LP TB Paru Revisi - Annida Hasanah
LP TB Paru Revisi - Annida Hasanah
TUBERCULOSIS PARU
Disusun Oleh:
Annida Hasanah, S.Kep
11194692010059
Menyetujui,
Menyetujui,
Mengetahui,
Ketua Jurusan Profesi Ners
Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia Banjarmasin
C. Etiologi
Penyebab tuberkulosis paru menurut Danusantoso (2012) adalah sebagai
mana telah diketahui, tuberkulosis paru disebabkan oleh basil TB
(mycobacterium tuberculosis humanis).
1. Mycobacterium tuberculosis termasuk family mycobacteriaceae yang
mempunyai berbagai genus, satu diantaranya adalah mycobacterium,
salah satu speciesnya adalah M. tuberculosis.
2. Mycobacterium tuberculosis yang paling berbahaya bagi manusia adalah
type humani (kemungkinan infeksi type bovinus saat dapat diabaikan,
setelah hygiene peternakan makin di tingkatkan
3. Basil tuberculosis mempunyai dinding sel lipoid sehingga tahan asam
basa. Karena itu, kuman disebut pula Basil Tahan Asam (BTA)
4. Karena pada umumnya mycobacterium tahan asam, secara teoritis Basil
Tahan Asam (BTA) belum tentu identik dengan basil tuberculosis,
mungkin saja Basil Tahan Asam (BTA) yang ditemukan adalah
mycobacterium atipik yang menjadi penyebab mycobacteriosis.
5. Kalau bakteri – bakteri lain hanya memerlukan beberapa menit sampai 20
menit untuk mitosis, basil tuberculosis memerlukan waktu 12 sampai 24
jam.
6. Basil tuberculosis sangat rentan terhadap sinar matahari, sehingga dalam
beberapa menit saja akan mati. Basil tuberculosis juga akan terbunuh
dalam beberapa menit bila terkena alcohol 70 % atau lisol 5%.
7. Penularan melalui droplet pada saat batuk 3000 droplet dengan
kecepatan mencapai 80 km/jam, pada saat bersin droplet dikeluarkan
cenderung lebih banyak yaitu 40.000 droplet dengan kecepatan 321 km
per jam
D. Klasifikasi
1. Sesuai dengan program Gerdunas P2TB klasifikasi TB Paru dibagi
sebagai berikut:
a. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:
1) Dengan atau tanpa gejala klinik
2) BTA Positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali
disokong biakan positif 1 kali atau disokong radiologik positif 1
kali
3) Gambaran radiologik sesuai gambaran TB paru
b. TB Paru BTA Negatif dengan kriteriaa
1) Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan TB Paru
aktif
2) BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif
c. Bekas TB Paru dengan kriteria :
1) Bakteriologi(mikroskopik dan biakan) negative
2) Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru
3) Radiologimenunjukan gambaran lesi TB inaktif, menunjukan
serial foto yang tidak berubah
4) Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung)
2. Klasifikasi berdasarkan tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat
pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien yaitu:
a. Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
b. Kasus kambuh (relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh tetapi kambuh
lagi.
c. Kasus setelah putus berobat (default)
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau
lebih dengan BTA positif.
d. Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama
pengobatan.
e. Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas, dalam
kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil
pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan
(Depkes RI, 2008).
E. Manifestasi Klinis
Tuberculosis sering dijuluki “the great imitator” yang artinya suatu
penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga
memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah
penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-
kadang asimtomatik (Muttaqin, 2012).
