MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
TENTANG RENCANA STRATEGIS BADAN KOORDINASI
PENANAMAN MODAL TAHUN 2020-2024.
Pasal 1
Rencana Strategis Badan Koordinasi Penanaman Modal
Tahun 2020-2024 merupakan pedoman dalam menyusun
rencana kerja bagi Badan Koordinasi Penanaman Modal
dalam menjalankan tugas dan fungsi kelembagaan.
Pasal 2
(1) Rencana Strategis Badan Koordinasi Penanaman
Modal Tahun 2020-2024 sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 meliputi:
a. pendahuluan;
b. visi, misi, dan tujuan;
c. arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi, dan
kerangka kelembagaan;
d. target kinerja dan kerangka pendanaan; dan
e. penutup.
(2) Rencana Strategis Badan Koordinasi Penanaman
Modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
-4-
Pasal 3
Data dan informasi kinerja Rencana Strategis Badan
Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2020-2024
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 yang termuat dalam
Sistem Informasi KRISNA-Rencana Strategis merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen Rencana
Strategis Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun
2020-2024.
Pasal 4
Pada saat Peraturan Badan ini mulai berlaku,
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
Nomor 4 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan
Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2015-2019 (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 560),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Badan
Koordinasi Penanaman Modal Nomor 4 Tahun 2019
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal Nomor 4 Tahun 2015
tentang Rencana Strategis Badan Koordinasi Penanaman
Modal Tahun 2015-2019 (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 683) dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal 5
Peraturan Badan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Badan ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 12 Juni 2020
Ttd.
BAHLIL LAHADALIA
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 15 Juni 2020
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
LAMPIRAN
PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2020
TENTANG
RENCANA STRATEGIS BADAN KOORDINASI
PENANAMAN MODAL TAHUN 2020-2024
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini memuat kondisi umum serta potensi dan permasalahan penanaman
modal. Bagian Kondisi Umum membahas mengenai capaian di bidang
penanaman modal pada periode 2015-2019 dan upaya-upaya yang telah
dilakukan. Sedangkan potensi dan permasalahan mengulas mengenai
analisis kekuatan, peluang, kelemahan dan tantangan di bidang
penanaman modal yang akan dihadapi pada periode 2020-2024.
Rp328,6 triliun pada tahun 2018, dan Rp386,5 triliun pada tahun 2019.
Di samping itu, realisasi PMA mengalami peningkatan dari Rp307,0
triliun pada tahun 2014 menjadi Rp365,9 triliun pada tahun 2015,
Rp396,6 triliun pada tahun 2016, dan Rp430,5 triliun pada tahun 2017.
Realisasi PMA mengalami sedikit penurunan pada tahun 2018 menjadi
sebesar Rp 392,7 triliun, namun kembali meningkat menjadi Rp423,1
triliun pada tahun 2019. Dalam rangka meningkatkan keterlibatan
investor dalam negeri, Pemerintah menargetkan kontribusi PMDN dalam
RPJMN 2015-2019. Kontribusi PMDN sebesar 32,9 persen pada tahun
2015 belum mencapai target sebesar 33,8 persen. Namun kontribusi
PMDN terus mengalami peningkatan dan memenuhi target pada tahun-
tahun selanjutnya dimana kontribusi PMDN mencapai 35,3 persen pada
tahun 2016 (target 35,0 persen), 37,9 persen pada tahun 2017 (target
36,3 persen), 45,6 persen pada tahun 2018 (target 37,6 persen), dan
47,7 persen pada tahun 2019 (target 38,9 persen). Perkembangan
penanaman modal pada tahun 2014–2019 dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1.
Perkembangan Penanaman Modal Tahun 2014 – 2019
Tahun
Keterangan
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Realisasi PMA (Rp
307,0 365,9 396,6 430,5 392,7 423,1
Triliun)
Target PMA (Rp
297,3 343,7 386,4 429,0 467,4 483,7
Triliun)
Realisasi PMDN (Rp
156,1 179,5 216,2 262,3 328,6 386,5
Triliun)
Target PMDN (Rp
159,3 175,8 208,4 249,8 297,6 308,3
Triliun)
Total Realisasi (Rp
463,1 545,4 612,8 692,8 721,3 809,6
Triliun)
Total Target (Rp
456,6 519,5 594,8 678,8 765,0 792,0
Triliun)
Capaian Realisasi
101,4% 105,0% 103,0% 102,1% 94,3% 102,2%
(%)
Pertumbuhan (%) 16,2% 17,8% 12,4% 13,1% 4.1% 12,2%
meningkat menjadi 50,9 persen pada tahun 2018 (nilai realisasi Rp366,9
triliun) dan 57,5 persen pada tahun 2019 (nilai realisasi Rp465,3
triliun). Secara kumulatif pada tahun 2015-2019, sektor tersier juga
menjadi penyumbang terbesar dalam realisasi penanaman modal dengan
kontribusi sebesar 45,2 persen, disusul oleh sektor sekunder dengan
kontribusi sebesar 38,0 persen, dan sektor primer dengan kontribusi
sebesar 16,8 persen. Pergeseran realisasi penanaman modal dari sektor
sekunder menjadi sektor tesier salah satunya disebabkan oleh pesatnya
perkembangan ekonomi digital. Nilai realisasi penanaman modal
berdasarkan sektor pada tahun 2014-2019 dapat dilihat pada tabel 1.2.
Tabel 1.2.
Realisasi Penanaman Modal Berdasarkan Sektor Tahun 2014 – 2019
Jawa kembali meningkat menjadi 43,8 persen pada tahun 2018, dan
46,3 persen pada tahun 2019. Realisasi penanaman modal di Jawa dan
Luar Jawa pada tahun 2014-2019 dapat dilihat pada tabel 1.3.
Tabel 1.3.
