Keperawatan Gerontik
Keperawatan Gerontik
PEMBELAJARAN
KEPERAWATAN
GERONTIK
Penulis:
Agustina M., M.Kes.
Endang Y., M.Kes.
Puji serta syukur Kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang Telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada saya sehingga Modul ini dapat tersusun. Modul ini
diperuntukkan bagi mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Insan Cendekia
Medika Jombang.
Diharapkan mahasiswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran dapat mengikuti semua
kegiatan dengan baik dan lancar. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan modul ini
tentunya masih terdapat beberapa kekurangan, sehingga penulis bersedia menerima saran dan
kritik dari berbagai pihak untuk dapat menyempurnakan modul ini di kemudian hari. Semoga
dengan adanya modul ini dapat membantu proses belajar mengajar dengan lebih baik lagi.
Penulis
Agustina Maunaturrohmah,
S.Kep.,Ns.,M.Kes Endang Yuswatiningsih,
S.Kep.,Ns.,M.Kes
Keterampilan Umum:
1. Bekerja di bidang keahlian pokok untuk jenis pekerjaan yang spesifik, dan memiliki kompetensi kerja yang
minimal setara dengan standard kompetensi kerja profesinya
2. Membuat keputusan yang independen dalam menjalankan pekerjaan profesinya berdasarkan pemikiran
logis, gerontik, sistematis, dan kreatif
3. Menyusun laporan atau kertas kerja atau menghasilkan karya desain di bidang keahliannya berdasarkan
kaidah rancangan dan prosedur baku, serta kode etik profesinya, yang dapat diakses oleh masyarakat
akademik
4. Mengomunikasikan pemikiran/argumen atau karya inovasi yang bermanfaat bagi pengembangan profesi,
dan kewirausahaan, yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan etika profesi, kepada masyarakat
terutama masyarakat profesinya
5. Meningkatkan keahlian keprofesiannya pada bidang yang khusus melalui pelatihan dan pengalaman kerja
bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang profesinya sesuai dengan kode etik profesinya
6. Melakukan evaluasi secara gerontik terhadap hasil kerja dan keputusan yang dibuat dalam melaksanakan
pekerjaannya oleh dirinya sendiri dan oleh sejawat
7. Memimpin suatu tim kerja untuk memecahkan masalah pada bidang profesinya
8. Bekerja sama dengan profesi lain yang sebidang dalam menyelesaikan masalah pekerjaan bidang
profesinya
9. Mengembangkan dan memelihara jaringan kerja dengan masyarakat profesi dan kliennya
10. Mendokumentasikan, menyimpan, mengaudit, mengamankan, dan menemukan kembali data dan informasi
untuk keperluan pengembangan hasil kerja profesinya
11. Meningkatkan kapasitas pembelajaran secara mandiri
CP Keterampilan Khusus
1. Menerapkan filosofi, konsep holistic dan proses keperawatan gerontik dengan menekankan aspek caring
dan peka budaya.
2. Melakukan simulasi asuhan keperawatan dengan kasus gerontik terkait gangguanberbagai sistem pada
individu dengan memperhatikan aspek legal dan etis dengan menekankan aspek caring dan peka budaya.
3. Melakukan simulasi pendidikan kesehatan dengan kasus gerontik terkait gangguan berbagai sistem pada
individu dengan memperhatikan aspek legal dan etis dengan menekankan aspek caring dan peka budaya.
4. Mengintegrasikan hasil-hasil penelitian kedalam asuhan keperawatan dalam mengatasi masalah yang
berhubungan dengan kasus gerontik terkait berbagai sistem dengan menekankan aspek caring dan peka
CP Pengetahuan
1. Menjelaskan konsep lanjut usia
2. Menjelaskan teori menua
3. Menjelaskan demografi dan gerontologi
4. Menjelaskan konsep dasar keperawatan gerontik
5. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan gerontik
6. Merencanakan asuhan keperawatan gerontik di panti werdha
7. Menjelaskan etik dan hukum keperawatan gerontik
8. Menjelaskan komunikasi efektif pada lansia
9. Menjelaskan konsep posyandu lansia
10. Mengaplikasikan asuhan keperawatan lansia dengan kasus tertentu.
11. Menjelaskan kesejahteraan lanjut usia
12. Menjelaskan post power syndrome
13. Menjelaskan substance abuse
14. Menjelaskan konsep dasar sistem rujukan pelayanan gerontology
15. Menjelaskan nursing social worker keperawatan gerontik
Deskripsi Matakuliah Fokus mata ajar keperawatan gerontik adalah membahas konsep dasar keperawatan gerontik, berbagai teori
keperawatan gerontik dan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar lansia. Penerapannya pada
asuhan keperawatan gerontik melingkupi pembahasan mengenai kebutuhan bio, psiko, social dan spiritual pada
lanjut usia dengan sasaran individu, keluargadankelompok/komunitas.
Pembahasan mata ajar ini meliputi teori dan praktikum laboratorium dalam pemenuhan kebutuhan klien lanjut
usia dengan gangguan bio, psiko, social dan spiritual. Proses pembelajaran mata kuliah gerontik ini diarahkan
agar mahasiswa memperoleh kemampuan dalam melakukan asuhan keperawatan yang meliputi melakukan
pengkajian, menentukan diagnosa yang sesuai, merencanakan intervensi keperawatan, melakukan tindakan
keperawatan di laboratorium dan melakukan evaluasi dan dokumentasi pada berbagai contoh kasus gangguan
kebutuhan dasar lansia. Proses pembelajaran pada mata ajar ini dilakukan melalui teori dengan pendekatan
Student Center Learning (SCL) dan praktikum laboratorium kampus.
Metode Penilaian
Min
Kemampuan yang Bahan Kajian/Materi Pembelajaran
ggu Waktu Bobot
diharapkan (Sub-CPMK) Pembelajaran dan Pengalaman Teknik Kriteria/ Indikator
ke - (%)
Belajar
1 Mahasiswa mampu Perspektif keperawatan Mini Lecture, 1 TM MCQ Dapat menjelaskan 5
menjelaskan konsep lanjut dan konsep perawatan (AM) 4 x 50 menjelaskan konsep
usia gerontik: lanjut usia
1. Definisi proses
menua
2. Faktor-faktor yang
mempengaruhi proses
menua
3. Batasan umur lanjut
usia
4. Mitos dan realita
lanjut usia
5. Mitos penuaan
6. Realita lansia
7. Tipologi manusia
lanjut usia
Mahasiswa mampu Kebugaran pada lansia Mini Lecture, MCQ Dapat menjelaskan 5
menjelaskan tentang 1. Nutrisi yang (AM) menjelaskan kebugaran
kebugaran pada lansia, , seimbang pada lansia
mampu melaksanakan 2. Aktivitas yang
pendidikan kesehatan sesuai
3. Diet yang sesuai
pada lansia
4. Kunci
kebahagiaan pada
lansia
2 Mahasiswa mampu Teori-teori proses menua SGD 1 TM Dapat menjelaskan 5
menjelaskan teori menua dan : (AM) 4 x 50 konsep teori menua dan
masalah yang terjadi pada 1. Teori biologis masalah yang terjadi
lansia, mampu mengelola 2. Teori psikologis pada lansia
administrasi keperawatan 3. Teori cultural
4. Teori social
5. Teori genetika
6. Teori rusaknya
sistem imun tubuh
7. Teori menua
akibat metabolism
8. Teori kejiwaan
social
Masalah yang sering
terjadi pada lansia
Mahasiswa mampu Menjelaskan tentang: Case Studi Laporan studi Dapat menjelaskan 5
menjelaskan konsep asuhan Definisi (AM) kasus konsep asuhan
keperawatan gerontik Tujuan keperawatan gerontik
(pengkajian pada lansia), Proses asuhan (pengkajian pada
mampu menjalin hubungan keperawatan lanjut lansia)
interpersonal usia:
Pengkajian
Dokumentasi
pengkajian asuhan
keperawatan gerontik
5 Mahasiswa mampu Proses asuhan Case Studi 1 TM Laporan studi Dapat menjelaskan 5
menjelaskan konsep asuhan keperawatan lanjut (AM) 4 x 50 kasus konsep asuhan
keperawatan gerontik usia: keperawatan gerontik
(menganalisis data Analisa data (menganalisis data
pengkajian dan menyusun Diagnose pengkajian dan
diagnose keperawatan) Dokumentasi analisa menyusun diagnose
data dan diagnose keperawatan)
asuhan keperawatan
gerontik
Mahasiswa mampu Proses asuhan Case Studi Laporan studi Dapat menjelaskan 5
menjelaskan konsep asuhan keperawatan lanjut (AM) kasus konsep asuhan
keperawatan gerontik usia: keperawatan gerontik
(menyusun intervensi, Intervensi (menyusun intervensi,
melakukan tindakan k Implementasi melakukan tindakan k
eperawatan dan evaluasi Evaluasi eperawatan dan
keperawatan gerontik) Dokumentasi evaluasi keperawatan
intervensi,implementas gerontik)
i, evaluasi asuhan
keperawatan gerontik
3. CP Keterampilan Khusus
a. Menerapkan filosofi, konsep holistic dan proses keperawatan gerontik dengan
menekankan aspek caring dan peka budaya.