Gejala klinik Tuberkulosis paru dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu
gejala respiratorik dan gejala sistemik :
Droplet Hipertermi
Menetap Di udara
Terhirup Merangsang
hipotalamus
Menempel di jalan napas inflamasi sehingga suhu tubuh
meningkat
Iritasi pada pleura Terhirup bronkus
Menetap di jar paru
Peradangan pada pleura Iritasi pada bronkus Tumbuh & berkembang dalam
Cairan dalam pleura
Sitoplasma dan Makropag
Produksi sputum
Menekan paru-paru Merangsang pengeluaran
Mediator kimia (serotanin
Ekspansi paru Batuk
histamin, prostaglandin, Berubah Peradangan
menurun bradikinin. Peradangan
menjadi kelenjar getah
saluran getah
Bersihkan Jalan tuberkel bening
Sesak napas Merangsang ujung bening
Napas Tidak Efektif
saraf-saraf bebas Limpangitis
Granuloma
Pola Nafas Tidak Limpangitis regional
Efektif Implus Massa fibrosa lokal
Fokus Ghon
Ditransfer ke modula Spinalis Komplek
melalui Radik Dorsalis primer
Meluas
Thalamus Menghancurkan
Penyebaran jar sekitarnya
Kortek serebri hematogen limfogen
Nyeri Akut nekrosis
Persepsi nyeri Difusi O2
lembek
Asam lambung naik
Merangsang RAS perkejuan
Perasaan mual
Batuk terus
muntah
Pusat jaga aktif Kavitas2
Defisit Nutrisi
Pembuluh
Tidur terganggu darah pecah
hemaptoe
Gangguan Pola Tidur
Respon psikologis anemia
Hb menurun
Ansietas
Suplay O2 kejar
menurun
Intoleransi
Aktivitas kelelahan
H. Komplikasi
Menurut Wahid & Imam (2013), dampak masalah yang sering terjadi pada
TB paru adalah:
1. Hemomtisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan syok hipovolemik atau kematian karena gumpalan darah
yang mengakibatkan tersumbatnya jalan nafas (sufokasi).
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial
3. Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Pneumothoraks (adanya udara dalam rongga pleura) spontan: kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru
5. Penyebaran infeksi keorgan lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal,
dan sebagainya.
6. Insufisiensi kardiopulmonar (Cardio Pulmonary Insuffciency).
I. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mansjoer,dkk (2009) pemeriksaan diagnostik yang dilakukan
pada klien tuberculosis paru, yaitu:
1. Pemeriksaan Radiologis/ Foto Thorax
Pemeriksaan radiologi foto thorax merupakan cara praktis dalam
menemukan lesi tuberculosis. Pemeriksaan ini memang membutuhkan
biaya yang lebih dibandingkan pemeriksaan sputum, tetapi dalam
beberapa hal ia mempunyai keuntungan seperti pada tuberculosis anak-
anak dan tuberculosis milier. Pada kedua hal diatas diagnosis dapat
diperoleh melalui pemeriksaan foto thorax, karena pemeriksaan sputum
hampir selalu negatif (Amin & Bahar, 2014).
Gambaran radiologi pada tuberculosis paru yang dapat ditemukan
dengan pemeriksaan foto thorax, antara lain:
a. Tanda tuberculosis primer:
1) Daerah konsolidasi pneumonik perifer (fokus ghon) dengan
pembesaran kelenjar hilus mediastinum (kompleks primer).
Keadaan ini biasanya dapat sembuh dengan gambaran
kalsifikasi.
2) Daerah konsolidasi yang dapat berukuran kecil, lobaris atau lebih
luas hingga seluruh lapangan paru.
Gambar konsolidasi kavitasi pada lobus atas kiri: tuberculosis aktif.
3) Efusi pleura
4) Milier
5) Atelektasis
6) Kavitas
7) Kalsifikasi dengan infiltrat
8) Tuberkuloma
Pemeriksaan radiologi yang dilakukan harus memenuhi kualitas
yang baik. Deskripsi hasil foto toraks yang bersifat umum seperti,
bronkopneumonia dupleks, TB masih mungkin perlu disikapi
dengan hati-hati dalam arti harus disesuaikan dengan data klinis
dan penunjang lain. Kecuali gambaran khas seperti milier, deskripsi
radiologis saja tidak dapat dijadikan dasar utama diagnosis TB anak
(Kemenkes RI, 2013).
