Anda di halaman 1dari 14

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KIMIA MATERI LAJU REAKSI

BERBASISSTEM PROBLEM-BASED LEARNING KELAS XI SMA


NEGERI 1 INDRALAYA UTARA

Suri Hapiziah
Alumni Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sriwijaya
Email: suri_chemistry10@yahoo.co.id
Tatang Suhery,Jejem Mujamil S.
Dosen Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sriwijaya

Abstract:Hasmade the development ofteaching materialsbased onthe reaction


ratematerialSTEMProblem-Based Learning valid, practicalandeffectiveADDIEmodel.Teaching
materialsproducedin thevalidationbyexperts(Expert Review) obtained an averagescore
of4.11(valid). Stageone-to-one andsmall groupgainedan averagepercentagescore of80.68%
(very practical). The results ofthe N-Gain learning outcomestrialclass0.76(very effective) while
theregularclass0.60(effective). Based onN-Gain demonstratestudent learning
outcomesusingSTEM-based teaching materials Problem-Based Learning is betterthanon
thelearning outcomesof studentswhoare notusingSTEM-based teaching materials Problem-
Based Learning. The abovestatedteaching materialsSTEM-based materialreaction
rateProblem-Based Learning valid, practicalandeffective. Researchersadvicefor
teachersandstudents touseteaching materialsbasedSTEMProblem-Based Learning in the
learning process.

Keywords : Research Development , STEM Problem - Based Learning

Abstrak:Telah dilakukan pengembangan Bahan ajar materi laju reaksi berbasis STEM
Problem-Based Learning yang valid, praktis dan efektif menggunakan model ADDIE. Bahan
ajar yang dihasilkan di validasi oleh ahli (Expert Review) diperoleh rata-rata skor 4,11 (valid).
Tahap one-to-one dan small group diperoleh persentase rata-rata skor sebesar 80,68 % (sangat
praktis). Hasil N-Gain Hasil belajar kelas uji coba 0,76 (sangat efektif) sedangkan kelas biasa
0,60 (efektif). Berdasarkan N-Gain menunjukkan hasil belajar siswa yang menggunakan bahan
ajar berbasis STEMProblem-Based Learning lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang tidak
menggunakan bahan ajar berbasis STEMProblem-Based Learning. Data diatas menyatakan
bahan ajar materi laju reaksi berbasis STEMProblem-Based Learning valid, praktis dan efektif.
Saran peneliti bagi guru dan siswa agar menggunakan bahan ajar berbasis STEMProblem-
Based Learning dalam proses pembelajaran.

PEDAHULUAN
Seiring perkembangan dunia atau mengevaluasi informasi dari hasil
pendidikan banyak perubahan untuk menuntut pengumpulan atau ditimbulkan dari
siswa berpikir kritis. Berpikir kritis (critical pengamatan, pengalaman, perenungan,
thinking) adalah proses kemahiran dalam penalaran atau komunikasi sebagai petunjuk
mengkonsep, menerapkan, mensintesa, dan yang dapat dipercaya dalam bertindak (Ivone,

198
Pengembangan Bahan Ajar, Suri Hapiziah, Tatang Suhery, Jejem Mujamil S. 199

2010:2-3). Berpikir kritis sangat penting yaitu 75. Pada materi laju reaksi ini cukup
dalam mengevaluasi informasi yang diterima, menyulitkan siswa dalam memahami konsep
mengurangi resiko bertindak yang mendasari dan mengerjakan soal, selain itu bahan ajar
penalaran salah. Penerapan STEMProblem- juga mempengaruhi minat siswa dalam
Based Learning sangat cocok digunakan kegiatan pembelajaran. Data observasi siswa
untuk memicu siswa berpikir kritis. Menurut melalui angket terkait bahan ajar yang
Nars dan Ramadan (2008:16) mengatakan digunakan, dari 64 siswa (2 kelas)
bahwa, pembelajaran dengan STEM Problem- menyatakan bahwa 65,62% (42 siswa)
Based Learning dapat membantu siswa untuk menyatakan bahawa bahan ajar yang
berpikir kritis apalagi masalah yang diberikan digunakan cukup menyulitkan siswa untuk
berhubungan dengan dunia nyata. Hal ini memahami konsep dari soal soal tersebut.
dapat mendorong siswa untuk bersemangat 79,69% (51 siswa) menyatakan bahwa bahan
dalam belajar. ajar yang digunakan menggunakan bahasa
Sekolah sebagai institut yang yang sulit dipahamin sehingga kurang
menyelenggarakan pendidikan, memiliki memberikan dorongan kepada siswa untuk
tanggung jawab dalam pertumbuhan berpikir belajar mandiri, serta kurang mengeksplor
kritis siswa. Kemampuan berpikir kritis harus kemampuan siswa. Bahan ajar kelas XI SMA
diterapkan pada setiap pelajaran. Sains N 1 Indralaya Utara yaitu buku teks dan siswa
merupakan cabang ilmu yang terkait untuk mencari sendiri materi di internet, sehingga
mencari tahu tentang alam secara sistematis, untuk mempelajari materi kimia serta soal
melalui proses penemuan. Kimia merupakan kimia hanya dilakukan latihan. Dari pengisian
salah satu cabang ilmu sains dengan suatu angket siswa mengharapkan bahan ajar yang
penemuan untuk menemukan konsep. dapat mendorong siswa untuk belajar mandiri
Pembelajaran kimia harus diterapkan dengan serta menerapkan meteri kimia dalam
cara belajar menstimulus perkembangan kehidupan sehari hari.
berpikir ktitis siswa. Kenyataannya proses Bahan ajar berbasis STEM Problem-
belajar disekolah belum memicu siswa untuk Based Learning dalam upaya menumbuhkan
menumbuhhkan berpikir kritis. Keterampilan keterampilan berpikir kritis diharapkan dapat
berpikir kritis dapat memberikan dorongan meningkatkan minat belajar siswa serta dapat
dan semangat siswa untuk belajar dengan meningkatkan pemahaman siswa dalam
mandiri serta dapat memecahkan soal soal pelajaran kimia sehingga hasil belajar
yang dihadapi. meningkat.Dalam Saputri dkk., (2011:6) yang
Dari studi pendahuluan yaitu berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran
wawancara dengan guru kimia di kelas XI Berbasis Masalah dan Berbasis Proyek
SMA N 1 Indralaya Utara menyatakan bahwa Berbantuan Modul Terhadap Hasil Belajar
permasalahan yang dihadapi terkait proses Siswa pada Materi Ekosistem di SMA Negeri
belajar mengajar dikelas yaitu rendahnya daya 1 Jejawi” mendapatkan kesimpulan bahwa
serap siswa terhadap pemahaman konsep Pembelajaran berbasis masalah dan berbasis
kimia terutama materi hitungan, ketersediaan proyek dengan bantuan modul dapat
bahan ajar yang sedikit, kemudian siswa meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam
kurang tertarik terhadap soal soal yang jurnal Darmawan (2010:116) yang berjudul
berkaitan dengan pemecahan masalah atau “Pengaruh pembelajaran berbasis masalah
mencari solusi sendiri. Hal ini mengakibatkan dalam meningkatkan kemampuan berpikir
rendahnya hasil belajar yang diperolah siswa kritis siswa pada pembelajaran IPS di MI
pada nilai UAS kimia kelas XI rata rata darussaadah pandeglang” menyatakan bahwa
62,50% siswa mencapai hasil dibawah KKM pembelajaran berbasis masalah masalah yang
200JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN KIMIA, VOLUME 2, NOMOR 2, NOVEMBER 2015

