Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Protein adalah suatu makromolekul yang tersusun atas molekul-
molekul asam amino yang berhubungan satu dengan yang lain melalui
suatu ikatan yang dinamakan ikatan peptida. Sejumlah besar asam amino
dapat membentuk suatu senyawa protein yang memiliki banyak ikatan
peptida, karena itu dinamakan polipeptida. Secara umum protein berfungsi
dalam sistem komplemen, sumber nutrisi, bagian sistem buffer plasma,
dan mempertahankan keseimbangan cairan intra dan ekstraseluler.
Berbagai protein plasma terdapat sebagai antibodi, hormon, enzim, faktor
koagulasi, dan transport substansi khusus.
Protein-protein kebanyakan disintesis di hati. Hepatosit-hepatosit
mensintesis fibrinogen, albumin, dan 60 – 80 % dari bermacam-macam
protein yang memiliki ciri globulin. Globulin-globulin yang tersisa adalah
imunoglobulin (antibodi) yang dibuat oleh sistem limforetikuler.
Dua kelompok besar dari serum protein yang umumnya diminta untuk
diperiksa di laboratorium kimia klinik adalah albumin dan globulin.
Pemeriksaan protein total dan albumin sebaiknya dilengkapi dengan
pemeriksaan fraksi protein serum dengan teknik elektroforesis. Dengan
pemeriksaan elektroforesis protein serum dapat diketahui perubahan fraksi
protein di dalam serum. Pemeriksaan elektroforesis protein serum ini
menunjukkan perubahan fraksi protein lebih teliti dari hanya memeriksa
kadar protein total dan albumin serum.
Albumin (bahasa Latin: albus, white) adalah istilah yang digunakan
untuk merujuk ke segala jenis proteinmonomer yang larut dalam air atau
garam dan mengalami koagulasi saat terpapar panas. Substansi yang
mengandung albumin, seperti putih telur, disebut albuminoid. Albumin
merupakan protein utama dalam plasma manusia (+3,4-4,7 g/dl) dan
menyusun sekitar 60% dari total protein plasma. Albumin manusia yang
matur terdiri atas satu rantai polipeptida
Fungsi albumin yang penting lainnya adalah kemampuannya untuk
mengikat berbagai macam materi, mencakup asam lemak bebas (FFA),
kalsium, hormon steroid tertentu, bilirubin dan sebagian triptofan plasma.
Di samping itu, albumin memainkan peranan yang penting dalam
transportasi tembaga dalam tubuh manusia. Sejumlah obat terikat dengan
albumin hal ini tentunya mempunyai implikasi farmakologis yang penting.
Pada percobaan ini dilakukan pengujian protein total dan albumin dengan
menggunakan sampel darah (serum darah) sehingga kita dapat
menganalisis dan menginterpretasi data klinis protein total dan albumin
dalam spesimen serum.

B. Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan
memahami cara pemeriskaan protein total dan albumin dalam spesimen
serum darah, serta menginterpretasikan data yang diperoleh.

C. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan yaitu :
 Untuk mengetahui kadar protein total dalam spesimen serum darah.
 Untuk menentukan kadar albumin dalam spesimen serum darah.

D. Prinsip Percobaan
Adapun prinsip percobaan yaitu :
1. Pemeriksaan kadar protein total dalam serum dengan menggunakan
ragen TPR, yang kemudian di ukur absorbannya dengan menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 546 nm.
2. Pemeriksaan kadar albumin dalam serum dengan menggunakan ragen
albumin, yang kemudian di ukur absorbannya dengan menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 546 nm.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Serum adalah cairan yang tersisa setelah darah menggumpal atau


membeku. Koagulasi mengubah semua fibrinogen menjadi fibrin yang
padat dan dalam prosesnya mengonsumsi factor VIII, factor V, dan
protrombin. Protein-protein koagulasi lainnya dan protein yang tidak
terkait dengan hemostasis, tetap berada dalam serum dengan kadar serupa
dengan dalam plasma. Serum normal tidak mengandung fibrinogen,
protrombin, factor VIII, factor V, dan factor XIII, tetapi mengandung
factor XII, XI, X, IX, dan VII. Apabila proses koagulasi berlangsung
secara abnormal, serum mungkin mengandung sisa fibrinogen atau
protrombin yang belum dikonversi (Ronald,2004 )

Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien, tidak


seperti bahan makronutrien lainnya (karbohidrat, lemak), protein ini
berperan lebih penting dalam pembentukan biomolekul daripada sumber
energy (penyusun bentuk tubuh). Namun demikian apabila organisme
sedang kekurangan energi, maka protein ini dapat juga di pakai sebagai
sumber energi. Keistimewaan lain dari protein adalah strukturnya yang
selain mengandung N, C, H, O, kadang mengandung S, P, dan Fe.
(Winarno. F.G, 1992).

