan tempat
bertemunya dua massa udara. Adanya front mengakibatkan cuaca yang mudah
berubah, seringkali menyebabkan banyak awan dan terjadi hujan. Lokasi
kejadian lintang tinggi sekitar 66,5°C lintang utara atau selatan.
Angin terjadi karena adanya perbedaan suhu dan tekanan udara di suatu
wilayah.  Angin bergerak dari suatu tempat yang memiliki tekanan udara tinggi
ke tempat yang memiliki tekanan udara rendah (Handoko, 1995).   Antara zona
bertekanan udara rendah dengan zona bertekanan udara tinggi terdapat zona
dimana keduanya bertemu, zona ini dinamakan front.

Ciri – Ciri Front Udara


Front mempunyai ciri-ciri yang khusus, diantaranya adalah sebagai berikut
1. Sepanjang garis front terjadi angin yang bergerak dari arah yang
berlawanan
2. Perbedaan suhu yang tajam
3. Cuaca yang buruk seperti hujan badai selama 2 jam pada front dingin,
serta hujan gerimis selama 2 hari pada front panas. Pada awal
pembentukan front terjadi kabut.
4. Pada lokasi sekitar front beda suhu udara T dan Td sangat kecil, bahkan
hampir sama.
5. Garis isobar mengalami patahan, dan pada patahan tersebut terjadi siklon.

Jenis – Jenis Front Udara


Front dapat dibedakan atas lima jenis yaitu front panas ( warm front ),
front dingin ( cold   front ), front campuran ( occluded front ), front stasioner (
stationary front  ) dan siklon frontal. Front ini diklasifikasikan berdasarkan
pada temperatur udara dan dominasi udara yang terjadi. Setiap jenis front
memiliki masing-masing keunikan dan karakteristik yang berbeda-beda.
Karakteristik front dingin berbeda dengan front panas. Apabila terjadi
front dingin, daerah tersebut akan mengalami hujan deras dan badai yang
biasanya disertai dengan petir dan kilat, sedangkan pada front panas yang
terjadi adalah gerimis yang berkepanjangan. Begitu pula dengan front
campuran, stasioner dan siklon frontal, yang memiliki dampak atau pengaruh
yang berbeda terhadap fenomena cuaca.
Masing-masing front ini mempunyai ciri yang berbeda-beda sesuai
dengan jenis awannya masing-masing serta jenis massa udaranya. Karakteristik
front dingin berbeda dengan front panas. Apabila terjadi front dingin, daerah
tersebut akan mengalami hujan deras dan badai yang biasanya disertai dengan
petir dankilat, sedangkan pada front panas yang terjadi adalah gerimis yang
berkepanjangan. Dengan menggunakan simbol-simbol yang ada pada peta
sinoptik, pengamat dapat menganilisis bilamana terjadi front di daerah tersebut.
Berdasarkan jenis awan yang ada, dapat terlihat front yang terbentuk, karena
setiap jenis awan yang tebentuk dapat dijadikan parameter dalam penentuan
jenis front sehingga dapat dianalisis dan informasinya bisa digunakan
untuk kepentingan masyarakat. Analisis tersebut dapat mencakup lama badai
atau gerimis berlangsung serta karakteristik dari fenomena tersebut sehingga
antisipasi dapat dilakukan.

a.       Front Panas ( Warm front )


Front panas terjadi apabila massa udara panas menggilas massa udara
dingin. Proses terjadinya front ini seperti udara yang naik di pegunungan
sehinggaakan terbentuk kabut dan seringkali menimbulkan hujan gerimis
berkepanjangan. Awan-awan yang terbentuk pada saat front panas ini adalah
awan Cirrus,Cirocumulus, Cirrostratus, Altocumulus, dan Altostratus. Front
panas umumnya bergerak sangat lambat sekitar 10-25 mile/ jam. Front panas
mengandung massa udara yang hangat dan memiliki kelembaban yang tinggi.
Ketika massa udara terangkat maka udara akan mengalami pendinginan dan
kondensasi pun terjadi. Pada saat front panas berlangsung, terjadi hujan gerimis
dalam waktu yang lama sekitar 2-3 hari.

b. Front Dingin ( Cold Front)