diberikan pada awal pembelajaran untuk SMA N 1 Indralaya Utara yang valid, praktis
menemukan ide-ide serta konsep yang dan efektif. Adapun manfaat dari penelitian
terkandung dalam pembelajaran, akan ini adalah memberikan kemudahan bagi siswa
menciftakan suasana belajar yang efektif untuk pemahaman materi laju reaksi melalui
sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang bahan ajar laju reaksi berbasis
diharapkan. STEMProblem-Based Learning yang
Pada kegiatan pembelajaran, guru dikembangkan, dapat digunakan sebagai
memberikan pengalaman belajar yang optimal bahan ajar dan alternatif untuk membantu
diantaranya melalui masalah dan penyelidikan siswa dalam kegiatan belajar mengajar,
agar siswa mendapatkan pengalaman sebagai bahan masukan dan upaya untuk
langsung dan menjadikan pengetahuan yang meningkatkan kualitas pembelajaran agar
didapat oleh siswa lebih bermakna sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.
dapat bermanfaat dalam kehidupan.Dalam
jurnal Stohlman, dkk (2012:32) menyatakan METODELOGI PENELITIAN
dengan menerapkan pendekatan STEM dalam Penelitian ini merupakan penelitian
dunia pendidikan dapat memotivasi siswa pengembangan (Development research)
untuk bekerja dengan dalam mengembangkan menggunakan model ADDIE. Penelitian ini
kemampuan sains dan matematika dengan bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar
tujuan untuk memicu siswa menjadi kimia materi laju reaksi berbasis
kesuksesan. Menurut Nars dan Ramadan STEMProblem-Based Learning kelas XI
(2008:16) Problem-Based Learning SMA N 1 Indralaya Utara yang memenuhi
membantu aktivitas siswa yang fokus pada kriteria valid, praktis dan efektif.
penerapan, analisis dan sintesis dan untuk Penelitian ini telah dilaksanakan pada
menganalis masalah dan mencari solusinya, semester gajil tahun ajaran 2014/2015 di SMA
melakukan evaluasi dengan kerja sama dan N 1 Indralaya Utara. Subjek penelitian siswa
persentasi. STEM Problem-Based Learning kelas XI dengan XI MIA 1 sebagai kelas uji
akan menjadikan pembelajaran yang lebih coba dan XI MIA 2 sebagai kelas biasa.
menarik, menyenangkan dengan Penelitian ini menggunakan model
menghubungkan dengan lingkungan, serta ADDIE (Analysis, Design, Development,
menjadikan siswa lebih percaya diri serta Implementation and Evaluations). Tahap
dapat mengeksplor ide ide, inovasi dan kreatif analysis dilakukan dengan studi pendahuluan
mencari solusi untuk masalah yang nyata. dengan wawancara kepada guru serta angket
Berdasarkan masalah yang diuraikan, untuk siswa, kemudian tahap design peneliti
perlu dilakukan penelitian yang berjudul mulai mreancang bahan ajar sesuai dengan
“Pengembangan bahan ajar kimia materi laju kriteria STEM Problem-Based Learning dan
reaksi berbasis STEM Problem-Based Indikator berpikir kritis lalu
Learning kelas XI SMA N 1 Indralaya mengkonsultasikan dengan pembimbing. Pada
Utara”. Berikut rincian pertanyaan sebagai tahap development peneliti melakukan
masalah peneliti yaitu bagaimana evaluasi ahli (expert review) yaitu ahli desain,
mengembangkan bahan ajar kimia materi laju ahli materi, pakar pedagogik. Hal ini
reaksi berbasis STEM Problem-Based dilakukan untuk melihat kevalidan bahan ajar
Learning kelas XI SMA N 1 Indralaya Utara yang dikembangkan. Kepraktisan bahan ajar
memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif. dilihat dengan melakukan uji perorangan (one
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan to one) kepada 3 orang siswa dengan
bahan ajar kimia materi laju reaksi berbasis wawancara dan uji kelompok kecil (small
STEMProblem-Based Learning kelas XI group) kepada 8 orang dengan melihat angket
Pengembangan Bahan Ajar, Suri Hapiziah, Tatang Suhery, Jejem Mujamil S. 201

