DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
1. Irfina (200550006)
2. Irwanti Muthohiroh (200550007)
3. Lutfiah Azizatun Nisak (200550008)
4. Nadia Rahma Faradita (200550009)
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Perkembangan bidan sebagai profesi diluar Negri” Dalam penyusunan makalah
ini, kami mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada:
1. Ibu Tita Rudini Yassin, M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu
Sosial Budaya Dasar.
2. Semua pihak yang berkontribusi dalam penyusunan makalah yang berjudul
“Hakikat, Fungsi dalam Mewujudkan Nilai, Moral dalam Kehidupan Manusia,
Masyarakat dan Negara”.
Kami menyadari bahwa penyelesaian makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik dalam segi pembahasan, penulisan dan penyusuna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritk dan saran dari dosen pembimbing mata kuliah Konsep
Kebidanan untuk menyempurkan makalah ini
Jember 2020
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian manusia, nilai, moral dan hukum
2. Untuk mengetahui hakikat fungsi perwujudan nilai moral dan hukum
3. Untuk mengetahui pengertian keadilan, ketertiban dan kesejahteraan
4. Untuk mengetahui problematika nilai, moral, hukum, dalam masyarakat
dan negara
1
BAB II PEMBAHASAN
2
e. Paula J. C & Janet W. K : Manusia adalah mahluk terbuka, bebas
memilih maknadalam situasi, mengemban tanggung jawab atas
keputusan yang hidup secara kontinuserta turut menyusun pola
berhubungan dan unggul multidimensi dengan berbagaikemungkinan
2. Pengertian Nilai
Perilaku manusia terkait dengan nilai. Bahkan nilai menjadi aspek penting
yang dibutuhkan oleh manusia. Menurut Robert M.Z. Lawang, nilai adalah
gambaran mengenai apa yang diinginkan, yang pantas, yang berharga,
yang mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang memiliki nilai itu
perilaku sosial dari orang yang memiliki nilai itu. Sedangkan menurut
Pepper, sebagaimana dikutip oleh Munandar, menyatakan bahwa batasan
nilai dapat mengacu pada berbagai hal seperti minat, kesukaan, pilihan,
tugas, kewajiban agama, kebutuhan, keamanan, keengganan dan hal-hal
yang berhubungan dengan perasaan dan orientasi seleksinya (Irene,
1993:21).
Nilai mempunyai berbagai makna, sehingga sulit untuk menyimpulkan
secara komprehensif makna nilai yang mewakili dari berbagai kepentingan
dan berbagai sudut pandang, tetapi ada kesepakatan yang sama dari
berbagai pengertian tentang nilai yakni berhubungan dengan manusia, dan
selanjutnya nilai itu penting. Untuk melihat sejauhmana variasi pengertian
nilai tersebut, terutama yang terkait dengan pendidikan, di bawah ini ada
beberapa definisi yang diharapkan berbagai sudut pandang (dalam
Elly,2007:120)
a. Menurut Cheng (1955): Nilai merupakan sesuatu yang potensial,
dalam arti terdapatnya hubungan yang harmonis dan kreatif,
sehingga berfungsi untuk menyempurnakan manusia, sedangkan
kualitas merupakan atribut atau sifat yang seharusnya dimiliki .
b. Menurut Frakena, nilai dalam filsafat dipakai untuk menunjuk kata
benada abstrak yang artinya “keberhargaan” (worth) atau
“kebaikan” (goodness) dan kata kerja yang artinya suatu tindakan
kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian.
c. Menurut Lasyo, nilai bagi manusia merupakan landasan atau
motivasi dalam segala tingkah laku atau perbuatannya.
d. Menurut Arthur w.Comb, nilai adalah kepercayaan-kepercayaan
yang digeneralisir yang berfungsi sebagai garis pembimbing untuk
menyeleksi tujuan serta perilaku yang akan dipilih untuk dicapai.
e. Menurut John Dewey , value is object of social interest Sosiologi
tidak berbicara tentang nilai itu sendiri, tetapi lebih menekankan
sejauh mana suatu nilai akan mempengaruhi perilaku seseorang
dan hubungannya dengan orang lain (Irene, 1993:21).
Menurut Prof. Dr. Notonegoro, membagi nilai menjadi 3 yakni:
3
a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur
manusia.
b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
mengadakan kegiatan dan aktivitas.
c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani
manusia.
