Albumin merupakan protein utama dalam plasma manusia (+3,4-4,7 g/dl) dan
menyusun sekitar 60% dari total protein plasma. Albumin manusia yang matur
terdiri atas satu rantai polipeptida yang tersusun dari 585 asam amino (Tabel 5.) dan
mengandung 17 buah ikatan disulfida. Albumin mempunyai bentuk elips, yang
berarti protein ini tidak akan banyak meningkatkan viskositas plasma sebagaimana
yang dilakukan oleh molekul berbentuk memanjang seperti fibrinogen. Karena
massa molekulnya yang relatif rendah (400.000) dan konsentrasinya yang tinggi (0,4-
0,5%), albumin diperkirakan bertanggung jawab atas 75-80% dari tekanan osmotik
pada plasma manusia (Murray, dkk, 2003 dan Slamet Sudarmadji, 2003).
Dilihat dari asam amino penyusunnya albumin termasuk protein lengkap yang
dibangun oleh sejumlah asam amino esensial dan non esensial yang ditunjukkan
pada Tabel.
B. Fungsi Albumin
Memelihara tekanan onkotik. Tekanan onkotik yang ditimbulkan oleh albumin
akan memelihara fungsi ginjal dan mengurangi edema pada saluran
pencernaan, dan dimanfaatkan dengan metode hemodilusi untuk menangani
penderita serangan stroke akut.
Mengusung hormon tiroid
Mengusung hormon lain, khususnya yang dapat larut dalam lemak
Mengusung asam lemak menuju hati
Mengusung obat-obatan dan memperpendek waktu paruh obat tersebut
Mengusung bilirubin
Mengikat ion Ca2+
Sebagai larutan penyangga
Sebagai protein radang fase-akut negatif. Konsentrasi albumin akan menurun
sebagai pertanda fase akut respon kekebalan tubuh setelah terjadi infeksi,
namun bukan berarti bahwa tubuh sedang dalam keadaan kekurangan nutrisi.
Albumin merupakan protein yang mudah larut dalam air, serta dapat
diendapkan dengan penambahan amonium sulfat berkonsentrasi tinggi 70-
100% atau pengaturan pH sampai mencapai pH Isoelektriknya. pH
Isoelektrik albumin bervariasi antara 4,6 (albumin telur) sampai 4,9 (albumin
serum) (Eddy Suprayitno, 2003). pH Isoelektrik beberapa protein dapat
dilihat pada Tabel dibawah ini.
D. Metabolisme Albumin
Dalam tubuh manusia dewasa albumin disintesa oleh hati sekitar 100-200
mikrogram per gram jaringan hati per hari. Albumin didistribusikan secara vaskuler
dalam plasma dan secara ekstravaskuler dalam kulit, otot, dan beberapa jaringan
lain. Sintesa albumin dalam sel hati dilakukan dalam dua tempat, pertama pada
polisom bebas dimana dibentuk albumin untuk keperluan intravaskuler. Kedua,
poliribosom yang berkaitan dengan retikulum endoplasma dimana dibentuk
albumin untuk didistribusikan ke seluruh tubuh (Eddy Suprayitno, 2003).
Sintesa albumin dipengaruhi beberapa faktor, yaitu nutrisi terutama asam
amino, hormon dan adanya suatu penyakit. Asam amino yang dapat merangsang
terjadinya sintesa albumin adalah triptofan, arginin, ornitin, lisin, fenilalanin, treonin
dan prolin. Sedangkan hormon yang dapat merangsang sintesa albumin adalah
tiroid, hormon pertumbuhan, insulin, adrenokortikotropik, testosteron, dan korteks
adrenal. Adapun yang dapat menghambat sintesa albumin adalah alkohol serta
adanya suatu penyakit yang mengakibatkan gangguan sintesa albumin seperti pada
seseorang penderita penyakit hati kronis, ginjal, dan kekurangan gizi seperti
kwashiorkor (Murray, dkk, 2003).
E. Pemisahan Albumin
1. Elektroforesa
2. Kromatografi
Sebagian besar protein dapat diendapkan dari larutan air dengan penambahan
asam tertentu, seperti asam triklorasetat dan asam perklorat. Penambahan ini
menyebabkan terbentuknya garam protein yang tidak larut. Zat pengendap lainnya
adalah asam tungstat, fosfotungstat, dan metafosfat. Protein jugha dapat
diendapkan dengan kation tertentu seperti Zn dan Pb (Wirahadikusumah, 1981).
Titik isoelektrik adalah pH pada saat protein memiliki kelarutan terendah dan
mudah membentuk agregat dan mudah diendapkan (Sudarmadji, 1996). Berbagai
protein globular mempunyai daya kelarutan yang berbeda di dalam air. Variable
yang mempengaruhi kelarutan ini dalah pH, kekuatan ion, sifat dielektrik pelarut
dan temperature. Setiap protein mempunyai pH isoelektrik, dimana pada pH
isoelekrik tersebut molekul protein mempunyai daya kelarutan yang minimum.
Thenawijaya (1987) menjelaskan bahwa perubahan pH akan mengubah ionisasi
gugus fungsional protein, yang berarti pula mengubah muatan protein. Protein
akan mengendap pada titik isoelektiknya, yaitu titik yang menunjukkan muatan
total protein sama dengan nol (0), sehingga interaksi antar protein menjadi
maksimum.
5. Menghilangkan (Pembengkakan)