yang diisi siswa. Hal ini dilakukan agar data 2. Analisi Data Angket
yang diperolah untuk kepraktisan lebih akurat. Pemberian angket kepada siswa terhadap
Tahap implementation dilakukan dengan keterpakaian bahan ajar pada pembelajaran
menguji cobakan bahan ajar kimia materi laju kimia untuk melihat kepraktisan bahan ajar.
reaksi berbasis STEMProblem-Based
Learningdi kelas uji coba sedangkan kelas Tabel 2. Bobot penilaian angket
biasa tidak menggunakan bahan ajar tersebut. Pernyataan Skor
Lalu membandingkan hasil belajar berupa Sangat Setuju (SS) 4
hasil pretest dan posttest antara kedua kelas Setuju (S) 3
tersebut. Hal ini bertujuan untuk melihat Tidak Setuju (TS) 2
keefektifan bahan ajar yang telah Sangat Tidak Setuju (STS) 1
dikembangkan. (Modifikasi dari Sugiyono, 2011:94)
Teknik Analisa Data
1. Analisis Data Validasi Tabel 3. Kriteria Interpretasi Skor Angket
Bahan ajar yang dikembangkan diuji Skor Kategori penilaian
kevalidannya dengan memberikan lembar 80% < x ≤ 100% Sangat praktis
validasi kepada pakar. Nilai yang berikan oleh 60% < x ≤ 80% Praktis
para ahli dijumlahkan dan dihitung rata- 40% < x ≤ 60% Cukup praktis
ratanya. Untuk mengklasifikasikan tingkat
20% < x ≤ 40% Tidak praktis
kevalidan bahan ajar, digunakan skala likert.
0 % < x ≤ 20% Sangat tidak praktis
Klasifikasi kevalidan bahan ajar dilihat pada
(Modifikasi dari Riduwan, 2009:89)
Tabel 1.
Analisa Data Tes
Data yang diperolah dianalisa dengan
Analisa Data Observasi
menggunakan rumus sebagai berikut :
Hasil observasi kegiatan siswa dikelas
dapat dilihat dari presentase yang
Nilai kepraktisan
diinterpretasikan ke dalam kriteria interpretasi
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟
= 𝑥 100% skor angket seperti pada Tabel 4.
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚

Tabel 1. Klasifikasi kevalidan bahan ajar


Tabel 4. Kriteria Interpretasi Skor
Skor Tingkat kevalidan
Observasi
4,20 < x ≤ 5,00 Sangat valid
Skor Kategori penilaian
3,40 < x ≤ 4,20 Valid
80% < x ≤ 100% Sangat baik
2,60 < x ≤ 3,40 Cukup valid
60% < x ≤ 80% Baik
1,80 < x ≤ 2,60 Kurang valid
40% < x ≤ 60% Cukup baik
1,00 < x ≤ 1,80 Tidak valid
20% < x ≤ 40% Tidak baik
(Widoyoko, 2012)
0 % < x ≤ 20% Sangat tidak baik
(Modifikasi dari Riduwan, 2009:89)
Gain). Rumus perhitungan skor gain
1. Analisa Data Tes ternormalisasi adalah :
Data dilihat nilai pree test dan post test Rumus Skor Gain
dihitung selisihnya dengan gain skornya (N-
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
𝐺 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
Skor gain yang diperoleh selanjutnya
(Hake, 1998) disesuaikan dengan kriteria penentuan skor
gain, apakah tinggi, sedang, atau rendah.
202JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN KIMIA, VOLUME 2, NOMOR 2, NOVEMBER 2015

Adapun tabel kriteria perolehan skor gain Kriteria Kategori


yang diperoleh siswa dapat diamati pada tabel g ≥ 0,7 Tinggi
5. berikut 0,3 ≤ g < 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah
Tabel 5. Kriteria Perolehan Skor Gain (Hake, 1998)

HASIL DAN PEMBAHASAN • Hasil belajar kimia kelas XI rendah


Analysis hanya 37,50% mencapai KKM, dari 64
Analisis kebutuhan dilakukan analisis siswa hanya 24 siswa yang mencapai
kurikulum dan disesuaikan dengan STEM KKM
Problem-Based Learning. Analisis • Siswa sering tidak memperhatikan saat
Karaktaristik siswa dilakukan wawancara guru menjelaskan didepan kelas
terbuka dengan guru kimia kelas XI SMA N 1 • Materi hitungan sulit dipahami oleh
Indralaya Utara, Pertanyaan “Bagaimana siswa, seperti termodinamika, laju reaksi,
proses pembelajaran dikelas serta apa masalah kesetimbangan, hasil kali kelarutan dll
yang sering dihadapi saat proses
pembelajaran?” Hasil Angket siswa, untuk melihat
• Pembelajaran kimia disekolah hanya pendapat siswa tentang sumber belajar yang
teori tidak melibatkan siswa secara dipakai disekolah, Angket diberikan kepada
langsung dalam melakukan suatu 64 siswa (2kelas) diperoleh:
kegiatan (percobaan)