Protein adalah molekul makro yang mempunyai berat molekul


antara lima ribu hingga beberapa juta. Protein terdiri atas rantai-rantai
asam amino, yang terikat satu sama lain dalam ikatan peptida. Asam
amino yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, dan
nitrogen. Ada beberapa asam amino mengandung unsur- unsur fosfor, besi,
iodium, dan cobalt. Unsur nitrogen adalah unsur utama protein, karena
terdapat di dalam semua protein akan tetapi tidak terdapat di dalam
karbohidrat dan lemak. Unsur nitrogen merupakan 16% dari berat protein.
Molekul protein lebih kompleks daripada karbohidrat dan lemak dalam hal
berat molekul dan keanekaragaman unit-unit asam amino yang
membentuknya. Molekul protein mengandung pula posfor, belerang dan
ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga
(Winarno. F.G, 1992).
Protein-protein kebanyakan disintesis di hati. Hepatosit-hepatosit
mensintesis fibrinogen, albumin, dan 60 – 80 % dari bermacam-macam
protein yang memiliki ciri globulin. Globulin-globulin yang tersisa adalah
imunoglobulin (antibodi) yang dibuat oleh sistem limforetikuler.
(Riswanto, 2009).
Penetapan kadar protein dalam serum biasanya mengukur protein
total, dan albumin atau globulin. Ada satu cara mudah untuk menetapkan
kadar protein total, yaitu berdasarkan pembiasan cahaya oleh protein yang
larut dalam serum. Penetapan ini sebenarnya mengukur nitrogen karena
protein berisi asam amino dan asam amino berisi nitrogen. (Riswanto,
2009).
Total protein terdiri atas albumin (60%) dan globulin (40%). Bahan
pemeriksaan yang digunakan untuk pemeriksaan total protein adalah
serum. Bila menggunakan bahan pemeriksaan plasma, kadar total protein
akan menjadi lebih tinggi 3 – 5 % karena pengaruh fibrinogen dalam
plasma. (Riswanto, 2009).
Cara yang paling sederhana dalam penetapan protein adalah dengan
refraktometer (dipegang dengan tangan) yang menghitung protein dalam
larutan berdasarkan perubahan indeks refraksi yang disebabkan oleh
molekul-molekul protein dalam larutan. Indeks refraksi mudah dilakukan
dan tidak memerlukan reagen lain, tetapi dapat terganggu oleh adanya
hiperlipidemia, peningkatan bilirubin, atau hemolisis. (Riswanto, 2009).
Saat ini, pengukuran protein telah banyak menggunakan analyzer
kimiawi otomatis. Pengukuran kadar menggunakan prinsip penyerapan
(absorbance) molekul zat warna. Protein total biasanya diukur dengan
reagen Biuret dan tembaga sulfat basa. Penyerapan dipantau secara
spektrofotometri pada λ 545 nm. Albumin sering dikuantifikasi sendiri.
Sedangkan globulin dihitung dari selisih kadar antara protein total dan
albumin yang diukur (Riswanto, 2009).
 Struktur Protein
Molekul protein adalah rantai panjang yang tersusun oleh mata
rantai asam- asam amino. Dalam molekul protein, asam-asam amino saling
dirangkaikan melalui reaksi gugusan karboksil asam amino yang satu
dengan gugusan amino dari asam amino yang lain, sehingga terjadi ikatan
yang disebut ikatan peptida. Ikatan pepetida ini merupakan ikatan tingkat
primer. Dua molekul asam amino yang saling diikatkan dengan cara
demikian disebut ikatan dipeptida. Bila tiga molekul asam amino, disebut
tripeptida dan bila lebih banyak lagi disebut polypeptida. Polypeptida yang
hanya terdiri dari sejumlah beberapa molekul asam amino disebut
oligopeptida. Molekul protein adalah suatu polypeptida, dimana sejumlah
besar asam-asam aminonya saling bertemu dengan ikatan peptida tersebut
Struktur umum asam amino terdiri atas beberapa bagian:
1. Gugusan amino
2. Gugusan karboksil
3. Gugusan sisa molekul (molecular rest)
Perbedaan asam amino yang satu dengan yang lainnya terletak
pada struktur sisa molekul R. Asam amino yang tidak dapat disintesis oleh
tubuh disebut asam amino esensial. Untuk orang dewasa terdapat 8 jenis
asam amino esensial, yaitu lisin, leusin, isoleusin, valin, treonin,
fenilalanin, metionin, triptofan, sedangkan untuk anak-anak yang sedang
tumbuh, ditambahkan dua jenis lagi, ialah histidin dan arginin. Dalam
molekul protein, asam-asam amino saling dirangkaikan melalui reaksi
gugusan karboksil asam amino yang satu dengan gugusan amino dari asam
amino yang lain, sehingga terjadi ikatan yang disebut ikatan peptida.
 Sifat Protein

Adapun sifat-sifat kimia protein adalah sebagai berikut:


1. Berat molekul protein sangat besar
Protein merupakan molekul yang sangat besar, sehingga mudah
sekali mengalami perubahan bentuk fisik maupun aktivitas biologis.
Banyak faktor yang menyebabkan perubahan sifat alamiah protein
misalnya : panas, asam, basa, pelarut organik, pH, garam, logam berat,
maupun sinar radiasi radioaktif. Perubahan sifat fisik yang mudah diamati
adalah terjadinya penjendalan (menjadi tidak larut) atau pemadatan
(Sudarmadji, 2006).
2. Protein merupakan koloid di alam
Albumin merupakan koloid alamiah pertama yang digunakan
sebagai volume expander sehubungan dengan fungsinya dalam
meningkatkan tekanan ankotik intravaskular sehingga mampu
memperbesar volume intravaskular dan memperbaiki perfusi jaringan.
Albumin juga berfungsi sebagai alat transport beberapa zat penting seperti
lemak, toksin, obat-obatan (Poedjiadi, 2005).
3. Protein dapat larut dalam larutan yang berbeda
Ada protein yang larut dalam air, ada pula yang tidak larut dalam
air, tetapi semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti misalnya
etil eter. Daya larut protein akan berkurang jika ditambahkan garam,
akibatnya protein akan terpisah sebagai endapan. Apabila protein
dipanaskan atau ditambahkan alkohol, maka protein akan menggumpal.
Hal ini disebabkan alkohol menarik mantel air yang melingkupi molekul-
molekul protein. Adanya gugus amino dan karboksil bebas pada ujung-
ujung rantai molekul protein, menyebabkan protein mempunyai banyak
muatan dan bersifat amfoter (dapat bereaksi dengan asam maupun basa).
Dalam larutan asam (pH rendah), gugus amino bereaksi dengan H+,
sehingga protein bermuatan positif. Bila pada kondisi ini
dilakukanelektrolisis, molekul protein akan bergerak kearah katoda. Dan
sebaliknya, dalam larutan basa (pH tinggi) molekul protein akan bereaksi
sebagai asam atau bermuatan negatif, sehingga molekul protein akan
bergerak menuju anoda (Sumitro, 2010).
4. Protein bersifat amfoter
Protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam
dan basa. Daya larut protein berbeda di dalam air, asam, dan basa; ada
yang mudah larut dan ada yang sukar larut. Namun, semua protein tidak
larut dalam pelarut lemak seperti eter dan kloroform. Apabila protein
dipanaskan atau ditambah etanol absolut, maka protein akan menggumpal
(terkoagulasi). Hal ini disebabkan etanol menarik mantel air yang
melingkupi molekul-molkeul protein. Kelarutan protein di dalam suatu
cairan, sesungguhnya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain,
pH, suhu, kekuatan ionik dan konstanta dielektrik pelarutnya (Almatsier,
2004).
Protein memegang peranan penting dalam berbagai proses biologi. Peran-
peran tersebut antara lain:
 Transportasi dan penyimpanan
Molekul kecil dan ion-ion ditansport oleh protein spesifik. Contohnya
transportasi oksigen di dalam eritrosit oleh hemoglobin dan transportasi
oksigen di dalam otot oleh mioglobin.
 Proteksi imun
Antibodi merupakan protein yang sangat spesifik dan sensitif dapat
mengenal kemudian bergabung dengan benda asing seperti: virus, bakteri,
dan sel dari organisma lain.
 Koordinasi gerak
Kontraksi otot dapat terjadi karena pergeseran dua filamen protein.
Misalnya pergerakan kromosom saat proses mitosis dan pergerakan
sperma oleh flagela.
 Penunjang mekanis
Ketegangan dan kekerasan kulit dan tulang disebabkan oleh kolagen yang
merupakan protein fibrosa.
 Katalisis enzimatik
Sebagaian besar reaksi kimia dalam sistem biologi, dikatalisis oleh enzim
dan hampir semua enzim yang berperan adalah protein.
 Membangkitkan dan menghantarkan impuls saraf
Rangsang spesifik direspon oleh selespon sel saraf diperantarai oleh
protein reseptor. Contohnya rodopsin adalah protein yang sensitive
terhadap cahaya ditemukan pada sel batang retina. Contoh lainnya adalah
protein reseptor pada sinapsis.
 Pengendali pertumbuhan dan diferensiasi
Protein mengatur pertumbuhan dan diferensiasi organism tingkat tinggi.
Misalnya faktor pertumbuhan saraf mengendalikan pertumbuhan jaringan
saraf. Selain itu, banyak hormon merupakan protein (Santoso, H. 2008).

