EFUSI PLEURA
Oleh :
2018
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
merupakan suatu disease tapi merupakan suatu gejala penyakit yang serius yang
Hal ini disebabkan karena factor lingkungamn di Indonesia penyakit efusi pleura
dapat ditemukan sepanjang tahun dan jarang dijumpai secara sporadic tetapi lebih
Sudirohusodo Makassar dari tanggal 11-13 juli 2004 jumlah klien yang dirawat
inap sebanyak 264 orang. Dan pada saat pengkajian tanggal 11 juli 2004
atau tumpul pada daerah. Ada, infark paru, serta gagal jantung kongestif. Di
negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia, lazim diakibatkan oleh infeksi
2
tuberkulosis. Pemeriksaan histologi pada cairan pleura yang mengalami efusi
setelah India dan Cina. Pada tahun 1998, diperkirakan kasus TB di Indonesia
mencapai 591.000 kasus dan perkiraan kejadian BTA sputum positif di Indonesia
adalah 266.000. berdasarkan survei kesehatan rumah tangga 1985 dan survei
0,24%.
3
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. T
Umur : 43 tahun
Agama : Islam
Alamat : Greik
Suku : Jawa
B. ANAMNESIS
Sesak nafas yang dikeluhkan pasien sudah dialami sejak 1 bulan yang lalu, Sesak
yang dirasakan bertambah parah setelah beraktivitas dan bila batuk. Keluhan lain
yang menyertai adalah batuk. Batuk yg dirasakan sejak 1 bulan yg lalu. pasien
mengaku batuk mengeluarkan dahak dan tidak ada bercak darah. Pasien juga
4
- Riwayat asma (-)
Riwayat Sosial :
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Tampak Lemah, kesadaran compos mentis (GCS 456), status gizi kesan
cukup.
2. Tanda Vital
Nadi : 89 x / menit
Pernafasan : 24 x /menit
Suhu : 36 oC
5
3. Kulit
Turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), pucat (-), venektasi (-), petechie (-), spider
naevi (-).
4. Kepala
Bentuk mesocephal, luka (-),keriput (-), atrofi m. temporalis (-), makula (-),
papula (-), nodula (-), kelainan mimic wajah / bells palsy (-).
5. Mata
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor, reflek kornea (+/+),
6. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-),
7. Mulut
Bibir pucat (-), bibir cianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi
(-), tepi lidah hiperemis (-), tremor (-), gusi berdarah (-).
8. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping telinga
9. Tenggorokan
10. Leher
JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran
6
11. Thoraks
Pulmo :
Perkusi : sonor/redup
Ronchi : -/ -
Wheezing : -/-
12. Abdomen
- Inspeksi : flat
7
- Perkusi : tympani
13. Ektremitas
hangat
Oedem- / -
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Hb : 13,9 g/dL
• Hematokrit : 41,6
• Diff.Count 1/0/66/22/11
• SGOT : 32 U/L
• SGPT : 21 U/L
Analisis eksudat/transudat
Glukosa: 72 mg/dl
Sel:
8
Poli: 52 %
Mono: 48 %
perselubungan homogen.
Sinus phrenicocostalis kanan tajam, tulang dan soft tissue tak Nampak kelainan
kanan
· Kesimpulan : pl. efusi massif kiri, adanya mass blm dpt disingkarkan
9
Gambaran pulmo : tampak fibroinfiltrat paracardial kiri
Sinus phrenicocostalis kanan tajam, kiri tumpul, tulang dan soft tissue tak
Nampak kelainan
KP
E. DIAGNOSIS
F. PENATALAKSANAAN
a. Tirah baring
b. Pasien dan keluarga diberi edukasi mengenai penyakit yang diderita pasien
dan penatalaksanaannya.
10
2. Medikamentosa
- Inf RL 21 tpm
- Konsul Sp. P
11
BAB III
PEMBAHASAN PENYAKIT
A. Definisi
Efusi pleura
B. Patofisiologi
cairan dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleuran
dibentuk secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi ini
submesotelial masuk ke dalam rongga pleura. Selain itu cairan pleura dapat
peradangan. Bila proses radang oleh kuman piogenik akan terbentuk pus atau
nanah, sehingga terjadi empiema atau piotoraks. Bila proses ini mengenai
parietalis sehingga udara akan masuk ke dalam rongga pleura. Proses ini sering
12
disebabkan oleh trauma dada atau alveoli pada daerah tersebut yang kurang elastis
bukan primer paru seperti gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindro, nefrotik,
berubah menjadi bulat atau kuboidal dan terjadi pengeluaran cairan ke dalam
rongga pleura. Penyebab pleuritis eksudativa yang paling sering adalah karena
sebab lain seperti pankreatitis, asbestosis, pleuritis uremia dan akibat radiasi.