Front dingin adalah massa udara dingin menggilas massa udara panas,
dimana massa udara panas akan naik di atas massa udara yang lebih dingin.
Front ini menunjukkan suatu wilayah dimana udara yang dingin, kering dan
stabil mendorong udara yang hangat, lembab, dan tak stabil (Ahrens 2007).
Apabila udara hangat itu relatif tidak stabil dan mengalami pengangkatan yang
cukup besar, di zona frontal (transisi) terbentuk suatu deretan awan
cumulonimbus sehingga berpotensi terjadinya badai yang dikenal sebagai garis
badai atau squall line. Front dingin dapat bergerak dua kali lebih cepat dan
perubahan cuaca yang drastis daripada front panas, udara dingin lebih padat
daripada udara hangat dan secara cepat menggantikan keberadaan udara hangat
pada lapisan perbatas.

c.       Front Campuran ( Occluded Front )


Front campuran terjadi apabila dua massa udara dingin bertemu dengan
massa udara panas sehingga massa udara dingin akan mengambil alih lokasi
massa udara panas. Pada saat front campuran berlangsung, yang mendominasi
adalah front dingin, sehingga karakteristiknya mirip dengan front dingin. Front
campuran pada umumnya terjadi dimana front dingin bergerak lebih cepat dari
front panas. Kadang-kadang dalam sebuah sistem badai front dingin akan
"mengejar" front panas. Terdapat dua jenis front campuran di atmosfer dan
temperatur udara sangat menentukan front campuran jenis mana yang lebih
dominan. Front oklusi dingin terjadi ketika front dingin bergerak cepat dan
mengambil alih lokasi front panas dimana udara pada front panas lebih
bergerak lambat atau ketika front dingin menyelusup ke bawah front panas.
Ketika hal ini terjadi maka udara dingin akan mengganti massa udara hangat di
atmosfer. Secara khusus front campuran jenis ini dapat menciptakan sebuah
percampuran dari udara yang ditemukan pada kedua front sehingga kondisi
udara relatif stabil.
d.    Front Stasioner (Stationary Front)
Ada kalanya suatu front tidak cukup kuat untuk mendorong front lainnya,
sehingga udara menjadi tidak bergerak. Kondisi ini dinamakan front stasioner
atau front quasi stationer (Ahrens, 2007).  Front quasi stationer dapat terjadi
apabila ada dua massa udara yang bertemu, baik dingin maupun panas, tetapi
masing-masing dari massa udara tersebut tidak cukup kuat untuk mendesak
satu dengan yang lainnya sehingga tidak jelas mana yang mendominasi.
Kondisi cuaca di sepanjang front stasioner ini umumnya cerah atau sedikit
berawan, dengan udara yang jauh lebih dingin disalah satu sisi. Hal ini
disebabkan karena kedua massa udara relatif kering dan tanpa presipitasi.
Tetapi front tersebut tak berlangsung lama. Jika udara yang lebih hangat mulai
bergerak dan mendorong udara dingin, front tak lagi dalam kondisi stasioner.
Kondisinya akan berubah menjadi front panas. Begitu pula ketika udara yang
lebih dingin mendapat daya dorong yang lebih kuat, maka kondisi akan
berubah menjadi front dingin dan udara hangat tersebut akan tergeser (Lutgens,
1982).

e. Siklon Frontal
Siklon frontal adalah daerah front dimana terjadi pertemuan dua massa
udara yang berbeda kekuatan dan karakter. Siklon frontal merupakan bentuk
front yang terjadi dalam keadaan khusus. Depresi frontal dalam tahapan paling
berkembang dapat berupa badai besar yang lebarnya mencapai 1600 km (1000
mil) dan dapat bergerak sejauh ribuan kilometer (mil), membawa cuaca penuh
badai yang sangat mudah berubah arah ke berbagai tempat sebelum akhirnya
menghilang. Front bergerak digambarkan di peta cuaca sebagai garis lengkung.
E. Perubahan Massa Udara
Massa udara dapat mengalami perubahan sifat. Ini terjadi saat massa udara
meninggalkan sumbernya yang kemudian berinteraksi dengan permukaan yang
dilaluinya sehingga mengubah kestabilan, atau juga dapat disebabkan oleh
interaksi dengan massa udara lainnya.
Ketika bergerak menuju ekuator, massa udara A akan mendapatkan
pemanasan dari bawah (suplai uap air dari permukaan yang hangat dan basah)
sehingga menjadi tidak stabil sehingga bisa timbul awan besar. Jika ia
bergabung dengan aliran mensiklon maka udara menjadi makin tidak stabil dan
perawanan yang menghasilkan hujan curah (shower) makin bertambah. Namun
yang sering terjadi adalah bahwa massa udara ini bergabung dengan aliran
mengantisiklon sehingga pertumbuhan vertikal awan terbatasi walaupun dia
mendapat suplai pemanasan dari bawah.
Sebaliknya massa udara mT yang bergerak menuju kutub di musim dingin
cenderung makin stabil sehingga yang terbentuk hanya awan-awan jenis
stratus. Sedangkan di musim panas, di atas daratan di lintang rendah, massa
udara ini menjadi makin tidak stabil sehingga terbentuk awan-awan kumulus
(Cu), hujan curah dan badai guntur.