3. Pengertian Moral
Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang
berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia moral diartikan
dengan susila. Istilah moral senantiasa mengaku kepada baik buruknya
perbuatan manusia sebagai manusia. Inti pembicaraan tentang moral
adalah menyangkut bidang kehidupan manusia dinilai dari baik buruknya
perbutaannya selaku manusia. Norma moral dijadikan sebagai tolak ukur
untuk menetapkan betul salahnya sikap dan tindakan manusia, baik
buruknya sebagai manusia. Untuk memulai membahas hal ini kita terlebih
dahulu harus mengetahui tentang istilah “moral” . Moral memiliki makna
ganda. Makna yang pertama adalah seluruh kaidah. Dan makna yang
kedua adalah nilai yang berkenaan dengan ikhwal baik atau perbuatan baik
manusia.
Banyak perbuatan manusia yang berkaitan dengan baik atau buruk, tetapi
tidak semua. Ada juga perbuatan yan netral dari segi etis. Bila pagi hari
saya mengenakan lebih dulu sepatu kanan dan baru kemudian sepatu kiri,
perbuatan itu tidak mempunyai hubungan dengan baik atau buruk. Boleh
saja sebaliknya: sepatu kiri dulu dan kemudian sepatu kanan. Mungkin
cara yang pertama sudah menjadi kebiasaan saya. Mungkin cara itu lebih
baik dari sudut pandang efisiensi atau lebih baik karena cocok dengan
motorik saya, tetapi cara pertama atau cara kedua tidak lebih baik atau
buruk dari sudut pandang moral. Perbuatan itu boleh disebut “amoral”,
dalam arti seperti sudah dijelaskan: tidak mempunyai relevansi etis. Baik
dan buruk dalam arti etis seperti dimaksudkan dalam contoh terakhir ini
memainkan peran dalam hidup setiap manusia. Moralitas merupakan suatu
dimensi nyata dalam hidup setiap manusia, baik pada tahap perorangan
maupun pada tahap sosial.
Metode Kholberg adalah sebagai berikut. Mengemukakan sejumlah
dilemma khayalan kepada subyek-subyek penelitian. “Khayalan” dalam
arti: kasus-kasus itu tidak terjadi secara konkret, tapi pada prinsipnya bias
terjadi. Dengan cara ini kholberg ingin mendapat jawaban atas dua
pertanyaan: bagaimana anak-anak memecahkan dilemamoral itu dan alas
an-alasan apa dikemukakan untuk membenerkan pemecehan itu.
Pertanyaan pertama menyangkut srtuktur atau brentuknya. Kholberg
4
mengemukakan bahwa perkembanagan moral seorang anak berlangsung
menurut 6 tahap atau fase.(Bertens,1993:80).
4. Pengertian Hukum
Hukum merupakan aspek penting dalam kehidupan masyarakat Hukum
memiliki pengertian yang bermacam-macam tergantung dari tempat dan
waktu dimana hukum tersebut berlaku. Oleh karena itu pengertian hukum
sangat beragam. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang
hukum, sebagai berikut (Sunarso, 2006: 93-94)
Prof. Dr. Muchtar Kusumaatmadja, dan Dr. B. Arief Sidharta,
SH.menyatakan bahwa hukum adalah perangkat kaidah-kaidah dan asas-
asas yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat.
a. Dr. E. Utrecht, SH,menyatakan bahwa hukum adalah kumpulan
peraturanperaturan (perintah dan larangan) yang mengurus tata
tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh
masyarakat.
b. Menurut Simorangkir, SH, Hukum adalah peraturan-peraturan
yang bersifat memaksa, yang dibuat oleh badan-badan resmi yang
berwajib, pelanggaran terhadap peraturan-peraturan tadi berakibat
diambilnya tindakan.
c. Menurut Mudjiono, SH, Hukum adalah keseluruhan aturan tingkah
laku manusia dalam pergaulan hidup berbangsa dan bernegara,
baik tertulis dan tidak tertulis yang berfungsi memberikan rasa
tentram dan akan berakibat diberikannya sanksi bagi yang
melanggarnya.
Pengertian hukum dapat pula dikaji dari berbagai pendapat. Sebagaimana
yang dikemukakan Soerjono Soekanto sebagai berikut:
Hukum sebagai ilmu, ilmu hukum adalah cabang dari ilmu sosial
dan humaniora.
Hukum sebagai disiplin, pelanggaran terhadap disiplin akan diberi
sanksi. Hukum sebagai kaedah, yaitu pedoman untuk bertindak.
Hukum sebagai tata hukum, yaitu kaedah-kaedah yang berlaku
pada suatu waktu dan tempat tertentu serta berbentuk tertulis.