b. Melakukan simulasi asuhan keperawatan dengan kasus gerontik terkait
gangguanberbagai sistem pada individu dengan memperhatikan aspek legal dan
etis dengan menekankan aspek caring dan peka budaya.
c. Melakukan simulasi pendidikan kesehatan dengan kasus gerontik terkait gangguan
berbagai sistem pada individu dengan memperhatikan aspek legal dan etis dengan
menekankan aspek caring dan peka budaya.
d. Mengintegrasikan hasil-hasil penelitian kedalam asuhan keperawatan dalam
mengatasi masalah yang berhubungan dengan kasus gerontik terkait berbagai
sistem dengan menekankan aspek caring dan peka budaya.
e. Melakukan simulasi pengelolaan asuhan keperawatan pada individu dengan kasus
gerontik terkait berbagai sistem dengan memperhatikan aspek legal dan etis
dengan menekankan aspek caring dan peka budaya.
f. Melaksanakan fungsi advokasi dan komunikasi pada kasus gerontik terkait
berbagai sistem dengan menekankan aspek caring dan peka budaya.
g. Mendemonstrasikan intervensi keperawatan pada kasus gerontik sesuai dengan
standar yang berlaku dengan berfikir kreatif dan inovatif sehingga menghasilkan
pelayanan yang efisien dan efektif dengan menekankan aspek caring dan peka
budaya.
4. CP Pengetahuan
a. Menjelaskan konsep lanjut usia
b. Menjelaskan teori menua
c. Menjelaskan demografi dan gerontologi
d. Menjelaskan konsep dasar keperawatan gerontik
e. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan gerontik
f. Merencanakan asuhan keperawatan gerontik di panti werdha
g. Menjelaskan etik dan hukum keperawatan gerontik
h. Menjelaskan komunikasi efektif pada lansia
i. Menjelaskan konsep posyandu lansia
j. Mengaplikasikan asuhan keperawatan lansia dengan kasus tertentu.
k. Menjelaskan kesejahteraan lanjut usia
l. Menjelaskan post power syndrome
m. Menjelaskan substance abuse
n. Menjelaskan konsep dasar sistem rujukan pelayanan gerontology
o. Menjelaskan nursing social worker keperawatan gerontik
C. Strategi Perkuliahan
Pendekatan perkuliahan ini adalah pendekatan Student Center Learning. Dimana
Mahasiswa lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran. Metode yang digunakan
lebih banyak menggunakan metode ISS (Interactive skill station) dan Problem base
learning. Interactive skill station diharapkan mahasiswa belajar mencari materi secara
mandiri menggunakan berbagai sumber kepustakaan seperti internet, expert dan lainlain,
yang nantinya akan didiskusikan dalam kelompok yang telah ditentukan. Sedangkan
untuk beberapa pertemuan dosen akan memberikan kuliah singkat diawal untuk
memberikan kerangka pikir dalam diskusi. Untuk materi-materi yang memerlukan
keterampilan, metode yang yang akan dilakukan adalah simulasi dan demonstrasi.
Berikut metode pembelajaran yang akan digunakan dalam perkuliahan ini:
1. Mini Lecture
2. Case Studi
3. SGD
4. Demonstrasi dan simulasi
BAB 2
KEGIATAN BELAJAR
A. Kegiatan Belajar 1
1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan
a. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep lanjut usia
b. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang kebugaran pada lansia, , mampu
melaksanakan pendidikan kesehatan
2. Uraian Materi
Konsep Lanjut Usia
Dosen: Agustina Maunaturrohmah, S.Kep.,Ns.,M.Kes
A. DEFINISI LANSIA
Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55
tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari
dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000). Usia lanjut adalah sesuatu
yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu
akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea,
2005). Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari (Azwar,
2006).
B. PROSES MENUA
Menua secara normal dari system saraf didefinisikan sebagai perubahan oleh
usia yang terjadi pada individu yang sehat bebas dari penyakit saraf “jelas” menua
normal ditandai oleh perubahan gradual dan lambat laun dari fungsi-fungsi tertentu
(Tjokronegroho Arjatmo dan Hendra Utama,1995).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Proses menua merupakan proses
yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya
dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2000).
Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada
tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut.
Perubahan secara biologis ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua.
Antara lain :
Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah, mengakibatkan
juga jumlah cairan tubuh yang berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut
dan kering, wajah keriput serta muncul garis-garis menetap. Oleh karena itu,
pada lansia seringkali terlihat kurus.
Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada lansia sehingga
dihubungkan dengan kekurangan vitamin A, vitamin C dan asam folat.
Sedangkan gangguan pada indera pengecap dihubungkan dengan kekurangan
kadar Zn yang juga menyebabkan menurunnya nafsu makan. Penurunan indera
pendengaran terjadi karena adanya kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran.
Dengan banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan fungsi
mengunyah yang dapat berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia
lanjut.
Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan
seperti perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu makan, serta susah BAB
yang dapat menyebabkan wasir.
Kemampuan motorik menurun, selain menyebabkan menjadi lamban, kurang
aktif dan kesulitan menyuap makanan, juga dapat mengganggu aktivitas
kegiatan sehari-hari.
Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan
penurunan daya ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi, kesulitan
berbahasa, kesulitan mengenal benda-benda, kegagalan melakukan aktivitas yang
mempunyai tujuan (apraksia) dan gangguan dalam menyususn rencana, mengatur
sesuatu, mengurutkan, daya abstraksi, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam
emlakukan aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia atau pikun. Gejala pertama
adalah pelupa, perubahan kepribadian, penurunan kemampuan untuk pekerjaan
sehari-hari dan perilaku yang berulang-ulang, dapat juga disertai delusi paranoid
atau perilaku anti sosial lainnya.
Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam
jumlah besar juga bekurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran natrium sampai
dapat terjadi hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah. Incontinentia urine (IU)
adalah pengeluaran urin diluar kesadaran merupakan salah satu masalah kesehatan
yang besar yang sering diabaikan pada kelompok usia lanjut, sehingga usia lanjut
yang mengalami IU seringkali mengurangi minum yang dapat menyebabkan
dehidrasi.