 Macam macam protein


a. Protein berbentuk bulat (globular)
Protein berbentuk bulat (globular) diantaranya adalah (Sudarmadji, 2006) :
1) Albumin
Albumin adalah protein yang larut dalam air dan menggumpal apabila
terkena panas. Umumnya albumin menjadi komponen pada albumin telur,
albumin serum, leucosin pada gandum dan legumelin pada kacang-
kacangan.
2) Globulin
Globulin umumnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam asam kuat dan
menggumpal apabila terkena panas.Globulin terdapat sebagai komponen
globulin serum, fibrinogen, myosinogen, edestin pada biji hemp, legumin
pada kacang-kacangan, concanavalin pada jack bean dan excelsin pada
kacang Brazil.
3) Glutein
Glutelin tidak larut dalam air dan pelarut netral, tetapi lebih cepat larut
dalam larutan asam atau basa. Contoh yang umum terdapat pada glutelin
pada jagung yang lisinnya tinggi, dan oxyzenin pada padi.
4) Prolamin atau gliadin
Prolamin atau gliadin adalah protein sederhana yang larut dalam 70 sampai
dengan 80 persen etanol tetapi tidak larut dalam air, alkohol dan pelarut
netral. Contohnya terdapat pada zein dalam jagung dan gandum, gliading
pada gandum dan rye serta hordein pada barley.
5) Histon
Histon adalah protein dasar yang larut dalam air, tetapi tidak larut dalam
larutan amonia. Histon sebagian besar bergabung dengan asam nukleat
pada sel makluk hidup. Contoh yang umum adalah globin pada
hemoglobin dan scombron pada spermatozoa mackerel.
6) Protamin
Protamin adalah molekul dengan bobot rendah pada protein, larut dalam
air, tidak menggumpal terkena panas berbentuk garam stabil. Contohnya
adalah salmine dari sperma ikan salmon, sturine dari ikan sturgeon,
clupeine dari ikan herring, dan scombrine dari ikan mackerel. Protamin
umumnya bersatu dengan asam nukleat dalam sperma ikan.

b. Protein berbentuk serat (fibrous)