Tabel. 6 Hasil Angket siswa


Angket Jumlah siswa Persentase
Bahan ajar yang digunakan telah memenuhi kebutuhan
anda dalam memahami konsep setiap materi yang 19 siswa 29,68%
dipelajari
bahan ajar yang digunakan cukup menyulitkan siswa
42 siswa 65,62%
untuk memahami konsep dari soal soal
Bahan ajar yang digunakan mampu memberikan
umpan balik yang dapat membentu siswa memahami 10 siswa 15,62%
permasalahan dalam bahan ajar
Bahan ajar yang digunakan mampu membuat siswa
23 siswa 35,94%
belajar mandiri
siswa menyatakan bahan ajar yang digunakan
51 siswa 81,25%
menggunakan bahasa yang sulit dipahamin
Bahan ajar yang digunakan sudah cukup menarik
18 siswa 28,12%
minat siswa untuk giat belajar

Tahap Design (Perancangan)


Pada tahap ini bahan ajar telah dirancang oleh peneliti sesuai sesuai dengan kreteria STEM
Problem-Based Learning.
Pengembangan Bahan Ajar, Suri Hapiziah, Tatang Suhery, Jejem Mujamil S. 203

Tabel. 7 Prototipe 1

Tahap Development (Pengembangan)


1. Evaluasi Ahli (Expert Review)
Evaluasi ahli (Expert Review) oleh validator yang terdiri dari empat pakar yaitu validator
pedagogik, validator materi dan validator desain. Skor hasil validasi yang didapat adalah 115.
Sedangkan rata-rata skor validasi yang didapat 4,09 yang termasuk kategori valid.
204JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN KIMIA, VOLUME 2, NOMOR 2, NOVEMBER 2015

Tabel 8. Hasil Uji Validasi


Validasi Skor
Pedagogik 42
Materi 40
Desain 33
Jumlah 115
Rata-rata 4,11

Selain memberikan penilaian para ahli komentar dan saran. Komentar dan saran dari para
ahli dapat dilihat pada tabel 9, tabel 10 dan tabel 11

Tabel 9. Komentar dan Saran dari Ahli Pedagogik


Komentar dan Saran Sebelum revisi Sesudah revisi
Setiap pertanyaan yang
merujuk pada gambar,
harus dicantumkan no
gambar agar
mempermudah siswa
untuk menjawabnya. Telah ditambahkan “Pada
Tidak ada petunjuk melihat
Gambar 8” pada pertanyaan ayo
gambar yang mana, pada
berpikir
pertanyaan.
Tabel 10. Komentar dan Saran dari Ahli Materi
Komentar dan Saran Sebelum revisi Sesudah revisi
Tambahkan lampiran lampiran kegiatan untuk Telah ditambahkan lampiran
kegiatan untuk menyelesaikan masalah kegiatan untuk menyelesaikan
menyelesaikan masalah masalah
Pada soal tentang materi Tuliskan bunyi hukum laju Telah ditambahkan
hukum laju, tidak reaksi,,,? Tuliskan bunyi hukum laju
terdapat petunjuk untuk Tidak terdapat petunjuk untuk reaksi,,,? (jika persamaan
menjawab pertanyaan menjawab pertanyaan reaksinya A + B → C + D)
tersebut.

Tabel 11. Komentar dan Saran dari Ahli Desain


Komentar dan Saran Sebelum revisi Sesudah revisi
Tambahkan titik-titik
pada kotak dalam bahan
ajar, sebagai petunjuk
untuk menulis
Pada setiap kotak yang Telah diitambahkan titik-titik
disiapkan dalam bahan ajar pada kotak dalam bahan ajar,
tidak terdapat titik-titik. sebagai petunjuk untuk
(petunjuk untuk menulis) menulis

2 Evaluasi Perorangan (One-to-one)


Tabel 12. Hasil revisi uji one-to-one
Pengembangan Bahan Ajar, Suri Hapiziah, Tatang Suhery, Jejem Mujamil S. 205

Komentar dan Saran Sebelum revisi Sesudah revisi


Sebaiknya pada kotak
untuk menulis komentar
siswa diperbaiki agar
tidak ada pemborosan
kertas

Komentar siswa pemborosan Letak ayo berpikirnya telah


kertas diperbaiki

3. Evaluasi Kelompok kecil (Small group)

Tabel 13. Hasil revisi uji Small group


Komentar dan Saran Sebelum revisi Sesudah revisi
Gambar yang menunjukkan
berpikir kritis sebaiknya
diletakkan di depan
Gambar yang menunjukkan Gambar yang
kalimat, hal ini
berpikir terdapat diujung menunjukkan berpikir telah
menunjukkan bahwa
tulisan diperbaiki menjadi didepan
terlebih dahulu berpikir
tulisan
baru ada kalimat

Rekapitulasi hasil analisis data angket Tahap implementase dilakukan uji coba
tahap perorangan (One-to-one) dan kelompok pemakaian untuk mengetahui keefektipan
kecil (Small group) diperoleh jumlah total dengan bantuan kelas uji coba dan kelas biasa.
skor 355 dari jumlah skor maksimal 440 1) Data Hasil Belajar Siswa
sehingga didapat rata-rata persentase skor Data pre test dan post test digunakan
sebesar 80,68 %. untuk mengetahui hasil belajar siswa pada
Tahap Implementase kelas eksperimen dan kontrol. Data tersebut
dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Rata-Rata Nilai Hasil Belajar Siswa