Secara psikologis pada usia lanjut juga terjadi ketidakmampuan untuk
mengadakan penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya, antara lain sindrom
lepas jabatan yang mengakibatkan sedih yang berkepanjangan
C. BATASAN LANSIA
Menurut WHO, batasan lansia meliputi:
1. Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia antara 45-59 tahun
2. Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun
3. Usia Lanjut Tua (Old), adalah usia antara 75-90 tahun
4. Usia Sangat Tua (Very Old), adalah usia 90 tahun keatas
Menurut Dra.Jos Masdani (psikolog UI)
Mengatakan lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan
dapat dibagi menjadi 4 bagian:
1. Fase iuventus antara 25dan 40 tahun
2. Verilitia antara 40 dan 50 tahun
3. Fase praesenium antara 55 dan 65 tahun
4. Fase senium antara 65 tahun hingga tutup usia
D. TIPE - TIPE LANSIA
Pada umumnya lansia lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada
tinggal bersama anaknya. Menurut Nugroho W ( 2000) adalah:
1. Tipe Arif Bijaksana: Yaitu tipe kaya pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, ramah, rendah hati, menjadi panutan.
2. Tipe Mandiri: Yaitu tipe bersifat selektif terhadap pekerjaan, mempunyai
kegiatan.
3. Tipe Tidak Puas: Yaitu tipe konflik lahir batin, menentang proses penuaan
yang menyebabkan hilangnya kecantikan, daya tarik jasmani, kehilangan
kekuasaan, jabatan, teman.
4. Tipe Pasrah: Yaitu lansia yang menerima dan menunggu nasib baik.
5. Tipe Bingung: Yaitu lansia yang kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
minder, pasif, dan kaget.
E. TEORI PENUAAN
1. Teori Biologis
Proses penuaan merupakan proses secara berangsur yang mengakibatkan
perubahan secara komulatif dan serta berakhir dengan kematian. Proses menua
merupakan suatu yang fisiologis yang akan dialami oleh setiap orang. Batasan
orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun 1998 adalah 60 tahun.
Teori biologis tentang penuaan dibagi menjadi :
a) Teori Instrinsik
Teori ini berati perubahan yang berkaitan dengan usia timbul akibat penyebab
dalam diri sendiri.
b) Teori Ekstrinsik
Teori ini menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi diakibatkan pengaruh
lingkungan.
Teori lain menyatakan bahwa teori biologis dapat dibagi menjadi :
a) Teori Genetik Clock
Teori tersebut menyatakan bahwa menua telah terprogram secara
genetik untuk species – species tertentu. Tiap species mempunyai didalam
nuklei ( inti selnya )suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu
replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan akan menghentikan
replikasi sel bila tidak diputar, jadi menurut konsep ini bila jam kita berhenti
kita akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan
atau penyakit akhir yang katastrofal. Konsep ini didukung kenyataan bahwa
ini merupakan cara menerangkan mengapa pada beberapa species terlihat
adanya perbedaan harapan hidup yang nyata.
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram
oleh molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
b) Teori Mutasi Somatik ( teori error catastrophe )
Menurut teori ini faktor lingkungan yang menyebabkan mutasi somatik
. sebagai contoh diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat
memperpendek umur sebaliknya menghindarinya dapqaat mempperpanjang
umur.menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel
somatik, akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsi sel
tersebut. Sebaai salah satu hipotesis yang berhubungan dengan mutasi sel
somatik adalah hipotesis error catastrope.
c) Teori Auto imun
Dalam proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi oleh zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut,
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
Pada proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Sad jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.
d) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat dibentuk di alam bebas. Tidak stabilnya radikal
bebas mengakibatkan oksigenasi bahan - bahan organik seperti KH dan
protein.radikal ini menyebabkansel – sel tidak dapat beregenerasi.
Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan
bahan organik seperti karbohidrat dan protein . radikal ini menyebabkan sel-
sel tidak dapat regenerasi.
e) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.
2. Teori Sosial
a) Teori aktifitas
Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan social
b) Teori Pembebasan
Salah satu teori sosial yang berkenaan dengan proses penuaan adalah teori
pembebasan ( disengagement teori ). Teori tersebut menerangkan bahwa dengan
berubahnya usi seseorang secara berangsur – angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun,
baik secara kualitatif maupun kuantitasnya sehingga sering terjadi kehilangan
ganda yaitu:
Kehilangan peran
Hambatan kontrol social
Berkurangnya komitmen
c) Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan
lansia. Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada usatu saat merupakan
gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia.
Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :
lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif
dalam proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya
di masa lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau
dihilangkan
Peran lansia yang hilang tak perlu diganti
Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi
3. Teori Psikologi
a) Teori Kebutuhan manusia mneurut Hirarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan
yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow 11111954). Kebutuhan
ini memiliki urutan prioritas yang berbeda. Ketika kebutuhan dasar manusia
sidah terpenuhi, mereka berusaha menemukannya pada tingkat selanjutnya
sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan tersebut tercapai.
b) Teori individual
Carl Jung (1960) Menyusun sebuah terori perkembangan kepribadian dari
seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak , masa muda dan
masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian individu
terdiri dari Ego, ketidaksadaran sesorang dan ketidaksadaran bersama.
Menurut teori ini kepribadian digambarkan terhadap dunia luar atau ke arah
subyektif. Pengalaman-pengalaman dari dalam diri (introvert). Keseimbangan
antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan merupakan hal yang
paling penting bagi kesehatan mental.
F. PERUBAHAN - PERUBAHAN MULTISISTEM YANG TERJADI PADA
LANSIA
Pada lansia terjadi perubahan-perubahan akibat proses menua diantaranya adalah
perubahan pada sistem pencernaan seperti :
Kehilangan gigi penyebab utama periodontal disiase yang biasa terjadii
setelah umur 30 tahun
Indra pengecap menurun,adanya iritasi selaput lendir yang kronis, atrofi indra
pengecap, hilangnya sensivitas saraf pengecap lidah terutama rasa
manis,asin,pahit
Rasa lapar menurun
Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi atau gangguan pada sistem
gastrointestinal seperti penyakit gastritis
Fungsi absorbsi melemah
Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun, aliran darah
berkurang
Lansia yang menderita gastritis akan mengalami perubahan pada sistem
pencernaannya. Patofisiologi Gastritis Akut Membran mukosa lambung menjadi
edema dan hiperemik (kongesti dengan jaringan, cairan dan darah) dan
mengalami erosi super fisial, bagian ini mengekskresi sejumlah gerak lambung
yang mengandung sangat sedikit asam tetapi banyak mukus. Ulserasi superfisial
dapat terjadi dan dapat menimbulkan hemoragi. Pasian dapat mengalami ketidak
nyamanan, sakit kepala, mulas, mual dan anoreksia. Sering disertai dengan
muntah dan cegukan.
Gastritis Kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A atau tipe B. Tipe A
(sering disebut gastritis Auto imun) diakibatkan dari sel pariatel yang
menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit
autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari
lambung. Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. Pylory) mempengaruhi
antrum dan pilorus (ujung bawah lambung dekat duodenum).
Ini dihubungkan dengan bakteri H. Pylory; faktor diet seperti minum
panas atau pedas; penggunaan obat-obatan atau alkohol; merokok atau refluk isi
usus ke dalam lambung.Terdapat gangguan keseimbangan faktor agresif dan
faktor desensif yang berperan dalam menimbulkan lesi pada mukosa lambung.