Protein berbentuk serat (fibrous), diantaranya adalah (Sudarmadji, 2006) :
1) Kolagen
Kolagen adalah protein utama pada jaringan penghubung skeletal.
Umumnya collagen tidak larut dalam air dan tahan pada enzim pencernaan
hewan, tetapi berubah cepat dalam bentuk larutan, dalam bentuk gelatin
lebih mudah dicerna apabila dipanaskan dalam air atau larutan asam atau
basa. Kolagen mempunyai karakteristik struktur asam amino unik
diantaranya adalah hidroksiprolin yang molekulnya besar, hidroksilisin
sistein, sistin dan triptofan
2) Elastin
Elastin adalah protein pada jaringan elastis seperti pada tendon dan arteri.
Meskipun penampakannya sama dengan kolagen, elastin tidak dapat
diubah menjadi gelatin
3) Keratin
Keratin merupakan protein yang suka dilarutkan dan tidak dapat
dicerna. Umumnya menjadi komponen rambut, kuku, bulu, tanduk dan
paruh.Keratin mengadung 14 sampai dengan 15 persen sistin.
c. Protein gabungan (conjugated)
Protein gabungan (conjugated), diantaranya adalah (Sudarmadji, 2006) :
1) Nukleoprotein
Nukleuprotein adalah satu atau lebih molekul protein yang berkombinasi
dengan asamnukleat, yang dalam sel dikenal sebagai
deoksiribonukleatprotein, ribonukleatprotein ribosom dan lain-lain.
2) Mukoid atau mukoprotein
Bagian karbohidrat dalam protein adalah mukopolisakarida yang
mengandung N-asetil-heksosamin seperti glukosamin atau galaktosamin
yang berkombinasi dengan asam uronik, galakturonik atau asam
glukoronik, banyak juga yang mengandung asam sialik.
3) Glikoprotein
Glikoprotein adalah protein yang mengandung karbohidarat kurang dari 4
persen, sering kali dalam bentuk heksosa sederhana, seperti manosa
sebesar 1,7 persen dalam albumin telur
4) Lipoprotein
Adalah protein larut dalam air yang bergabung dengan lesitin, cepalin,
kolesterol, atau lemak dan fosfolipid lain.
5) Kromoprotein
Kromoprotein adalah kelompok yang mempunyai bentuk karakteristik
yang merupakan gabungan dari protein sederhana dengan kelompok
prospetik pewarna. Komoprotein meliputi hemoglobin, sitokrom,
flavoprotein, visual purple pada retina mata dan enzim katalase.
 Sumber protein
Kualifikasi protein berdasarkan sumbernya dapat dibedakan
menjadi protein hewani dan protein nabati. Sumber protein hewani dapat
berbentuk daging dan alat-alat dalam seperti hati, pankreas, ginjal, paru,
jantung , jerohan. Yang terakhir ini terdiri atas babat dan iso (usus halus
dan usus besar). Susu dan telur termasuk pula sumber protein hewani yang
berkualitas tinggi. Ikan, kerang-kerangan dan jenis udang merupakan
kelompok sumber protein yang baik, karena mengandung sedikit lemak,
tetapi ada yang alergi terhadap beberapa jenis sumber protein hasil laut ini.
Jenis kelompok sumber protein hewani ini mengandung sedikit
lemak, sehingga baik bagi komponen susunan hidangan rendah lemak.
Namun kerang-kerangan mengandung banyak kolesterol, sehingga tidak
baik untuk dipergunakan dalam diet rendah kolesterol. Ayam dan jenis
burung lain serta telurnya, juga merupakan sumber protein hewani yang
berkualitas baik. Harus diperhatikan bahwa telur bagian merahnya
mengandung banyak kolesterol, sehingga sebaiknya ditinggalkan pada diet
rendah kolesterol.
Sumber protein nabati meliputi kacang- kacangan dan biji-bijian
seperti kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang koro, kelapa
dan lain-lain. Asam amino yang terkandung dalam protein ini tidak
selengkap pada protein hewani, namun penambahan bahan lain yaitu
dengan mencampurkan dua atau lebih sumber protein yang berbeda jenis
asam amino pembatasnya akan saling melengkapi kandungan proteinnya.
Bila dua jenis protein yang memiliki jenis asam amino esensial pembatas
yang berbeda dikonsumsi bersama-sama, maka kekurangan asam amino
dari satu protein dapat ditutupi oleh asam amino sejenis yang berlebihan
pada protein lain. Dua protein tersebut saling mendukung sehingga mutu
gizi dari campuran menjadi lebih tinggi daripada salah satu protein itu.
Contohnya yaitu dengan mencampurkan dua jenis bahan makanan antara
campuran tepung gandum dengan kacang-kacangan, dimana tepung
gandum kekurangan asam amino lisin, tetapi asam amino belerangnya
berlebihan, sebaliknya kacang-kacangan kekurangan asam amino belerang
dan kelebihan asam amino lisin. Pencampuran 1:1 antara tepung gandum
dan kacang-kacangan akan membentuk bahan makanan campuran yang
telah meningkatkan mutu protein nabati. Karena itu susu dengan sereal,
nasi dengan tahu, kacang-kacangan dengan roti, bubur kacang hijau
dengan ketan hitam merupakan kombinasi menu yang dapat meningkatkan
mutu protein dan sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.
Biosintesis protein yang terjadi dalam sel merupakan reaksi kimia
yang kompleks dan melibatkan beberapa senyawa penting, terutama DNA
dan RNA.molekuk DNA merupakan rantai polinukleutida yang
mempunyai beberapa jenis basapurin dan piramidin, dan berbentuk heliks
ganda.
Dengan demikian akan terjadi heliks ganda yang baru dan proses
terbentunya molekul DNA baru ini disebut replikasi, urutan basa purin dan
piramidin pada molekul DNA menentukan urutan asam amino dalam
pembentukan protein. Peran dari DNA itu sendri sebagai pembawa
informasi genetic atau sifat-sifat keturunan pada seseorang . dua tahap
pembentukan protein:
Penyusunan protein yang merupakan bagian dari protoplasma
berbentuk suatu rantai panjang, sedangkan molekul protein-protein yang
lain mirip bola. Sintesis protein adalah proses pembentukan protein dari
monomer peptida yang diatur susunannya oleh kode genetik. Sintesis
protein dimulai dari anak inti sel, sitoplasma dan ribosom.
Masalah Klinis protein total, yaitu :
 Penurunan Kadar : malnutrisi berkepanjangan, kelaparan, diet
rendah protein, sindrom malabsorbsi, kanker gastrointestinal,
kolitis ulseratif, penyakit Hodgkin, penyakit hati yang berat, gagal
ginjal kronis, luka bakar yang parah, intoksikasi air.
 Peningkatan Kadar : dehidrasi (hemokonsentrasi), muntah, diare,
mieloma multipel, sindrom gawat pernapasan, sarkoidosis.
Penetapan kadar protein dalam serum biasanya mengukur protein
total, dan albumin atau globulin. Ada satu cara mudah untuk menetapkan
kadar protein total, yaitu berdasarkan pembiasan cahaya oleh protein yang
larut dalam serum. Penetapan ini sebenarnya mengukur nitrogen karena
protein berisi asam amino dan asam amino berisi nitrogen.
Total protein terdiri atas albumin (60%) dan globulin (40%). Bahan
pemeriksaan yang digunakan untuk pemeriksaan total protein adalah
serum. Bila menggunakan bahan pemeriksaan plasma, kadar total protein
akan menjadi lebih tinggi 3 – 5 % karena pengaruh fibrinogen dalam
plasma.
Cara yang paling sederhana dalam penetapan protein adalah dengan
refraktometer (dipegang dengan tangan) yang menghitung protein dalam
larutan berdasarkan perubahan indeks refraksi yang disebabkan oleh
molekul-molekul protein dalam larutan. Indeks refraksi mudah dilakukan
dan tidak memerlukan reagen lain, tetapi dapat terganggu oleh adanya
hiperlipidemia, peningkatan bilirubin, atau hemolisis.
Saat ini, pengukuran protein telah banyak menggunakan analyzer
kimiawi otomatis. Pengukuran kadar menggunakan prinsip penyerapan
(absorbance) molekul zat warna. Protein total biasanya diukur dengan
reagen Biuret dan tembaga sulfat basa. Penyerapan dipantau secara
spektrofotometri pada λ 545 nm. Albumin sering dikuantifikasi sendiri.
Sedangkan globulin dihitung dari selisih kadar antara protein total dan
albumin yang diukur.
Nilai Rujukan
DEWASA : protein total : 6.0 - 8.0 g/dl; albumin : 3.5 - 5.0 g/dl

