Kantor Cabang memiliki tugas yaitu mengoordinasikan penyusunan rencana kerja dan anggaran
perusahaan di unit kerjanya, merencanakan dan menetapkan kebijakan operasional kantor cabang,
mengarahkan dan memastikan peningkatan pelayanan kepada peserta dan menentukan pelaksanaan
sistem ADM dan Umum, melaksanakan fungsi sistem teknologi informasi dan menyusun laporan
kegiatan secara tepat waktu.
Adapun wewenang yang dimiliki Kepala Kantor Cabang yaitu memberikan persetujuan atas rencana
kegiatan dan operasionalisasi di kantor cabang yang terkait dengan bidang pemasaran, pelayanan,
keuangan, SDM dan Umum, mengajukan pencairan anggaran rutin sesuai batas kewenangan.
2. Petugas Pemeriksa
Petugas Pemeriksa adalah Pegawai BPJS Ketenagakerjaan yang diangkat oleh Direksi BPJS
Ketenagakerjaan dengan keahlian khusus di bidang Jaminan Sosial dan memiliki legitimasi untuk
melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan dalam penyelenggaraan program Jaminan
Sosial Ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Menghimpun informasi dari berbagai instansi dan organisasi terkait untuk mendapatkan data
perusahaan sebagai dasar untuk menyusun data potensi dan menetapkan target kepesertaan dan
merancang dan mengoordinasikan kegiatan penyuluhan kepada peserta dan pihakpihak terkait lainnya.
Serta mengendalikan pelayanan administrasi kepesertaan dan memastikan target kepesertaan serta
iuran di bidang jasa konstruksi dan sector informal di cabang tercapai dengan efektif dan efisien.
a. Account Represntative
3) Memberikan pelayanan dan menangani keluhan peserta dengan cepat dan tepat, guna
tercapainya tertib administrasi, terjalinnya hubungan baik dengan peserta, dan meningkatkan
kepesertaan dan iuran yang telah ditetapkan
Account Represntative Khusus merupakan jabatan yang memegang peranan penting dalam pencapaian
target kepesertaan. Tugas yang dimiliki Account Represntative Khusus adalah:
1) Mengumpulkan data potensi dan melaksanakan kegiatan pemasaran untuk mengakuisisi
kepesertaan baru atau mendapatkan kembali peserta yang telah keluar dari kepesertaan, guna
memastikan tercapainya target kepesertaan dan iuran yang telah dibebankan serta melaksanakan
kegiatan pembinaan kepada peserta (sebagai bagian dari program Customer Relationship
Management/CMR)
2) Memberikan pelayanan dan menangani keluhan peserta dengan cepat dan tepat, guna
tercapainya tertib admininstrasi, terjalinnya hubungan baik dengan peserta, dan meningkatkan
kepesertaan dan iuran yang telah ditetapkan.
1) Menghimpun dan mengelola data terkait degan kegiatan pemasaran serta administrasi
kepesertaan
2) Melakukan pelayanan dokumen administrasi dan penghitungan besar iuran serta denda, guna
menyediakan data yang akurat dan dokumen yang lengkap untuk mendukung kelancaran kegiatan
pemasaran
1) Menghimpun data terkait dengan kegiatan pemasaran dana administrasi kepesertaan bukan
penerima upah dan jasa kontruksi
3) Melakukan pelayanan dokumen adminitrasi dan penghitungan besar iuran serta denda, guna
menyediakan data yang akurat dan dokumen yang lengkap untuk mendukung kelancaran kegiatan
pemasaran PBPU.
Kepala Bidang Pelayanan memiliki tugas yaitu merencakanan, mengkoordinasikan, memantau, dan
mengevaluasi penyelenggaraan dan pelayanan program JHT, JKK, JK, dan JP guna memastikan kegiatan
pelayanan berlangsung lancar dan memenuhi standar kualitas yang telah di tentukan.
Adapun wewenang yang dimiliki Kepala Bidang Pelayanan yaitu menangani keluhan atas peserta dalam
batas kewenangan, menyetujui pengeluaran anggaran rutin. Melakukan negosiasi dalam batas
kewenangannya dan mengevaluasi kinerja petugas pelayanan.
Tugas yang dimiliki Manajer Kasus Kecelakaan Kerja dan PAK adalah:
1) Melaksanakan dan menindaklanjuti penyelesaian kasus terdiagnosa KK-Penyakit Akibat Kerja KK-
PAK di lingkungan operasional Kantor Cabang.
2) Melakukan koordinasi dengan mitra terkait dalam penanganan kasus KK-PAK guna hingga
memastikan peserta BPJS Ketenagakerjaan siap kembali bekerja.
c. Customer Service
1) Memberikan pelayanan kepada peserta maupun calon peserta sesuai kebutuhan seperti
pelayanan kepesertaan, iuran, pengajuan jaminan, permintaan informasi, dll
2) Menangani keluhan peserta sesuai ketentuan, guna memenuhi kebutuhan dengan tepat sasaran
dan tepat waktu, dan untuk menjaga kepuasan pelanggan sesuai standar yang ditetapkan
Kepala Bidang Keuangan memiliki tugas yaitu memantau dan mengkoordinasikan kegiatan yang terkait
atas pengelolaan keuangan di kantor cabang, dan memberikan dukungan pada aspek keuangan bagi
kegiatan operasional agar lebih efektif dan efisien.
Bidang keuangan memiliki tugas menyetujui atas voucher program jaminan JHT, JKK, JK, JP, melakukan
otoritasi pengeluaran kas sesuai dengan batas kewenangan, dan memfinalisasi hasil pencatatan
keuangan.Dalam menjalankan tugasnya, Kepala Bidang Keuangan dibantu oleh Penata Madya Keuangan
yang memiliki tugas melakukan pencatatan keuangan, melakukan perhitungan kewajiban perpajakan,
menyelesaikan pembayaran klaim peserta, dan membuat laporan keuangan.
