Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN

PERKECAMBAHAN DAN DORMANSI

ROINTAN SITORUS
203010401029
KELOMPOK VIIIA

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN


PERKECAMBAHAN DAN DORMANSI

Telah diperiksa dan disetujui oleh asisten praktikum pada


Hari :.....................
Tanggal :.....................

ASISTEN PRAKTIKUM

RETNO HARYANTI
193010401001
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. iv
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Tujuan Praktikum ...................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Perkecambahan…………….. ..................................................... 4
2.2. Dormansi………………………. ............................................... 5

III. BAHAN DAN METODE


3.1. Waktu dan Tempat ..................................................................... 7
3.2. Alat dan Bahan .......................................................................... 7
3.3. Cara Kerja .................................................................................. 7

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Pengamatan ...................................................................... 9
4.2. Pembahasan ............................................................................... 9

V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan ................................................................................ 14
5.2. Saran .......................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
I.PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ketersedian air disekitar biji dapat mempengaruhi proses perkecambahan pada
biji tersebut, ketersediaan air di lingkungan sekitar biji merupakan faktor penting.
Kurang tersedianya air pada lingkungan biji akan menyebabkan jumlah air di
lingkungan biji akan menyebabkan jumlah air yang diambil untuk berkecambah
menjadi semakin rendah atau bahkan tidak mencukupi. Ada batas minuman serapan
air yang harus dilampaui agar perkecambahan dapat berlangsung. Bila ketersediaan
air dilingkungan sekitar biji tidak mencukupi kebutuhan biji, maka biji tersebut
tidak dapat mengalami proses perkecambahan. Namun bila ketersediaan air di
lingkungan sekitar biji berlebihan, beberapa jenis biji akan mengalami pembusukan
sehingga tidak dapat terjadi perkecambahan. Dormansi merupakan suatu
mekanisme untuk mempertahankan diri terhadap suhu yang sangat rendah
(membeku) pada musim dingin, atau kekeringan di musim panas yang merupakan
bagian penting dalam peijalanan hidup tumbuhan tersebut. Dengan demikian,
dormansi merupakan suatu reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu.
Pemicu dormansi dapat bersifat mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau kimiawi.
Banyak biji tumbuhan budidaya yang menunjukkan perilaku ini. Penanaman benih
secara normal tidak menghasilkan perkecambahan a tau hanya sedikit
perkecambahan. Perlakuan tertentu perlu dilakukan untukmematahkan dormansi
sehingga benih menjadi tanggap terhadap kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan.
Bagian tumbuhan yang lainnya yang juga diketahui berperilaku dorman adalah
kuncup (Mohammad, 2018).
Manfaat mempelajari perkecambahan dan dormansi yaitu dapat mengamati
siklus perkembangan suatu tumbuhan dimana dimulai dari proses perkecambahan,
pertumbuhan dan perkembangan yang berjalan secara simultan ke arah dewasa.
1.2.Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum dengan materi Perkecambahan dan Dormansi adalah Untuk
mengetahui respons perkecambahan beberapa jenis biji terhadap faktor lingkungan
(air, suhu, cahaya, dan seterusnya, Untuk mengetahui laju perkecambahan menurut
ketebalan kulit biji, Untuk mengetahui batas-batas kebutuhan air dalam