Cuaca dalam suatu daerah bergantung pada berbagai sifat massa udara
yang melaluinya terutama kestabilan dan kandungan uap airnya. Umumnya
massa udara maritim memiliki perawanan dan hujan curah yang lebih besar,
sedangkan massa udara continental cenderung membawa sifat cerah pada
daerah yang dilaluinya.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam makalah yang berjudul ‘Massa Udara Sebagai Faktor Pengendali
Cuaca / Iklim’ kami menyimpulkan bahwa massa udara merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan dan perubahan iklim di permukaan
wilayah bumi. Hal ini disebabkan massa udara yang dinamis, tidak selalu tetap
berada di wilayahnya, tetapi dapat bergerak ke wilayah lain. Saat pergerkan
massa udara terjadi, pertemuan massa udara yang berasal dari dua wilayah
tersebut akan membentuk bidang batas yang disebut front. Massa udara dapat
mengalami perubahan sifat. Ini terjadi saat massa udara meninggalkan
sumbernya dan berinteraksi dengan permukaan yang dilalui sehingga
mengubah kestabilan dan sifat dari massa udara tersebut. Sifat-sifat massa
udara ini yang akhirnya mempengaruhi cuaca dan iklim di permukaan bumi
terutama pada suhu dan kelembapan massa udara.

B. DAFTAR PUSTAKA

http://andhikaelriyand.blogspot.com/2010/01/pembelajaran-untuk-kita-
semua.html (online)
http://strukturawam.wordpress.com/2011/02/24/cuaca-ekstrim-hujan-badai-1/
(online)
http://tarunalangitan.wordpress.com/2011/11/03/deskripsi-front/ (online)
http://www.free-online-private-pilot-ground-school.com (online)
http://www.jeffsweather.com (online)
http://www.physicalgeography.net (online)
Utomo, Dwiyono Hari. 2011.Meteorologi Klimatologi Dalam Studi
Geografi.Diktat FIS UM.
Tjasyono, Bayong.2004. Klimatologi. Bandung: ITB Press.

