Anda di halaman 1dari 8

TUGAS FISIOLOGI TUMBUHAN

NAMA : HERI KUSWORO

NIM : 202141047

Resume Jurnal Pertumbuhan Terung (Solanum melongena L.)

Menurut International Federation of Organic Agriculture Movements,


pertanian organik merupakan system pertanian yang mendukung dan
mempercepat biodiversity, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah atau suatu
kegiatan bercocok tanam yang ramah lingkungan dengan cara meminimalisasi
dampak negatif bagi alam sekitar. Sementara ciri pertanian organic adalah
menghindari penggunaan benih/bibit hasil rekayasa genetika, mengurangi
penggunaan pestisida kimia sintetis, mengurangi penggunaan zat pengatur tumbuh
(growth regulator) dan pupuk kimia sintetis dan menghindari penggunaan hormon
tumbuh dan bahan aditif sintetik.
Menurut Afiati dan Purnamasari (2019) menyatakan bahwa Terung
(Solanum melongena L.) merupakan tanaman setahun yang berjenis perdu
sayuran yang bergizi tinggi terutama vitamin A, B dan fosfor serta memiliki zat
anti kanker, kandungan tripsin (protease) yang tergantung pada inhibitor yang
dapat melawan zat pemicu kanker. Kandungan setiap 100 g bahan mentah terung
mengandung 26 kalori; 1 g protein; 0,2 g hidrat arang; 25 IU vitamin A; 0,04 g
vitamin B; dan 5 g vitamin C. Buahterung mempunyai khasiat sebagai obatkarena
mengandung alkaloid, solanin dan solasodin. Secara umum terung memiliki rasa
pahit dan daging buahnya menyerupai spons. Rukmana (1994) dalam Davidz
(2018) menyebutkan bahwa klasifikasi buah terung meliputi:
Diviso : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Kelas : Dycotyledonae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum melongena L.
Terung memiliki bentuk yang beragam dengan penyerbukan yang
berlangsung secara silang atau penyerbukan sendiri. Hal ini sesuai dengan Triani
et. al. (2020) bahwa Morfologi tanaman terung memiliki bentuk yang beragam
yaitu silindris, lonjong, oval atau bulat. Letak buah terung tergantung dari tangkai.
Memiliki biji dalam jumlah banyak yang tersebar di dalam daging buah. Daun
kelopak melekat pada dasar buah, berwarna hijau atau keunguan. Dalam satu
bunga terdapat alat kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamin betina (putik).
Bunga terung bentuknya mirip bintang, berwarna biru atau lembayung, cerah
sampai gelap. Penyerbukan bunga dapat berlangsung secara silang maupun
menyerbuk sendiri. Kisaran ketinggian tempat yang sesuai untuk tanaman terung
berkisar antara 1.000 - 1.200 m dpl. Suhu untuk tanaman terung untuk
pertumbuhannya yaitu suhu udara berkisar antara 22 - 30 0C pada siang hari 9-12
0
C. Beberapa hal yang mengakibatkan penurunan produksi tersebut adalah akibat
perawatan tanaman yang kurang intensif, kebutuhan hara yang kurang terpenuhi
dan keterbatasan lahan Salah satu upaya peningkatan produksi terung dapat
dilakukan baik dari dalam maupun dari luar. Upaya dari luar yang dapat dilakukan
adalah melakukan manipulasi lingkungan, diantaranya dengan perbaikan teknik
budidaya, sedangkan upaya peningkatan dari dalam dapat dilakukan dengan
manipulasi tanaman, salah satunya dengan pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT).
Zat pengatur tumbuh (ZPT) sering disebut fitohormon yaitu zat organik yang
mempengaruhi perkembangan tanaman dan umumnya aktif pada konsentrasi
rendah. fitohormon adalah sekumpulan senyawa organik bukan hara, baik yang
terbentuk alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar tertentu dapat
mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan. Terdapat lima kelompok utama ZPT yaitu auksin, sitokinin, giberelin,
asam absisat dan etilen (etena, ETH). Secara alami ZPT diproduksi oleh
tumbuhan itu sendiri, namun sebagiannya dapat pula direkayasa dan dibuat
sintetiknya seperti kelompok auksin dan sitokinin. Auksin, sitokinin, dan giberelin
bersifat positif bagi pertumbuhan tanaman pada konsentrasi fisiologis. Sementara
etilen dapat mendukung maupun menghambat pertumbuhan, dan asam absisat
merupakan penghambat (inhibitor) pertumbuhan. Menurut Emilda (2020)
mengatakan bahwa fungsi hormon pada tumbuhan antara lain:
 Auksin berfungsi dalam mengontrol pertumbuhan melalui pembesaran sel,
atau dengan pembelahan sel. Disamping itu juga berperan merangsang
diferensiasi sel, pembentukan akar pada stek tanaman, serta pembentukan
jaringan xilem dan floem.
 Giberelin berperan untuk mendorong perkembangan biji dan kuncup,
pemanjangan batang dan pertumbuhan daun; mendorong pembungaan dan
perkembangan buah; mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar.
 Sitokinin bekerja dalam pembelahan dan pembesaran sel, penuaan, dan
transportasiasam amino pada tumbuhan.
 Asam absisat (ABA) berperan dalam menghambat pertumbuhan,
merangsang penutupan stomata pada waktu kekurangan air,
mempertahankan dormansi.
 Etilen berperan mendorong pematangan; memberikan pengaruh yang
berlawanan dengan beberapa pengaruh auksin; mendorong atau
menghambat pertumbuhan dan perkembangan akar, daun, batang serta
bunga.
Sejalan dengan perkembangan ini, maka upaya mencari bahan-bahan
sumber Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) alami terus dilakukan untuk menggantikan
ZPT sintetik karena selain harga yang cukup mahal juga memiliki efek samping
jika sering digunakan.
Terung memiliki fase tumbuh yang dimulai dari fase juvenile, maturity
hingga senescene. Fase juvenile/vegetatif mengarah pada pembentukan atau
pertumbuhan daun, akar, dan batang dan percabangan. Ketika mencapai fase
dewasa/generatif, pertumbuhan sepenuhnya atau sebagian besar diarahkan pada
pembungaan dan pembuahan, sehingga pertumbuhan daun, akar, dan percabangan
mulai berhenti atau berkurang. Pada fase reproduktif karbohidrat disimpan
(ditimbun) dan tanaman menyimpan sebagian besar karbohidrat yang
dibentuknya. Fase vegetatif karbohidrat digunakan untuk pertumbuhan dan
pematangan organ tumbuhan. Fase juvenile merupakan fase Dimana tumbuhan
memiliki laju pertumbuhan yang sangat tinggi karena selnya yang aktif
membelah. Setiap fase pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh hormon endogen
maupun dibantu dengan pemberian hormon eksogen untuk menunjang dan
memaksimalkan pertumbuhan. Dimulai dari perkecambahan yang dipengaruhi
oleh hormon giberelin dan etilen. Hromon giberelin berperan untuk merangnsang
imbibisi air ke dalam biji dan mengaktifkan proses perkecambahan. Hal ini sesuai