C. gejala klinis
enak di dada. Bila cairan pleura sedikit, maka tidak dapat dideteksi dengan
- kadang-kadang disertai nyeri pleuritik atau batuk non produktif, tetapi efusi
D. Pemeriksaan fisik
- pada inspeksi: gerak nafas tertinggal pada sisi efusi, sela iga nampak melebar
dan menonjol
13
- pada perkusi: suara ketok terdengar redup sesuai dengan luas efusi, dapat
iga melebar.
- pada auskultasi: suara nafas menurun atau menghilang. Suara bronkial dan
E. Diagnosis
fisis yang teliti, diagnosis pasti ditegakkan melalui pungsi percobaan, biopsi dan
bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi dari pada
bagian medial. Bila permukaannya horizontal dari lateral ke medial, pasti terdapat
udara dalam rongga tersebut yang dapat berasal dari luar atau dalam paru-paru
pleura dengan adhesi karena radang (pleuritis). Perlu pemeriksaan foto dada
dengan posisi lateral dekubitus. Cairan bebas akan mengikuti posisi gravitasi.
terperangkap atau terlokalosasi. Keadaan ini sering terdapat pada daerah bawah
sering terlihat sebagai diafragma yang terangkat. Jika terdapat bayangan dengan
14
juga dengan bagian kanan dimana efusi subpulmonik sering terlihat sebagai
bayangan garis tipis (fisura) yang berdekatan dengan diafragma kanan. Untuk
jelasnya bisa dilihat dengan foto dada lateral dekubitus, sehingga gambaran
(biasanya lobus bawah) dan terlihat dalam foto sebagai bayangan konsolidasi
dalam foto sebagai fisura interlobaris, bisa juga terdapat secara paralel dengan sisi
adalah sebagai bayangan dengan densitas keras di atas diafragma, keadaan ini
Hal lain yang dapat terlihat dari foto dada pada efusi pleura adalah
itu gambaran foto dada dapat juga menerangkan asal mula terjadinya efusi pleura
yakni bila terdapat jantung yang membesar, adanya masa tumor, adanya densitas
cairan dalam rongga pleura. Pemeriksaan ini sangat membantu sebagai penuntun
adanya efusi pleura. Pemeriksaan ini tidak terjadi banyak dilakukan karena
15
Torakosintesis
pasien dengan posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru sela iga
garis aksilaris posterior dengan memakai jarum abbocath nomor 14 atau 16.
Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500 cc pada setiap kali
aspirasi sekaligus yang dapat menimbulkan pleura shock (hipotensi) atau edema
paru akut. Edema paru dapat terjadi karena paru-paru mengembang terlalu cepat.
sering udara masuk melalui jarum), hemotoraks (karena trauma pada pembuluh
Dapat juga terjadi laserasi pleura visceralis, tapi biasanya ini akan sembuh
sendiri dengan cepat. Bila laserasinya cukup dalam, dapat menyebabkan udara
dari alveoli ke vena pulmonalis, sehingga terjadi emboli udara. Untuk mencegah
emboli udara ini terjadi emboli pulmoner atau emboli sistemik, pasien
dibaringkan pada sisi kiri di bagian bawah, posisi kepala lebih rendah dari leher,
agak kemerah-merahan, dapat terjadi trauma, infark paru, keganasan dan adanya
kebocoran aneurisma aorta. Bila kuning kehijauan dan agak purulen, ini
16
menunjukkan adanya empiema. Bila merah coklat ini menunjukkan adanya abses
karena amuba.
Biokimia. Secara biokimia efusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang
Transudat Eksudat
Kadar protein dalam efusi < 3 >3
(g/dl)
Kadar protein dalam efusi < 0,5 > 0,5
Kadar protein dalam
serum
Kadar LDH dalam efusi < 200 >200
(LU)
Kadar LDH dalam efusi < 0,6 >0,6
Kadar LDH dalam serum
Berat jenis cairan efusi <1.016 >1,016
cairan pleura:
adenokarsinoma.
Transudat. Dalam keadaan normal cairan pleura yang jumlahnya sedikit itu
cairan pada satu sisi pleura akan melebihi reabsorpsi oleh pleura lainnya.