Kontribusi Penanaman Modal di Jawa dan Luar Jawa
Tahun 2014 – 2019
Keterang Tahun
No Program Sasaran Indikator
an 2015 2016 2017 2018 2019
1 Program Meningkatnya Opini Badan Target WTP WTP WTP WTP WTP
Dukungan kapasitas Pemeriksa Belum
Realisasi WTP WTP WTP WTP
Manajemen kelembagaan Keuangan dilakukan
dan BKPM dalam (BPK) Capaian Tercapai Tercapai Tercapai Tercapai -
Pelaksanaan mendukung Kategori Target B B B B B
Tugas Teknis tugas dan Laporan Belum
Lainnya fungsi BKPM Kinerja Realisasi BB BB BB BB
dilakukan
BKPM Instansi
Pemerintah Capaian Tercapai Tercapai Tercapai Tercapai -
(LAKIP)
2 Program Meningkatnya Persentase Target 100% 100% 100% 100% 100%
Peningkatan kuantitas dan tercapainya Program Program
Program
Sarana dan kualitas peningkatan Realisasi 100% 66,89% dihentik dihentik
dihentikan
Prasarana sarana dan sarana dan an an
Aparatur prasarana prasarana
Tidak Program Program Program
BKPM kerja di Capaian Tercapai
Tercapai dihentik dihentik dihentikan
pusat dan
- 10 -
Keterang Tahun
No Program Sasaran Indikator
an 2015 2016 2017 2018 2019
daerah an an
3 Program Meningkatnya Realisasi Rp.519, Rp.594,8 Rp.678, Rp.765, Rp792,0
Target
Peningkatan kualitas iklim Investasi 5 Triliun Triliun 8 Triliun 0 Triliun Triliun
Daya Saing penanaman Rp.545, Rp.612,8 Rp.692, Rp.721, Rp809,6
Realisasi
Penanaman modal dan 4 Triliun Triliun 8 Triliun 3 Triliun Triliun
Modal realisasi Tercapai
investasi 91,02%
Capaian Tercapai Tercapai Tercapai Tercapai
dari
target
Rasio Target 45,6% 49,1% 52,8% 57,4% 62,0%
realisasi Realisasi 45,6% 46,4% 43,7% 43,8% 46,3%
penanaman
Tidak Tidak Tidak Tidak
modal di Capaian Tercapai
Tercapai Tercapai Tercapai Tercapai
luar Jawa
Rasio Target 33,8% 35,0% 36,3% 37,6% 38,9%
realisasi Realisasi 32,9% 35,3% 37,9% 45,6% 47,7%
investasi Tidak
Capaian Tercapai Tercapai Tercapai Tercapai
PMDN Tercapai
Indeks 3,25
3,1 dari 3,15 dari 3,2 dari 3,25 dari
Kepuasan Target dari
Skala 4 Skala 4 Skala 4 Skala 4
Masyarakat Skala 4
(IKM) atas 3,09 3,10 3,43
3,10 dari 3,27 dari
pelayanan Realisasi dari dari dari
Skala 4 Skala 4
penanaman Skala 4 Skala 4 Skala 4
modal pada
Tidak Tidak Tidak
PTSP Pusat Capaian Tercapai Tercapai
Tercapai Tercapai Tercapai
di BKPM
Tabel 1.5.
Perkembangan Realisasi PDB, PMTB dan PMA-PMDN
Tahun 2015-2019
Kontribusi PMTB thd PDB (%) 33,19 32,57 32,16 32,29 32,33
Pertumbuhan PMA dan PMDN (%) 17,8 12,4 13,1 4,1 12,2
Sumber: BPS dan BKPM, diolah (2019)
Tabel 1.6.
Daya Tarik Investasi Beberapa Negara
Tabel 1.7.
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia Tahun 2014-2019 (%)
Tabel 1.8
Perkembangan Peringkat Ease of Doing Business Negara-Negara di ASEAN
Tahun
No Negara
2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 Singapura 1 1 2 2 2 2
2 Malaysia 18 18 23 24 15 12
3 Thailand 26 49 46 23 27 21
4 Brunei 101 84 72 56 55 66
5 Vietnam 78 90 82 68 69 70
6 Indonesia 114 109 91 72 73 73
7 Filipina 95 103 99 113 124 95
8 Laos 148 134 139 141 171 154
Sumber: EoDB (2019)
Berdasarkan peluang dan permasalahan yang ada, baik dari aspek yang
ada di dalam negeri secara nasional maupun regional serta global, dapat
diperoleh isu strategis terkait penanaman modal. Isu strategis tersebut
harus direspon dan disikapi dalam kerangka penyusunan Rencana
Strategis Penanaman Modal BKPM Tahun 2020-2024. Adapun isu
strategis tersebut adalah:
(1) Melambatnya pertumbuhan penanaman modal,
(2) Penanaman modal yang belum berkualitas, dan
(3) Pelayanan penanaman modal yang belum sesuai dengan investor
needs.
- 21 -
Bab ini memuat Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden serta Tujuan,
dan Sasaran Strategis BKPM Tahun 2020-2024. Penyusunan Tujuan, dan
Sasaran Strategis BKPM Tahun 2020-2024 dilakukan dalam rangka
pencapaian Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden dengan
mempertimbangkan tugas dan fungsi BKPM.
2.1. Visi
2.2. Misi
2.3. Tujuan
Tabel 2.1
Keterkaitan Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden dengan Tujuan dan
Sasaran Strategis BKPM Tahun 2020-2024
Dukungan BKPM
Dukungan BKPM
terhadap
terhadap Visi
Pelaksanaan Misi Tujuan Sasaran Strategis
Presiden dan Wakil
Presiden dan Wakil
Presiden
Presiden
BKPM yang Andal, Struktur Ekonomi Terwujudnya 1. Meningkatnya
Profesional, Inovatif, yang Produktif, peningkatan daya saing realisasi
dan Berintegritas Mandiri, dan Berdaya penanaman modal penanaman modal
dalam Pelayanan Saing untuk menjadikan 2. Meningkatnya
kepada Presiden dan Indonesia sebagai kepercayaan
Wakil Presiden negara tujuan pelaku usaha /
untuk Mewujudkan penanaman modal penanam modal
Visi dan Misi Pengelolaan Terwujudnya tata kelola 3. Terwujudnya
Presiden dan Wakil Pemerintahan yang dan penguatan birokrasi yang
Presiden: “Indonesia Bersih, Efektif, dan kelembagaan untuk bersih, efektif, dan
Maju yang Terpercaya mendukung pelayanan melayani
Berdaulat, Mandiri, publik yang prima.
dan Berkepribadian
berlandaskan
Gotong Royong.”
- 24 -
Bab ini memuat Arah Kebijakan dan Strategi Nasional, Arah Kebijakan dan
Strategi BKPM, Program dan Kegiatan BKPM, Kerangka Regulasi
Penanaman Modal, serta Kerangka Kelembagaan BKPM. Arah kebijakan dan
strategi nasional didasarkan pada RPJMN Tahun 2020-2024 , yang menjadi
dasar dalam penyusunan Arah Kebijakan dan Strategi BKPM dan pedoman
dalam penyusunan Program dan Kegiatan BKPM, Kerangka Regulasi
Penanaman Modal, serta Kerangka Kelembagaan BKPM.
