Anda di halaman 1dari 2

Nama : Dwiky Febyanti

NPM : 2006586244

Mata Kuliah : Digital Journalism – KMMI

Dosen Pengampu : Ida Ri'aeni S.Sos, M.I.Kom

Resume Sesi 13: Dewan Pers, Pemerintah dan Sistem Pers Indonesia

Media massa merupakan komponen utama pers, yang merupakan jembatan informasi
bagi pemerintah dan masyarakat. Pers juga dapat menjadi kontrol sosial dalam masyarakat.
Pers selalu berpijak pada sistem pers yang dianutnya, sedangkan sistem pers selalu dipengaruhi
oleh sistem politik di negara dimana pers tersebut berada. Perkembangan politik di Indonesia
turut membawa perubahan terhadap pers di negara ini..Pers Indonesia pascaa reformasi 1998
mendapatkan angin segar semakin terbuka dan kemajuan teknologi.

Pers pada saat ini sering dikritik sebagai sebuah struktur yang melanggengkan berbagai
kepentingan dan dua kekuasaan yang saling tarik menarik dalam masyarakat. Kepentingan
tersebut adalah kepentingan Negara dan kepentingan pasar atau kapital. Media digunakan
Negara sebagai alat hegemoni agar dapat menciptakan kondisi aman terkendali. Sedangkan
media digunakan oleh kepentingan pasar untuk dapat menghasilkan keuntungan misalnya
melalui iklan. Ruang publik dalam bentuk pers yang merupakan bagian dari demokrasi akan
mempengaruhi bagaimana masyarakat mengambil keputusan.

Maka dari itu, dibentuklah Dewan Pers atau suatu lembaga independen
di Indonesia yang berfungsi sebagai mengembangkan dan melindungi kehidupan pers di
Indonesia. Dewan Pers sebenarnya sudah berdiri sejak tahun 1966 melewati Undang-undang
No. 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan pokok pers, tetapi pada ketika itu Dewan Pers
berfungsi sebagai penasehat Pemerintah dan mempunyai hubungan secara struktural dengan
Departemen Penerangan. Seiring berlanjutnya waktu, Dewan Pers terus berkembang hingga
mempunyai dasar hukum terbaru yaitu Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers.

Bentuk-Bentuk Sistem Pers

Fred Siebert, Wilbur Scramm, dan Theodore Peterson dalam bukunya Four theories of the press
mengamati setidaknya ada 4 kelompok besar teori sistem pers.
1. Pers Otoritarian
Salah satu ciri utama dari sistem pers otoriter adalah fungsi pers sebagai kepanjangan
tangan pemerintah yang sedang berkuasa dan melayani negara. Melalui penerapan hak
khusus, lisensi, sensor langsung dan peraturan organisasi media, individu dijauhkan
dari kemungkinan mengkritik pemerintah yang berkuasa. Dalam sistem otoriter, pers
dapat dimiliki baik secara publik ataupun perorangan, namun tetap dianggap sebagai
alat untuk menyebarkan kebijakan pemerintah.
2. Pers Libertarian
Sistem ini merupakan suatu bentuk perlawanan dari pandangan otoriter. Pers berfungsi
membantu menemukan kebenaran dan mengawasi pemerintah sekaligus sebagai media
yang memberikan informasi, menghibur, dan mencarikeuntungan Penguasa tidak punya
hak untuk mengatur isi berita media. Penguasa dalam sistem ini juga tidak berhak
menentukan siapa yang boleh dan tidak boleh menerbitkan media. Pada sistem ini,
siapapun sebenarnya punya hak untuk menerbitkan media asal kan mempunyai
kemampuan ekonomis. Tidak ada ijin atau lisensi khusus untuk menerbitkan media. Apa
yang baik dan tidak baik tidak ditentukan oleh pen- guasa, tetapi ditentukan oleh
khalayak. Dalam sistemini, penguasa tidak mempunyai hak untuk menutup media.
3. Pers Tanggung Jawab Sosial
Pendorong utama dari teori ini adalah tumbuhnya kesadaran bahwa teori liberal telah
gagal untuk memenuhi janji dalam penggunaan kebebasan pers secara bertanggung
jawab. Secara khusus, perkembangan teknologi dan industri media telah menyebabkan
kurangnya kesempatan akses bagi individu maupun kelompok, serta rendahnya prestasi
dalam upayamemenuhi kebutuhan informasi, sosial dan moral pada masyarakat. Teori
liberal dianggap hanya meningkatkan kekuasaan kelas tertentu. Dibawah teori ini,
media dikontrol oleh pendapat masyarakat, tindakan konsumen, kode etik profesional,
dan dalam hal penyiaran, dikontrol oleh badan pengatur penyiaran.
4. Pers Totaliter Soviet (Soviet Totalitarian)
Teori ini dikembangkan berdasarkan ideologi Marxis yaitu, selama kelas kapitalis
mengawasi fasilitas fisik media, kelas buruh tidak akan mempunyai akses pada saluran
komunikasi. Kebebasan pada sistem ini adalah bebas dari kapitalisme, individualisme,
borjuasi, dan bukan bebas untuk menyatakan pendapat. Media dikontrol oleh tindakan
ekonomi dan politik dari pemerintah dan badan pengawas, dan hanya anggota partai
yang loyal dan anggota partai ortodoks saja yang dapat menngunakan media secara
reguler. Media dalam sistem Soviet dimiliki dan dikontrol oleh negara dan ada hanya
sebagai kepanjangan tangan negara.

Anda mungkin juga menyukai