Tugas yang dimiliki Penata Madya SDMadalahmelakukan kegiatan pengelolaan SDM terkait penilaian
kinerja, training dan development, pengembangan karir dan remunerasi.
1) Memastikan dan mengkoordinasikan kegiatan penyerahan dokumen arsip inactive dari unit
kerja kepada kearsipan sesuai pedoman administrasi umum
2) Melaksanakan kegiatan pengelolaan arsip dengan cara melaksanakan tata usaha persuratan,
mencatat dan menyimpan dokumen/surat, dan mendistribusikan surat masuk/keluar.
d. Sekretaris
2) Sarana dan prasarana kerja pada Kantor Cabang, guna mendukung kelancaran kerja Kepala
Kantor Cabang
b. Motto
Jaminan sosial merupakan bentuk pelayanan pemerintah kepada masyarakat sesuai dengan
kemampuan negara demi memberikan keringanan bagi masyarakat dari segi ekonomi serta tepat guna
melalui badan atau organisasi. Sejalan dengan hal ini, maka pemerintah perlu adanya alat yang
berbentuk organisasi atau badan khusus yang menangani jaminan sosial.
Beberapa perusahaan Perseroan (Persero) yang menaungi jaminan sosial di Indonesia diantaranya,
Asuransi Kesehatan Indonesia (Askes), Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), Dana Tabungan dan
Asuransi Pegawai Negeri (Taspen), dan Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Asabri)
keempat badan ini di Indonesia lebih dikenal dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Program yang
di jalankan di tiap badan juga bervariasi sesuai dengan bidang yang dijalankan perusahaan masing-
masing. ASKES bergerak di bidang jaminan kesehatan masyarakat, sedangkan JAMSOSTEK bergerak
dibidang jaminan sosial tenaga kerja disektor swasta, sedangkan TASPEN bergerak dibidang jaminan
sosial bagi Pegawai Negeri Sipil, dan ASABRI bergerak dibidang jaminan sosial bagi angkatan bersenjata
Negara Indonesia (TNI dan POLRI).
Sejarah terbentuknya BPJS Ketenagakerjaan yang dahulu bernama PT. Jamsostek (Persero) merasakan
ronde yang panjang, dimulai dari UU No.33/1947 jo UU No.2/1951 tentang kecelakaan kerja, Peraturan
Menteri Perburuhan (PMP) No.48/1952 jo PMP No.8/1956 tentang pengaturan bantuan untuk usaha
penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP No.15/1957 tentang pembentukan Yayasan Sosial Buruh, PMP
No.5/1964 tentang pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial (YDJS), diberlakukannya UU No.14/1969
tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja. Secara kronologis ronde lahirnya asuransi sosial tenaga kerja
semakin transparan.
Setelah merasakan kemajuan dan perkembangan, adil menyangkut landasan hukum, wujud
perlindungan maupun kegiatan penyelenggaraan, pada tahun 1977 diperoleh suatu tonggak sejarah
penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.33 tahun 1977 tentang pelaksanaan
program asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK), yang mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha swasta
dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Terbit pula PP No.34/1977 tentang pembentukan wadah
penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek.
Tonggak penting berikutnya yaitu lahirnya UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(JAMSOSTEK). Dan melewati PP No.36/1995 diputuskannya PT. Jamsostek sebagai badan penyelenggara
Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program Jamsostek memberikan perlindungan landasan untuk memenuhi
kebutuhan minimal untuk tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian berlakunya arus
penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti beberapa atau seluruhnya penghasilan yang hilang,
dampak risiko sosial.
Kemudian pada pengahabisan tahun 2004, Pemerintah juga menerbitkan UU Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-undang itu berkenaan dengan Amandemen UUD 1945
tentang perubahan pasal 34 ayat 2, yang kini berbunyi: "Negara mengembangkan sistem jaminan sosial
untuk seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan". Definisi perlindungan tersebut mampu memberikan rasa lepas sama sekali dari
bahaya untuk pekerja sehingga mampu semakin berkonsentrasi dalam meningkatkan motivasi maupun
produktivitas kerja.
Kiprah Perusahaan yang mengedepankan kebutuhan dan hak normatif Tenaga Kerja di Indonesia terus
berlangsung. Sampai kala ini, PT. Jamsostek (Persero) memberikan perlindungan 4 (empat) program,
yang mencakup Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua
(JHT) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) untuk seluruh tenaga kerja dan keluarganya.
Tahun 2011, ditetapkanlah UU No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Sesuai
dengan amanat undang-undang, tanggal 1 Januri 2014 PT Jamsostek akan berubah diproduksi menjadi
Badan Hukum Publik. PT Jamsostek tetap dipercaya untuk menyelenggarakan program jaminan sosial
tenaga kerja, yang mencakup JKK, JKM, JHT dengan penambahan Jaminan Pensiun mulai 1 Juli 2015.
Pada awal tahun 2014 Pemerintah telah melakukan transformasi pada perusahaan asuransi negara
menjadi badan publik khususnya PT. Jamsostek (Persero) menjadi BPJS Ketenagakerjaan. PT Jamsostek
(Persero) berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan (Pasal 62 ayat (1) UU BPJS) yang kemudian dinyatakan
bubar oleh Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan
mulai beroperasi selambat-lambatnya 1 Juli 2015, termasuk menerima peserta baru (Pasal 62 ayat (2)
huruf d UU BPJS). Dijelaskan dalam Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2013 pasal 4 ayat 2 bahwa
BPJS Ketenagakerjaan akan menyelenggarakan Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan
Pensiun, dan Jaminan Kematian(Purnawan t.t.).