RPJPN tahun 2005 – 2025, Visi Indonesia 2045, serta Visi, Misi dan
Arahan Presiden menjadi landasan utama penyusunan RPJMN tahun
2020–2024, yang selanjutnya diterjemahkan ke dalam 7 (tujuh) agenda
pembangunan. Dalam hal ini, BKPM mendukung agenda pembangunan
nomor 1 yaitu “Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan
yang Berkualitas dan Berkeadilan”. Peningkatan inovasi dan kualitas
Investasi merupakan modal utama untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi yang lebih tinggi, berkelanjutan dan mensejahterakan secara
adil dan merata. Terkait dengan hal ini, pembangunan ekonomi akan
dipacu untuk tumbuh lebih tinggi, inklusif dan berdaya saing melalui:
1) Pengelolaan sumber daya ekonomi yang mencakup pemenuhan
pangan dan pertanian serta pengelolaan kemaritiman, kelautan dan
perikanan, sumber daya air, sumber daya energi, serta kehutanan;
dan
2) Akselerasi peningkatan nilai tambah pertanian dan perikanan,
kemaritiman, energi, industri, pariwisata, serta ekonomi kreatif dan
digital.
Tabel 3.1
Sasaran Pembangunan, Arah Kebijakan, Indikator dan Target Nasional
pada Tahun 2024 yang Terkait dengan BKPM
Gambar 3.1
Skenario Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2020-2024
Gambar 3.2
Sasaran PDB Sisi Pengeluaran Tahun 2020-2024
Gambar 3.3
Struktur Organisasi BKPM
- 50 -
Gambar 3.4
Kerangka Pencapaian Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden terkait Penanaman Modal Tahun 2020-2024
- 54 -
Tabel 4.1
Sasaran Strategis, Indikator Kinerja Sasaran Strategis, dan
Target Indikator Kinerja Sasaran Strategis BKPM Tahun 2020-2024
Gambar 4.1
Peta Pencapaian Sasaran Strategis melalui Sasaran Program BKPM
Tahun 2020-2024
Tabel 4.3
Keluaran (Output), Hasil (Outcome), dan Dampak (Impact) yang Diharapkan
dari Kegiatan (Activity) di Unit Sekretariat Utama BKPM
Tahapan Kegiatan
Deskripsi
di Unit Kerja
Peningkatan realisasi penanaman modal dan terwujudnya
Impact
birokrasi yang bersih, efektif dan melayani
1. Terwujudnya ASN BKPM yang kompeten, profesional,
dan berintegritas
Long-Term
2. Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik,
Outcome
efektif, dan efisien
3. Terkelolanya anggaran BKPM yang akuntabel
1. Peningkatan Indeks Profesionalisme Aparatur Sipil
Outcome Intermedi Negara
ate 2. Peningkatan pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja
Outcome Institusi Pemerintah (SAKIP)
3. Peningkatan nilai kinerja anggaran BKPM
Short- 1. Peningkatan kualitas Aparatur Sipil Negara
Term 2. Peningkatan kualitas kinerja BKPM
Outcome 3. Peningkatan kualitas anggaran BKPM
Terlaksananya kegiatan pengembangan sumber daya
manusia, kapasitas kelembagaan penanaman modal,
pengelolaan sistem informasi, pelayanan hukum penanaman
modal, pengawasan / pemeriksaan pelaksanaan tugas BKPM,
Output
penyempurnaan produk hukum penanaman modal,
hubungan masyarakat, keprotokolan, dan ketatausahaan
pimpinan, serta perencanaan dan evaluasi program dan
anggaran BKPM
Pelaksanaan kesekretariatan Badan Koordinasi Penanaman
Activity
Modal
Tabel 4.4
Keluaran (Output), Hasil (Outcome), dan Dampak (Impact) yang Diharapkan
dari Kegiatan (Activity) di Unit Deputi Bidang Perencanaan
Penanaman Modal
TahapanKegiatan di Unit
Deskripsi
Kerja
Peningkatan realisasi penanaman modal dan
Impact Peningkatan kepercayaan pelaku usaha/penanam
modal
Long-Term
Meningkatnya kualitas perencanaan penanaman modal
Outcome
Intermediate Peningkatan indeks kualitas pemetaan dan
Outcome
Outcome perencanaan pengembangan penanaman modal
Short-Term Peningkatan kualitas peta sector penanaman modal dan
Outcome hasil kajian penanaman modal
Terlaksananya kegiatan perencanaan penanaman modal
Output sector industry agribisnis dan SDA lainnya, industri
manufaktur, jasa dan kawasan serta infrastruktur
Activity Pelaksanaan perencanaan penanaman modal
Tabel 4.5
Keluaran (Output), Hasil (Outcome), dan Dampak (Impact) yang Diharapkan
dari Kegiatan (Activity) di Unit Deputi Bidang Pengembangan Iklim
Penanaman Modal
TahapanKegiatan
Deskripsi
di Unit Kerja
Peningkatan realisasi penanaman modal dan
Impact Peningkatan kepercayaan pelaku usaha/penanam
modal
Long-Term
Meningkatnya kualitas iklim penanaman modal
Outcome
Intermediate
Outcome Perbaikan iklim penanaman modal yang berdaya saing
Outcome
Short-Term Peningkatan kualitas kebijakan dan insentif penanaman
Outcome modal
