FISIOLOGI TUMBUHAN
Kelompok 8:
COVER................................................................................................................. i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2. Tujuan Makalah................................................................................. 1
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
ABA merupakan salah satu zat pengatur tumbuh yang menghambat pertumbuhan
dan perkembangan tanam salah satunya yaitu menghambat pembungaan. Untuk
mencari reseptor ABA, yang tidak saling melengkapi ekspresi yang untuk
mempertahankan pertumbuhan dengan antibody anti-idiotipic (AB2) sehingga ABA
merupakan hormone untuk pertahan dalam siklus hidup (Razem et al., 2004).
Selain itu ABA mempunyai gen AB2 dengan mengisolasi ABAP1 (urutab asam
amino deduktif) yang serupa dengan FCA. FCA merupakan salah satu penghambat
ekspresi FLC (Flowering Locus C). FLC merupakan gen yang menghambat jalur
pembentukan bunga. FCA merupakan reseptor pengikat ABA yang menghasilkan
FCA protein untuk memperomosikan pembungan dengan cara menekan FLC
sehingga proses pembungaan akan terjadi (Mouradov et al, 2002;. Boss et al, 2004;.
Isabel dan Dean, 2006).
Intinya peningkatan protein FCA mencegah akumulasi pengkodean mRNA FLC.
Selain itu FCA memerlukan interaksi dengan FY (Flowering time control protein).
Dalam jalur pembungaan ABA berada pada jalur Autonomus/ autonom.
Biji yang telah dikering anginkan selama 5 jam mengalami susut kadar air
kurang lebih sebanyak 45%. Selain penyusutan bobot, setelah penyimpanan kering
juga terjadi perbedaan sifat fisik kapsul hidrogel kalsium alginate. Sebelum
dikeringkan, biji sintetik tampak segar, berwarna bening, bentuk bulat dengan plb
berwarna hijau segar di dalamnya. Setelah dikeringkan, kapsul hidogel kalsium
alginat mengalami perubahan dengan tampak lebih pucat, terdapat kerutan di bagian
luar kapsul, dengan plb yang masih berwarna hijau. Biji sintetik setelah direhidrasi
tampak lebih segar, warna bening mengkilap dengan ukuran yang lebih besar atau
meng-gembung, serta plb yang berwarna hijau segar.
Biji sintetik selama penyimpanan diharapkan tidak mengalami
perkecambahan. Perkecambahan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
kemampuan plb untuk beregenerasi menembus kapsul hidrogel membentuk tunas
atau akar. Pada peneltitian ini perkecambahan dilakukan untuk mengetahui
keterkaitan antara penyimpanan kering dengan penambahan variasi konsentrasi ABA
terhadap kemampuan perkecambahan biji sintetik. Proses tersebut akan menyebabkan
kapsul hidrogel pada biji sintetik kehilangan air sehingga kebutuhan penyerapan air
oleh plb menjadi terhambat.
Pembuatan biji sintetik pada kondisi tanpa pengeringan menyebabkan biji sintetik
tersebut sudah menunjukkan aktivitas pertumbuhan dan perkembangan pada usia
penyimpanan selama satu minggu penyimpana. Pertumbuhan dan perkembangan
tersebut ditandai dengan munculnya tonjolan pada bagian plb yang ada di dalam
kapsul hidrogel namun belum bisa menembus kapsul hidrogel. Aktivitas
pertumbuhan dan perkembangan pada plb biji sintetik terus berlanjut hingga pada
usia dua minggu menghasilkan perkecambahan seperti pada Gambar 2.A,B.
Biji sintetik yang telah mengalami masa simpan kering dihidrasi untuk mengetahui
viabilitas plb setelah memperoleh cekaman kekeringan selama periode tersebut. Biji
sintetik yang disimpan dalam waktu 2 minggu pasca rehidrasi menunjukkan
kemampuan melakukan perkecambahan ditandai dengan munculnya tunas yang
menembus kapsul hidrogel. Berdasarkan Gambar 3.C, biji sintetik yang telah
disimpan selama 2 minggu pasca redehidrasi menunjukkan aktivitas perkecambahan
ditandai dengan munculnya tinjolan yang menembus kapsul hidrogel. Menurut
Machii (1992), perkecambahan pada biji sintetik adalah kemampuan plb untuk
beregenerasi membentuk tunas atau akar dan menembus matriks enkapsulasi.
