Anda di halaman 1dari 5

RANGKUMAN JURNAL

PERUBAHAN SOSIAL PADA LANSIA

DOSEN:
NS. WAHYU SULFIAN, M.KES.
KELAS IV C NERS
NAMA:
ANANDA SHESILIA LAMBE
2018 01 093

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2021
RANGKUMAN JURNAL

Lanjut usia (Lansia) merupakan kelompok umur pada manusia yang


memasuki tahap akhir fase kehidupan. Perkembangan fisik pada lansia terlihat
pada perubahan fisiologis yang bisa dikatakan mengalami kemunduran dan
perubahan-perubahan biologis yang dialami pada masa lansia. Lansia adalah
seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan,
dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada semua aspek
kehidupan, termasuk kesehatan.
Perkembangan penduduk lanjut usia (Lansia) di Indonesia menarik
diperhatikan. Dari tahun ke tahun jumlahnya meningkat. Kantor Kementerian
Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan, jika pada tahun 2020
perkiraan penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34% dengan
Usia Harapan Hidup (UHH) sekitar 71,1 tahun.
Menurut Badan Statistik Indonesia, Sulawesi Utara merupakan urutan ke
lima populasi lansia terbanyak se-Indonesia. Mengingat peningkatan penduduk
lanjut usia di Indonesia, maka penduduk lanjut usia membutuhkan sarana dan
prasarana (Sanjangbati, Franklin, & Rompas, 2014). Jumlah lansia di Kota
Manado sebanyak 20.391 jiwa (BPS, 2014). Efek utama dari peningkatan jumlah
lansia adalah peningkatan ketergantungan lansia. Ketergantungan ini disebabkan
oleh menurunnya kemampuan fisik, psikis dan sosial dari lansia. dapat
digambarkan dengan empat tahapan, yaitu kelemahan, keterbatasan fungsional,
kecacatan dan penghambatan. akan terjadi dengan proses penuaan (Ekawati,
2014).
World Health Organization Quality Of Life (WHOQL) mengungkapkan
bahwa kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap kehidupannya di
masyarakat dalam konteks budaya dan sistem nilai yang terkait dengan tujuan,
harapan, standar, dan juga perhatian. Kualitas hidup dalam hal ini merupakan
suatu konsep yang sangat luas yang dipengaruhi kondisi fisik seseorang,
psikologis, tingkat kemandirian, serta hubungan individu dengan lingkungan
(Fitria, 2010).
Bertambahnya usia lansia menimbulkan berbagai masalah baik secara
fisik, mental, serta perubahan kondisi sosial yang mengakibatkan penurunan peran
sosial. Selain itu, dapat mengurangi kesehatan, kehilangan pekerjaan dan
dianggap sebagai seseorang yang tidak mampu. Hal ini akan menyebabkan lansia
secara perlahan menarik diri dari hubungan dengan masyarakat sehingga
mempengaruhi interaksi sosial. Kurangnya interaksi sosial pada lansia
menyebabkan lansia merasa terasingkan, sehingga lansia menyendiri dan
mengalami isolasi sosial, lansia merasa terisolasi dan akhirnya tertekan, maka hal
ini dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia (Andreas, 2012).

Menurunnya fungsi berbagai organ, lansia menjadi rentan terhadap


penyakit yang bersifat akut atau kronis dimana akan mungkin terjadi penyakit
degeneratif, penyakit metabolik, gangguan psikososial dan meningkatnya
penyakit infeksi (Nugroho, 2000). Salah satu gangguan kesehatan yang bisa
muncul pada lansia adalah gangguan mental. Gangguan mental pada masa ini
adalah depresi, gangguan kognitif, fobia, dan gangguan pemakaian alkohol.
Beberapa faktor resiko psikososial juga melibatkan lansia kepada gangguan
mental yaitu hilangnya peranan sosial, hilangnya ekonomi, kematian teman atau
saudaranya, penurunan kesehatan, peningkatan isolasi karena hilangnya interaksi
sosial, keterbatasan finansial, dan penuruann fungsi kognitif.

Dukungan dari keluarga merupakan sesuatu yang penting dalam


membantu individu menyelesaikan masalah. Dengan adanya dukungan keluarga,
lansia akan menjadi termotivasi untuk menghadapi masalah yang terjadi.
Dukungan keluarga yang kurang baik bisa menyebabkan stres pada lansia, stres
merupakan suatu kondisi situasi internal atau lingkungan yang membebankan
tuntutan penyesuaian terhadap individu yang bersangkutan, stres yang dialami
oleh lansia akan lama kelamaan menyebabkan depresi.

Lansia yang mengalami depresi akan menyebabkan interaksi sosial yang


buruk, bentuk interaksi sosial yang buruk pada lansia adalah lansia lebih suka
mengurung diri dirumah dan tidak mau bersosialisasi dimasyarakat. Interaksi
sosial sangat penting dalam kehidupan lansia. Kesepian dan terisolasi secara sosial
akan berpengaruh terhadap hubungan sosial, baik sesama lansia, pengasuh dan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Kusumowardani, A., & Aniek, P. (2014). Hubungan Antara Tingkat Depresi


Lansia Dengan Interaksi Sosial Lansia Di Desa Sobokerto Kecamatan
Ngemplak Boyolali. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, 3(2), 106–214.

Rini Andriyani, Y. A. A. U. (2019). Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap


Depresi Dan Interaksi Sosial Pada Lansia. Afiasi: Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 4(3), 105–111. http://afiasi.unwir.ac.id

Samper, T., Pinontoan, O., & Katuuk, M. (2017). Hubungan Interaksi Sosial
Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Bplu Senja Cerah Provinsi Sulawesi
Utara. Jurnal Keperawatan UNSRAT, 5(1), 112291.

Anda mungkin juga menyukai