Hukum sebagai petugas, menunjuk kepada orang yang diberi tugas
menegakkan hukum.
Hukum sebagai jalinan nilai-nilai, yaitu tenteng apa yang dianggap
baik dan buruk. Hukum ialah peraturan-peraturan yang bersifat
memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam
lingkungan masyarakat, yang dibuat oleh badan-badan resmi yang
berwajib, pelanggaranpelanggaran yang dikenai tindakantindakan
hukum tertentu. Plato mengartikan bahwa hukum merupakan
peraturan-peraturan yang teratur dan tersusun baik yang mengikat
masyarakat. Aristoteles menyatakan bahwa hukum hanya sebagai
5
kumpulan peraturan yang tidak hanya mengikat masyarakat tetapi
juga hakim.
Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur
dalam hukum meliputi:
a. peraturan dibuat oleh yang berwenang;
b. tujuannya mengatur tata;
c. tertib kehidupan masyarakat;
d. mempunyai ciri memerintah dan melarang;
e. bersifat memaksa dan ditaati Dalam kehidupan sosial orang akan
mentaati hukum karena dinilai memberikan kententraman dan
ketertiban , serta tidak ingin mendapatkan sanksi ketika orang tidak
lagi mematuhi aturan yang berlaku. Di samping itu, masyarakat
menghendakinya adanya hukum.
Dalam hal ini, banyak orang yang tidak menanyakan apakah sesuatu
menjadi hukum/belum. Mereka tidak menghiraukan dan baru merasakan
dan memikirkan apabila telah melanggar hingga merasakan akibat
pelanggaran tersebut. Mereka baru merasakan adanya hukum apabila luas
kepentingannya dibatasi oleh peraturan hukum yang ada. Faktor lainnya,
adanya paksaan Karena adanya paksaan (sanksi) sosial. Orang merasakan
malu atau khawatir dituduh sebagai orang yang asosial apabila orang
melanggar suatu kaidah sosial/hukum. Dalam konteks inilah , hukum
menjadi aspek yang sangat penting dalam mengatur kehidupan manusia.
6
Norma sosial adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku
dalam suatu kelompok masyarakat dan batasan wilayah tertentu. Norma
akan berkembang seiring dengan kesepakatan-kesepakatan sosial
masyarakatnya, sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma
menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani
interaksi sosialnya. Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat
memaksa individu atau suatu kelompok agar bertindak sesuai dengan
aturan sosial yang telah terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun agar
hubungan di antara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib
sebagaimana yang diharapkan.
a. Nilai Moral di Antara Pandangan Objektif dan Subjektif Manusia
Nilai erat hubungannya dengan manusia, dalam hal etika maupun
estetika. Manusia sebagai makhluk yang bernilai akan memaknai nilai
dalam dua konteks, pertama akan memandang nilai sebagai sesuatu
yang objektif, apabila dia memandang nilai itu ada meskipun tanpa ada
yang menilainya. Kedua, memandang nilai sebagai sesuatu yang
subjektif, artinya nilai sangat tergantung pada subjek yang menilainya.
Dua kategori nilai itu subjektif atau objektif:
Pertama, apakah objek itu memiliki nilai karena kita
mendambakannya, atau kita mendambakannya karena objek itu
memiliki nilai
Kedua, apakah hasrat, kenikmatan, perhatian yang memberikan
nilai pada objek, atau kita mengalami preferensi karena
kenyataan bahwa objek tersebut memiliki nilai mendahului dan
asing bagi reaksi psikologis badan organis kita (Frondizi, 2001,
hlm. 19-24).
b. Nilai diantara Kualitas Primer dan Kualitas Sekunder
Kualitas primer yaitu kualitas dasar yang tanpanya objek tidak dapat
menjadi ada, sama seperi kebutuhan primer yang harus ada sebagai
syarat hidup manusia, sedangkan kualitas sekunder merupakan kualitas
yang dapat ditangkap oleh pancaindera seperti warna, rasa, bau, dan
sebagainya, jadi kualitas sekunder seperti halnya kualitas sampingan
yang memberikan nilai lebih terhadap sesuatu yang dijadikan objek
penilaian kualitasnya.
Perbedaan antara kedua kualitas ini adalah pada keniscayaannya,
kualitas primer harus ada dan tidak bisa ditawar lagi, sedangkan
kualitas sekunder bagian eksistesi objek tetapi kehadirannya
tergantung subjek penilai. Nilai bukan kualitas primer maupun
sekunder sebab nilai tidak menambah atau memberi eksistensi objek.