ANAK : protein total : 6.2 - 8.0 g/dl; albumin : 4.0 - 5.8 g/dl

BAYI : protein total : 6.0 - 6.7 g/dl; albumin : 4.4 - 5.4 g/dl

NEONATUS : protein total : 4.6 - 7.4 g/dl; albumin : 2.9 - 5.4 g/dl

 Penyakit Yang Disebabkan Akibat Peningkatan Dan Penurunan


Kadar Protein Total

1. Peningkatan
Peningkatan kadar urea disebut uremia. Azotemia mengacu pada
peningkatan semua senyawa nitrogen berberat molekul rendah (urea,
kreatinin, asam urat) pada gagal ginjal. Penyebab uremia dibagi
menjadi tiga, yaitu penyebab prarenal, renal, dan pascarenal. Uremia
prarenal terjadi karena gagalnya mekanisme yang bekerja sebelum
filtrasi oleh glomerulus. Mekanisme tersebut meliputi : 1) penurunan
aliran darah ke ginjal seperti pada syok, kehilangan darah, dan
dehidrasi; 2) peningkatan katabolisme protein seperti pada perdarahan
gastrointestinal disertai pencernaan hemoglobin dan penyerapannya
sebagai protein dalam makanan, perdarahan ke dalam jaringan lunak
atau rongga tubuh, hemolisis, leukemia (pelepasan protein leukosit),
cedera fisik berat, luka bakar, demam,.
Uremia renal terjadi akibat gagal ginjal (penyebab tersering) yang
menyebabkan gangguan ekskresi urea. Gagal ginjal akut dapat
disebabkan oleh glomerulonefritis, hipertensi maligna, obat atau logam
nefrotoksik, nekrosis korteks ginjal. Gagal ginjal kronis disebabkan
oleh glomerulonefritis, pielonefritis, diabetes mellitus, arteriosklerosis,
amiloidosis, penyakit tubulus ginjal, penyakit kolagen-vaskular.
Uremia pascarenal terjadi akibat obstruksi saluran kemih di bagian
bawah ureter, kandung kemih, atau urethra yang menghambat ekskresi
urin. Obstruksi ureter bisa oleh batu, tumor, peradangan, atau
kesalahan pembedahan. Obstruksi leher kandung kemih atau uretra
bisa oleh prostat, batu, tumor, atau peradangan. Urea yang tertahan di
urin dapat berdifusi masuk kembali ke dalam darah.
Beberapa jenis obat dapat mempengaruhi peningkatan urea, seperti
: obat nefrotoksik; diuretic (hidroklorotiazid, asam etakrinat,
furosemid, triamteren); antibiotic (basitrasin, sefaloridin (dosis besar),
gentamisin, kanamisin, kloramfenikol, metisilin, neomisin,
vankomisin); obat antihipertensi (metildopa, guanetidin); sulfonamide;
propanolol, morfin; litium karbonat; salisilat. Sedangkan obat yang
dapat menurunkan kadar urea misalnya fenotiazin.
2. Penurunan Kadar
Penurunan kadar urea sering dijumpai pada penyakit hati yang
berat. Pada nekrosis hepatik akut, sering urea rendah asam-asam amino
tidak dapat dimetabolisme lebih lanjut. Pada sirosis hepatis,
terjadipengurangan sintesis dan sebagian karena retensi air oleh sekresi
hormone antidiuretik yang tidak semestinya.
Pada karsinoma payudara yang sedang dalam pengobatan dengan
androgen yang intensif, kadar urea rendah karena kecepatan
anabolisme protein yang tinggi. Pada akhir kehamilan, kadar urea
kadang-kadang terlihat menurun, ini bisa karena peningkatan filtrasi
glomerulus, diversi nitrogen ke fetus, atau karena retensi air.
Penurunan kadar urea juga dijumpai pada malnutrisi protein jangka
panjang. Penggantian kehilangan darah jangka panjang, dekstran,
glukosa, atu saline intravena, bisa menurunkan kadar urea akibat
pengenceran.
Untuk menilai fungsi ginjal, permintaan pemeriksaan BUN hampir
selalu disatukan dengan kreatinin (dengan darah yang sama). Rasio
BUN terhadap kreatinin merupakan suatu indeks yang baik untuk
membedakan antara berbagai kemungkinan penyebab uremia. Rasio
BUN/kreatinin biasanya berada pada rentang 12-20. Peningkatan kadar
BUN dengan kreatinin yang normal mengindikasikan bahwa penyebab
uremia adalah nonrenal (prarenal). Peningkatan BUN lebih pesat
daripada kreatinin menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Pada dialysis
atau transplantasi ginjal yang berhasil, urea turun lebih cepat daripada
kreatinin. Pada gangguan ginjal jangka panjang yang paranh, kadar
yrea terus meningkat, sedangkan kadar kreatinin cenderung mendatar,
mungkin akibat akskresi melalui saluran cerna.
Rasio BUN/kreatinin rendah (<12)>20) dengan kreatinin normal
dijumpai pada uremia prarenal, diet tinggi protein, perdarahan saluran
cerna, keadaan katabolik. Rasio BUN/kreatinin tinggi (>20) dengan
kreatinin tinggi dijumpai pada azotemia prarenal dengan penyakit
ginjal, gagal ginjal, azotemia pascarenal.(Riswanto, 2009)
 Faktor yang Dapat Mempengaruhi Temuan Laboratorium

 Status dehidrasi dari penderita harus diketahui. Pemberian cairan yang


berlebihan dapat menyebabkan kadar BUN rendah palsu, dan
sebaliknya, dehidrasi dapat memberikan temuan kadar tinggi palsu.

 Diet rendah protein dan tinggi karbohidrat dapat menurunkan kadar


ureum. Sebaliknya, diet tinggi protein dapat meningkatkan kadar
ureum, kecuali bila penderita banyak minum.

 Pengaruh obat (misal antibiotik, diuretik, antihipertensif) dapat


meningkatkan kadar BUN. (Riswanto, 2009)