Terlaksananya kegiatan deregulasi penanaman modal,
Output pengembangan potensi daerah dan pemberdayaan
usaha
Activity Pelaksanaan pengembangan iklim penanaman modal
- 62 -
Tabel 4.6
Keluaran (Output), Hasil (Outcome), dan Dampak (Impact) yang Diharapkan
dari Kegiatan (Activity) di Unit Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal
TahapanKegiatan
Deskripsi
di Unit Kerja
Peningkatan realisasi penanaman modal dan
Impact Peningkatan kepercayaan pelaku usaha/penanam
modal
Long-Term
Meningkatnya efektivitas promosi penanaman modal
Outcome
Intermediate
Outcome Nilai komitmenpenanaman modal
Outcome
Short-Term
Peningkatan minat penanaman modal
Outcome
Terlaksananya kegiatan pengembangan promosi,
Output promosi sektoral, fasilitasi promosi daerah, serta
pameran dan sarana promosi penanaman modal
Activity Pelaksanaan promosi penanaman modal
Tabel 4.7
Keluaran (Output), Hasil (Outcome), dan Dampak (Impact) yang Diharapkan
dari Kegiatan (Activity) di Unit Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal
TahapanKegiatan
Deskripsi
di Unit Kerja
Peningkatan realisasi penanaman modal dan
Impact Peningkatan kepercayaan pelaku usaha/penanam
modal
Long-Term
Meningkatnya kualitas kerjasama penanaman modal
Outcome
Meningkatnya efektivitas pelayanan perizinan
Intermediate
berusaha daerah dan kepastian perlindungan
Outcome Outcome
penanam modal
Pelaksanaan pelayanan perizinan berusaha daerah
Short-Term
lancer dan adanya kepastian perlindungan penanam
Outcome
modal
Terlaksananya kegiatan standarisasi perizinan
berusaha, bimbingan teknis perizinan berusaha
Output
daerah, dan jumlah kesepakatan/perjanjian kerja
sama penanaman modal
Pelaksanaan kerja sama penanaman modal di dalam
Activity
dan di luar negeri
- 63 -
Tabel 4.8
Keluaran (Output), Hasil (Outcome), dan Dampak (Impact) yang Diharapkan
dari Kegiatan (Activity) di Unit Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal
TahapanKegiatan
Deskripsi
di Unit Kerja
Peningkatan realisasi penanaman modal dan
Impact Peningkatan kepercayaan pelaku usaha/penanam
modal
Long-Term
Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal
Outcome
Intermediate Peningkatan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas
Outcome
Outcome pelayanan penanaman modal
Short-Term
Peningkatan pelayanan perizinan berusaha
Outcome
Terlaksananya kegiatan pelayanan perizinan
berusaha, fasilitas penanaman modal, pemantauan
Output
kepatuhan perizinan berusaha, dan pengembangan
sistem perizinan berusaha
Activity Pelaksanaan pelayanan penanaman modal
Tabel 4.9
Keluaran (Output), Hasil (Outcome), dan Dampak (Impact) yang Diharapkan
dari Kegiatan (Activity) di Unit Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan
Penanaman Modal
TahapanKegiatan di
Deskripsi
Unit Kerja
Peningkatan realisasi penanaman modal dan Peningkatan
Impact
kepercayaan pelaku usaha/penanam modal
Long-Term Meningkatnya kualitas pengendalian dan pelaksanaan
Outcome penanaman modal
Intermedi
Terselesaikannya hambatan dan permasalahan yang
ate
Outcome dihadapi penanam modal
Outcome
Short-
Berkurangnya hambatan dan permasalahan dalam
Term
pelaksanaan penanaman modal
Outcome
Terlaksananya kegiatan pemantauan, pembinaan, dan
Output
pengawasan penanaman modal
Activity Pelaksanaan pengendalian pelaksanaan penanaman modal
Gambar 4.2
Jaring Aktivitas Dalam Rangka Pelaksanaan Program Penanaman Modal
untuk Mewujudkan Peningkatan Kepercayaan Pelaku
Usaha/Penanam Modal dan Peningkatan Realisasi Penanaman
Modal Periode 2020-2024
BAB V. PENUTUP
ANAK LAMPIRAN I
PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2020
TENTANG
RENCANA STRATEGIS BADAN KOORDINASI
PENANAMAN MODAL TAHUN 2020-2024
10 Kelompok
- Jumlah Inkubasi Pengusaha Nasional Usaha
- - - - 2.151.584.
- - - -
000
- 74 -
Sasaran
Meningkatnya kualitas pelayanan
kegiatan
penanaman modal di daerah
12
- Jumlah pendampingan sistem informasi
85 DPM- 90 DPM- 95 DPM- 100 DPM- 105 DPM-
untuk kegiatan kualifikasi kelembagaan PTSP PTSP PTSP PTSP PTSP
769.752.0 793.931.0 804.797.9 794.079.6 790.838.7
PTSP 00 94 39 56 38
- PTSP yang Ditetapkan Kualifikasi 548 PTSP + 548 PTSP + 548 PTSP + 548 PTSP +
Kinerja Lembaga dan pelaksanaan - PPB K/L PPB K/L PPB K/L PPB K/L
-
20.000.00 20.000.00 20.000.00 20.000.00
percepatan berusaha K/L dan Daerah Daerah Daerah Daerah Daerah 0.000 0.000 0.000 0.000