Anda mungkin juga menyukai

  • Tugas Rutin 1 Biologi Umum
    Tugas Rutin 1 Biologi Umum
    Dokumen7 halaman
    Tugas Rutin 1 Biologi Umum
    Harris Jhonny Siburian
    Belum ada peringkat
  • Ohmmeter dan Multimeter
    Ohmmeter dan Multimeter
    Dokumen13 halaman
    Ohmmeter dan Multimeter
    Harris Jhonny Siburian
    Belum ada peringkat
  • Bagian C
    Bagian C
    Dokumen2 halaman
    Bagian C
    Harris Jhonny Siburian
    Belum ada peringkat
  • Ohmmeter dan Multimeter
    Ohmmeter dan Multimeter
    Dokumen13 halaman
    Ohmmeter dan Multimeter
    Harris Jhonny Siburian
    Belum ada peringkat
  • 2985 7287 1 SM
    2985 7287 1 SM
    Dokumen9 halaman
    2985 7287 1 SM
    Anonymous CD4zFWMQ
    Belum ada peringkat
  • Tugas Prof 2
    Tugas Prof 2
    Dokumen2 halaman
    Tugas Prof 2
    Harris Siburian
    Belum ada peringkat
  • Tugas CBR Kalkulus
    Tugas CBR Kalkulus
    Dokumen12 halaman
    Tugas CBR Kalkulus
    Harris Jhonny Siburian
    Belum ada peringkat
  • Tugas Statistika Bintama Sihotang
    Tugas Statistika Bintama Sihotang
    Dokumen6 halaman
    Tugas Statistika Bintama Sihotang
    Ruth Ramayani
    Belum ada peringkat
  • Tugas Biologi Umum
    Tugas Biologi Umum
    Dokumen11 halaman
    Tugas Biologi Umum
    Harris Jhonny Siburian
    Belum ada peringkat
  • TTT TTTTT
    TTT TTTTT
    Dokumen1 halaman
    TTT TTTTT
    Harris Jhonny Siburian
    Belum ada peringkat
  • Tugas Prof 3
    Tugas Prof 3
    Dokumen3 halaman
    Tugas Prof 3
    Harris Jhonny Siburian
    Belum ada peringkat
  • Tugas Makalah Kepemimpinan Kelompok
    Tugas Makalah Kepemimpinan Kelompok
    Dokumen12 halaman
    Tugas Makalah Kepemimpinan Kelompok
    Harris Jhonny Siburian
    Belum ada peringkat
  • Tugas Rutin 2 Harri Siburian
    Tugas Rutin 2 Harri Siburian
    Dokumen4 halaman
    Tugas Rutin 2 Harri Siburian
    Harris Jhonny Siburian
    Belum ada peringkat
  • Tugas Kalkulus Integral
    Tugas Kalkulus Integral
    Dokumen2 halaman
    Tugas Kalkulus Integral
    Harris Jhonny Siburian
    Belum ada peringkat
  • Tugas Prof 4
    Tugas Prof 4
    Dokumen2 halaman
    Tugas Prof 4
    Harris Jhonny Siburian
    Belum ada peringkat
  • Tugas Prof 1
    Tugas Prof 1
    Dokumen1 halaman
    Tugas Prof 1
    Harris Jhonny Siburian
    Belum ada peringkat
  • Tr8 (Wuri Cahyaningrum) Fisika Dik A-2019
    Tr8 (Wuri Cahyaningrum) Fisika Dik A-2019
    Dokumen5 halaman
    Tr8 (Wuri Cahyaningrum) Fisika Dik A-2019
    Harris Jhonny Siburian
    Belum ada peringkat
  • Asdfghj
    Asdfghj
    Dokumen1 halaman
    Asdfghj
    Harris Jhonny Siburian
    Belum ada peringkat
  • Lirik Aku
    Lirik Aku
    Dokumen1 halaman
    Lirik Aku
    timmutu namrole
    Belum ada peringkat
  • CBR Kimia
    CBR Kimia
    Dokumen18 halaman
    CBR Kimia
    Harris Jhonny Siburian
    Belum ada peringkat
  • Soal Fisdas GG
    Soal Fisdas GG
    Dokumen24 halaman
    Soal Fisdas GG
    Harris Jhonny Siburian
    Belum ada peringkat
  • Soal Fisdas
    Soal Fisdas
    Dokumen5 halaman
    Soal Fisdas
    Harris Jhonny Siburian
    Belum ada peringkat
  • CBR Kepemimpinan
    CBR Kepemimpinan
    Dokumen23 halaman
    CBR Kepemimpinan
    Harris Jhonny Siburian
    Belum ada peringkat
  • CBR Profesi Kependidikan
    CBR Profesi Kependidikan
    Dokumen8 halaman
    CBR Profesi Kependidikan
    Harris Jhonny Siburian
    Belum ada peringkat
  • Asdfghj
    Asdfghj
    Dokumen1 halaman
    Asdfghj
    Harris Jhonny Siburian
    Belum ada peringkat
  • CBR KIMUM
    CBR KIMUM
    Dokumen11 halaman
    CBR KIMUM
    Ayulia Annisa
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen2 halaman
    Bab V
    Harris Jhonny Siburian
    Belum ada peringkat
  • Bagian C
    Bagian C
    Dokumen2 halaman
    Bagian C
    Harris Jhonny Siburian
    Belum ada peringkat
  • Search Engine
    Search Engine
    Dokumen7 halaman
    Search Engine
    Esti Dwie
    Belum ada peringkat