G. DAMPAK KEMUNDURAN DAN MASALAH-MASALAH KESEHATAN
PADA LANSIA
Proses penuaan merupakan proses alamiah setelah tiga tahap kehidupan,
yaitu masa anak, dewasa, dan masa tua yang tidak dapat dihindari oleh setiap
individu dimana akan menimbulkan perubahan-perubahan struktur dan fisiologis
dari beberapa sel/jaringan/organ dan system yang ada pada tubuh manusia
(Mubarak,2009:140)
Kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik,
diantaranya yaitu :
Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang
menetap
Rambut kepala mulai memutih atau beruban
Gigi mulai lepas (ompong)
Penglihatan dan pendengaran berkurang
Mudah lelah dan mudah jatuh
Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah akibat penurunan kelemahan
otot ekstremitas bawah dan kekuatan sendi
Gangguan gaya berjalan
Sinkope-dizziness;
Disamping itu, juga terjadi kemunduran kognitif antara lain :
Suka lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik
Ingatan terhadap hal-hal di masa muda lebih baik dari pada hal-hal yang
baru saja terjadi
Sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang
Sulit menerima ide-ide baru
Dampak kemunduran
Kemunduran yang terjadi pada lansia dipandang dari sudut biologis
mempunyai dampak terhadap tingkah laku dan perasaan orang yang memasuki lanjut
usia. Jika berbicara tentang menjadi tua, kemunduran yang paling banyak
dikemukakan. Selain berbagai macam kemunduran ada sesuatu yang dapat meningkat
dalam proses menua, yaitu sensitivitas emosional seseorang. Hal ini yang akhirnya
menjadi sumber banyak masalah pada masa tua. Coba dilihat sepintas mengenai
beberapa dampak kemunduran tersebut yaitu semakin perasanya orang yang
memasuki lanjut usia. Misalnya kemunduran fisik, yang berpengaruh terhadap
penampilan seseorang. Pada umumnya saat usia dewasa, seseorang dianggap tampil
paling cakap, tampan atau paling cantik. Kemunduran fisik yang terjadi pada dirinya
membuat membuat yang bersangkutan berkesimpulan bahwa kecantikan atau
ketampanan yang mereka miliki mulai hilang. Baginya, hal ini berarti kehilangan daya
tarik dirinya.
Masalah Yang di alami oleh Lansia
1. Mudah jatuh
Jatuh pada lanjut usia merupakan masalah yang sering terjadi. Penyebabnya multi-
faktor. Dari faktor instrinsik misalnya : gangguan gaya berjalan, kelemahan otot
ekstremitas bawah, kekakuan sendi, dan sinkope atau pusing. Untuk faktor
ekstrinsik, misalnya lantai licin dan tidak rata, tersandung benda, penglihatan yang
kurang karena cahaya kurang terang, dan sebagainya sehingga dapat menyebabkan
keterbatasan dalam melakukan aktivitas.
2. Mudah lelah
Hal ini disebabkan oleh Faktor psikologis seperti perasaan bosan, keletihan, atau
depresi dan penyebab lainnya adalah :
o Gangguan organis : anemia, kekurangan vitamin, perubahan pada tulang
(osteomalasia), gangguan pencernaan,kelainan metabolisme (diabetes melitus,
hipertiroid), gangguan ginjal dengan uremia, gangguan faal hati, gangguan
sistem peredaran darah dan jantung.
o Pengaruh obat, misalnya obat penenang, obat jantung, dan obat yang
melelahkan daya kerja otot.
o Berat badan menurun
Berat badan menurun disebabkan oleh :
- Pada umumnya nafsu makan menurun karena kurang adanya gairah
hidup atau kelesuan serta kemampuan indera perasa menurun
- Adanya penyakit kronis
- Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan
terganggu
- Faktor sosio-ekonomis (pensiunan)
3. Gangguan Kardiovaskuler
Nyeri dada
Sesak nafas pada kerja fisik
Palpitasi
Edema kaki
4. Nyeri atau ketidaknyamanan
Nyeri pinggang atau punggung
Nyeri sendi pinggul
5. Keluhan pusing
6. Kesemutan pada anggota badan
7. Berat badan menurun
8. Gangguan eliminasi
Inkontinensia urin atau ngompol
Inkontinensia alvi
9. Gangguan ketajaman penglihatan
10. Gangguan pendengaran
11. Gangguan tidur
12. Mudah gatal
IQ (Inteligentia Quantion).
a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.
b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor, terjadi
perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor
waktu.
C. Perubahan-perubahan Psikososial
a. Pensiun: nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun (purna
tugas), ia akan mengalami kehilangan-kehilangan, antara lain :
Kehilangan finansial (income berkurang).
Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi,
lengkap dengan segala fasilitasnya).
Kehilangan teman/kenalan atau relasi.
Kehilangan pekerjaan/kegiatan.
b. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality)
c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih
sempit.
d. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation).
e. Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya
pengobatan.
f. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
g. Gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan ketulian.
h. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
i. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman
dan family.
j. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.
3. Teori Proses Menua
Faktor yang memberi kontribusi utama pada proses menua yaitu:
1. Teori Biologi
a. Teori Genetik Clock
Menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya program jam genetik
didalam nuklei. Jam ini akan berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika
jam ini sudah habis putarannya maka akan menyebabkan berhentinya proses
mitosis. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian Haiflick (1980), dari teori itu
dinyatakan adanya hubungan antara membelah sel dalam kultur dengan umur
spesies mutasi somatik (teori errorrcatastrophe).
b. Teori Error
Menurut teori ini prose menua diakibatkan oleh menumpuknya berbagai
macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia akibat kesalahan tersebut akan
berakibat keselahan metabolisme yang dapat mengakibatkan kerusakan sel dan
fungsi sel secara perlahan.
Sejalan dengan perkembangan umur sel tubuh, maka terjadi beberapa
perubahan alami pada sel pada DNA dan RNA yang merupakan substansi
pembangunan atau pembentuk sel baru. Peningkatan usia mempengaruhi
perubahan sel dimana sel-sel nukleus menjadi lebih besar tetapi tidak diikuti
dengan peningkatan jumlah substansi DNA.
c. Teori Autoimun
Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi yang dapat
mengakibatkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali
dirinya sendiri (Self recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya
kelainan pada permukaan sel, maka hal ini akan mengakibatkan sistem imun
tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing
dan menghancurkannya Goldstein(1989) dikutip dari Azis (1994). Hal ini
dibuktikan dengan makin bertambahnya prevalensi auto antibodi pada lansia
(Brocklehurst,1987 dikutif dari Darmojo dan Martono, 1999). Dipihak lain
sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada
proses menua, daya serangnya terhadap antigen menjadi menurun, sehingga
sel-sel patologis meningkat sesuai dengan menigkatnya umur (Suhana,1994
dikutif dari Nuryati, 1994).
d. Teori “Free Radical”
Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas dalam
tubuh manusia. Radikal bebas dapat berupa : superoksida (O2), Radikal
Hidroksil (OH) dan Peroksida Hidrogen (H2O2). Radikal bebas sangat
merusak karena sangat reaktif , sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein,
dan asam lemak tak jenuh. Menurut Oen (1993) yang dikutif dari Darmojo dan
Martono (1999) menyatakan bahwa makin tua umur makin banyak
terbentuk radikal bebas, sehingga poses pengrusakan terus terjadi , kerusakan
organel sel makin banyak akhirnya sel mati.
e. Wear Teori Biologi
Kelebihan usaha dan stress menyebaban sel tubuh rusak.
f. Teori kolagen
Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan
kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan sel jaringan.