Nilai bukan sebuah keniscayaan bagi esensi objek. Nilai bukan benda
atau unsur benda, melainkan sifat, kualitas, yang dimiliki objek
7
tertentu yang dikatakan “baik”. Nilai milik semua objek, nilai tidaklah
independen yakni tidak memiliki kesubstantifan.
c. Metode Menemukan dan Hierarki Nilai dalam Pendidikan
Menilai berarti menimbang, yaitu kegiatan manusia menghubungkan
sesuatu dengan sesuatu yang lain, yang selanjutnya diambil sebuah
keputusan, nilai memiliki polaritas dan hierarki, yaitu:
1. Nilai menampilkan diri dalam aspek positif dan aspek negatif yang
sesuai (polaritas) seperti baik dan buruk, keindahan dan kejelekan.
2. Nilai tersusun secara hierarkis, yaitu hierarki urutan pentingnya.
Ada beberapa klasifikasi nilai yaitu klasifikasi nilai yang didasarkan
atas pengakuan, objek yang dipermasalahkan, keuntungan yang
diperoleh, tujuan yang akan dicapai, hubungan antara pengembangan
nilai dengan keuntungan, dan hubungan yang dihasilkan nilai itu
sendiri dengan hal lain yang lebih baik. Sedangkan Max Scheller
berpendapat bahwa hierarki terdiri dari, nilai kenikmatan, kehidupan,
kejiwaan, dan nilai kerohanian. Dan masih banyak lagi klasifikasi
lainnya dari para pakar, namun adapula pembagian hierarki di
Indonesia (khususnya pada masa dekade Penataran P4), yakni, nilai
dasar, nilai instrumental, dan yang terakhir nilai praksis.
d. Makna Nilai bagi Manusia
Nilai itu penting bagi manusia, apakah nilai itu dipandang dapat
mendorong manusia karena dianggap berada dalam diri manusia atau
nilai itu menarik manusia karena ada di luar manusia yaitu terdapat
pada objek, sehingga nilai lebih dipandang sebagai kegiatan
menilai. Nilai itu harus jelas, harus semakin diyakini oleh individu dan
harus diaplikasikan dalam perbuatan.
e. Pengaruh Kehidupan Keluarga dalam Pembinaan Nilai Moral
Persoalan merosotnya intensitas interaksi dalam keluarga, serta
terputusnya komunikasi yang harmonis antara orang tua dengan anak,
mengakibatkan merosotnya fungsi keluarga dalam pembinaan nilai
moral anak. Keluarga bisa jadi tidak lagi menjadi tempat untuk
memperjelas nilai yang harus dipegang bahkan sebaliknya menambah
kebingungan nilai bagi si anak.
f. Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Pembinaan Nilai Moral
Setiap orang yang menjadi teman anak akan menampilkan kebiasaan
yang dimilikinya, pengaruh pertemanan ini akan berdampak positif
jika isu dan kebiasaan teman itu positif juga, sebaliknya akan
berpengaruh negatif jika sikap dan tabiat yang ditampikan memang
buruk, jadi diperlukan pula pendampingan orang tua dalam tindakan
anak-anaknya, terutama bagi para orang tua yang memiliki anak yang
masih di bawah umur.
g. Pengaruh Figur Otoritas Terhadap Perkembangan Nilai Moral Individu
8
Orang dewasa mempunyai pemikiran bahwa fungsi utama dalam
menjalin hubungan dengan anak-anak adalah memberi tahu sesuatu
kepada mereka: memberi tahu apa yang harus mereka lakukan, kapan
waktu yang tepat untuk melakukannya, di mana harus dilakukan,
seberapa sering harus melakukan, dan juga kapan harus
mengakhirinya. Itulah sebabnya seorang figur otoritas (bisa juga
seorang public figure) sangat berpengaruh dalam perkembangan nilai
moral.
h. Pengaruh Media Komunikasi Terhadap Perkembangan Nilai Moral
Setiap orang berharap pentingnya memerhatikan perkembangan nilai
anak-anak. Oleh karena itu dalam media komunikasi mutakhir tentu
akan mengembangkan suatu pandangan hidup yang terfokus sehingga
memberikan stabilitas nilai pada anak. Namun ketika anak dipenuhi
oleh kebingungan nilai, maka institusi pendidikan perlu mengupayakan
jalan keluar bagi peserta didiknya dengan pendekatan klarifikasi nilai.