Albumin merupakan protein plasma yang paling tinggi jumlahnya


sekitar 60% dan memiliki berbagai fungsi yang sangat penting bagi kesehatan
yaitu pembentukan jaringan sel baru, mempercepat pemulihan jaringan sel
tubuh yang rusak serta memelihara keseimbangan cairan di dalam pembuluh
darah dengan cairan di rongga interstitial dalam batas-batas normal, kadar
albumin dalam darah 3,5-5 g/dl (Rusli, et all, 2011).
Albumin (bahasa Latin: albus, white) adalah istilah yang digunakan
untuk merujuk ke segala jenis protein monomer yang larut dalam air dan
larutan garam, dan mengalami koagulasi saat terpapar panas. Substansi yang
mengandung albumin, seperti putih telur, disebut albuminoid.Albumin
merupakan protein plasma yang paling banyak dalam tubuh manusia, yaitu
sekitar 55-60% dari protein serum yang terukur. Albumin terdiri dari rantai
polipeptida tunggal dengan berat molekul 66.4 kDa dan terdiri dari 585 asam
amino. Pada molekul albumin terdapat 17 ikatan dislufida yang
menghubungkan asam-asam amino yang mengandung sulfur. Molekul albumin
berbentuk elips sehingga bentuk molekul seperti itu tidak akan meningkkatkan
viskositas plasma dan terlarut sempurna (Medicinus. 2008).
Albumin pada umumnya dibentuk di hati. Hati menghasilkan sekitar 12
gram albumin per hari yang merupakan sekitar 25% dari total sintesis protein
hepatic dan separuh dari seluruh protein yang diekskresikan organ tersebut.
Albumin pada mulanya disintesis sebagai preprotein. Peptida sinyalnya
dilepaskan ketika preprotein melintas kedalam sinterna reticulum endoplasma
kasar, dan heksa peptide pada ujung terminal-amino yang dihasilkan itu
kemudian dipecah lebih lanjut disepanjang lintasan skreotik. Albumin dapat
ditemukan dalam putih telur dan darah manusia. Golongan protein ini paling
banyak dijumpai pada telur (albumin telur), darah (albumin serum), dalam susu
(laktalbumin). Berat molekul albumin plasma manusia 69.000, albumin telur
44.000, dalam daging mamalia 63.000.
 Fungsi Albumin
1. Mempertahankan tekanan onkotik plasma agar tidak terjadi asites.
2. Membantu metabolisme dan transportasi berbagai obat-obatan dan
senyawa endogen dalam tubuh terutama substansi lipofilik.
3. Anti-inflamasi.
4. Membantu keseimbangan asam basa karena banyak memiliki anoda
bermuatan listrik.
5. Antioksidan dengan cara menghambat produksi radikal bebas eksogen
oleh leukosit polimorfonuklear.
6. Mempertahankan integritas mikrovaskuler sehingga dapat mencegah
masuknya kuman-kuman usus kedalam pembuluh darah, agar tidak
terjadi peritonitis bakterialis spontan.
7. Memiliki efek antikoagulan dalam kapasitas kecil melalui banyak gugus
bermuatan negatif yang dapat mengikat gugus bermuatan positif pada
antitrombin III (heparin like effect). Hal ini terlihat pada korelasi negatif
antara kadar albumin dan kebutuhan heparin pada pasien heemodialis.
8. Inhibisi agregrasi trombosit.
Peranan albumin dalam darah adalah menjaga tekanan osmotik dari
cairan koloid plasma, sebagai alat pengangkut dan memperbaiki kadar
bilirubin, sebagai alat pengangkut asam lemak dan bahan metabolit lain seperti
hormon dan enzim. Dengan demikian albumin sering kali dipakai pada
penelitian karena kemampuan mempertahankan tekanan osmotik, sebagai
plasma expander dan kemampuannya sebagai pengikat berbagai bahan toksik,
termasuk bilirubin serta logam berat, serta kemampuan angkutnya dalam
mengangkut asam lemak, bahan metabolit, hormon serta enzim, sebagai
antioksidan dan buffer.
Protein plasma terdiri dari kombinasi albumin dengan berat molekul
rata-rata 69.000 ; globulin, 140,000 ; dan fibrinogen, 400.000.
Nilai normal albumin :
1. Orang dewasa / tua : 3,5 – 5,0 g / dL
2. Anak-anak : 4-5,9 g / dL.
3. Bayi : 4.4 - 5.4 g/Dl
4. Neonatus : 2.9 - 5.4 g/dl
Konsentrasi relatif rata-rata dari berbagai jenis protein plasma dan
tekanan osmotik koloid adalah sebagai berikut : albumin, 4,5 g / dL ( 21,8 mm
Hg ) ; globulin, 2,5 g / dL ( 6.0 mm Hg ) ; dan fibrinogen, 0,3 g / dL ( 0,2 mm
Hg ), menghasilkan total 7,3 g / dL ( 28 mm Hg ). Melihat komponen, dapat
dilihat bahwa 75 % dari total tekanan osmotik koloid adalah dari albumin, 25%
dari globulin, dan persentase yang sangat kurang dari fibrinogen. Meskipun
tekanan osmotik koloid plasma lemah, masih memainkan peran penting dalam
menjaga darah normal dan volume cairan interstitial.
Penurunan albumin (Hypoalbuminemia) mengakibatkan keluarnya
cairan vascular (cairan pembuluh darah) menuju jaringan sehingga terjadi
oedema (bengkak). Penurunan albumin bisa juga disebabkan oleh :
1. Berkurangnya sintesis (produksi) karena malnutrisi, radang menahun,
sindrommalabsorpsi, penyakit hati menahun, kelainan genetik.
2. Peningkatan ekskresi (pengeluaran), karena luka bakar luas, penyakit
usus,nefrotik sindrom (penyakit ginjal).
Tingkat albumin tinggi (Hyperalbuminemia) dalam jangka waktu lama
bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan. Tingkat albumin tinggi terlihat
pada pasien yang menderita gangguan pernapasan seperti TBC. Dehidrasi dan
konsumsi alkohol terlalu banyak adalah faktor lain yang menyebabkan kadar
albumin tinggi. Leukemia, lebih dikenal sebagai kanker darah juga membuat
albumin berada pada kisaran tidak normal. Kekurangan vitamin A dapat pula
meningkatkan albumin diluar level normal.