Direktorat
Kegiatan Kerjasama
Kerjasama Penanaman Modal Luar
13: 8.050.511 6.834.329 7.210.355 7.092.050 7.357.181 Penanaman
Negeri .200 .311 .903 .060 .239 Modal Luar
kode: 2025
Negeri
Sasaran
Meningkatnya kerjasama penanaman
kegiatan
modal luar negeri
13
- Jumlah Partisipasi dalam Kerjasama 14 23 24 25
24 Partisipasi 3.119.920. 4.125.646. 4.381.263. 4.322.914. 4.510.283.
Internasional Partisipasi Partisipasi Partisipasi Partisipasi
000 152 838 255 850
- Jumlah bahan posisi pertemuan
14 Bahan 14 Bahan 14 Bahan 14 Bahan 14 Bahan
kerjasama internasional di bidang Posisi Posisi Posisi Posisi Posisi
374.360.0 618.846.9 657.189.5 648.437.1 676.542.5
penanaman modal 00 23 76 38 72
- Jumlah kerjasama penanaman modal
dengan Pemangku Kepentingan Usaha 3 MoU 4 MoU 5 MoU 5 MoU 6 MoU 684.580.0 773.558.6 821.486.9 810.546.4 845.678.2
di dalam dan luar negeri 00 55 69 23 50
- Pembayaran gaji dan tunjangan 1 Layanan 1 Layanan 1 Layanan 1 Layanan 1 Layanan 18.235.90 21.062.47 23.168.71 25.485.59 28.034.14
6.000 1.430 8.573 0.430 9.473
Kegiatan Promosi Penanaman Modal Terfokus Direktorat
15: dan Terintegrasi Berbasis Sektor dan 35.581.23 37.360.30 39.228.31 41.189.73 43.249.21 Promosi
kode: 3217 Negara 8.200 0.110 5.116 0.871 7.416 Sektoral
Sasaran Meningkatnya jumlah awareness,
kegiatan minat dan rencana investasi di sektor
15 dan kawasan ekonomi prioritas
- Jumlah Rencana Investasi melalui
Kegiatan Pemasaran Investasi
berdasarkan sektor pendukung prioritas Rp900 Rp900 Rp1.000 Rp1.200 Rp1.300
26.581.23 27.910.30 29.305.81 30.771.10 32.309.66
nasional (KEK, KI, Pariwisata, Triliun Triliun Triliun Triliun Triliun
8.200 0.110 5.116 5.871 1.166
Berorientasi Ekspor, Energi, Ketahanan
Pangan)
- Jumlah Rencana Investasi melalui
kegiatan promosi penanaman modal Rp462 Rp.530,8 Rp614 Rp633 Rp765,5
9.000.000. 9.450.000. 9.922.500. 10.418.62 10.939.55
dalam forum-forum internasional di Triliun Triliun Triliun Triliun Triliun
000 000 000 5.000 6.250
dalam dan luar negeri
Kegiatan Direktorat
Fasilitasi Daerah Dalam Rangka Fasilitasi
16: 5.942.600 41.419.77 32.056.91 34.281.88 35.101.91
Kegiatan Promosi Penanaman Modal .000 5.950 4.085 1.333 7.152
Promosi
kode: 3218 Daerah
Sasaran
Meningkatnya kualitas fasilitasi
kegiatan
promosi penanaman modal daerah
16
- Jumlah minat investasi dalam kegiatan
350 minat 450 Minat 500 Minat 500 Minat 500 Minat
Promosi Penanaman Modal Daerah di investasi Investasi Investasi Investasi Investasi
5.256.796. 40.580.50 31.206.15 33.442.44 34.215.91
dalam dan luar negeri 000 1.647 2.307 9.983 1.818
- Jumlah minat investasi dalam kegiatan
fasilitasi penerimaan misi penanam 225 minat 250 Minat 250 Minat 250 Minat 250 Minat
685.804.0 839.274.3 850.761.7 839.431.3 886.005.3
modal daerah atau luar negeri di pusat investasi Investasi Investasi Investasi Investasi
00 03 78 50 34
dan atau di daerah
Kegiatan Penyelenggaraan Pameran dan Direktorat
Pameran dan
17: Penyediaan Sarana Promosi 45.578.93 72.561.41 70.051.98 62.013.76 62.437.13
Sarana
kode: 3219 Penanaman Modal untuk Kegiatan di 1.000 1.690 8.611 0.637 2.369
Promosi
- 77 -
Meningkatnya kualitas
Sasaran
penyelenggaraan pameran dan
kegiatan
penyediaan sarana promosi
17
penanaman modal
- Jumlah minat investasi yang dicapai
melalui keikutsertaan pameran 700 minat 700 minat 700 minat 700 minat 700 minat
7.286.034. 6.581.387. 6.353.780. 5.970.629. 5.663.106.
penanaman modal baik di dalam investasi investasi investasi investasi investasi
000 910 889 872 306
maupun di luar negeri
6 Jenis 5 Jenis 5 Jenis 5 Jenis 5 Jenis
- Jumlah bahan-bahan informasi potensi
Sarana Sarana Sarana Sarana Sarana 4.980.042. 5.383.027. 5.196.863. 4.883.477. 4.631.949.
penanaman modal Promosi Promosi Promosi Promosi Promosi 000 189 602 980 314
- Jumlah Media Promosi Cetak,
17 Media - - - - 27.731.15
Elektronik dan Luar Ruang 8.000
- - - -
- Jumlah perizinan non OSS 6.000 Izin 6.000 Izin 6.000 Izin 6.000 Izin 6.000 Izin 384.660.0 396.742.7 402.173.1 396.817.0 467.556.6
00 62 35 02 33
Kegiatan Direktorat
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Pelayanan
19 1.765.486 1.240.603 1.257.584 1.240.835 1.302.877
Satu Pintu (PTSP) Pusat .000 .605 .231 .749 .537
Perizinan
kode: 5264 Berusaha
- 78 -
Sekretariat
Program B: Dukungan Manajemen 298.059.1 360.583.9 359.944.1 367.721.0 378.304.9
Utama
02.000 85.846 68.065 89.388 01.964
Terwujudnya ASN BKPM yang
Sasaran
Kompeten, Profesional, dan
Program 7
Berintegritas
- Indeks Profesionalitas Aparatur Sipil
70% 72,5% 72,5% 75% 77,5%
Negara
Terwujudnya penyelenggaraan
Sasaran
pemerintahan yang baik, efektif dan
Program 8
efisien
- Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas BB (>70%- BB (>70%- A (>80%- A (>80%- A (>80%-
Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) 80%) 80%) 90%) 90%) 90%)
- Penilaian Tingkat Maturitas Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) 3 3 3 3 3
BKPM
Sasaran Terkelolanya anggaran BKPM yang
Program 9 akuntabel
Baik (>80%- Baik (>80%- Baik (>80%- Baik (>80%- Baik (>80%-
- Nilai Kinerja Anggaran BKPM 90%) 90%) 90%) 90%) 90%)
Kegiatan Pusat
27: Pengembangan Sumber Daya Manusia 8.761.726 9.428.467 10.231.85 10.519.13 11.256.05 Pendidikan
kode: 3208 .000 .000 2.280 3.561 2.319 dan Pelatihan
Sasaran Meningkatnya kualitas aparatur
kegiatan BKPM dan aparatur daerah bidang
27 penanaman modal
- Jumlah ASN yang mengikuti
1262 Orang 1262 Orang 1262 Orang 1262 Orang 1262 Orang
Pendidikan dan Pelatihan
- Presentase lulusan diklat dgn nilai
75% 75% 75% 75% 75% 8.761.726. 9.428.467. 10.231.85 10.519.13 11.256.05
minimal Baik
000 000 2.280 3.561 2.319
- Indeks persepsi peserta diklat terhadap 7,6 (dari 7,6 (dari 7,6 (dari 7,6 (dari 7,6 (dari
proses pembelajaran skala 10) skala 10) skala 10) skala 10) skala 10)
- Penyusunan laporan keuangan 2 Laporan 2 Laporan 2 Laporan 2 Laporan 2 Laporan 1.984.781. 2.689.935. 2.735.036. 2.952.772. 3.080.755.
000 829 752 248 271
- Persentase utilisasi aset K/L 100% 100% 100% 100% 100% 639.808.0 2.575.619. 2.618.803. 2.827.285. 2.949.829.