i. Pengaruh Otak atau Berpikir Terhadap Perkembangan Nilai Moral
Pendidikan tentang nilai moral yang menggunakan pendekatan
berpikir dan lebih berorientasi pada upaya-upaya untuk
mengklarifikasi nilai moral sangat dimungkinkan bila melihat eratnya
hubungan antara berpikir dengan nilai itu sendiri, meskipun diakui
bahwa ada pendekatan lain dalam pendidikan nilai yang memiliki
orientasi yang berbeda.
j. Pengaruh Informasi Terhadap Perkembangan Nilai Moral
Munculnya berbagai informasi, apalagi bila informasi itu sama
kuatnya maka akan mempengaruhi disonansi kognitif yang sama,
misalnya saja pengaruh tuntutan teman sebaya dengan tuntutan aturan
keluarga dan aturan agama akan menjadi konflik internal pada individu
yang akhirnya akan menimbulkan kebingungan nilai bagi individu
tersebut.
k. Manusia Dan Hukum
Hukum dalam masyarakat merupakan tuntutan, mengingat bahwa kita
tidak mungkin menggambarkan hidupnya manusia tanpa atau di luar
masyarakat. Maka manusia, masyarakat, dan hukum merupakan
pengertian yang tidak bisa dipisahkan. Untuk mencapai ketertiban
dalam masyarakat, diperlukan adanya kepastian dalam pergaulan
antar-manusia dalam masyarakat. Kepastian ini bukan saja agar
kehidupan masyarakat menjadi teratur akan tetapi akan mempertegas
lembaga-lembaga hukum mana yang melaksanakannya.
Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang
hidup (the living law) dalam masyarakat, yang tentunya sesuai pula
atau merupakan pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat tersebut.
9
Manusia dan hukum adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan.
Bahkan dalam ilmu hukum, terdapat adagium yang terkenal yang
berbunyi: “Ubi societas ibi jus” (di mana ada masyarakat di situ ada
hukumnya). Artinya bahwa dalam setiap pembentukan suatu bangunan
struktur sosial yang bernama masyarakat, maka selalu akan dibutuhkan
bahan yang bersifat sebagai “semen perekat” atas berbagai komponen
pembentuk dari masyarakat itu, dan yang berfungsi sebagai “semen
perekat” tersebut adalah hukum.
Untuk mewujudkan keteraturan, maka mula-mula manusia membentuk
suatu struktur tatanan (organisasi) di antara dirinya yang dikenal
dengan istilah tatanan sosial (social order) yang bernama: m a s y a r a
k a t. Guna membangun dan mempertahankan tatanan sosial
masyarakat yang teratur ini, maka manusia membutuhkan pranata
pengatur yang terdiri dari dua hal: aturan (hukum) dan si
pengatur(kekuasaan).
l. Hubungan Hukum Dan Moral
Hukum tidak akan berarti tanpa dijiwai moralitas, hukum akan kosong
tanpa moralitas. Oleh karena itu kualitas hukum harus selalu diukur
dengan norma moral dan perundang-undangan yang immoral harus
diganti.
Meskipun hubungan hukum dan moral begitu erat, namun hukum dan
moral tetap berbeda, sebab dalam kenyataannya mungkin ada hukum
yang bertentangan dengan moral atau ada undang-undang yang
immoral, yang berarti terdapat ketidakcocokan antara hukum dengan
moral.
10
Hak dan kewajiban untuk menciptakan kesejahteraan dan
kemakmuran yang merata.
a. Ciri-ciri keadilan adalah :
Tidak memihak
Sama hak
Sah menurut hokum
Layak dan wajar
Benar secara moral
b. Akibat dari ketidakadilan adalah :
Kehancuran : diri, keluarga, perusahaan, masyarakat, bangsa
dan Negara
Kezaliman yaitu keadaan yang tidak lagi menghargai,
menghormati hak-hak orang lain, sewenang-wenang merampas
hak orang lain demi keserakahan dan kepuasan nafsu.
c. Macam-macam Keadilan :
Keadilan Legal (keadilan moral)
Dalam suatu komunitas yang adil, setiap orang menjalankan
pekerjaan menurut sifat dasar yang paling cocok baginya (the
man behind the gun). Rasa keadilan akan terwujud bila setiap
individu melakukan fungsinya sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya, keadilan tidak akan terjadi bila ada intervensi pada
pihak lain dalam melaksanakan tugas kemasyarakatan dan hal
ini dapat memicu pertentangan, konflik dan ketidakserasian.
Keadilan Distributive
Keadilan akan terlaksana bila hal yang sama diperlukan secara
sama dan hal yang tidak sama diperlakukan secara tidak sama
diperlakukan secara tidak sama (justice is done when equals are
treated equally). Contoh : gaji pegawai lulusan smu dan sarjana
harus dibedakan.