J. Penatalaksanaan Medis
1. Tujuan Pengobatan TB
Menyembuhkan Pasien dan memperbaiki produktivitas serta
kualitas hidup, Mencegah terjadinya kematian oleh karena TB atau
dampak buruk selanjutnya, Mencegah terjadinya kekambuhan TB,
Menurunkan penularan TB, Mencegah terjadinya dan penularan TB
Resisten Obat
2. Prinsip Pengobatan TB
Obat Anti Tuberculosis (OAT) adalah Komponen terpenting dalam
pengobatan TB. Pengobatan TB adalah merupakan salah satu upaya
paling efisien untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari kuman TB,
Pengobatan yang adekuat harus memenuhi prinsip: Pengobatan
diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat mengandung minimal 4
macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi, Diberikan dalam dosis
yang tepat , Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh
PMO (Pengawas Menelan Obat) Sampai selesai pengobatan,
Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam
tahap awal serta tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan.
3. Tahapan pengobatan TB
Tahapan Pengobatan TB harus selalu meliputi pengobatan tahap
awal dan lanjutan dengan maksud :
Tahap Awal (Intensif)Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan
pengobatan pada tahap ini adalah dimaksudkan untuk secara efektif
menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasien dan
meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin sudah
resisten sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan. Pengobatan
tahap awal pada semua pasien baru, harus diberikan selama 2 bulan.
Pada umumnya dengan pengobatan secara teratur dan tanpa adanya
penyulit, daya penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan
selama 2 Minggu. Pada minggu ke 7 dilakukan pemeriksaan sputum BTA,
jika BTA (-) dilanjutkan pada tahap lanjutan dan selanjutnya lakukan
pemeriksaan ulang dahal sesuai jadwal (pada bulan ke 5 dan akhir
pengobatan). Apabila BTA (+) pada pasien baru mendapatkan
pengobatan dengan paduan OAT Kategori 1.
Tahap Lanjutan (Lanjutan) Pengobatan tahap lanjutan merupakan
tahap yang penting untuk membunuh sisa-sisa kuman yang masih ada
dalam tubuh khususnya kuman persister sehingga pasien dapat sembuh
dan mencegah terjadinya kekambuhan. Dilanjutkan dalam pengobatan
selama 4 atau 7 bulan jumlah obat yang diberikan hanya 2 jenis obat
(rimfapisin dan isoniazid), pemeriksaan sputum dilakukan pada 1 bulan
sebelum fase lanjutan selesai.
Harian 3 x / Minggu
OAT
Kisaran Dosis Maksimum Kisaran Maksimun/
(Mg/Kg BB) (Mg) Dosis Hari (Mg)
(Mg/Kg BB)
Pirazinamid 25 ( 20 – 30 ) - 35 ( 30 – 40 ) -
Etambutol 15 ( 15 – 20 ) - 30 ( 25 – 35 ) -
Streptomisin 15 ( 12 – 18 ) - 15 ( 12 – 18 ) 1000
Intensif 2 Bulan 1 1 3 3 56
Lanjutan 4 Bulan 2 1 - - 48
Selama 28
Selama 56 Hari Selama 20 Minggu
Hari
K. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, status
perkawinan, pekerjaan, alamat, diagnosa medik, nomor register,
tanggal masuk rumah sakit dan tanggal pengkajian.
b. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus TB Paru adalah batuk,
batuk berdarah, sesak napas, nyeri dada bisa juga di sertai dengan
demam. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, sebagai
reaksi tubuh untuk membuang/mengeluarkan produksi radang,
dimulai dari batuk kering sampai dengan batuk purulen
(menghasilkan sputum) timbul dalam jangka waktu lama yaitu selama
tiga minggu atau lebih.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan yang sering muncul antara lain: Demam: subfebris, febris
(40- 41oC) hilang timbul. Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada
bronkus batuk ini terjadi untuk membuang/mengeluarkan produksi
radang yang dimulai dari batuk kering sampai dengan atuk purulent
(menghasilkan sputum).