Albumin dalam darah merupakan penentu utama tekanan plasma darah.
Akibatnya, penurunn kolestrol albumin dalam sirkulasi menyebabkan
pergeseran cairan dari ruang intravaskular keruang ekstravaskular. Beberapa
mekanisme berbeda dapat menyebabkan penurunan kadar albumin atau
hipoalbumunemia. Mungkin yang tersaring adalah penurunan produksi
albumin yang disintetis di hati.
Pada penyakit hati yang para seperti sirosis yang mungkin disebabkan
oleh penyalahgunaan alkohol gangguan penimbunan besi, hepatitis kronis, atau
reaksi obat, kapasitas sel-sel parenkim hati pembentuk protein dapat turun
secara drastis. Pada keadaan ini pemeriksaan diagnostik dan prognostik yang
utama adalah pengukuran konsentrasi albumin serum. Pada penyakit hati,
hipoalbuminemia yang parah sering tertutupi oleh peningkatan konsentrasi
imunoglobin yang menyebabkan konsentrasi total protein serum mungkin
hanya turun sedang. Hipertensi porta hepatika seperti terjadi pada sirosis
(intrahepatik) atau penyebab prahepatik atau pascahepatik , memungkinkan
cairan astes menumpuk di rongga periloneum. Cairan ini berasal dari transudat
yang merembes dari permukaan periloneum dan terutama dari kapsul hati
akibat sumbatan pembuluh – pembuluh linfe hati oleh jaringan parut fibrosa
intrahepatik pada sirosis. Cairan asiles dapat tertimbun dalam jumlah mencapai
literan , dengan protein utamanya adalah albumin . Proses ini merupakan
penyebab utama berkurangnya simpanan albumin tubuh yang memperparah
hipoalbuminemia yang sudah ada.
Agar sel-sel hati normal dapat membentuk dan mengeluarkan albumin
dalam jumlah besar ,maka asupan protein makanan serta zat-zat gizi esensial
lainnya harus cukup. Selain fungsi fisiologik membentuk tekanan onkotik,
albumin juga berfungsi sebagai cadangan asam amino yang bersirkulasi, yang
akan cepat di bersihkan melalui urine apabila tidak segera di gabungkan
menjadi protein yang berberat molekul lebih besar. Dalam kapasitas sebagai
simpanan asam amino ini, albumin merupakan indikator status gizi. Dengan
demikian, penurunan protein makanan akan tercermin dalam kadar albumin
serum,dan konsentrasi yang sangat rendah di jumpai pada malnutrisi akibat
kelaparan atau malabsorbsi. Kelaparan yang di buat sendiri atau anoreksia
nervosa menyebabkan hipoalbuminemia sselain peningkatan enzim-enzim
serum yang mencerminkan kerusakan hati dan otot yang juga akibat kelaparan.
Anoreksia akibat penyebab medis atau fisik lainnya yang berlangsung lama
menyebabkan kekeksia. Pengurusan tubuh yang menyertai keganasan atau
penyakit peradangan kronis disebabkan oleh kombinasi anoreksia ditambah
peningkatan kebutuhan metabolik sel-sel tumor, sehingga bagian tubuh lain
mengalami kelaparan. Melabsorpsi menyebabkan malnutrisi karena kegagalan
permukaan absorptif usus (misal penyakit seliak, defisiensi laktosa atau
penyakit usus meradang) atau akibat kegagalan sekresi enzim-enzim pankreas
seperti fibrosis kistik. Albumin serum telah digunakan sebagai penanda yang
peka dan sangat prognestik pada kasus-kasus fibrosis kistik.
Hipoalbuminemia sebagai akibat dari peningkatan pengeluaran albumin
terjadi pada penyakit ginjal yang disertai proteueria pada luka bakar dengan
protein keluar melalui permukaan tubuh yang terkelupas dan pada penyakit
saluran cerna berupa protein-iosin enteropathy. Pada kasus sindrom nefrotik,
pengeluaran protein yang sangat cepat dapat menyebabkan timbulya edema
tubuh yang luas hanya dalam semalam. Mekanisme keluarnya albumin melalui
urin adalah peningkatan permeabilitas ditingkat glomerulus yang menyebabkan
yang menyebabkan protein lolos kedalam fitrat glomerulus. Konsentrasi
protein ini melebihi kemampuan sel-sel tubulus ginjal mereabsorpsi dan
memprosesnya. Pada elektroforesis protein pada sindrom nefrotik sangat khas:
albumin rendah , alfa-2 makroglubin meningkat, dan betalipoprotein
meningkat. Fraksi-fraksi protein lain juga biasanya berkurang. Pada protein
dalam urin bersifat komplementer dengan pola yang terdapat dalam serum
pasien dengan albumin merupakan protein terbanyak dalam urin. Secara
tradisional, kadar proteuneria diperkirakan bermakna untuk menilai keparahan
penyakit ginjal. Pada sindrom nefrotik yang parah, proteuneria dapat mencapai
20 atau 30 g/hari. Pada awal penyakit, proteuneria mungkin hanya 1 atau 2
g/hari.
 Gejala Klinis Hypoalbuminemia dan Hyperalbuminemia
1. Hipoalbuminemia
Hipoalbuminemia adalah Rendahnya kadar albumin di dalam
darah akibat abnormalitas. Oleh karena albumin merupakan protein,
maka hipoalbuminemia merupakan salah satu bentuk hipoproteinemia.
Jika protein plasma khususnya albumin tidak dapat lagi menjaga
tekanan osmotic koloid akan terjadi ketidak seimbangan tekanan
hidrostatik yang akan menyebabkan terjadinya edema.
2. Hiperalbuminemia
Hiperalbuminemia adalah kedaan dimana tingginya kadar
albumin di dalam darah. Dehidrasi adalah salah satu penyebab
terjadinya hiperalbuminemia dapat dilihat dengan gejala berkurangnya
volume urin, urin berwarna gelap, kelelahan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya, iritabilitas, air mata tidak keluar saat menangis
(pada anak), sakit kepala, mulut kering, kulit yang kering akibat turgor
yang berkurang, pusing saat berdiri akibat terjadinya hipotensi
ortostatik, dan pada beberapa kasus dapat menyebabkan insomnia.