A B C
d. Pertumbuhan Tunas
Pengamatan terhadap tinggi tunas dilakukan pada minggu ke-2 setelah penanaman
hingga minggu ke-8. Pertumbuhan tunas untuk masingmasing perlakuan dapat dilihat
pada Gambar 4. Tampak pada gambar tersebut tunas yang muncul berwarna kehijau-
hijauan dengan panjang yang bervariasi dari masing-masing perlakuan yang
diberikan. Pemberian ABA konsentrasi rendah pada biji sintetik menghasilkan
pertumbuhan tunas yang lebih panjang dibandingkan dengan pemberian ABA pada
konsentrasi tinggi. Dari Gambar 5 tampak pula bahwa tunas optimal ditunjukkan oleh
A1 dan A2 dengan konsentrasi pemberian ABA 10 mg/L.
A B C D E
Gambar 4. Jumlah tunas biji sintetik anggrek G. scriptum pada minggu ke-8: A.
Tanpa penambahan konsentrasi ABA, B. Konsentrasi ABA 5 mg/L, C. Konsentrasi
ABA 10 mg/L, D. Konsentrasi ABA 15 mg/L, E. Konsentrasi ABA 20 mg/L.
4.1. Kesimpulan
Etilen merupakan salah satu senyawa Volatil (mudah menguap) yang
dibebaskan pada waktu terjadinya proses pematangan dan merupakan hormone yang
dibutuhkan dalam proses pematangan, dan Asam Absisat (ABA) adalah penghambat
pertumbuhan merupakan lawan dari gibberellin: hormon ini memacu dormansi,
mencegah biji berkecambah dan menyebabkan gugurnya daun, bunga dan buah. Jadi
Mekanisme kerja Etilen bekerja dengan cara mengikatkan diri ke senyawa pengikat
etilen untuk mengaktifkan sinyal yang ada pada gen pematangan. Pematangan akan
berlangsung ketika gen pematangan diaktifkan oleh sinyal dari Etilen sedangkan
Mekanisme kerja zat Penghambat ABA adalah tersebarluar dalam jaringan tanaman,
ABA berinteraksi dengan IAA,gibrelin, sitokinin, dengan sifat antagonism, misalnya
pada GA dengan ABA terhadap pembungaan (GA merangsang ABA senesen ) pada
dormansi biji dan tunas ( GA merangsang perkecambahan¸ABA menghambat/
menekan)
4.2. Saran
Saran pada makalah kelompok kami ini masih jauh dari sempurna, dan bila ada
kekurangan dalam kata atau letak penulisan, kami mohon maaf tetapi dari itu semua
kami berharak makalah kelompok kami ini, dapat memberikan informasi dan bias
membatu menambah wawasan dalam bidang Budidaya Pertanian bagi pembaca, dan
jika ada kekurangan kami harap kritik dari pembaca yang bersifat membagun agar
kami termotivasi dalam mengebangkan makalah untuk lebih sepurna, dan jika ada
kesalahan kata kami mohon maaf, sekian dari makalah kami terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi ratna, 2008. Peranan dan Fungsi Fitohormon Bagi Pertumbuhan Tanaman. Di
akses pada tanggal 17 oktober 2021
Mouradov A, Cremer F, Coupland G. 2002. Control of flowering time: interacting
pathways as a basis for diversity. The Plant Cell 14 (Suppl.): S111–
S130.
Muliawati E, Anggarwulan E, Pitoyo A. 2015. Effects of abcissic acid on viability of
synthetic seed of Grammatophyllum scriptum (Orchidaceae) during
dried storage periods. Bioteknologi 13: 1-8.
Peranan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Dalam Pertumbuhan dan Perkembangan
Tumbuhan. http://www.iel.ipb.ac.id.
Razem FA, Luo M, Liu JH, Abrams SR, Hill RD. 2004. Purification and
characterization of a barley aleurone abscisic acid-binding protein.
Journal of Biological Chemistry 279: 9922–9929.
Rachman, Y. 2012. Pengaruh Pemberian Etilen dan Urea (NH2)2CO Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Nanas. Jurnal Online Mahasiswa 3
(2) : 13-14.