Sesak nafas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai
setengah paru- paru. Keringat pada malam hari. Nyeri dada: jarang
ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura
sehingga menimbulkan pleuritis.
Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun,
berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam.
Sianosis, sesak nafas, kolaps: merupakan gejala atelektasis. Bagian
dada pasien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung
terdorong ke sisi yang sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang sakit
nampak bayangan hitam dan diagfragma menonjol keatas.
Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya
penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi
merupakan penyakit infeksi menular
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Biasanya penderita TB Paru dahulunya pernah mengalami
penyakit yang yang berhubungan dengan penyakit TB seperti ISPA,
efusi pleura, atau pernah mengalami TB sebelumnya dan kambuh.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada riwayat kesehatan keluarga ini dikaji tentang penyakit yang
menular atau penyakit menurun yang ada di dalam keluarga
f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum Biasanya KU sedang atau buruk. TD Normal
( kadang rendah karena kurang istirahat). Nadi Pada umumnya
nadi pasien meningkat. Pernafasan Biasanya nafas pasien
meningkat (normal : 16-20x/i). Suhu Biasanya kenaikan suhu
ringan pada malam hari, Suhu mungkin tinggi atau tidak teratur.
Seiring kali tidak ada demam .
2) Kepala Inspeksi Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampak
meringis, konjungtiva anemis, skelra tidak ikterik, hidung tidak
sianosis, mukosa bibir kering, biasanya adanya pergeseran
trakea.
3) Pemeriksaan Thorak Inpeksi Kadang terlihat retraksi interkosta
dan tarikan dinding dada, biasanya pasien kesulitan saat
inspirasi. Palpasi Fremitus paru yang terinfeksi biasanya lemah.
Perkusi Biasanya saat diperkusi terdapat suara pekak. Auskultasi
Biasanya terdapat bronki.
4) Pemeriksaan Abdomen Inspeksi biasanya tampak simetris.
Palpasi biasanya tidak ada pembesaran hepar. Perkusi biasanya
terdapat suara tympani. Auskultasi biasanya bising usus pasien
tidak terdengar.
5) Ekremitas atas Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin,
tampak pucat, tidak ada edema. Ekremitas bawah Biasanya
CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada edema.
g. Aktifitas/Istirahat
1) gejalanya kelelahan umum, kelemahan. Napas pendek karena
kerja, kesulitan tidur pada malam atau demam malam hari,
menggigil atau berkeringat dan mimpi buruk. Tandanya yaitu :
takikardia, takipnea/dispnea pada kerja, kelelahan otot, nyeri dan
sesak.
2) Integritas ego gejalanya yaitu : adanya faktor stres lama, masalah
keuangan, rumah, perasaan tak berdaya/tak ada harapan.
Tandanya yaitu : menyangkal (khususnya selama tahap dini) dan
ansietas, ketakutan
3) Makanan/cairan gejalanya yaitu : kehilangan nafsu makan, tak
dapat mencerna dan penurunan berat badan. Tandanya yaitu :
turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangan otot/hilang
lemak subkutan.
4) Nyeri/keamanan gejalanya yaitu : nyeri dada meningkat karena
batuk berulang. Tandanya yaitu: berhati-hati pada area yang
sakit, perilaku distraksi dan gelisah.
5) Pernapasan gejalanya : batuk, produktif atau tidak produktif ,
napas pendek dan Tuberkulosis /terpajan pada individu terinfeksi.
Tandanya yaitu :peningkatan frekuensi pernapasan (penyakit luas
atau fibrosis parenkim paru dan pleura), pengembangan
pernapasan tidak simetris (efusi pleura), perkusi pekak dan
penurunan premitus (cairan pleural atau penebalan pleural),
bunyi napas :menurun/ tidak ada secara bilateral atau unilateral
(efusi pleura/pneumotoraks), bunyi napas : tubuler atau bisikan
pektoral diatas lesi luas.