2. Teori Psikososial
a. Activity theory, ketuaan akan menyebabkan penurunan jumlah kegiatan
secara langsung.
b. Teori kontinuitas, adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan
adanya suatu pola prilaku yang meningkatkan stress.
c. Disengagement Theory, putusnya hubungan dengan dunia luar seperti
hubungan dengan masyarakat, hubungan dengan individu lain.
d. Teori Stratifikasi usia, karena orang yang digolongkan dalam usia tua akan
mempercepat proses penuaan.
e. Teori kebutuhan manusia dari Maslow, orang yang bisa mencapai aktualisasi
menurut penelitian 5% dan tidak semua orang bisa mencapai kebutuhan yang
sempurna.
f. Teori Jung, terdapat tingkatan-tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam
perkembangan kehidupan.
g. Course of Human Life Theory, Seseorang dalam hubungan dengan
lingkungan ada tingkat maksimumnya.
h. Development Task Theory, Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas
perkembangan sesuai dengan usianya.
3. Teori Lingkungan
a. Teori Radiasi
Setiap hari manusia terpapar dengan adanya radiasi baik karena sinar UV
maupun dalam bentuk gelombang-gelombang mikro yang telah menumbuk
tubuh tanpa terasa yang dapat mengakibatkan perubahan susunan DNA dalam
sel hidup atau bahkan rusak dan mati.
b. Teori Stres
Stres fisik maupun psikologi dapat mengakibatkan pengeluaran
neurotransmitter tertentu yang dapat mangekibatkan perfusi jaringan menurun
sehingga jaringan mengalami kekurangan O2 dan mengalami gangguan
metabolisme sel sehingga terjadi penurunan jumlah cairan dalam sel dan
penurunan eksisitas membran sel.
c. Teori Polusi
Tercemarnya lingkungan dapat mengakibatkan tubuh mengalami gangguan
pada sistem psikoneuroimunologi yang seterusnya mempercepat terjadinya
proses menua dengan perjalanan yang masih rumit untuk dipelajari.
d. Teori Pemaparan
Terpaparnya sinar matahari yang mempunyai kemampuan mirip dengan sinar
ultra yang lain mampu mempengaruhi susunan DNA sehingga proses
penuaan atau kematian sel bisa terjadi.
3. Rangkuman
Proses menua merupakan proses yang terus menerus atau berlanjut secara alamiah.
Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup.
Memasuki usia tua banyak mengalami kemunduran misalnya kemunduran fisik yang
ditandai dengan kulit menjadi keriput karena berkurangnya bantalan lemak, rambut
memutih, pendengaran berkurang, penglihatan memburuk, gigi mulai ompong,
aktivitas menjadi lamban, nafsu makan berkurang dan kondisi tubuh yang lain juga
mengalami kemunduran.
4. Penugasan dan Umpan Balik
Tujuan Tugas: Mengidentifikasi Menjelaskan tentang Materi
terkait 1.Uraian Tugas:
a. Obyek garapan: Makalah Ilmiah Judul pada TM yang dimaksud
b. Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan:
Membuat makalah tentang materi terkait pada masing-masing Materi yang
disebutkan
Membuat PPT
Presentasi Makalah
c.Deskripsi luaran tugas yang dihasilkan/dikerjakan: Makalah Ilmiah pada sistem
terkait
d. Metode Penulisan
Substansi
Halaman Judul
Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan
(1.1 Latar belakang, 1.2 Tujuan Penulisan)
Bab 2 Tinjauan Pustaka
(2.1 Dst…Berisikan Materi terkait)
Bab 3 Penutup
(3.1 Kesimpulan, 3.2 Saran)
Daftar Pustaka
C. Kegiatan Belajar 3
1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan
a. Mahasiswa mampu menjelaskan demografi dan gerontologi
b. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar keperawatan gerontik, mampu
berpatisipasi aktif sebagai anggota tim
2. Uraian Materi
Konsep Gerontik
Dosen: Agustina Maunaturrohmah, S.Kep.,Ns.,M.Kes
A. Pengertian Lanjut Usia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia (Budi Anna Keliat, 1999 dalam Buku Siti Maryam, dkk,
2008). Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998
tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun. (R. Siti Maryam, dkk, 2008: 32)
B. Batasan Lanjut Usia
Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur.
1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) Lanjut Usia meliputi:
a. Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun.
d. Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.
2. Departemen Kesehatan RI mengklasifikasikan lanjut usia sebagai berikut:
a. Pralansia (prasenilis)
b. Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
c. Lansia
d. Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
e. c. Lansia risiko tinggi
f. Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).
g. Lansia potensial
h. Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).
i. Lansia tidak potensial
j. Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung
pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).
C. Tipe Lanjut Usia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000 dalam
buku R. Siti Maryam, dkk, 2008).
Tipe tersebut dapat dibagi sebagai berikut:
1. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
3. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,
tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak
menuntut.
4. Tipe pasraH
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan
melakukan pekerjaan apa saja.
5. Tipe bingunG.
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,
pasif, dan acuh tak acuh.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen
(ketergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militant dan serius, tipe
pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe
putus asa (benci pada diri sendiri).
Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai
berdasarkan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (indeks
kemandirian Katz), para lansia dapat digolongkan menjadi beberapa tipe yaitu
lansia mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan langsung keluarganya,
lansia mandiri dengan bantuan secara tidak langsung, lansia dengan bantuan badan
sosial, lansia di panti werda, lansia yang dirawat di rumah sakit, dan lansia dengan
gangguan mental.
D. Proses Penuaan
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang
maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah
sel-sel yang ada di dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami
penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994). Seiring dengan
proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau
yang biasa disebut sebagai penyakit degeneratif.
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penuaan
R. Siti Maryam, dkk, 2008 menyebutkan factor-faktor yang mempengaruhi penuaan
adalah sebagai berikut:
1. Hereditas (Keturunan/Genetik)
2. Nutrisi (Asupan Makanan)
3. Status Kesehatan
4. Pengalaman Hidup
5. Lingkungan
6. Stress
F. Teori – Teori Penuaan
1. Menurut Betty Newman
Sebenarnya secara individual tahap proses penuaan terjadi pada orang
dengan usia berbeda, masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang
berbeda, tidak ada satu faktor pun ditemukan untuk mencegah proses penuaan.
1). Teori-Teori Biologi
a). Teori Genetik dan Mutasi (Somatic Mutatic Theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara generic untuk
spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan
biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul/DNA dan setiap sel pada
saatnya akan mengalami mutasi.
Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi
penurunan kemampuan fungsional sel).
b). Pemakaian dan Rusak kelebihan usaha dan stress menyebabkan
sel-sel tubuh lelah (terpakai).
c). Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut
teori akumulasi dari produk sisa. Sebagai contoh adanya pigmen
Lipofuchine di sel otot jantung dan sel susunan syaraf pusat pada orang
lanjut usia yang mengakibatkan mengganggu sel itu sendiri.
d). Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
e). Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan
gizi.
3. Rangkuman
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia
(Budi Anna Keliat, 1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13
Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang
telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.
3. Rangkuman
Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai
tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang diatur dalam undang-undang
keperawatan.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun
sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Perawat sebagai profesi dan
bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak saja membutuhkan kesabaran.
Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah-masalah kesehatan tentu harus juga
bisa diandalkan.
4. Penugasan dan Umpan Balik
Obyek Garapan:
Resume Pembelajaran masing-masing pertemuan
Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan:
MODUL PEMBELAJARAN KEPERAWATAN GERONTIK | BAB 2 42
Mahasiswa membuat resume perkuliahan pada saat fasilitator (dosen) memberi
materi kuliah
15 menit sebelum waktu pembelajaran selesai mahasiswa diwajibkan 2
pertanyaaan multiple Choise
F. Kegiatan Belajar 9
1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan
a. Mahasiswa mampu menjelaskan komunikasi efektif pada lansia
b. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep posyandu
2. Uraian Materi
Konsep Posyandu
Dosen: Endang Yuswatiningsih, S.Kep.,Ns.,M.Kes
A. Pengertian Posyandu
Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh
dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan (Cessnasari. 2005).