perkecambahan suatu biji dan Untuk mengetahui gejala dan pematahan dormansi
pada biji.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perkecambahan
Perkecambahan merupakan transformasi dari bentuk embrio menjadi tanaman
yang sempurna. Perkecambahan biji yang dipermudah dengan keadaan tertentu
seperti penyuciaan, dengan keberadaan zat penghambat tumbuh larut air pada kulit
biji, suhu rendah, perpecahan kulit biji dan hal lainnya yang membuat potensial
bahan tanam sebagai sumber keseragman Perkecambahan biji merupakan proses
metabolisme biji hingga dapat menghasilkan pertumbuhan dari komponen
kecambah, yaitu plumula dan radikula. Biasanya radikula keluar dari kulit biji, lalu
tumbuh ke bawah dan membentuk sistem akar. Plumula muncul ke atas dan
membentuk system tajuk (Wibisono, 2015).
Perkecambahan biji dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor luar dan faktor-faktor
dalam, faktor dalam atau internal yaitu a). Tingkat kemasakan benih : Benih yang
dipanen sebelum mencapai tingkat kemasakan fisiologisnya tidak mempunyai
viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan makanan yang cukup serta
pembentukan embrio belum sempurna, Pada umumnya sewaktu kadar air menurun
dengan cepat sekitar 20%, maka benih tersebut juga telah mencapai masak
fisiologis atau masak fungsional dan pada saat itu benih mencapai berat kering
maksimum, daya tumbuh maksimum (vigor) dan daya kecambah maksimum
(viabilitas) atau dengan kata lain benih mempunyai mutu tertinggi , b). ukuran benih
: Karbohidrat, protein, lemak, dan mineral ada dalam jaringan penyimpanan benih.
Bahan-bahan tersebut diperlukan sebagai bahan baku dan energi bagi embrio saat
perkecambahan. Berdasarkan hasil penelitian, ukuran benih mempunyai korelasi
yang positip terhadap kndungan protein pada benih sorgum. Makin besar/berat
ukuran benih maka kandungan protein juga makin meningkat. Dinyatakan juga
bahwa berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi,
karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada pada saat permulaan dan
berat tanaman pada saat dipanen, c). Dormansi : Benih dorman adalah benih yang
sebenarnya hidup tetapi tidak mau berkecambah meskipun diletakkan pada
lingkungan yang memenuhi syarat untuk berkecambah. Penyebab dormansi antara
lain adalah: impermeabilitas kulit biji terhadap air atau gas-gas (sangat umum pada
famili leguminosae), embrio rudimenter, halangan perkembangan embrio oleh
sebab-sebab mekanis, dan adanya bahan-bahan penghambat perkecambahan.
Benih dorman dapat dirangsang untuk berkecambah dengan perlakuan seperti :
pemberian suhu rendah pada keadaan lembab (stratifikasi), goncangan (impaction),
atau direndam dalam larutan asam sulfat, d). Penghambat perkecambahan : Banyak
zat-zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan benih. Contoh zat-zat
tersebut adalah: herbisida, auksin, bahan-bahan yang terkandung dalam buah,
larutan mannitol dan NaCl yang mempunyai tingkat osmotik tinggi, serta bahan
yang menghambat respirasi (sianida dan fluorida). Faktor luar yaitu a). Air :
Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama kulit
pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media disekitarnya, sedangkan
jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benihnya dan tingkat
pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu . Perkecambahan benih tidak akan
dimulai bila air belum terserap masuk ke dalam benih hingga 80 sampai 90 persen
(Darjadi, 1972). Dan umumnya dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 sampai 55
persen (Kamil, 1979). Benih mempunyai kemampuan kecambah pada kisaran air
tersedia. Pada kondisi media yang terlalu basah akan dapat menghambat aerasi dan