6) Interaksi Sosial Gejala yaitu : perasaan isolasi / penolakan karena
penyakit menular. Tandanya yaitu:denial. Penyuluhan dan
Pembelajaran gejalanya yaitu: riwayat keluarga TB,
ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk, gagal untuk
membaik / kambuh TB, tidak berpartisipasi dalam terapi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi
yang tertahan
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas
c. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur
f. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis: keengganan
untuk makan
g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemah
h. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
3. Intervensi Keperawatan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
2. Anjurkan traik napas
dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut
dengan bibir dibulatkan
selama 8 detik
3. Anjurkan mengulangi tarik
napas dalam hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah tarik
napas dalam yang ke 3
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
ekspektoran, mukolitik, dan
OAT
Fisioterapi Dada (I.01004)
Observasi
1. Identifikasi indikasi
dilakukan fisioterapi dada
2. Identifikasi kontraindikasi
fisioterapi dada
3. Monitor status pernapasan
4. Periksa segmen paru yang
mengandung sekresi
berlebihan
5. Monitor jumlah dan
karakter sputum
Terapeutik
1. Posisikan pasien sesuai
dengan area paru yang
mengalami penumpukan
sputum
2. Gunakan bantal untuk
membantu pengaturan
posisi
3. Lakukan perkusi dengan
posisi telapak tangan
ditangkupkan selama 3-5
menit
4. Lakukan vibrasi dengan
posisi telapak tangan rata
bersamaan ekspirasi
melalui mulut
5. Lakukan fisioterapi dada
6. Lakukan penghisapan
lendir untuk mengeluarkan
sekret
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur fisioterapi dada
2. Anjurkan batuk segera
setelah prosedur selesai
2. Pola Napas Tidak Pola Napas (L.01004) Manajemen Jalan Napas
Efektif (D.0005) Setelah dilakukan (I.01011)
tindakan keperawatan Observasi
selama 1 x 24 1. Monitor pola napas
diharapkan pola napas 2. Monitor bunyi napas
klien membaik dengan
kriteria hasil : Terapeutik
1. Dispnea menurun 1. Pertahankan jalan napas
2. Penggunaan otot paten
bantu napas menurun 2. Posisikan semi fowler atau
3. Pemanjangan fase fowler
ekspirasi menurun 3. Berikan minum hangat
4. Frekuensi napas 4. Berikan oksigen
membaik
5. Kedalaman napas Edukasi
membaik Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik
3. Hipertermia (D.0130) Termoregulasi (L.14134) Manajemen Hipertermia
Setelah dilakukan (I.15506)
tindakan keperawatan Observasi
1. Identifikasi penyebab
selama 1 x 24
hipertermia
diharapkan
2. Monitor suhu tubuh
teromoregulasi klien
3. Monitor komplikasi akibat
membaik dengan kriteria
hipertermia
hasil :
1. Kulit merah menurun
Terapeutik
2. Pucat menurun
1. Longgarkan atau lepas
3. Suhu tubuh membaik
pakaian
4. Suhu kulit membaik
2. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
3. Berikan cairan oral
4. Lakukan pendinginan
eksternal
5. Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
6. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan
elektrolit intravena, jika perlu
Edukasi
1. Jelaskan strategi
mengurangi nyeri
2. Ajarkan tehnik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
5. Gangguan Pola Tidur Pola Tidur (L.05045) Dukungan Tidur (I.05174)
(D.0055) Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan 1. Identifikasi pola aktivitas
selama 1 x 24 dan tidur
diharapkan pola tidur klien 2. Identifikasi faktor
membaik dengan kriteria pengganggu tidur
hasil : 3. Identifikasi makanan dan
1. Keluhan sulit tidur minuman yang
menurun mengganggu tidur
2. Keluhan sering terjaga
menurun Terapeutik
3. Keluhan tidak puas 1. Modifikasi lingkungan
tidur menurun 2. Batasi waktu tidur siang
4. Keluhan pola tidur 3. Fasilitasi menghilangkan
berubah menurun stres sebelum tidur
5. Kemampuan 4. Tetapkan jadwal rutin