Nilai Pre test Nilai Post test N-Gain
Kelas Kelas Kelas Kelas
Kelas Biasa Kelas Biasa
Uji coba Uji coba Uji coba Biasa
31,50 31,47 83,97 73,14 0,76 0,60
206JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN KIMIA, VOLUME 2, NOMOR 2, NOVEMBER 2015

100

80

60

40

20

Gambar 1. Diagram Batang Hasil Belajar Siswa

2. Analisi Data Observasi


Hasil analisis data observasi kegiatan siswa dikelas eksperimen dan kelas kontrol. Data
tersebut dapat dilihat pada tabel 15.
Tabel 15. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Dikelas
Sikap
Kelas Keterampilan
Aktif K.sama Tolern Kreatif
Kelas Uji coba 78,12% 68,75% 62,33% 60,42% 73,96%
Kelas Biasa 59,37% 60,42% 55,33% 57,33% 58,33%

Dari data diatas terlihat bahwa kegiatan siswa kelas euji coba lebih baik dari pada kegiatan
siswa kelas biasa

PEMBAHASAN terdapat materi laju reaksi serta mencari jurnal


Berdasarkan tahap analysis yaitu STEM Problem-Based Learning. Peneliti
wawancara dengan guru dan angket siswa mulai membuat bahan ajar dengan
dapat dilihat pada tabel 6. Peneliti merangkum materi laju reaksi dan pembuatan
mengembangkan bahan ajar berbasis STEM tersebut disesuaikan dengan komponen-
Problem-Based Learning untuk komponen STEM Problem-Based Learning
menumbuhkan berpikir kritis. Materi yang yaitu menentukan masalah, mencari informasi
dipilih laju reaksi sebab materi ini sulit pendukung untuk menyelesaikan masalah,
dipahami siswa dan materi laju reaksi ini juga menuliskan hipitesis, melakukan kegiatan dan
sering keluar saat ujian nasional. Bahan ajar mempresentasikan didepan kelas. Secara
ini memberikan arahan kepada siswa untuk konstruk, desain dan instrumen bahan ajar ini
mengeksplor pengetahuan mereka serta juga disesuaikan dengan indikator berpikir
melakukan suatu kegiatan mandiri yang dapat kritis yaitu Identifikasi soal, menemukan cara
melibatkan siswa secara langsung. Kegiatan yang dapat dipakai untuk menyelesaikan soal,
tersebut dihubungkan dengan kehidupan mengumpulkan dan menyusun informasi yang
sehari-hari sehingga siswa dapat termotivasi diperlukan, menganalisi data dan menarik
untuk giat belajar serta mempermudah siswa kesimpulan yang diperlukan.
untuk memahami konsep laju reaksi. Dalam bahan ajar hal. 11 terdapat
Tahap design merupakan tahap pertanyaan yang mendorong siswa untuk
peneliti merancang bahan ajar, pertama berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah
peneliti mempersiapkan 5 buku kimia yang yaitu bagaimana pengaruh konsentrasi
Pengembangan Bahan Ajar, Suri Hapiziah, Tatang Suhery, Jejem Mujamil S. 207