17
Biasanya hal ini terdapat pada: 1). Meningkatnya tekanan kapiler sistemik,
(terbanyak), 2). Sindroma nefrotik, 3). Obstruksi vena cava superior, 4). Asites
pada sirosis hati (asites menembus suatu defek diafragma atau masuk melalui
saluran getah bening), 5). Sindrom Meig (asites dengan tumor ovarium), 6). Efek
penumpukan transudat.
adalah karena adanya peradangan pada pleura: infeksi, infark paru atau
neoplasma. Protein yang terdapat dalam cairan pleura kebanyakan berasal dari
saluran getah bening ini (misalnya pada pleuritis tuberkulosa) akan menyababkan
Sitologi
penyakit pleura, terutama bila ditemukan sel-sel patologis atau dominasi sel-sel
tertentu.
18
- sel mesotel: bila jumlahnya meningkat, ini menunjukkan adanya infark paru.
Bakteriologi
yang purulen dapat mengandung kuman-kuman yang aerob atau abnaerob. Jenis
kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah: pneumokokus, E.coli,
kuman tahan asam hanya dapat menunjukkan yang positif sampai 20-30%.
Biopsi pleura
pleura. Bila ternyata hasil biopsi pertama tidak memuaskan, dapat dilakukan
kembali sampai diagnosis menjadi jelas. Efusi yang menetap dalam waktu empat
19
minggu dan kondisi pasien tetap stabil, siklus pemeriksaan sebaiknya diulang
kembali.
paru, abses paru dan dilakukan beberapa biopsi, 2). Scanning isotop, pada kasus-
kasus dengan emboli paru, 3). Torakoskopi (fiber-optic pleuroscopy), pada kasus-
Cara: dilakukan sedikit insisi pada dinding dada (dengan risiko kecil
Di eropa terdapat kurang lebih 20 % kasus efusi pleura yang tak dapat
terdiagnosis bahkan juga setelah penyelidikan yang intensif. Kasus ini dianggap
tuberkulosis yang tinggi, efusi pleura yang tetap tidak terdiagnosis (terutama pada
anak-anak dan dewasa muda) dianggap sebagai pleuritis tuberkulosis dan diberi
intubasi melalui sela iga. Bila cairan punya kental sehingga sulit keluar atau bila
dibantu dengan irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik (betadine).
Pengobatan secara sitemik hendaknya segera diberikan, tetapi ini tidak berarti bila
20
Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi (ada efusi
dan pleura parietalis. Zat-zat yang dipakai adalah tetrasiklin (terbanyak dipakai)
G. prosedur pleurodesis
Pipa selang dimasukkan pada ruang antar iga dan cairan efusi dialirkan ke
luar secara perlahan-lahan. Setelah tidak ada lagi cairan yang keluar, masukkan
fisiologis. Kunci selang selama g jam dan selama itu pasien doubah-ubah
Selang antar iga kemudian dibuka dan cairan dalam rongga pleura kembali
dialirkan keluar sampai tidak ada lagi yang tersisa. Selang kemudian dicabut. Jika
H. Pleuritis Tuberkulosa
paru melalui fokus subpleura yang robek atau melalui saluran getah bening. Sebab
lain dapat juga dari robeknya perkejuan ke arah saluran getah bening yang menuju
rongga pleura, iga, atau kolumna vertebralis (menimbulkan penyakit Pott). Dapat
21
juga secara hematogen dan menimbulkan efusi pleura bilateral. Cairan efusi yang
biasanya serous, kadang-kadang bisa juga hemoragik. Jumlah lekosit antara 500-
2000 per cc. Mula-mula yang dominan adalah sel PMN, tapi kemudian sel
limfosit. Cairan efusi sangat sedikit mengandung kuman tuberkulosis, tapi adalah
efusi (biakan) atau dengan biopsi jaringan pleura. Pada daerah-daerah dimana
frekuensi tuberkulosis paru tinggi dan terutama pada pasien usia muda, sebagian
besar efusi pleura adalah karena pleuritis tuberkulosa walaupun tidak ditemukan
eksudat ini dengan cepat dapat dilakukan torakosintesis. Umunya cairan diresolusi
secara perlahan).
- fibrosis paru
J. penyulit
22
- Empiema
K. prognosis
23
BAB IV
KESIMPULAN
Dari kasus ini dapat dilihat dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan
24
DAFTAR PUSTAKA
treatment 2003. Editors; Tierney LM, McPhee SJ, Papadakis MA. 42th,
3. Light RW. 2001. Clinical manifestations amd useful tests. In: Pleural
Fishman AP, Elias JA, Fishman JA, et al. McGraw-Hill Companies, 487-
506.
25