00 274 503 703 720
- Indeks penilaian mandiri pelaksanaan 3,75 (dari 3,75 (dari 3,75 (dari 3,75 (dari 3,75 (dari
800.000.0 864.421.0 878.914.4 948.884.5 990.012.4
reformasi birokrasi skala 5) skala 5) skala 5) skala 5) skala 5)
00 99 53 80 10
- Indeks kepuasan pengguna layanan 3,5 (dari 3,6 (dari 3,6 (dari 3,7 (dari 3,7 (dari
3.832.088. 12.244.62 12.341.67 12.586.98 12.785.79
umum skala 5) skala 5) skala 5) skala 5) skala 5)
000 0.947 2.443 2.785 7.959
12 Bulan 12 Bulan 12 Bulan 12 Bulan 12 Bulan
- Pembayaran Gaji dan Tunjangan Layanan Layanan Layanan Layanan Layanan
186.022.0 191.635.2 205.472.6 222.268.1 240.923.7
10.000 59.301 78.418 84.684 47.116
Kegiatan Pusat
Pengolahan
30: Pengelolaan Sistem Informasi 65.850.07 71.384.37 68.494.55 61.397.72 62.306.32
Data dan
kode: 3206 7.000 2.009 1.156 9.609 9.243
Informasi
Sasaran Meningkatnya kualitas pengelolaan
kegiatan sistem informasi
- 84 -
ANAK LAMPIRAN II
PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2020
TENTANG
RENCANA STRATEGIS BADAN KOORDINASI
PENANAMAN MODAL TAHUN 2020-2024
(b) Hambatan:
Sesuai amanat yang tertulis dalam
peraturan untuk mengintegrasikan
seluruh perizinan lingkungan, perlu
adanya pengintegrasian ANDAL LALIN
yang diatur dalam revisi Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 ke
dalam Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.
6. Revisi Peraturan (a) Substansi: Direktorat Mengusulkan
Pemerintah Pasal 21 ayat (1) Deregulasi
Nomor 107 Tahun Menteri, gubernur, dan
2015 tentang Izin bupati/walikota sesuai dengan
Usaha Industri kewenangannya sejak permohonan
IUI diterima dengan lengkap dan
benar dalam jangka waktu paling
lama 5 (lima) hari kerja melakukan
pemeriksaan lokasi industri yang
hasilnya dituangkan dalam berita
acara pemeriksaan.
Pasal 28 ayat (1)
Menteri, gubernur, dan
bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya sejak permohonan
izin perluasan diterima dengan
lengkap dan benar dalam jangka
waktu paling lama 5 (lima) hari kerja
melakukan pemeriksaan lokasi
industri yang hasilnya dituangkan
dalam berita acara pemeriksaan.
(b) Hambatan:
Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang
dimintakan dalam Peraturan
Pemerintah ini memperpanjang
persyaratan perizinan. Saat ini
perizinan sudah dilakukan melalui
Online Single Submission (OSS)
dimana Izin Usaha Industri dapat
diberikan langsung dengan
persyaratan pemenuhan komitmen.
Diusulkan menghapuskan
persyaratan BAP dalam penerbitan
Izin Usaha Industri.
7. Revisi Peraturan (a) Substansi: Direktorat Mengusulkan
Pemerintah Batang Tubuh Deregulasi
Nomor 24 Tahun 1. Perizinan Berusaha yang telah
2018 tentang diajukan oleh Pelaku Usaha
Perizinan sebelum berlakunya Peraturan
Berusaha Pemerintah ini dan belum
Terintegrasi diterbitkan Perizinan
secara Elektronik Berusahanya, diproses melalui
sistem OSS sesuai dengan
ketentuan Peraturan Pemerintah
- 89 -
(b) Hambatan:
a. Untuk Izin Mendirikan Rumah
Sakit masih dipersyaratkan FS
yang menambah persyaratan
pendirian rumah sakit. FS sudah
dihapus dari syarat Perizinan
Investasi sejak Tahun 1986,
namun masih dipersyaratkan
pada perizinan ini.
b. Detail Engineering Design
merupakan syarat dari IMB,
sehingga menjadi duplikasi
persyaratan perizinan.
c. Pemenuhan Komitmen yang
memakan waktu total 2 tahun 3
bulan perlu disimplifikasi.
15. Revisi Peraturan (a) Substansi: Direktorat Mengusulkan
Menteri Kominfo Pasal 4 Deregulasi
Nomor 7 Tahun Persetujuan atau penolakan
2018 tentang permohonan perizinan dan layanan
Perizinan yang diatur dalam Peraturan
Berusaha Menteri ini ditetapkan pada hari
Terintegrasi kerja yang sama setelah
secara Elektronik permohonan diterima secara
Bidang lengkap paling lambat pukul 11.00
Komunikasi dan WIB.
Informatika. (b) Hambatan:
Melalui Sistem OSS, perizinan
dikeluarkan secara real-time tanpa
harus membatasi jam permohonan
diterima oleh sistem.
16. Revisi Peraturan (a) Substansi: Direktorat Mengusulkan
BPOM Nomor 26 Sampel: Izin Edar Obat Deregulasi
Tahun 2018 Pasal 5
tentang Industri Farmasi untuk memperoleh
Pelayanan Izin Edar Obat sebagaimana
Perizinan dimaksud dalam Pasal 4 harus
Berusaha memenuhi persyaratan sebagai
Terintegrasi berikut:
secara Elektronik a. surat pengantar;
Sektor Obat dan b. formulir registrasi;
Makanan c. pernyataan pendaftar;
d. hasil pra registrasi;
e. kuitansi/bukti pembayaran; dan
f. dokumen teknis berupa
kelengkapan dokumen registrasi
obat dan produk biologi mengacu
pada Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 24 Tahun 2017 tentang
- 94 -
52 Perubahan Kebutuhan dalam rangka peningkatan Biro Umum Seluruh Unit Mengusulkan
Peraturan BKPM kualitas Tata Naskah Dinas di Kerja di
Nomor 1 Tahun Lingkungan Badan Koordinasi Lingkungan
2018 tentang Penanaman Modal. BKPM
Pedoman Tata
Naskah Dinas
Badan Koordinasi
Penanaman Modal
- 107 -
Indikasi
Nama Proyek Prioritas
No Manfaat Pendanaan Pelaksana
Strategis
(Rp Triliun)
1 Industri 4.0 di 5 Sub Meningkatnya 245,8 a.l Kemenperin,
Sektor Prioritas: kontribusi industri • APBN: 13 Kemendag, Badan
Makanan dan Minuman, dalam PDB menjadi • BUMN: 125,9 Usaha (BUMN/
Tekstil dan Pakaian Jadi, 21,0 % • Swasta: 106,9 Swasta)
Otomotif, Elektronik,
Kimia dan Farmasi
1. Industri 4.0 di 5 Sub Sektor Prioritas: Makanan dan Minuman, Tekstil dan Pakaian Jadi, Otomotif, Elektronik, Kimia dan Farmasi
• Nilai kontribusi PDB industri menurun menjadi di bawah 20 persen, dengan rata-rata pertumbuhan PDB 4,3% lebih rendah dari
pertumbuhan nasional.