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat dalam penyelanggraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemmudahan kepada masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kesehatan dasar/social dasar untuk mempercepat penurunan Angka
Kematian Ibu dan Bayi ( Departemen Kesehatan RI. 2006 ). Posyandu adalah
sistem pelayanan yang dipadukan antara satu program dengan program lainnya
yang merupakan forum komunikasi pelayanan terpadu dan dinamis seperti halnya
program KB dengan kesehatan atau berbagai program lainnya yang berkaitan
dengan kegiatan masyarakat (BKKBN, 2009).
Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan
kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat
dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari
petugas kesehatan dan keluarga. berencana yang mempunyai nilai strategis untuk
pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Yang dimaksud dengan nilai
strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini yaitu dalam
peningkat mutu manusia di masa yang akan datang dan akibat dari proses
pertumbuhan dan perkembangan manusia ada 3 intervensi yaitu :
a. Pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang ditujukan
untuk menjaga kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan ibu
sampai usia balita.
b. Pembinaan perkembangan anak (Child Development) yang ditujukan untuk
membina tumbuh/kembang anak secara sempurna, baik fisik maupun
mental sehingga siap menjadi tenaga kerja tangguh.
c. Pembinaan kemampuan kerja (Employment) yang dimaksud untuk
memberikan kesempatan berkarya dan berkreasi dalam pembangunan
bangsa dan negara.
Intervensi 1 dan 2 dapat dilaksanakan sendiri oleh masyarakat dengan
sedikit bantuan dan pengarahan dari petugas penyelenggara dan
pengembangan Posyandu merupakan strategi yang tepat untuk intervensi ini.
Intervensi ke 3 perlu dipersiapkan dengan memperhatikan aspek-aspek
Poleksosbud.
B. Manfaat Posyandu
1. Bagi Masyarakat :
a) Mendukung perbaikan perilaku, keadaan gizi dan kesehatan keluarga
sehingga:
- Keluarga menimbang balitanya setiap bulan agar terpantau
pertumbuhannya.
- Bayi umur 0-11 bulan memperoleh imunisasi Hepatitis B 4 kali,
BCG 1 kali, Polio 4 kali, DPT 3 kali dan campak 1 kali.
- Bayi 6-11 bulan memperoleh 1 kapsul vitamin A warna biru
(100.000 SI)
- Anak 12-59 bulan memperoleh kapsul vitamin A warna merah
(200.000 SI) setiap 6 bulan (Februari dan Agustus)
b) Mendukung perilaku hidup bersih dan sehat
c) Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
dasar.
d) Mendukung pencegahan penyakit yang berbasis lingkungan dan
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
e) Mendukung pelayanan KB.
f) Memperoleh bantuan dalam pemecahan masalah kesehatan.
g) Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan terpadu.
2. Bagi Kader, pengurus Posyandu dan tokoh Masyarakat
a) Mendapatkan informasi tentang upaya kesehatan.
b) Dapat membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan.
3. Bagi Puskesmas
a) Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan
kesehatan S1.
b) Membantu masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan.
c) Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan dana dengan pemberian
pelayanan secara terpadu.
4. Bagi Sektor Lain
a) Lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah.
b) Meningkatkan efiseiansi pemberian pelayanan sesuai tupoksi masing-
masing.
C. Tujuan Posyandu
Tujuan didirikannya Posyandu Yaitu :
1. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu ( ibu
Hamil, melahirkan dan nifas).
2. Membudayakan NKKBS.
3. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang
menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.
4. Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera,
Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera.
D. Jenis Posyandu
Dilihat dari indikator-indikator yang ditetapkan oleh Depkes RI 2006,
Posyandu secara umum dapat dibedakan menjadi 4 (empat) tingkat yaitu :
1. Posyandu Pratama
Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang
ditandai oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin
serta jumlah kader terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang. Penyebab
tidak terlaksananya kegiatan rutin bulanan Posyandu, disamping jumlah
kader yang terbatas, dapat pula karena belum siapnya masyarakat.
Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah
memotivasi masyarakat serta menambah jumlah kader.
2. Posyandu Madya
Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader
sebanyak 5 orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya
masih rendah yaitu < 50%. Intervensi yang dapat dilakukan untuk
perbaikan peringkat adalah meningkat cakupan dengan mengikut sertakan
tokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader dalam
mengelola kegiatan Posyandu.
3. Posyandu Purnama
Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader sebanyak
5 (lima) orang atau lebih. Cakupan utamanya > 50% serta mampu
menyelenggarakan program tambahan seta telah memperoleh sumber
pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya
masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu.
4. Posyandu Mandiri
Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat
melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata kader
sebanyak 5 (lima) orang atau lebih. Cakupan dari kegiatan utamanya >
50%, mampu menyelenggarakan program tambahan serta telah
memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola masyarakat
yang pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal di wilayah
kerja Posyandu Intervensi yang dilakukan bersifat pembinaan termasuk
pembinaan dana sehat, sehingga terjamin kesinambungannya.
E. Kegiatan Utama Posyandu
Kegiatan utama di posyandu meliputi kegiatan pemantauan tumbuh
kembang balita, pelayanan kesehatan ibu dan anak seperti imunisasi untuk
mencegah penyakit, penanggulangan diare, pelayanan KB penyuluhan dan
konseling/rujukan konseling bila diperlukan.
F. Pengelola dan Sasaran Posyandu
Sasaran posyandu adalah seluruh masyarakat/ keluarga, utamanya
adalah bayi baru lahir, bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas,
PUS.
1. Tingkat desa dan kelurahan
Sesuai Inmendagri Nomor 9 Tahun 1990 tentang Peningkatan
Pembinaan mutu Posyandu ditingkat desa dan kelurahan sebagai berikut
:
a) Penanggungjawab umum : Ketua Umum LKMD (Kades/Lurah).
b) Penggungjawab operasional: Ketua I LKMD (Tokoh Masyarakat)
c) Ketua Pelaksana : Ketua II LKMD/Ketua Seksi 10 LKMD ( Ketua
Tim Penggerak PKK).
d) Sekretaris : Ketua Seksi 7 LKMD
e) Pelaksana: Kader PKK, yang dibantu Petugas KB-Kes.
2. Pokjanal Posyandu
Pokjanal Posyandu yang dibentuk disemua tingkatan
pemerintahan terdiri dari unsur Instansi dan Lembaga terkait secara
langsung dalam pembinaan Posyandu yaitu :
a) Tingkat Propinsi : BKKBN, BKKBN tingkat provinsi terdiri dari PMD
(Pembinaan Masyarakat Desa), Bappeda, dan Tim Penggerak PKK.
b) Tingkat Kab/Kodya : Kantor Depkes/Kantor Dinkes, BKKBN, PMD,
Bappeda.
c) Tingkat Kecamatan : Tingkat Pembina LKMD Kec ( puskesmas,
Pembina petugas Lapangan, KB, Kaur Bang (Kepala Urusan
Pembangunan), dan KPD (Kader Pembangunan Desa)
Pokjanal Posyandu bertugas :
a) Menyiapkan data dan kelompok sasaran serta cakupan program.
b) Menyiapkan kader.
c) Menganalisis masalah dan menetapkan aIternatif pemecahan masalah.
d) Menyusunan rencana.
e) Melakukan pemantauan dan bimbingan.
f) Menginformasikan masalah kepada instansi/lembaga terkait.
g) Melaporkan kegiatan kepada Ketua Harian Tim Pembina LKMD.
G. Dasar Pelaksanaan Posyandu
Surat keputusan bersama Mendagri/Menkes/BKKBN. Masing-
masing No.23 tahun 1985. 21/Men.Kes/Inst.B./IV 1985, 1I2/HK-011/
A/1985 tentang penyelenggaraan Posyandu yaitu :
1. Meningkatkan kerja sama lintas sektoral untuk menyelenggarakan
Posyandu dalam lingkup LKMD dan PKK.
