Anda di halaman 1dari 7

Nama : Galih Abimanyu

Notar : 18.01.0524

Kelas : MKTJ B Madya

Mata Kuliah : Sistem Manajemen Keselamatan Transportasi Jalan

Dosen : HANENDYO PUTRO, MT 

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

GENAP

SOAL

Selaras dengan kebijakan manajemen keselamatan kita harus dapat


mengidentifikasikan kecenderungan yang terjadi sebelum membuat rencana aksi
maupun program – program keselamatan yaitu dengan mengidentifikasikan kira –
kira sektor mana saja yang dapat diintervensi dalam keselamatan jalan, sebagai
contoh :
 Koordinasi dan manajemen keselamatan jalan;
 Sistem data kecelakaan lalu lintas;
 Pendanaan keselamatan jalan.

Diharapkan dapat menjelaskan :

1. Hal – hal apa saja yang menimbulkan permasalahan keselamatan di bidang


transportasi jalan dan pendekatan seperti apa yang bisa di lakukan !
2. Dalam penyelenggaraan manajemen keselamatan diperlukan strategi
keselamatan yang harus sinkron dengan kebijakan lain yang berpengaruh
pada keselamatan
JAWAB

1) Permasalahan keselamatan di bidang transportasi yang terjadi adalah sebagai berikut :


 Kurangnya koordinasi;
 Kurangnya dukungan kelembagaan;
 Pendanaan yang kurang memadai;
 Rendahnya penegakan hukum;
 Sistem informasi belum memadai.

Dalam bidang SDM (Sumber Daya Manusia) permasalahan keselamatan di bidang


transportasi adalah sebagai berikut:

 Rendahnya disiplin berlalu lintas;


 Rendahnya Public Safety Awarness;
 Kurangnya kompetensi petugas.

Dalam bidang Prasarana, permasalahan keselamatan di bidang transportasi adalah sebagai


berikut :

 Buruknya kondisi jalan dan jembatan;


 Perlintasan sebidang;
 Daerah rawan kecelakaan belum tertangani;
 Terbatasnya perambuan.

Dalam bidang Sarana, permasalahan keselamatan di bidang transportasi adalah sebagai


berikut :

 Rendahnya kelaikan;
 Fasilitas keselamatan kendaraan belum terstandarisasi;
 Pemeliharaan rendah.

Pendekatan yang bisa dilakukan dalam rangka mengatasi permasalahan – permasalahan


keselamatan di bidang transportasi adalah sebagai berikut :

 Pencegahan Kecelakaan (Active Safety)


 Pencegahan Luka (Passive Safety)
 Penanganan Korban (Emergency Services)
Dlam mendukung upaya pendekatan tersebut maka perlu dilakukan prinsip pendekatan
5E dalam berbagai aspek. 5E tersebut adalah Engineering, Education, Enforcement,
Encouragement, Emergency Preparedness.

1. Engineering :
 Standar keselamatan kendaraan
 Sistem data kecelakaan lalulintas
 Perencanaan dan desain keselamatan jalan
 Perbaikan lokasi – lokasi berbahaya (black spots & black zone)
 Riset keselamatan jalan
 Perhitungan biaya kecelakaan lalulintas.
2. Education :
 Pendidikan keselamatan jalan untuk anak – anak (SALUD)
 Pelatihan dan pengujian pengemudi
 Kampanye dan sosialisasi keselamatan jalan
3. Enforcement :
 Polisi lalulintas dan penegakan hukum
 Peraturan lalulintas
4. Encouragement :
 Koordinasi dan manajemen keselamatan jalan
 Penjaminan atas keselamatan dan peran jasa asuransi
5. Emergency Preparedness :
 Pertolongan pertama bagi korban kecelakaan lalulintas

Kemudian, pendekatan penanganan keselamatan LLAJ adalah 5 PILAR


PENINGKATAN KESELAMATAN LLAJ yang terdiri dari :

1. PENINGKATAN MANAJEMEN KESELAMATAN LLAJ (Safe Management)

Target : Mendorong terciptanya kemitraan multi-sektoral untuk


mengembangkan dan menetapkan strategi keselamatan jalan nasional, rencana
dan target yang didukung oleh pengumpulan data dan bukti penelitian untuk
menilai desain penanggulangan dan memantau implementasi dan efektifitas.
Rencana Aksi :
 Penyelarasan dan koordinasi keselamatan jalan
 Protokol kelalulintasan kendaraan darurat
 Riset keselamatan jalan
 Surveilence injury dan sistem informasi terpadu
 Dana keselamatan jalan
 Kemitraan keselamatan jalan
 Sistem Manajemen Angkutan Umum
 Penyempurnaan Regulasi Keselamatan Jalan