• Produktivitas tenaga kerja industri meningkat namun dalam laju yang lebih lambat dibandingkan peningkatan produktivitas tenaga kerja di
Latar
negara lain.
Belakang
• Kontribusi ekspor industri Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan negara China, Filipina, Thailand, Vietnam dan Malaysia, dan
sebagian besar ekspor industri dari Indonesia memiliki kandungan teknologi yang lebih rendah.
• Potensi pemanfaatan teknologi digital sangat besar untuk meningkatan produktivitas dan daya saing industri berbasis konten.
Manfaat 1) Meningkatnya pertumbuhan PDB industri pengolahan menjadi 8,1 persen.
2) Meningkatnya kontribusi industri pengolahan dalam PDB menjadi 21,0 persen.
3) Meningkatnya nilai ekspor produk industri pengolahan menjadi USD 183,4 miliar.
4) Kontribusi ekspor produk industri berteknologi tinggi menjadi 13 persen.
5) Jumlah perusahaan dengan nilai Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) ≥ 3.0 menjadi 60 perusahaan (kumulatif).
Durasi 2020-2024 (5 tahun)
Indikasi INDIKASI TARGET INDIKASI PENDANAAN
Target dan 2020 2021 2022 2023 2024
Pendanaan Kontribusi PDB Kontribusi PDB Kontribusi PDB Kontribusi PDB Kontribusi PDB Industri Rp 245,8 T
Industri Industri Industri Industri Pengolahan: 21% • APBN: Rp 13 T
Pengolahan: 19,7% Pengolahan: 19,8% Pengolahan: 20% Pengolahan: 20,4% Pertumbuhan PDB • Swasta: Rp 106,9 T
Pertumbuhan PDB Pertumbuhan PDB Pertumbuhan PDB Pertumbuhan PDB Industri Pengolahan: • BUMN: Rp 125,9 T
Industri Industri Industri Industri 8,1%
Pengolahan: 5,0% Pengolahan: Pengolahan: Pengolahan:
5,5% 6,5% 7,5%
Pelaksana Kemenperin, Kemenko Perekonomian, Kemenkeu, Kemenkominfo, Kemenristek, Kemenparekraf, KemenKUKM, KemenKP, Kemendag, KPPU,
KemenLHK, K/L lainnya (Sesuai Making Indonesia 4.0: KemenPUPR, KemenESDM, Kementan, Bappenas, BKPM, Kemenaker dan Kemendagri),
Pemda, Dunia Usaha.
Highlight 1) Harmonisasi peraturan dan kebijakan (Kemenperin, Kemendag, KPPU, Kemenko Perekonomian, Kemenkeu, Kemendagri, Bappenas).
Proyek 2) Perbaikan alur aliran material dan penerapan standar keberlanjutan (Kemenperin, KemenKP, Kemendag, KemenKP, KemenLHK, Kementan,
KemenESDM, Kemenkeu).
3) Pengembangan ekosistem inovasi, infrastruktur digital dan insentif investasi teknologi (Kemenristek, Kemenperin, Kemenkominfo,
- 110 -
• Nilai kontribusi PDB industri menurun menjadi di bawah 20 persen, dengan rata-rata pertumbuhan PDB 4,3% lebih rendah dari
pertumbuhan nasional.
• Produktivitas tenaga kerja industri meningkat namun dalam laju yang lebih lambat dibandingkan peningkatan produktivitas tenaga kerja di
Latar
negara lain.
Belakang
• Kontribusi ekspor industri Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan negara China, Filipina, Thailand, Vietnam dan Malaysia, dan
sebagian besar ekspor industri dari Indonesia memiliki kandungan teknologi yang lebih rendah.
• Potensi pemanfaatan teknologi digital sangat besar untuk meningkatan produktivitas dan daya saing industri berbasis konten.
Kemenparekraf, KemenKP, KemenLHK, KemenKUKM, Kementan, KemenESDM, Kemenkeu).
4) Peningkatan investasi (BKPM, Kemenperin, Kemenko Perekonomian).
5) Pemberdayaan UMKM (Kemenperin, KemenKUKM, Kemenparekraf).
2. 10 Destinasi Pariwisata Prioritas: Danau Toba Dskt, Borobudur Dskt, Lombok-Mandalika, Labuan Bajo, Manado-Likupang, Wakatobi,
Raja Ampat, Bromo-Tengger-Semeru, Bangka Belitung, dan Morotai
Pariwisata Indonesia masih bertumpu pada Bali (41 persen). Pengembangan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas membuka peluang pengembangan
Latar
destinasi yang memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal sekelas Bali. Pemerintah mendorong penyiapan 5 destinasi super prioritas
Belakang
dan 5 destinasi pariwisata prioritas lainnya.
Manfaat 1) Meningkatnya kontribusi sektor pariwisata dalam PDB menjadi 5,5% (2024).
2) Meningkatnya devisa dari sektor pariwisata menjadi 30 miliar USD (2024).
3) Meningkatnya jumlah wisatawan nusantara 350-400 juta perjalanan (2024) dan wisatawan mancanegara 22,3 juta kunjungan (2024).
Pariwisata Indonesia masih bertumpu pada Bali (41 persen). Pengembangan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas membuka peluang pengembangan
Latar
destinasi yang memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal sekelas Bali. Pemerintah mendorong penyiapan 5 destinasi super prioritas
Belakang
dan 5 destinasi pariwisata prioritas lainnya.