pemutih terhadap laju reaksi pembersihan dari skor maksimum 50 dengan 10 deskriptor
noda pada kain? Selain itu pertanyaan tersebut maka rata-rata 4,0 dikategori validTahap
memicu siswa untuk melakukan suatu validasi desain, komentar dari validator
kegiatan. Pada kegiatan tersebut siswa terhadap bahan ajar dapat dilihat pada tabel 11
merancang sendiri (enginering) percobaan Setelah direvisi dalam bahan ajar telah
yang sesuai dengan kelompoknya. Pada saat ditambahkan titik-titik pada kotak dalam
kegiatan diperlukan pengetahuan matematika bahan ajar sebagai petunjuk menulis. Skor
untuk membandingkan volume pemutih. yang diperolah 33 dari skor maksimum 40
Kemudian setiap kelompok dengan 8 deskriptor maka rata-rata 4,1
mempresentasikan hasil kegiatannya didepan dikategori valid
kelas serta menyimpulkan hasilnya dan Rekapitulasi ketiga validasi tersebut
dihubungkan dengan mmateri yang dipelajari dapat dilihat pada tabel 8 diperoleh rata-rata
(sains). Selanjutnya bahasa yang digunakan skor 4,09. Rata-rata skor validasi termasuk
dalam bahan ajar adalah bahasa yang mudah kategori valid.
dipahami oleh siswa. tahap ini menghasilkan Tahap evaluasi one-to-one diperolah
prototype 1. data komentar siswa tentang bahan ajar.
Tahap development terdiri validasi ahli Halaman depan ukuran huruf sudah tepat,
(pedagagik, materi dan desain), evaluasi one- warna serta gambarnya menarik. Gambar
to-one dan evaluasi small group yang ditampilkan berhubungan dengan materi
Tahap validasi pedagogik, komentar laju reaksi. Materi dalam bahan ajar
dan saran dari validator terhadap bahan ajar dirangkum dengan bahasa yang mudah
dapat dilihat pada tabel 9. Setelah direvisi dimengerti. Terdapat gambar yang
dalam bahan ajra halaman 10 ditambahkan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari
kata “Pada Gambar 8. Skor yang diperolah 42 sehingga materinya mudah dipahami. Paparan
dari skor maksimum 50 dengan 10 deskriptor pokok bahasan dan sub pokok bahasan mudah
maka rata-rata 4,2 dikategori valid dimengerti.
Berdasarkan lampiran 3 tentang lembar Kekurangan bahan ajar keterbacaan
validasi materi. Validator menyatakan bahan tulisan kurang jelas, tidak terbaca seperti
ajar ini memenuhi content STEM Problem- habis tinta jadi tulisannya kabur/tidak jelas.
Based Learning. Content STEM Problem- Komentar selanjutnya terdapat pada tabel 12
Based Learning antara lain menentukan setelah direvisi dalam bahan ajar halaman 10
masalah, mencari informasi, menuliskan dilakukan perbaikan dengan menarik gambar
hipotesis, melakukan kegiatan mandiri dan disamping pertanyaan.
mempresentasikan. Validator memberikan Tahap evaluasi kelompok kecil (small
nilai 4 dari kelima point tersebut. Skor group) diperolah data angket dan komentar
diperolah 20 dari skor maksimum 25 dengan 5 siswa tentang bahan ajar. Angket yang
deskriptor maka rata-rata 4,0 dikategori valid. diberikan kepada evaluator terdiri dari 10
Tahap validasi meteri komentar dan deskriptor. Deskriptor tentang materi dalam
saran dari validator terhadap bahan ajar dapat bahan ajar singkat dan jelas, 8 siswa
dilihat pada tabel 10. Setelah direvisi dalam menyatakan setuju. Diperoleh persentase
bahan ajar ditambahkan lampiran kegiatan 75,00% dinyatakan praktis. Deskriptor tentang
untuk menyelesaikan masalah. Komentar penjelasan kunci jawaban pada soal
selanjutnya pada soal tentang hukum laju, membantu saya menguasai konsep, 5 siswa
setelah direvisi dalam bahan ajar halaman 7 sangat setuju dan 3 siswa lainnya menyatakan
ditambahkan kata jika persamaan reaksinya A setuju. diperoleh persentase 90,62%
+ B → C + D. Skor total yang diperolah 40 dinyatakan sangat praktis. Komentar siswa
208JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN KIMIA, VOLUME 2, NOMOR 2, NOVEMBER 2015

dapat dilihat pada tabel 13 setelah direvisi dibuktikan dengan melakukan kegiatan
gambar berpikir kritis diletakkan didepan mandiri yang dirancang sendiri (enginering)
tulisan STEM Problem-Based Learning. oleh siswa. Setiap anggota kelompok
Rekapitulasi hasil analisis data angket tahap mempersiapkan alat dan bahan yang
One-to-one dan kelompok kecil (Small group) diperlukan untuk kegiatan mandiri minggu
diperoleh jumlah total skor 355 dari jumlah depan, hal ini merupakan bentuk tanggunng
skor maksimal 440 sehingga didapat rata-rata jawab dan kerja sama.
persentase skor sebesar 80,68 %. Berdasarkan Pertemuan selanjutnya melakukan
kriteria interperensi skor rata-rata termasuk kegiatan mandiri sesuai dengan pertanyaan
ketegori sangat praktis. penuntun yang dipilih, untuk membuktikan
Tahap evaluasi lapangan (field test), hipotesis kelompok 1, mereka
evaluasi ini dilakukan melalui penelitian membandingkan cangkang telur yang
eksperimen yaitu terdapat kelas eksperimen berbentuk serbuk dan pecahan direndam
dan kelas kontrol. dalam alarutan asam asetat. Pertama siswa
Pada kelas uji coba data pre test dapat menyiapkan alat dan bahan yaitu beker gelas,
ditihat pada tabel 14 diperoleh rata-rata 31,50. pipet tetes, porselin, pencatat waktu, asam
Pada awal pembelajaran bahan ajar berbasis asetat dan cangkang telur. Prosedur kerjanya
STEM Problem-Based Learning diberikan siswa mengambil cangkak telur lalu dibagi 2
kepada semua siswa. Siswa mulai bagian yang sama, lalu gerus salah satu
mempelajari materi faktor-faktor yang bagiannya hingga menjadi serbuk. Kemudian
mempengaruhi laju reaksi didalam bahan ajar kedua cangkak telur yang dimasukkan
tersebut, dalam pembelajaran dilakukan kedalam 2 beker gelas yang telah diisi asam
diskusi secara berkelompok, setiap kelompok asetat 50ml, dicatat waktu selama 5 menit.
memilih masalah dalam bahan ajar, kelompok Dalam proses kegiatan dilakukan pengamatan
1 memilih Bagaimana pengaruh luas hasil yang diperoleh dicatat untuk
permukaan cangkang telur terhadap laju disimpulkan (sains) serta dipresentasikan
reaksi dengan asam cuka? Pertanyaan tersebut didepan kelas. Dalam proses pembelajaran
memicu siswa untuk berpikir kritis, dengan siswa kesulitan merangkai prosedur percobaan
membandingkan luas permukaan cangkang sehingga guru dan para observer mengarahkan
telur terhadap laju reaksi. Setiap anggota setiap kelompok merangkai prosedur
kelompok mencari informasi tentang percobaan selain itu siswa kesulitan
pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi, menghubungkan hasil yang diperoleh dengan
lalu berdiskusi dengan teman sekelompok materi yang dipelajari. Ketika guru
untuk menyelesaikan masalah tersebut. memberikan penjelasan siswa menjadi lebih
Informasi pendukung yang diperoleh yaitu mudah memahaminya, hal ini disebabkan
semakin besar luas permukaan maka laju karena siswa dapat terlibat langsung.
reaksi semakin cepat dan sebaliknya semakin Pada akhir pembelajaran, guru
kecil luas permukaan maka laju reaksi memberikan tes evaluasi melalui soal post
semakin lambat. Informasi tersebut dijadikan test. Rata-rata nilai tes kelas uji coba dapat
acuan menulis hipotesis terhadap masalah dilihat pada tabel 14 yaitu 82,97. Setelah
yang dipilih. Hipotesis yang dituliskan yaitu dilakukan pembelajaran menggunakan bahan
cangkang telur kecil, luas permukaannya ajar berbasis STEM Problem-Based Learning
besar sehinnga laju reaksi akan cepat siswa menyatakan bahwa bahan ajar tersebut
sedangkan cangkang telur besar, luas sangat membantu mereka dalam memahami
permukaannya kecil sehinnga laju reaksi akan konsep materi laju reaksi sehingga hasil
lambat. Hipotesis yang telah dituliskan belajarnya meningkat. Hal ini sesuai
Pengembangan Bahan Ajar, Suri Hapiziah, Tatang Suhery, Jejem Mujamil S. 209