2. Ketertiban
Ketertiban asal kata tertib yang berarti teratur, menurut aturan,
rapi. Sedangkan ketertiban yaitu peraturan (dl masyarakat
dsb), atau keadaan serba teratur baik. Ketertiban adakalanya diartikan
sebagai “ketertiban, Kesejahteraan, dan Keamanan”, atau disamakan
dengan ketertiban umum, atau synonym dari istilah “keadilan”.
Ketertiban umum Dalam bukunya “Pengantar Hukum Perdata
Internasional Indonesia” Prof.Dr S.Gautama mengibaratkan lembaga
ketertiban umum ini sebagai “rem darurat” yang kita ketemukan pada
setiap kereta api. Pemakainya harus secara hati-hati dan seirit mungkin
karena apabila kita terlampau lekas menarik rem darurat ini, maka
“kereta HPI” tidak dapat berjalan dengan baik.
11
Lebih lanjut S.Gautama mengatakan bahwa lembaga ketertiban umum
ini digunakan jika pemakaian dari hukum asing berarti suatu
pelanggaran yang sangat daripada sendi-sendi azasi hukum nasional
hakim. Maka dalam hal-hal pengecualian, hakim dapat
menyampingkan hukum asing ini.
Manusia adalah makhluk social yang selau berinteraksi dan
membutuhkan bantuan dengan sesamanya. Dengan adanya hubungan
sesame seperti itulah perlu adanya keteraturan sehingga individu dapat
berhubungan secara harmoni dengan individu lain sekitarnya. Oleh
karena itu diperlukan aturan yang disebut “Hukum”. Hukum
diciptakan dengan tujuan yang berbeda-beda, ada yang menyatakan
bahwa tujuan hukum adalah keadilan, ada juga yang menyatakan
kegunaan, ada yang menyatakan kepastian hukum, dll.
Hukum yang ada kaitannya dengan masyarakat mempunyai tujuan
utama yaitu dapat direduksi untuk ketertiban (order). Menurut Mochtar
Kusumaatmadja “Ketertibaban” adalah tujuan pokok dan pertama dari
segala hukum, Kebutuhan terhadap ketertiban ini merupakan syarat
pokok(fundamental)bagi adanya suatu masyarakat manusia yang
teratur, ketertiban sebagai tujuan hukum, merupakan fakta objektif
yang berlaku bagi segala masyarakat manusia dalam segala
bentuknyauntuk mencapai ketertiban ini diperlukan adnaya kepastian
dalam pergaulan antar manusia dalam masyarakat.
3. Keejahteraan
Konsep kesejahteraan (welfare) sering diartikan berbeda oleh orang
dan negara yang berbeda. Mendefinisikan „kesejahteraan‟ juga
penting, mengingat bidang atau sektor ini pada hakikatnya merupakan
tugas utama Depsos. Merujuk pada Spicker (1995), Midgley, Tracy
dan Livermore (2000), Thompson (2005), Suharto, (2005a), dan
Suharto (2006b),
Pengertian kesejahteraan sedikitnya mengandung empat makna.
a. Sebagai kondisi sejahtera (well-being).
Pengertian ini biasanya menunjuk pada istilah kesejahteraan sosial
(social welfare) sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan material
dan non-material. Midgley, et al (2000: xi) mendefinisikan
kesejahteraan sosial sebagai “…a condition or state of human well-
being.” Kondisi sejahtera terjadi manakala kehidupan manusia
aman dan bahagia karena kebutuhan dasar akan gizi, kesehatan,
pendidikan, tempat tinggal, dan pendapatan dapat dipenuhi; serta
manakala manusia memperoleh perlindungan dari resiko-resiko
utama yang mengancam kehidupannya.
b. Sebagai pelayanan sosial.
12
Di Inggris, Australia dan Selandia Baru, pelayanan sosial umumnya
mencakup lima bentuk, yakni jaminan sosial (social security),
pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan dan pelayanan sosial
personal (personal social services).
Sebagai tunjangan sosial yang, khususnya di Amerika Serikat (AS),
diberikan kepada orang miskin. Karena sebagian besar penerima
welfare adalah orangorang miskin, cacat, penganggur, keadaan ini
kemudian menimbulkan konotasi negatif pada istilah kesejahteraan,
seperti kemiskinan, kemalasan, ketergantungan, yang sebenarnya
lebih tepat disebut “social illfare” ketimbang “social welfare” (lihat
Kotak 1).