Labuan Bajo, • Penyusunan investasi di BTS • Percepatan • Percepatan
Manado- ITMP untuk Raja dan Wakatobi infrastruktur, infrastruktur,
Likupang, Ampat. (40%). pemberdayaan pemberdayaan
Bromo-Tengger- • Percepatan • Percepatan masyarakat dan masyarakat dan
Semeru (BTS), infrastruktur, infrastruktur, investasi di investasi di
Wakatobi, pemberdayaan pemberdayaan Morotai, Bangka Morotai, Bangka
Bangka Belitung masyarakat dan masyarakat dan Belitung, dan Belitung, dan
dan Morotai. investasi di investasi di Raja Ampat Raja Ampat
• Percepatan Labuan bajo, dan Morotai, Bangka (60%). (100%).
infrastruktur, Manado- Belitung, dan
pemberdayaan Likupang (100%). Raja Ampat
masyarakat dan • Percepatan (20%).
investasi di infrastruktur,
Danau Toba, pemberdayaan
Borobudur dskt, masyarakat dan
Lombok (100%). investasi di BTS
dan Wakatobi
(20%).
Pelaksana Kemenparekraf, KemenPUPR, Kemenhub, KemenLHK, KemenKP, KemendesPDTT, KemenKUKM, KemenESDM, Kemenaker, BKPM, BNPB,
Kemendagri, Kemenkes, Kemendikbud, Kemenko Kemaritiman dan Investasi, Kemenko Perekonomian, Kemenkeu, KemenATR/BPN, Kementan,
KemenBUMN, Kemendag, Bappenas, Pemda, Badan Pengelola Otorita Kawasan Pariwisata, BUMN, Dunia Usaha dan Mitra Pembangunan.
Highlight 1) Perintisan Destinasi Pariwisata (Kemenparekraf, KemenATR/BPN, BKPM).
Proyek 2) Penanganan Jalan Mendukung 10 DPP (KemenPUPR, Pemda).
3) Pembangunan Pelabuhan dan Bandara (Kemenhub, BUMN).
4) Pembanguan Desa Wisata dan Fasilitasi BUMDes (Kemenparekraf, KemendesPDTT, Kemendikbud, Kemenaker, KemenKUKM).
5) Pembangunan Amenitas Kawasan Pariwisata (KemenPUPR, KemenESDM, Kemenkes, BNPB, Pemda).
6) Pembangunan dalam Wilayah dan Kawasan (Kemenparekraf, Kementan, KemenKP, KemenLHK, BUMN, Badan Otorita, Kemendag).
- 112 -
• Nilai kontribusi PDB industri cenderung menurun menjadi di bawah 20 persen, dengan rata-rata pertumbuhan PDB 4,3% atau lebih rendah
dari pertumbuhan nasional.
• Kontribusi ekspor industri Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan negara China, Filipina, Thailand, Vietnam dan Malaysia, dan sebagian
Latar besar ekspor industri dari Indonesia memiliki kandungan teknologi yang lebih rendah.
Belakang • Sekitar 71 persen impor Indonesia adalah bahan baku and produk antara untuk industri.
• Kapasitas industri domestik yang tidak mampu memenuhi standar dan kualitas yang ditetapkan oleh Global Value Chain.
• Pembangunan infrastruktur yang dilakukan selama periode 2015-2019 di luar Pulau Jawa membuka akses pusat-pusat produksi yang selama
ini belum terkoneksi
Manfaat Mendorong hilirisasi industri berbasis SDA agro dan mineral untuk penciptaan nilai tambah yang lebih tinggi di luar Pulau Jawa.
Durasi 2020-2024 (5 tahun)
Indikasi INDIKASI TARGET INDIKASI
Target dan 2020 2021 2022 2023 2024 PENDANAAN
Total
Pendanaan KI beroperasi : 3 KI beroperasi : KI beroperasi : KI beroperasi : KI beroperasi : KI beroperasi : 9
Rp 317,4 T
KI 4 KI (kumulatif) 5 KI (kumulatif) 7 KI (kumulatif) 9 KI (kumulatif) • APBN: Rp 15,7 T
KI
Smelter Smelter beroperasi: Smelter Smelter beroperasi: Smelter Smelter beroperasi
• Swasta: Rp 176,0
beroperasi: 30 smelter beroperasi: 31 smelter beroperasi: 31 T:
4 smelter (kumulatif) 31 smelter (kumulatif) smelter (kumulatif) 31 smelter
• KPBU: Rp 14,3 T
(kumulatif) (kumulatif) (kumulatif)
• BUMN: Rp 111,4
T
Pelaksana Kemenperin, KemenESDM, KemenPUPR, Kemenhub, KemenATR/BPN, Kemenko Perekonomian, Kemenkeu, BKPM, KemenLHK, KPPU,
KemenKUKM, Kemendag, KemenKP, Kementan, Kemenaker, KemenBUMN, Pemda, Swasta.
- 113 -
• Nilai kontribusi PDB industri cenderung menurun menjadi di bawah 20 persen, dengan rata-rata pertumbuhan PDB 4,3% atau lebih rendah
dari pertumbuhan nasional.
• Kontribusi ekspor industri Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan negara China, Filipina, Thailand, Vietnam dan Malaysia, dan sebagian
Latar besar ekspor industri dari Indonesia memiliki kandungan teknologi yang lebih rendah.
Belakang • Sekitar 71 persen impor Indonesia adalah bahan baku and produk antara untuk industri.
• Kapasitas industri domestik yang tidak mampu memenuhi standar dan kualitas yang ditetapkan oleh Global Value Chain.
• Pembangunan infrastruktur yang dilakukan selama periode 2015-2019 di luar Pulau Jawa membuka akses pusat-pusat produksi yang selama
ini belum terkoneksi
Highlight 1) Harmonisasi regulasi, tata ruang, perizinan, dan fasilitasi investasi (Kemenko Perekonomian, Kemenperin, KemenESDM, Kemen ATR/BPN,
Proyek Kemenkeu, BKPM, KemenLHK, Kemendag, KPPU).
2) Pembangunan kawasan industri dan smelter (Swasta, Kemenperin, KemenESDM, KemenBUMN, KemenATR/BPN).
3) Pengembangan infrastruktur pendukung (KemenPUPR, Kemenhub, KemenBUMN).
4) Peningkatan investasi, pemasaran dan kerjasama internasional (BKPM, Kemenperin, Kemendag, KemenBUMN).
5) Fasilitasi kemitraan usaha dan penyediaan SDM (Kemenperin, KemenKUKM, Kementan, KemenKP, KemenLHK, Kemenaker, KemenBUMN,
KPPU).