dengan Liu et. al., (2023) bahwa giberelin merupakan hormon tumbuh alami pada
tanaman yang berperan mempercepat perkecambahan. Nurmiati dan Gazali
(2019) menambahkan bahwa peranan hormone giberelin adalah merangsang
perkecambahan yaitu dalam pemecahan dormansi. memicu terjadi proses imbibisi
yang menyebabkan terjadinya pelepasan giberelin dari embrio yang kerjanya
mengaktifkan enzim-enzim yang berperan dalam memecah cadangan makanan
dalam biji seperti amylase, protease, lipase. Menurut Zhou et. al., (2023)
menyatakan bahwa giberelin bersama auksin dapat menstilmulasi perkecambahan,
pembentukan akar dan tunas.
Setelah berkecambah selanjutnya terung mengalami fase vegetative
dengan pembelahan sel yang cepat, ditunjukkan dengan pertambahan akar, tunas
dan daun baru. Proses ini sangat dipengaruhi oleh hormon auksin yang
mendukung aktivitas pembelahan terutama pada jaringan meristem tumbuhan. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Rezaeian et. al., (2022) yang mengatakan bahwa
auksin adalah hormon tumbuhan yang ditemukan pada ujung batang, akar, dan
bunga yang berfungsi sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan
sel di daerah belakang meristem ujung. Pernyataan ini diperkuat oleh Alpriyan
dan Karyawati (2018) dalam Nurita dan Yuliani (2023) bahwa mekanisme kerja
auksin adalah merangsang protein khusus di dalam membran plasma sel yang
akan memompa ion H+ ke dalam dinding sel, yang nantinya ion H+ ini akan
berfungsi dalam pengaktifan enzim serta memutus ikatan hidrogen yang terdapat
di dinding sel sehingga air dapat masuk melalui proses osmosis dan menyebabkan
pertumbuhan sel. Permatasari (2016) menambahkan bahwa hormon auksin juga
berperan penting dalam proses perkecambahan suatu tanaman. Mekanisme kerja
auksin akan mempengaruhi pemanjangan sel-sel pada tanaman. Cara kerja auksin
adalah dengan cara mempengaruhi pengendoran/pelenturan dinding sel. Sel
tumbuhan kemudian memanjang akibat air yang masuk secara osmosis. Setelah
pemanjangan sel ini,sel terus tumbuh dan mensitesis kemabali material dinding
sel dan sitoplasma. Selain memacu pemanjangan sel yang akan menyebabkan
pemnjangan batang dan akar.
Fase maturity menunjukkan proses pembelahan sel yang sedikit melambat
dari fase juvenile, namun pada fase ini terjadi proses pembesaran volume batang
dan pematangan organ vegetative tanaman. Hormon yang berperan adalah
giberelin untuk penambahan volume pembentangan sel dan sitokinin yang
berperan dalam pengaturan pembuluh angkut pada tanaman. Hal ini sesuai
Avitasari dan Sopandi (2019) yang menyatakan bahwa giberelin merupakan
hormon sintetik bagi pertumbuhan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman, dari perkecambahan sampai senesen dan yang terpenting pada
pembelahan sel dan pembesaran sel. Giberelin dapat berpengaruh terhadap
pemanjangan batang, pembungaan, pembuahan, serta meningkatkan jumlah buah
dan besar buah. Jumlah sel yang meningkat termasuk di dalam jaringan pada
daun, memungkinkan terjadinya peningkatan fotosintesis penghasil karbohidrat,
yang dapat memengaruhi bobot buah. Giberelin memicu terbentuknya enzim α-
amilase yang akan memecah amilum sehingga kadar gula dalam sel akan naik
sehingga air diluar sel akan masuk kedalam sel yang akan mengakibatkan sel
memanjang. Hasil dari pemecahan amilum ini juga akan digunakan untuk
respirasi oleh mitokondria sehingga menghasilkan ATP yang nantinya digunakan
untuk energi dalam proses pembentangan sel. Sejalan dengan pernyataan Triani
et. al., (2020) bahwa giberelin mampu mempengaruhi sifat genetik dan proses
fisiologi yang terdapat dalam tanaman, seperti pembungaan, partekanokarpi, dan
mobilisasi karbohidrat selama masa perkecambahan berlangsung. Pemberian
giberelin dapat berperan pada proses stimulasi sel generatif untuk sering
membelah dan menurunkan absisi bunga sehingga jumlah bunga mengalami
peningkatan. Kadar giberelin pada tanaman dapat meningkatkan kadar auksin. Hal
ini karena giberelin mampu memacu pembentukan enzim proteolitik. Enzim ini
berfungsi untuk melunakkan dinding sel pada tanaman. Dinding sel tanaman yang
melunak dapat mengakibatkan lepasnya amino triptofan. Senyawa ini merupakan
prekursor auksin, sehingga kadar auksin dapat meningkat. Auksin berfungsi pada
pembelahan sel, sedangkan giberelin berfungsi pada pembentangan sel. Sehingga
kerja yang sinergi antara auksin dengan giberelin tersebut membuat ukuran sel
bertambah. Hal ini sependapat dengan Davidz (2018) Hormon sitokinin
merupakan hormon turunan dari adenin yang berfungsi dalam hal pembelahan sel
dan diferesiansi mitosis, disintesis pada ujung akar dan translokasi pada pembuluh
xilem. Sitokinin terutama juga bekerja pada proses cytokinesis (proses
pembelahan sel) pada berbagai organ tanaman. Konsentrasi sitokinin yang
tertinggi di daerah meristematik dan daerah potensi pertumbuhan berkelanjutan
seperti akar, daun muda, pengembangan buah-buahan, dan biji-bijian. Abidin
(1993) dalam Nurmiati dan Gazali (2019) menambahkan bahwa apabila
perbandingan konsentrasi sitokinin lebih besar daripada auksin, maka akan
memperlihatkan pertumbuhan tunas dan daun, sebalikanya apabila konsentrasi
sitokinin lebih kecil daripada auksin maka akan menstimulasi pembentukan kalus
dan akhirnya akan terbentuk akar. Apabila konsentrasi sitokinin berimbang
dengan konsentrasi auksin, maka pertumbuhan tunas, daun, dan akar akan
seimbang.
Seiring dengan penyempurnaan pertumbuhan vegetative tumbuhan maka
akan memasuki fase generative dengan ditandai berhentinya pertumbuhan dan
munculnya bunga. Pada fase ini tanaman akan memfokuskan energi dan serapan
unsur hara untuk penyempurnaan organ reproduksi. Pemebentukan bunga
dorangsang oleh hormon giberelin. Sementara setelah terbentuk bunga maka akan
terjadi proses penyerbukan yang akan menghasilkan buah. Untuk memaksimalkan
pembesaran buah dapat meningkatkan pemberian giberelin pada tanaman. Dengan
adanya buah agar cepat matang maka tanaman akan memproduksi hormon etilen
dan asam absisat. Hormon etilen merangsang pematangan buah. Sedangkan asam
absisat akan menurunkan proses fisiologi tanaman. Hal ini sesuai dengan Harahap
et. al., (2014) bahwa gas etilen dapat mempercepat pematangan buah yang sejalan
dengan kondisi suhu yang optimal. Mayasari dan Simbolon (2020) menambahkan
bahwa suhu rendah menurunkan efektifitas fungsi gas etilen dan memperlambat
pematangan buah.