merangsang timbulnya penyakit serta busuknya benih karena cendawan atau bakteri
(Sutopo, 2002), b). suhu : Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan bagi
berlangsungnya perkecambahan benih dimana presentase perkembangan tertinggi
dapat dicapai yaitu pada kisaran suhu antara 26,5 sd 350C Suhu
minimum/maksimum adalah suhu terendah/tertinggi saat perkecambahan akan
terjadi, c). Okaigen : Proses respirasi akan berlangsung selama benih masih hidup.
Pada saat perkecambahan berlangsung, proses respirasi akan meningkat disertai
dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan karbon dioksida, air dan
energy panas. Proses perkecambahan dapat terhambat bila penggunaan oksigen
terbatas. Kebutuhan oksigen sebanding dengan laju respirasi dan dipengaruhi oleh
suhu, mikroorganisme yang terdapat dalam benih, d). Cahaya : umumnya benih
akan berkecambah dalam udara yang mengandung 29 persen oksigen dan 0,03
persen CO2. Namun unuk benih yang dorman, perkecambahannya akan terjadi jika
oksigen yang masuk kedalam benih ditingkatkkan sampai 80 persen, karena
biasanya oksigen yang masuk ke embrio kurang dari 3 persen (Zulasdin, 2017).
2.2.Dormansi
Dormansi dapat didefenisikan sebagai suatu keadaan pertumbuhan dan
metabolisme yang terpendam, dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak
baik atau oleh faktor dari dalam tumbuhan itu sendiri. Seringkali banyak tumbuhan
yang dorman gagal tumbuh meskipun berada dalam kondisi yang ideal. Dormansi
merupakan suatu mekanisme untuk mempertahankan diri terhadap suhu yang
sangat rendah (membeku) pada musim dingin, atau kekeringan musim panas yang
merupakan bagian penting dalam perjalanan hidup tumbuhan tersebut
(Benyamin,2019).
Benih yang mengalami dormansi ditandai oleh rendahnya atau tidak adanya
proses imbibisi air, proses respirasi tertekan atau terhambat, rendahnya proses
mobilisasi cadangan makanan, rendahnya proses metabolisme cadangan makanan.
Adapun yang menyebabkan benih tersebut mengalami dormansi adalah a). Faktor
lingkungan : salah satu faktor penring yang meransang dormansi adalah fotoperioda
hari pendek meransang banyak tumbuhan kayu menjadi dorman. Dalam hal respon
perbungaan, daun harus diinduksi untuk menhasilkan zat penghambat (inhibitor)
atau hormone, yang diangkut ke tunas-tunas dan menghambat pertumbuhan,
b).Asam Absitat (ABA) : Berbagai gejala dormansi dan penuaan yang dapat
diinduksi dengan pemberian ABA yaitu : memelihara dormansi, menghambat
perkecambahan, menghambat sintesis enzim pada biji yang diinduksi giberelin,
menghambat perbungaan, penguguran tunas, pengguguran buah, penuaan daun, c).
interaksi ABA dengan zat tumbuh lainnya : pemberian ABA harus terus menerus
bila efek yang diinginkan tetap terpelihara, apabila pemberiaan ABA dihentikan,
pertumbuhan dan metabolisme yang aktif akan Kembali. Hal ini disebabkan oleh
beberapa zat yang meransang pertumbuhan akan mengantagoniskan efek ABA
(Merina, 2020)
Untuk mengetahui dan membedakan atau memisahkan apakah suatu benih yang
tidak dapat berkecambah adala dorman atau mati, maka dormansi perlu dipecahkan.
Sehingga diperlukan cara-cara agar dormansi dapat dipersingkat, ada beberapa cara
diantarannya adalah : a). Dengan perlakuan mekanisme diantaranya yaitu dengan
skarifikasi mencakup cara-cara seperti seperti mengkikir/menggosok kulit biji
dengan kertas amplas, melubangi kulit biji dengan pisau, memecahkan kulit biji
maupun denan perlakuan goncangan untuk benih-benih yang memiliki sumbat
gabus. Tujuan dari perlakuan mekanis ini adalah untuk melemahkan kulit biji yang
keras sehingga lebih permeable terhadap air atau gas, b). Dormansi yang
disebabkan oleh hambatan metabolisme pada embrio : dormansi ini disebabkan
oleh hadirnya zat penghambat perkecambahan dalam embrio. Zat-zat penghambat