2. PENINGKATAN JALAN YANG BERKESELAMATAN (Safer Road)


Target : Meningkatkan keselamatan kualitas perlindungan atas kualitas
jaringan jalan untuk kepentingan semua pengguna jalan, terutama yang paling
rentan (misalnya pejalan kaki, sepeda dan sepeda motor). Hal ini akan dicapai
melalui implementasi penilaian infrastruktur jalan dan peningkatan perencanaan,
desain, konstruksi dan pengoperasian jalan yang berkeselamatan.
Rencana Aksi :
 Badan jalan yang berkeselamatan
 Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan jalan (perlengkapan jalan) yang
berkeselamatan
 Menyelenggarakan peningkatan standar kelaikan jalan yang
berkeselamatan
 Lingkungan jalan yang berkeselamatan

3. PENINGKATAN PERILAKU PENGGUNA JALAN BERKESELAMATAN


(Safer People)
Target : Perkembangan global peningkatkan teknologi keselamatan
kendaraan, baik untuk keselamatan pasif maupun aktif melalui kombinasi,
harmonisasi standar global yang relevan, informasi konsumen dan skema insentif
untuk mempercepat penyerapan teknologi baru
Rencana Aksi :
 Kepatuhan pengoperasian kendaraan
 Penyelenggaraan dan perbaikan prosedur uji berkala dan uji tipe
 Pembatasan kecepatan kendaraan
 Penanganan Overloading
 Penghapusan kendaraan (scrapping)
 Standar keselamatan kendaraan angkutan umum
 Penyempurnaan prosedur uji tipe bagi kendaraan bermotor yang diimpor
dalam keadaan bukan baru dan modifikasi.
 Pengembangan riset dan desain kendaraan bermotor.

4. PENINGKATAN KENDARAAN YANG BERKESELAMATAN (Safer


Vehicles)
Target : Penegakan hukum lalu lintas jalan yang berkelanjutan dan
standar – standar peraturan yang dikombinasikan dengan kesadaran masyarakat
atau kegiatan pendidikan (Disektor publik maupun sektor swasta) yang akan
meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan yang mengurangi dampak dari faktor
– faktor risiko.
Rencana Aksi :
 Pemeriksaan kondisi pengemudi
 Peningkatan sarana dan prasarana sistem uji SIM
 Penyempurnaan prosedur uji SIM
 Pembinaan teknis sekolah mengemudi
 Penanganan terhadap 5 faktor resiko utama plus
 Penggunaan elektronik penegakan hukum
 Pendidikan formal dan informal keselamatan jalan
 Kampanye keselamatan
5. PENINGKATAN PERAWATAN PASCA KECELAKAAN (Post Crash)

Target : Peningkatan responsivitas untuk keadaan darurat dan


meningkatkan kemampuan sistem kesehatan untuk memberikan perawatan darurat
yang sesuai dan rehabilitasi jangka panjang.

Rencana Aksi :

 Sistem layanan gawat darurat terpadu


 Sistem komunikasi gawat darurat One accsess code (Nomor Darurat)
 Penjaminan korban kecelakaan yang dirawat di rumah sakit rujukan
 Asuransi pihak ketiga
 Pengalokasian sebagian premi asuransi untuk dana keselamatan jalan
 Program rehabilitasi pasca kecelakaan

2) Strategi Keselamatan Jalan yang dilakukan guna mengatasi permasalahan keselamatan


jalan di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Pendidikan dan penelitian melalui kegiatan antara lain :
 Pendidikan keselamatan jalan untuk anak;
 Kampanye dan sosialisasi keselamatan jalan.
2. Perekayasaan melalui kegiatan antara lain :
 Perekayasaan kendaraan;
 Perekayasaan jalan dan jembatan;
 Perekayasaan lalu lintas.
3. Penegakan hukum melalui kegiatan antara lain :
 Penyidikan POLRI;
 Penyidikan PPNS bidang LLAJ.
4. Pemberdayaan melalui kegiatan antara lain :
 Peningkatan peran serta unit terkait.
5. Tanggap darurat melalui kegiatan antara lain :
 Pertolongan pertama bagi korban kecelakaan;
 Penanganan trauma akibat kecelakaan.

Anda mungkin juga menyukai