2. Mengembangkan peran serta masyarakat dalarn meningkatkan fungsi
Posyandu serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam program-
program pembangunan masyarakat desa.
3. Meningkatkan fungsi dan peranan LKMD PKK dan mengutamakan
peranan kader pembangunan.
4. Melaksanakan pembentukan Posyandu di wilayah/ di daerah masing-
masing dari melaksanakan pelayanan paripurna sesuai petunjuk Depkes
dan BKKBN.
5. Undang-undang no. 23 tahun 1992 pasal 66 , dana sehat sebagai cara
penyelenggaraan dan pengelolaan pemeliharaan kesehatan secara
paripurna.
H. Kegiatan Posyandu
Beberapa kegiatan di Posyandu diantaranya terdiri dari lima kegiatan
Posyandu (Panca Krida Posyandu), antara lain:
1. Kesehatan Ibu dan Anak
a) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan menyusui, serta
bayi, anak balita dan anak prasekolah.
b) Memberikan nasehat tentang makanan guna mancegah gizi buruk
karena kekurangan protein dan kalori, serta bila ada pemberian
makanan tambahan vitamin dan mineral
c) Pemberian nasehat tentang perkembangan anak dan cara stimilasinya
d) Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan
program KIA.
2. Keluarga Berencana
a) Pelayanan keluarga berencana kepada pasangan usia subur dengan
perhatian khusus kepada mereka yang dalam keadaan bahaya karena
melahirkan anak berkali-kali dan golongan ibu beresiko tinggi
b) Cara-cara penggunaan pil, kondom dan sebagainya
3. Immunisasi
Imunisasi Tetanus Toksoid 2 kali pada ibu hamil. Pada bayi umur
0-11 bulan memperoleh imunisasi Hepatitis B 4 kali, BCG 1 kali, Polio 4
kali, DPT 3 kali dan campak 1 kali. Bayi 6-11 bulan memperoleh 1 kapsul
vitamin A warna biru (100.000 SI). Anak 12-59 bulan memperoleh kapsul
vitamin A warna merah (200.000 SI) setiap 6 bulan (Februari dan
Agustus).
4. Peningkatan gizi
a) Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat.
b) Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan kalori
cukup kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun dan kepada ibu yang
menyusui.
c) Memberikan kapsul vitamin A kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun.
5. Penanggulangan Diare
Lima kegiatan Posyandu selanjutnya dikembangkan menjadi tujuh
kegiatan Posyandu (Sapta Krida Posyandu), yaitu:
a. Kesehatan Ibu dan Anak
b. Keluarga Berencana
c. Immunisasi
d. Peningkatan gizi
e. Penanggulangan Diare
f. Sanitasi dasar. Cara-cara pengadaan air bersih, pembuangan kotoran dan
air limbah yang benar, pengolahan makanan dan minuman.
g. Penyediaan Obat essensial
Berdasarkan hal diatas adapun kegiatan pokok yang dilakukan
dalam pelaksanaan Posyandu yaitu :
a. KIA
b. KB
c. Imunisasi
d. Gizi.
e. Penanggulangan Diare
I. Alasan Pembentukan dan Pendirian Posyandu
Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada seperti:
a. Pos penimbangan balita
b. Pos immunisasi
c. Pos keluarga berencana desa
d. Pos kesehatan
e. Pos lainnya yang dibentuk baru
3. Rangkuman
Kegiatan Asuhan Keperawatan Dasar Bagi Lansia menurut Depkes, dimaksudkan
untuk memberikan bantuan, bimbingan pengawasan, perlindungan dan pertolongan
kepada lanjut usia secara individu maupun kelompok, seperti di rumah / lingkungan
keluarga, Panti Werda maupun Puskesmas, yang diberikan oleh perawat. Untuk
asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas
sosial yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya atau bimbingan
langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan keperawatan di rumah
atau panti.
3. Rangkuman
Post Power Syndrome merupakan sekumpulan gejala yang muncul ketika seseorang
tidak lagi memduduki suatu posisi sosial yang biasanya satu jabatan dalam institusi
tertentu.
Kondisi Post syndrome terjadi bila seseorang mengalami pemutusan hubungan kerja,
sesudah masa jabatan berakhir, mengalami pensiun dini oleh berbagai sebab atau usia
kalendernya telah mencapai usia dimana orang bersangkutan harus pensiun..
4. Penugasan dan Umpan Balik
Obyek Garapan:
Resume Pembelajaran masing-masing pertemuan
Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan:
Mahasiswa membuat resume perkuliahan pada saat fasilitator (dosen) memberi
materi kuliah
15 menit sebelum waktu pembelajaran selesai mahasiswa diwajibkan 2
pertanyaaan multiple Choise
Penyalahgunaan NAPZA
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA yang bersifat
patologis, paling sedikit telah berlangsung satu bulan lamanya sehingga
menimbulkan gangguan dalam pekerjaan dan fungsi sosial. Sebetulnya NAPZA
banyak dipakai untuk kepentingan pengobatan, misalnya menenangkan klien atau
mengurangi rasa sakit. Tetapi karena efeknya “enak” bagi pemakai, maka
NAPZA kemudian dipakai secara salah, yaitu bukan untuk pengobatan tetapi
untuk mendapatkan rasa nikmat. Penyalahgunaan NAPZA secara tetap ini
menyebabkan pengguna merasa ketergantungan pada obat tersebut sehingga
menyebabkan kerusakan fisik ( Sumiati, 2009).
Menurut Pasal 1 UU RI No.35 Tahun 2009 Ketergantungan adalah kondisi
yang ditandai oleh dorongan untuk menggunakan Narkotika secara terus-menerus
dengan takaran yang meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan apabila
penggunaannya dikurangi dan/atau dihentikan secara tiba-tiba, menimbulkan
gejala fisik dan psikis yang khas.
Ketergantungan terhadap NAPZA dibagi menjadi 2, yaitu (Sumiati, 2009):
1. Ketergantungan fisik adalah keadaan bila seseorang mengurangi atau
menghentikan penggunaan NAPZA tertentu yang biasa ia gunakan, ia
akan mengalami gejala putus zat. Selain ditandai dengan gejala putus zat,
ketergantungan fisik juga dapat ditandai dengan adanya toleransi.
2. Ketergantungan psikologis adalah suatu keadaan bila berhenti
menggunakan NAPZA tertentu, seseorang akan mengalami kerinduan
yang sangat kuat untuk menggunakan NAPZA tersebut walaupun ia tidak
mengalami gejala fisik.
7. Pencegahan
Pencegahan penyalahgunaan NAPZA, meliputi (BNN, 2004) :
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer atau pencegahan dini yang ditujukan kepada mereka,
individu, keluarga, kelompok atau komunitas yang memiliki risiko tinggi
terhadap penyalahgunaan NAPZA, untuk melakukan intervensi agar individu,
kelompok, dan masyarakat waspada serta memiliki ketahanan agar tidak
menggunakan NAPZA. Upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia
dini, agar faktor yang dapat menghabat proses tumbuh kembang anak dapat
diatasi dengan baik.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan pada kelompok atau komunitas yang
sudah menyalahgunakan NAPZA. Dilakukan pengobatan agar mereka tidak
menggunakan NAPZA lagi.
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier ditujukan kepada mereka yang sudah pernah
menjadi penyalahguna NAPZA dan telah mengikuti program terapi dan
rehabilitasi untuk menjaga agar tidak kambuh lagi. Sedangkan pencegahan
terhadap penyalahguna
NAPZA yang kambuh kembali adalah dengan melakukan pendampingan yang
dapat membantunya untuk mengatasi masalah perilaku adiksinya,
detoksifikasi, maupun dengan melakukan rehabilitasi kembali.