denganjurnal Darmawan (2010:116) yang diberikan kesempatan untuk mengomentari


berjudul “Pengaruh pembelajaran berbasis jawaban yang di ditulis dipapan tulis, sampai
masalah dalam meningkatkan kemampuan ditemukan penyelesaian yang telah disepakati.
berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPS di Akhir kegiatan pembelajaran siswa diberikan
MI darussaadah pandeglang” menyatakan tes evaluasi melalui soal post test. Rata-rata
bahwa pembelajaran berbasis masalah nilai tes kelas kontrol dapat dilihat pada tabel
masalah yang diberikan pada awal 14 yaitu sebesar 73,14
pembelajaran untuk menemukan ide-ide serta Berdasarkan N-gain kelas uji coba
konsep yang terkandung dalam pembelajaran, memperolah 0,76 dikategorikan tinggi dan
akan menciftakan suasana belajar yang efektif kelas biasa 0,60 dikategorikan sedang, data
sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar
diharapkan. Selain itu adanya langkah- siswa yang menggunakan bahan ajar materi
langkah pembelajaran pembelajaran dikelas, laju reaksi berbasis STEMProblem-Based
sehingga siswa dapat mempelajari sendiri Learning lebih baik dari pada hasil belajar
langkah-langkah proses pembalajaran dikelas. siswa tanpa menggunakan bahan ajar materi
Hal ini membantu siswa melakukan proses laju reaksi berbasis STEMProblem-Based
pembelajaran secara mandiri ketika guru tidak Learning sehingga bahan ajar dikatakan
hadir dalam kelas. Komentar siswa efektif.
selanjutnya, dengan adanya kegiatan mandiri Hasil observasi kegiatan siswa dikelas
membantu siswa memahami faktor-faktor untuk penilaian sikap dapat dilihat pada tabel
yang mempengaruhi laju reaksi, apalagi 15. Sikap aktif untuk kelas uji coba
kegiatannya dihubungkan dengan kehidupan memperoleh persentase 78,12% sedangkan
sehari-hari. siswa juga manyatakan bahan ajar untuk kelas biasa 59,37%. Hal ini
ini membuat mereka termotivasi untuk menunjukkan bahwa siswa kelas uji coba
berpikir secara kritis karena materi laju reaksi lebih aktip disebabkan karena dalam proses
ini tidak disajikan seluruhnya melainkan pembelajaran dilakukan kegiatan mandiri
dilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan yang memberikan peluang kepada siswa
yang membimbing dalam pemahaman konsep terlibat langsung sedangkan kelas biasa hanya
Data dari pre test dari kelas biasa dapat mendapatkan teori saja. Sikap kerja sama
dilihat pada tabel 14 diperoleh rata-rata 31,50. untuk kelas uji coba memperoleh persentase
Pada awal pembelajaran guru menjelaskan 68,75% sedangkan untuk kelas biasa 60,42%.
materi faktor faktor yang mempengaruhi laju Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas uji
reaksi. Selanjutnya dilakukan tanya jawab coba lebih baik kerja samanya karena preses
terbuka dengan siswa. Dalam proses pembelajaran dilakukan secara kelompok
pembelajaran siswa yang duduk dibelakang untuk melakukan kegiatan mandiri sedangkan
tidak aktip, ribut dan tidak memperhatikan kelas biasa hanya melakukan diskusi dikelas.
proses pembelajaran, sebab cara seperti ini Sikap toleransi untuk kelas uji coba
kurang memotivasi siswa untuk terlibat aktip memperoleh persentase 62,33% sedangkan
secara keseluruhan dalam proses untuk kelas biasa 55,33%. Hal ini
pembelajaran dan kurang melibatkan siswa menunjukkan bahwa siswa kelas uji coba
secara langsung untuk memahami konsep laju lebih toleransi sebab proses pembelajaran
reaksi. Pada pertemua kedua, yaitu dengan dibentuk per kelompok dan setiap kelompok
kegiatan membahas soal-soal terkait materi membahas masing masing materi faktor-
laju reaksi, siswa diberikan kesempatan untuk faktor yang mempengaruhi laju reaksi, lalu
menyelesaikan soal didepan kelas, dan setelah setiap kelompok menjelaskan kedepan dan
dijawab oleh salah satu siswa, siswa yang lain kelompok lain menghargai pendapat
210JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN KIMIA, VOLUME 2, NOMOR 2, NOVEMBER 2015