perkecambahan yang diketahui terdapat pada tanaman antara lain: ammonia,abcisic
acid, benzoic acid, ethylene, alkaloid lactone (counamin). Counamin diketahui
menghambat kerja enzim-enzim penting dalam perkecambahan seperti alfa dan beta
amilase.tipe dormansi lain selain dormansi fisik dan fisiologis adalah kombanasi
dari beberapa tipe dormansi.tipe dormansi ini disebabkan oleh lebih dari satu
mekanisme, c). Dengan perlakuan kimia : tujuan dari perlakuan kimia adalah
menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi.
Larutan asam kuat seperti asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi pekat
membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan
mudah, d). Perlakuan perendaman dengan air : perlakuan perendaman di dalam air
panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih. Caranya yaitu :
dengan memasukkan benih ke dalam air panas pada suhu 60-700C dan dibiarkan
sampai air menjadi dingin, selama beberapa waktu, e). Perlakuan dengan suhu :
Cara yang sering dipakai adalah dengan memberi temperature rendah pada keadaan
lembab (strafikasi). Selama strafikasi terjadi perubahan dalam benih yang berakibat
menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi
pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan. Kebutuhan strafikasi
berbeda untuk setiap jenis tanaman, bahkan antar variates dalam satu famili, f).
Perlakuan dengan cahaya : cahaya berpengaruh terhadap prosentase
perkecambahan benih dan laju perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan
saja dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan Panjang
hari (Esmaeili,2015).
III. Bahan dan Metode
3.1. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktikum Fisiologi Tanaman dengan materi Perkecambahan dan
Dormansi dilaksanakan pada hari Selasa, 21 September 2021 pukul 13.30-16.15
WIB, bertempat di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Palangka Raya.
3.2. Bahan dan Alat
Adapun bahan yang dipakai dalam praktikum Fisiologi Tanaman dengan
materi Perkecambahan dan Dormansi adalah biji kacang hijau (Phaseolus radiates)
dan biji lamtoro (Leucaena leucocepala). Sedangkan alat yang digunakan adalah
kapas, aquades/air, ampelas, dan bahan kimia H2SO4.
3.3. Cara Kerja
Cara kerja dalam praktikum Fisiologi Tanaman dengan materi Perkecambahan
dan Dormansi adalah:
3.3.1. Perkecambahan Biji
1. Menyiapkan 6 wadah dari streofoam sebagai tempat pengecambahan 2
macam kelompok biji.
2. Menyiapkan 2 set perlakuan untuk kedua jenis biji.
3. Menyiapkan masing-masing setiap wadah sebanyak 10 butir biji untuk
kedua kelompok biji tersebut.
4. Memberi tanda pada setiap streofoam dengan keterangan kering, basah, dan
tergenang untuk masing-masing perlakuan pada kedua jenis biji.
5. Menempatkan semua wadah ditempat yang sama.
6. Mengamati setiap gejala yang ditunjukkan untuk tiap kelompok biji.
7. Menjaga kondisi tiap unit perlakuan tetap stabil dengan mengontrol kondisi
perlakuannya.
3.3.2. Pematahan Dormansi Biji
1. Menyiapkan 6 buah wadah dari streofoam untuk 2 perlakuan pematahan
dormansi, yaitu dengan cara serafikasi (ampelas) dan perendaman bahan
kimia (H2SO4).
2. Menyiapkan biji lamtoro dan biji kacang hijau masing-masing 10 biji untuk
setiap ulangan.
3. Melakukan pematahan dormansi dengan pengempelasan dan perendeman
dengan bahan kimia (H2SO4) selama 30 menit.
4. Menempatkan biji-biji yang telah diperlakuan pematahan dormansinya ke
masing-masing wadah yang telah diberi alas/media kapas basah.
5. Menempatkan semua cawan petri pada tempat yang sama.
6. Mengamati setiap gejala yang ditunjukkan untuk tiap kelompok biji.
7. Menjaga kondisi tiap unit perlakuan tetap stabil dengan mengontrol kondisi
perlakuannya.

Anda mungkin juga menyukai