Pencegahan Kekambuhan Kembali
Pencegahan kekambuhan kembali adalah suatu metode yang sistematik bagi
penyalahguna yang sedang pulih, untuk mengenal dan mengelola munculnya
kembali perilaku adiktif. Tujuan program pencegahan kekambuhan kembali,
meliputi :
a. Mengembangkan keterampilan untuk mengatasi situasi risiko tinggi,
b. Mengidentifikasi tanda-tanda peringatan munculnya kekambuhan,
c. Mengubah gaya hidup penyalahguna NAPZA menjadi gaya hidup sehat, dan
d. Meningkatkan kegiatan-kegiatan yang produktif.
Pencegahan kekambuhan harus menjadi bagian dari upaya pemulihan.
Penyalahguna NAPZA yang telah pulih harus diajarkan keterampilan untuk
mengatasi masalah. Adapun kegiatan pencegahan kekambuhan antara lain :
1. Pemulihan fisik
a) Perawatan aspek medik dan kesehatan
b) Kebiasaan makan yang sehat
c) Latihan relaksasi
d) Tidur teratur
e) Kegiatan rekreasi
2. Pemulihan psikologis dan perilaku
a) Membangun citra diri
b) Mengembangkan nilai-nilai, seperti kejujuran
c) Mengikuti kegiatan yang teratur dan terencana
d) Bekerja tepat waktu
e) Mengambil tanggung jawab dan mengelolanya
3. Pemulihan sosial
a) Menyediakan waktu dengan keluarga dan teman-teman
b) Pergi bersama anggota keluarga
c) Makan bersama anggota keluarga
d) Mengambil peran tertentu
4. Pemulihan rohani : Meningkatkan nilai-nilai moral dan spiritual.
Penyalahguna NAPZA yang telah selesai mengikuti terapi atau rehabilitasi
harus tetap mengikuti program pemulihan dan mengerjakan latihan atau tugas
yang diberikan setiap hari selama sisa hidupnya. Jika tidak, dapat terjadi
kekambuhan. Ada perjanjian antara penyalahguna NAPZA dan tempat terapi
atau rehabilitasi setelah selesai terapi, agar ia mengikuti program rawat lanjut.
Ia harus secara teratur menghadiri pertemuan kelompok pendukung, beroleh
dukungan dan berpartisipasi aktif. Ia harus dilatih cara mengatasi rasa rindu
dan mencegah kekambuhan. Orang tua pun harus memahami masalah itu dan
turut membantu anak mengidentifikasi gejala kekambuhan.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan penyalahguna NAPZA yang
sedang pulih agar tidak kambuh :
a. Mengelola perasaannya secara sehat
Cara : membiarkan perasaan itu muncul, menarik napas panjang beberapa kali,
mencurahkan perasaan, mengecek perasaannya dengan kenyataan, tidak
mempersalahkan orang lain atau keadaan, menuliskan perasaannya, tidak
mengasihani diri sendiri, mengubah cara pandang, melakukan sesuatu yang
positif dan menyenangkan.
3. Rangkuman
NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya,
meliputi zat alami atau sintetis yang bila dikonsumsi menimbulkan perubahan fungsi
fisik dan psikis, serta menimbulkan ketergantungan (BNN, 2004). NAPZA adalah zat
yang memengaruhi struktur atau fungsi beberapa bagian tubuh orang yang
MODUL PEMBELAJARAN KEPERAWATAN GERONTIK | BAB 2 96
mengonsumsinya. Manfaat maupun risiko penggunaan NAPZA bergantung pada
seberapa banyak, seberapa sering, cara menggunakannya, dan bersamaan dengan obat
atau NAPZA lain yang dikonsumsi
4. Penugasan dan Umpan Balik
Tujuan Tugas: Mengidentifikasi Menjelaskan tentang Materi
terkait 1.Uraian Tugas:
a. Obyek garapan: Makalah Ilmiah Judul pada TM yang dimaksud
b. Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan:
Membuat makalah tentang materi terkait pada masing-masing Materi yang
disebutkan
Membuat PPT
Presentasi Makalah
c.Deskripsi luaran tugas yang dihasilkan/dikerjakan: Makalah Ilmiah pada sistem
terkait
d. Metode Penulisan
Substansi
Halaman Judul
Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan
(1.1 Latar belakang, 1.2 Tujuan Penulisan)
Bab 2 Tinjauan Pustaka
(2.1 Dst…Berisikan Materi terkait)
Bab 3 Penutup
(3.1 Kesimpulan, 3.2 Saran)
Daftar Pustaka
3. Rangkuman
Konsep kesejahteraan sosial dipandang sebagai sebuah bidang kajian keilmuan yang
ditujukan untuk mengkaji, mengantisipasi keadaan dan perubahan kehidupan sosial,
serta merumuskan alternatif tindakan guna menciptakan situasi kehidupan sosial yang
kondusif bagi upaya warga masyarakat dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan
hidupnya sendiri. Sudut kajian yang membedakan bidang kesejahteraan sosial dari
bidang-bidang keilmuan lainnya terletak pada konsep sosial, yang pengertian dasarnya
adalah hubungan ( interaksi ) antar manusia.
4. Penugasan dan Umpan Balik
Obyek Garapan:
Resume Pembelajaran masing-masing pertemuan
Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan:
Mahasiswa membuat resume perkuliahan pada saat fasilitator (dosen) memberi
materi kuliah
15 menit sebelum waktu pembelajaran selesai mahasiswa diwajibkan 2
pertanyaaan multiple Choise
1. American Nurses Association (ANA) 1986, Standard of Home Care Nursing Practise,
Washington, DC : Author.
2. Bailon, S.G dan A.S Maglaya 1987, Family Health Nursing : the Proses, Philippiness :
UP College on Nursing Diliman.
3. Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan 2006, Panduan Pelayanan Keperawatan
Kesehatan Di Rumah, Depkes RI : Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik.
4. Effendi, Ferry dan Makhfudli 2009, Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan
Praktik dalam Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika.
5. Effendy, Nasrul 1998, Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi 2, Jakarta
: EGC.
6. FIK UI 2000, Kumpulan Makalah Pelatihan Asuhan Keperawatan Keluarga di Jakarta
tanggal 7 – 10 Nopember 2000. Tidak dipublikasikan.
7. Friedman, M.M 1998, Family Nursing : Research, Theory and Practise. (4th ed),
Coonecticut : Appleton-Century-Cropts.
8. Friedman, M 1998, Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik. Edisi 3, Jakarta : EGC.
9. Keputusan Menteri Kesehatan No. 908 tahun 2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Keperawatan Keluarga.
10. Murwani, Arita 2007, Asuhan Keperawatan Keluarga : Konsep dan Aplikasi Kasus,
Yogyakarta : Mitra Cendekia Press.
11. Reynata, V 2003, Kekerasan Dalam Rumah Tangga. http://www.fh.iu diakses pada
tanggal 12 November 2011.
12. Sumijatun, dkk 2005, Konsep Dasar Keperawatan Komunitas, Jakarta : EGC.
13. Suprajitno 2004, Asuhan keperawatan keluarga : aplikasi dalam praktik, Jakarta : EGC.
14. Swanson, J.M dan A. Nies Mary 1997, Community Health Nursing Promoting the Health
og Aggregates. Edisi 2. Philadelpia : W. B Saunders Company.
15. Undang-undang No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga
16. Meiner S.E. 2015, Gerontologic Nursing
17. Touhy, T., Jett, K. 2016, Ebersole & Hess‟ Toward Healthy Aging
18. Meredit Kazer, Leslie Neil Boylen. 2014, Case Study in Gerontological Nursing
19. Kristen L Mauk, 2013. Gerontological nursing:Competency of Care