kelompok tersebut. Siswa yang kritis N-gain kelas uji coba 0,75 sedangkan kelas
memberikan pertanyaan tentang materi yang biasa 0,60. Hal ini menunjukkan bahwa hasil
tidak dipahaminya. Sedangkan untuk kelas belajar siswa yang menggunakan bahan ajar
biasa sikap toleransi yang ditunjukkan ketika berbasis STEMProblem-Based Learninglebih
salah satu siswa menjawab pertanyaan besar daripada hasil belajar siswa yang tidak
didepan kelas, siswa lainnya mengajukan menggunakan bahan ajar tersebut.
pertanyaan mengenai materi yang kurang Saran
dipahaminya. Sikap kreatif untuk kelas uji Bagi guru dan siswa, disarankan
coba memperoleh persentase 60,42% menggunakan bahan ajar berbasis
sedangkan untuk kelas biasa 57,33%. Hal ini STEMProblem-Based Learning dalam proses
menunjukkan bahwa siswa kelas uji coba pembelajaran.
lebih kreatif sebab siswa diberikan kebebasan Bagi peneliti lain agar dapat
untuk memilih pertanyaan penuntun yang mengembangkan bahan ajar berbasis
terdapat didalam bahan ajar. Sedangkan untuk STEMProblem-Based Learningpada pokok
kelas biasa diberikan materi secara bahasan dan mata pelajaran lain.
konvensional ceramah sehingga siswa kurang
kreatif dalam mengeksplor DAFTAR RUJUKAN
pengetahuannya.Keterampilan untuk kelas uji Asghar, Anila, Roni Ellington, Eric Rice,
coba memperoleh persentase 73,96% Francine Johnson dan Glenda M.
sedangkan untuk kelas biasa 58,33% .Hal ini Prime.2012. Supporting STEM
menunjukkan bahwa siswa kelas uji coba Education in Secondary Science
lebih terampil. Contexts. Interdisciplinary Journal of
Berdasarkan uji kevalidan, kepraktisan Problem-based Learning, 6 (2) : 86-125
dan keefektifan yang dilakukan maka bahan
ajar materi laju reaksi berbasis Darmawan. 2010. Penggunaan
STEMProblem-Based Learning dapat Pembelajaran Berbasis Masalah
dinyatakan valid, praktis dan efektif. Dalam Meningkatkan Kemampuan
Berpikii Kritis Siswa Pada
SIMPULAN DAN SARAN Pembelajaran IPS di MI Darussaadah
Simpulan pandeglang. Jurnal Penelitian
Pengembangan bahan ajar materi laju Pendidikan, 11(2) :106-
reaksi berbasis STEMProblem-Based 117
Learning kelas XI SMA N 1 Indralaya Utara
yang valid, praktis dan efektif dilakukan Hake,R.R.1998.Interactive-Engagement
melalui tahapan yaitu analysis, design, Versus Traditional Methods:A Six
development, implementase dan evaluation. Thousand-Student Survey Of
Tahap development, dilakukan evaluasi Mechanics Test Data For
ahli (Expert Review) diperoleh rata-rata skor Introductory Physics
adalah 4,09 maka bahan ajar tersebut Courses.American Journal Physics.
dikatakan valid. 66 (1) : 64-74.
Uji satu lawan satu (one-to-one) dan uji
kelompok kecil (small group) diperoleh Ivone, July. 2010. Critical Thinking,
persentase rata-rata 80,68 %. maka bahan ajar Intelectual Skills, Reasoning and
dinyatakan praktis. clinical
Bahan ajar berbasis STEMProblem- Reasoning.(makalah).http://repository.
Based Learningdikatakan efektif berdasarkan maranatha.edu/1652/1/Critical%20think
Pengembangan Bahan Ajar, Suri Hapiziah, Tatang Suhery, Jejem Mujamil S. 211

ing,%20intelectual%20skills,%20reaso Pembelajaran Berbasis Masalah dan


ning,%20and%20critic.pdf. diakses 8 Berbasis Proyek berbantu Modul
febuari 2013 terhadap Hasil belajar pada materi
ekosisitem di SMA Negeri11 Jejawi.
Liberna, Hawa. 2012. Peningkatan (Artikel). palembang : FKIP Biologi
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Uneversitas Muhamadiyah
Siswa melalui Penggunaan Metode
Improve pada Materi Sistem Stohlmann, Micah., Tamara J. Moore
Persamaan Linear dua variabel dan Gillian H. Roehrig. 2012.
.jurnal formatif, 2 (3): 190-197. Considerations for Teaching Integrated
STEM Education. Journal of Pre-
Nars, Karim J dan Bassem H. Ramadan. College Engineering Education
2008. Impact Assessment of Problem- Research (J-PEER), 2 (1) :28-34
Based Learning in an Engineering
Science Course. Journal of STEM Tessmer, Martin. 1998. Planning and
Education, 11(3-4) Conducting Formative Evaluations
Philadelphia London: Kogen Page.
Riduwan. 2009. Belajar Mudah Penelitian Aksara.
Untuk Guru Karyawan dan
PenelitiPemula. Bandung: Alfabeta. Widoyoko, Eko P. 2012. Teknik Penyusunan
Instrumen Penelitian. Yogyakarta :
Saputri, Wulandari., Saleh Hidayat dan Pustaka Pelajar.
Sri Wardhani. 2011. Pengaruh

Anda mungkin juga menyukai