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 1993. Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Pengatur Tumbuh. Angkasa,
Bandung.
Afiati, I., dan R. T. Purnamasari. 2019. Pengaruh Pemberian Bakteri Endofit
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terung Ungu (Solanum
melongena L.). Jurnal Agroteknologi Merdeka Pasuruan, 3(1): 32-37.
Alpriyan, D. dan Karyawati A. S. 2018. Pengaruh Konsentrasi dan Lama
Perendaman Hormon Auksin Pada Bibit Tebu (Saccharum officinarum l.)
Teknik Bud Chip. Jurnal Produksi Tanaman, 6(7): 1354-1362.
Alvitasari, F., dan T. Sopiandi. 2019. Karakteristik Buah dan Biji Terong
(Solanum melongena L. var. Kenari) Setelah Diberi Ekstrak Air Akar
Eceng Gondok (Eichhornia crassipes). Stigma, 12(2): 71-81.
Davidz S. P. 2018. Pengaruh Kadar Dan Lama Perendaman Air Kelapa Muda
Terhadap Perkecambahan Benih Terung (Solanum melongena). Jurnal
ilmiah Unstar Rote, hal: 1-20.
Emilda. 2020. Potensi Bahan-Bahan Hayati sebagai Sumber Zat Pengatur
Tumbuh (Zpt) Alami. JAR, 3(2): 64-72.
Harahap, F. H., E. Julianti dan M. Nurminah. 2014. Aplikasi Perangsang
Pematangan pada Buah Terung Belanda (Chipomandra betaceae) yang
Dikemas dengan Kemasan Atmosfir Termodifikasi. Jurnal Rekayasa
Pangan dan Pertanian, 2(1): 1-11.
Liu, R., B. Shu, Y. Wang, B. Yu, Y. Wang, Y. Gan, Y. L. Z. Qiu, J. Yang, S. Yan
dan B. Cao. 2023. Transcriptome analysis reveals key genes involved in
the eggplant response to high-temperature stress. Environmental and
Experimental Botany 211, 105369.
Mayasari dan J. Simbolon. 2020. Prediksi Laju Respirasi Terong Dengan
Persamaan Arrhenius. Jurnal Agroteknosains, 4(2): 21-27.