beraktivitas meningkat 5. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan
kenyamanan
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati
kebiasan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
6. Defisit Nutrisi (D.0019) Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi
Setelah dilakukan (I.03119)
tindakan keperawatan 1 x Observasi
24 jam diharapkan status 1. Identifikasi status nutrisi
nutrisi dapat membaik 2. Identifikasi makanan yang
dengan kriteria hasil : disukasi
1. Porsi makan yang 3. Monitor asupan makanan
dihabiskan meningkat
2. Berat badan membaik Terapeutik
3. Nafsu makan 1. Lakukan oral hygiene
membaik sebelum makan
4. Membrane mukosa 2. Sajikan makanan secara
membaik
menarik dengan suhu yang
sesuai
3. Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
4. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan
7. Intoleransi Aktivitas Toleransi Aktivitas Manajemen Energi (I.05178)
(D.0056) (L.05047) Observasi
Setelah dilakukan 1. Identifikasi gangguan
tindakan keperawatan 1 x fungsi tubuh yang
24 jam diharapkan mengakibatkan masalah
toleransi aktivitas dapat 2. Monitor kelelahan fisik dan
meningkat dengan kriteria emosional
hasil : 3. Monitor pola dan jam tidur
1. Frekuensi nadi 4. Monitor lokasi dan
meningkat ketidaknyamanan selama
2. Saturasi oksigen melakukan aktivitas
meningkat
3. Kemudahan dalam Terapeutik
melakukan aktivitas 1. Sediakan lingkungan
sehari- hari meningkat nyaman dan rendah
4. Keluhan lelah stimulus
menurun 2. Lakukan rentang gerak
5. Perasaan lemah pasif atau aktif
menurun 3. Berikan aktivitas distraksi
6. Tekanan darah yang menenangkan
membaik 4. Fasilitasi duduk di sisi
7. Frekuensi napas tempat tidur
membaik
8. Warna kulit membaik Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas scera bertahap
3. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
8. Ansietas (D.0080) Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas (I.09314)
(L.09093) Observasi
Setelah dilakukan 1. Identifikasi saat tingkat
tindakan keperawatan 1 x ansietas berubah
24 jam diharapkan tingkat 2. Identifikasi kemampuan
ansietas menurun dengan mengambil keputusan
kriteria hasil: 3. Monitor tanda- tanda
1. Verbalisasi ansietas
kebingungan menurun
2. Verbalisasi khawatir Terapeutik
akibat kondisi yang 1. Ciptakan suasana
dihadapi menurun terapeutik untuk
3. Perilaku gelisah menumbuhkan
menurun kepercayaan
4. Perilaku tegang 2. Temani pasien untuk
menurun mengurangi kecemasan
5. Keluhan pusing 3. Pahami situasi yang
menurun membuat ansietas
6. Pucat menurun 4. Dengarkan dengan penuh
7. Pola tidur membaik perhatian
5. Gunakan pendekatan
tenang dan meyakinkan
Edukasi
1. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
2. Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan dan
prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien
4. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
5. Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
6. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Andra, S. W., & Yessie, M. P. 2013. KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep.Yogyakarta: Nuha Medika
Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah. Yogyakarta: Diva Pres
Brunner & Suddart. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC
Depkes RI. 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta :
Gerdunas TB. Edisi 2 hal. 4-6
Kementerian Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67
Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta
PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan
Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Mansjoer, A. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi ke 3. Jakarta : FK UI
press.pp78-88
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Syaifuddin. 2016. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Wahid Abd, Suprapto Imam. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Gangguan
Sistem Respirasi. Jakarta : Trans Info Media.