Sebagai proses atau usaha terencana yang dilakukan oleh
perorangan, lembaga-lembaga sosial, masyarakat maupun badan-
badan pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan
(pengertian pertama) melalui pemberian pelayanan sosial
(pengertian ke dua) dan tunjangan sosial (pengertian ketiga)
13
5. Dilihat dari tujuannya,hukum mengatur tatatertib masyarakat
bernegara.sedangkan norma moral mengatur perilaku manusia sebagai
manusia.
6. Hukum bergantung pada tempat dan waktu: sedangkan moral
secararelatif dan tidak Lergantung pada tempat dan waktu.
14
memaksa Pelanggaran etik biasanya mendapat sanksi etik berupa rasa
menyesal,bersalah,dan malu.Bila seorang profesi melanggar kode etik
profesinya.¡a akan menendapatkan sanksi etik dan lembaga profesi,seperti
teguran,dicahut keanggotaannya,atau tidak diperbolehkan lagi menjalani
profesi tersebut.
2. Pelanggaran Hukum
Kesadaran hukum adalah kesadaran diri tanpa tekanan,paksaan atau
perintah dari luar untuk tunduk pada hukum yang benlaku. Dengan
beejalannya kesadaran hukum dimasyarakat maka hukum tidak perlu
menjatuhkan sanksi.Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang terbukti
melanggar hukum Poblema hukum yang berlaku dewasa ini adalah masib
rendahnya kesadaran hukurn masyarakat.Akibatnya banyak tanjadi
pelanggaran hukum.Bahkan pada hal-hal kecil yang sesungguhnya tidak
perlu terjadi.Misalnya,secara sengaja tidak membawa SIM dengan sengaja
alasan hanya untuk sementara waktu.
Pelanggaran hukum dalam anti semipit berarti pelanggaran terhadap
perundang-undangan negara.Sanksi atas pelanggaran hukum adalah sanksi
pidana dari negara yang bersifat lahiriah dan mernaksa masyarakat secara
resmi (Negara) berhak memberi sanksi bagi warga negara yang melanggar
hukum.
Bila dicermati,ada beberapa hal yang menyebabkan Iemahnya penegakan
hukum
a. Pertama kesadaran/pengetahuan hukum yang
lemah.Kesadaran/pengetahuan hukum yang lemah, dapat berefek pada
pengambilan jalan pintas dalam menyelesai kan persoalan
masing.masyarakat yang tidak mengerti akan hukum,berpotensi besar
dalam melakukan pelanggaran terhadap hukum .Dalam hukum dikenal
dengan adanya fiksi hukum artinya semua dianggap mengerti akan
hukum. Seseorang tidak dapat melepaskan diri dari kesalahan akan
perhuatainya dengan alasan bahwa ia tidak mengerti hukum atau suatu
peraturan perundang-undangan. Jadi dalam hal ini sudah sewajarya
bagi setiap individu untuk mengetahui hukum. Sedangkan bagi
aparatur hukum atau elernen lain yang concern pada supremasi hukum
sudah seharusnya memberikan kesadaran hukum bagi setiap individu.
b. Kedua adalah ketaalan terhada hukum. Dalam kehidupan sehari-
haritidak jarang budaya egoisme dan melanggar hukum dengan
bangga ia menceritakan perbuatannya kepada orang Lain. Misalnya
pelanggaran terhadap lalu lintas. Oleh pelakunya menganggap itu hal-
hal yang biasa-biasa saja. bahkan dengan bersikap bangga diri ia
menceritakan kembali kepada orang lain perbuatan yang telah
dilakukannya. Hal semacam ini telah mereduksi nilai-nilai
kebenaran,sehingga menjadi suatu kebudayaan yang sebenarnya salah.
15
c. Ketiga adalah perilaku aparatur hukum. Petilaku aparatur hukum baik
dengan sengaja ataupun tidak juga telahh mempengaruhi dalam
penegakan hukum.Misalnya aparat kepolisian yang dalam menagani
suatu kasus dugaan tindak pidana. Tidak jarang dalam kenyataannya
juga langsung memvonis seseorang telah bersalah. Hal ini dupat dilihat
dengan perilaku aparat yang dengan ringan tangan terhadap tersangka
yang melakukan tindak pidana. Perilaku-perilaku semacam ini justru
bukan mendidik seseorang untuk menghormati akan hukum. La
menghormati hukum hanya karena takut akan polisi.
d. Keempat adalah faktor aparatur hukum .Seseorang yang melakukan
tindak pidana namun ia selalu bisa lolos dari jeratan pemidanaan. akan
berpotensi bagi orang yang Lain untuk melakukan hal yang sama.