Nurita, F. D., dan Yuliani. 2023. Pengaruh Kombinasi Auksin dan Giberelin
Terhadap Pertumbuhan dan Partenokarpi Pada Tanaman Terung (Solanum
melongena var. Gelatik). LenteraBio, 12(3): 457-465.
Nurmiati dan Z. Gazali. 2019. Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman
Ekstrak Tauge (Vigna radiata L.) terhadap Perkecambahan Terung
(Solanum melongena L.). Jurnal Pendidikan Biologi dan Sains
(PENBIOS), 4(1): 41-46.
Permatasari, 2016. Pengaruh Pemberian Hormon Giberelin Terhadap
Pertumbuhan Buah Secara Partenokarpi pada Tanaman Tomat Varietas
Tombatu F1. LenteraBio 5 (1): 25-31.
Rezaeian, Z., M. Haghighi dan N. Kappel. 2022. The effect of spermidine and
methionine application thorough two biosynthetic paths on flowering of
early and late flowering genotypes of eggplant (Solanum melongena L.).
Scientia Horticulturae 306, 111459.
Rukmana, R., 1994. Usaha Tani Sayuran. Kanisius, Yogyakarta.
Triani, N., V. P. Permatasari dan Guniarti. 2020. Pengaruh Konsentrasi dan
Frekuensi Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Giberelin (Ga3) terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terung (Solanum melongena L. cv.
ANTABOGA-1). Agricultural Journal 3(2): 144-155.
Zhou, S., Y. Yang, M. Zou, T. Tao, X. Tang, Y. Wang dan S. Tian. 2023. The
molecular mechanism of eggplant parthenocarpy revealed through a
combined analysis of the transcriptome and the metabolome. Industrial
Crops & Products 193, 116168.

Anda mungkin juga menyukai