B. Uraian Sampel
1. Darah
Komposisi :

Air : 91,0 %
Protein : 8,0 % ( Albumin, globulin, protrombin, dan
fibrinogen)
Mineral : 0,9 % (NaOH, Natrium bikarbonat, garam dari
kalsium, fosfor, magnesium dan besi)
Bahan organik : glukose, lemak, urea, asam urat, kreatinin, kholestrol
dan asam amino.
Kegunaan : Sebagai absorban sampel.
C. Uraian Bahan
1. Reagen Protein Total
2. Reagen Albumin
Komposisi produk :
Buffer sitrat : 30 mmol/L
Bromkresol hijau : 0,26 mmol/L
Standar : 50 g/L
Kegunaan :Sebagai reagen pada pengukuran absorban blanko
standar, dan sampel pada pemeriksaan albumin.
BAB III

METODE KERJA

A. Alat Yang Digunakan


1. Gelas kimia 500 ml
2. Kuvet
3. Masker
4. Mikropipet 10 µL dan 1000 µL
5. Pipet
6. Rak tabung
7. Sentrifuge
8. Sikat tabung
9. Spektrofotometer
10. Stopwatch
11. Tabung pemeriksaan darah
12. Tabung sentrifuge

B. Bahan Yang Digunakan


1. Alkohol
2. Aquadest
3. Mata mikropipet
4. Reagen Albumin
5. Reagen TPR
6. Tissu

C. Cara Kerja
1. Pemeriksaan Protein Total
i. Penyiapan serum
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Dimasukkan darah ke dalam sentrifuge
3) Disentrifuge selama 20 menit pada kecepatan 6000 rpm
4) Diambil serum darah
5) Dimasukkan ke dalam tabunng reaksi
ii. Pengukuran absorban blanko
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dipipet 20 µL aquadest ke dalam kuvet
3. Ditambahkan 1000 µL reagen TPR
4. Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang
gelombang 546 nm
iii. Pengukuran absorban standar
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dipipet 10 µL larutan standar ke dalam kuvet
3. Ditambahkan 1000 µL reagen TPR
4. Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang
gelombang 546 nm
iv. Pengukuran absorban sampel
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dipipet 10 µLserum ke dalam kuvet
3. Ditambahkan 1000 µL reagen TPR
4. Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang
gelombang 546 nm

2. Pemeriksaan Albumin
a. Penyiapan serum
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Dimasukkan darah ke dalam sentrifuge
3) Disentrifuge selama 20 menit pada kecepatan 6000 rpm
4) Diambil serum darah
5) Dimasukkan ke dalam tabunng reaksi
b. Pengukuran absorban blanko
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Dipipet 20 µL aquadest ke dalam kuvet
3) Ditambahkan 1000 µL reagen Albumin
4) Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang
gelombang 546 nm
c. Pengukuran absorban standar
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Dipipet 10 µL larutan standar ke dalam kuvet
3) Ditambahkan 1000 µL reagen Albumin
4) Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang
gelombang 546 nm
d. Pengukuran absorban sampel
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Dipipet 10 µLserum ke dalam kuvet
3) Ditambahkan 1000 µL reagen Albumin
4) Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang
gelombang 546 nm
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.HASIL PENGAMATAN

JENIS ABSORBAN ABSORBAN ABSORBAN HASIL


PEMERIKSAAN BLANKO STANDAR SAMPEL
Protein Total 0,192 g/dl 0,188 g/dl 0,319 g/dl 16,96
g/dl
Albumin 0,313 g/dl 0,837 g/dl 0,632 g/dl 4,53 g/dl

B. PEMBAHASAN

Pada praktikum percobaan kali ini dilakukan pemeriksaan protein total dan
albumin dalam serum.

Pada praktikum pemeriksaan protein total dengan menggunakan


spektrofotometer, didapatkan hasil total protein yaitu absorban blanko yaitu 0,192
g/dl, absorban standar yaitu 0,188 g/dl, absorban sampel yaitu 0,319 g/dl
didapatkan hasil dengan jumlah 16,96 g/dl.

Pada percobaan pemeriksaan albumin dengan menggunakan


spektofometer, didapatkan hasil albumin yaitu absorban blanko yaitu 0,313 g/dl,
absorban standar 0,837 g/dl, absorban sampel yaitu 0,632 g/dl, didapatkan hasil
keseluruhan albumin dengan jumlah 4,53 g/dl
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan diatas dapat disimpulkan bahwa:

Pada praktikum pemeriksaan protein total dengan menggunakan spektrofotometer,


didapatkan hasil total protein yaitu absorban blanko yaitu 0,192 g/dl, absorban
standar yaitu 0,188 g/dl, absorban sampel yaitu 0,319 g/dl didapatkan hasil
dengan jumlah 16,96 g/dl.

Pada percobaan pemeriksaan albumin dengan menggunakan


spektofometer, didapatkan hasil albumin yaitu absorban blanko yaitu 0,313 g/dl,
absorban standar 0,837 g/dl, absorban sampel yaitu 0,632 g/dl, didapatkan hasil
keseluruhan albumin dengan jumlah 4,53 g/dl

5.2 Saran

Sebaiknya pada saat praktikum berlangsung asisten harus lebih memperhatikan


para praktikan agar tidak terjadi kesalahan dalam praktikum dan sebaiknya alat
dan bahan yang dilab harusnya dilengkapi,agar praktikum berjalan dengan lancar
LAMPIRAN
A. Perhitungan

Albumin = absorban sampel X konsentrasi standar ( g/dl )


Absorban standar

B. Gambar
1. Disiapkan larutan standar protein total dan albumin

1. Disiapkan reagen protein dan albumin


2. Diambil sampel darah pada pasien

3. Dimasukkan sampel darah didalam tabung vakum

4. Dipipet aquades untuk sebagai pembanding


5. Didiamkan sampel darah selama 15 menit

6. Dimasukkan dalam sentrifug

7. Diatur spektrofotometer sebelum digunakan

8. Dipipet 10
8.

9.

DAFTAR PUSTAKA

Almatser, Sunita. 2007. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Abram, Tyara. 2014. Protein. From :
http://metyara011umi.blogspot.co.id/2014/12/protein.html (Diakses 8
Desember 2016).
Dewi, Nila Kumala. 2015. Pemeriksaan Kadar Albumin Dalam Darah. From :
http://nilukumaladewi.blogspot.co.id/2015/02/pemeriksaan-kadar-
albumin-dalam-darah.html (Diakses 8 Desember 2016).

Muhammad, Erwan. 2015. Makalah Pemeriksaan Kadar Total Protein. From :


http://erwanmuhammad.blogspot.co.id/2015/02/makalah-pemeriksaan-
kadar-total-protein.html (Diakses 8 Desember 2016).

Murray, R. K. 2006. Plasma Protein & Immunoglobulins. In: Murray, R.K.


Granner, D.K., Rodwel, V. W. (eds). Harper’s Illustrated Biochemistry.
McGraw-Hill. New York.

Poedjiadi, Anna. 2005.Dasar-Dasar Biokimia.Jakarta:Penerbit Universitas


Indonesia

Riswanto. 2009. Protein Serum. From :


http://labkesehatan.blogspot.co.id/2009/12/protein-serum.html (Diakses 8
Desember 2016).

Sacher,Ronald A. 2004. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium. Jakarta :


EGC

Sudarmadji, S.2006. Teknik Analisa Biokimiawi. Edisi Pertama. Yogyakarta:


Liberty.
Sumitro, S.B., Fatchiyah, Rahayu, Widyarti, dan Arumningtyas. 2010. Kursus
Teknik-teknik DasarAnalisisProteindan DNA. Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Brawijaya. Malang.

Anda mungkin juga menyukai