Korupsi yang banyak dilakukan namun banyak pelaku yang lepas dari
jeratan hukum berpotensi untuk oleh orang lain melakukan hal yang
sama. Adanya mafia peradilan telah mempengaruhi semakin
bobroknya penegakan hukum di negeri kita. Aparatur hukum yang
sedianya diandalkan untuk menjunjung tinggi supremasi hukum.justru
melakukan pelanggaran hukum. Sebagai akibatya masyarakat pesimis
terhadap penegakan hukum. Contoh pelanggaran hukum : Kecurangan
saat pemilu kasus Bank Century dan lain-lain.
Baru-baru ini kita juga di kagetkan lagi dengan berita Sebanyak 341
narapidana peikara korupsi mendapat remisi. Sebelas koruptor Iangsung
menghirup udara bebas.,ironisnya lagi salah satu dan penerima Remisi
tersebut adalah besan Presiden Susilo Bambang Yudhoyon, Aulia
Pohan.Bukankah setiap orang sama kedudukannya di hadapan hukum
(equality before the bw). Seharusnya kita memandang Hukum adalah
sebagai bagian dan cara kita hidup.bukan sebagai cara mempertahankan
kekuasaan semata.
Tapi lihatlah sebaliknya sungguh Miris memang Kisah nenek Minah.
Yang hanya dengan mengambil beberapa buah kakao. seorang nenek tua
harus dihukum atas perbuatan yang sudah dia sesali. Kalau kita
membandingkan kisah si nenek dengan kisah para koruptor kelas kakap
yang kasus hukumnya diputus bebas.Banyak sekali Diskniminasi Hukum
menimpa kaum miskin.
Seharusnya para penegak hukum mampu menegakkan hukum seadil
adilnya.tidak ada lagi disknimanan terhadap si miskin sehingga tercipta
keadilan.Permasalahan hukum di indonesia dapat diminimalisasi melalui
proses pendidikan yang diberikan kepada masyarakat.diharapkan wawasan
pemikiran mereka pun semakin meningkat sehingga mempunyai
kemampuan untuk memikirkan banyak alternatif dalam usaha
16
memecahkan masalah hukum dan tidak melakukan pelanggaran
hukum.Problema
17
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Pengertian manusai, nilai, moral dan hukum
a. Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens”
(Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal
budi (mampu menguasai makhluk lain).
b. Menurut Robert M.Z. Lawang, nilai adalah gambaran mengenai apa
yang diinginkan, yang pantas, yang berharga, yang mempengaruhi
perilaku sosial dari orang yang memiliki nilai itu perilaku sosial dari
orang yang memiliki nilai itu
c. Inti pembicaraan tentang moral adalah menyangkut bidang kehidupan
manusia dinilai dari baik buruknya perbutaannya selaku manusia
d. Hukum merupakan aspek penting dalam kehidupan masyarakat
Hukum memiliki pengertian yang bermacam-macam tergantung dari
tempat dan waktu dimana hukum tersebut berlaku
2. Hakikat fungsi perwujudan nilai moral diantaranya :
a. Nilai Moral di Antara Pandangan Objektif dan Subjektif Manusia
b. Nilai diantara Kualitas Primer dan Kualitas Sekunder
c. Metode Menemukan dan Hierarki Nilai dalam Pendidikan
d. Makna Nilai bagi Manusia
e. Pengaruh Kehidupan Keluarga dalam Pembinaan Nilai Moral
f. Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Pembinaan Nilai Moral
g. Pengaruh Figur Otoritas Terhadap Perkembangan Nilai Moral Individu
h. Pengaruh Media Komunikasi Terhadap Perkembangan Nilai Moral
3. Keadilan, ketertiban dan ksejahteraan
a. Keadilan adalah pengakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban.
b. Ketertiban asal kata tertib yang berarti teratur, menurut aturan,
rapi. Sedangkan ketertiban yaitu peraturan (dl masyarakat
dsb), atau keadaan serba teratur baik
c. Pengertian kesejahteraan sedikitnya mengandung empat makna.
a. Sebagai kondisi sejahtera (well-being).
b. Sebagai pelayanan sosial.
c. Sebagai tunjangan sosial
d. Sebagai proses atau usaha terencana
4. Problematika
Pelanggaran Kode Etik
Pelanggaran Hukum
18
3.2 SARAN
19
DAFTAR PUSTAKA
Moh. Yunanto. (2013). Bab V Manusai, Moral, dan Hukum Universitsa Negeri
Yogyakarta. Staff.uny.ac.id
20