Anda di halaman 1dari 7

MA Kabulkan Permohonan Kasasi KPPU terkait Perkara Kartel Bawang Putih Impor

JAKARTA – Mahkamah Agung (MA) mengabulkan permohonan kasasi  KPPU atas Putusan Pengadilan Negeri
(PN)  Jakarta Utara No. 2/Pdt.Sus-KPPU/2015/PN Jkt. Utr terkait Importasi Bawang Putih. Informasi tersebut
diperoleh KPPU berdasarkan website resmi MA. Perkara kasasi yang diajukan KPPU ( in casu Pemohon Kasasi)
tercatat dengan nomor register No. 1495 K/Pdt.Sus-K/2017. Putusan dibacakan pada tanggal 25 April 2018
dengan amar putusan permohonan KPPU dikabulkan. Susunan Majelis Hakim yang menangani perkara kasasi
tersebut terdiri dari DR. Nurul Elmiyah, S.H., M.H. , I Gusti Agung Sumanatha, S.H., M.H. Prof. DR.  Takdir
Rahmadi S.H., LL.M dan Panitera Pengganti Edy Wibowo S.H., M.H.
Perkara kasasi berawal dari permohonan kasasi KPPU terhadap putusan Majelis Hakim PN Jakarta Utara yang
membatalkan Putusan KPPU No. 5/KPPU-I/2013. KPPU mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung karena tidak
menerima putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Majelis Hakim PN (Judex Factie) memutuskan
membatalkan putusan KPPU No. 05/KPPU-I/2013. Dalam pertimbangannya Judex Factie   menilai  pelanggaran
Pasal 19 huruf c tidak didasarkan pada alat-alat bukti yang dipersyaratkan sebagaimana diatur pada pasal 42
UU No. 5 Tahun 1999, hanya didasarkan pada bukti tidak langsung  (indirect evidence), tetapi tidak didukung
oleh alat bukti langsung (direct evidence). Pengaturan pasokan bawang putih dan persekongkolan hanya
berdasarkan pada bukti tidak langsung yakni adanya kesamaan dalam pengurusan Surat Persetujuan Impor
(SPI) dan perpanjangan SPI, namun demikian hal tersebut bukannya sebagai alat bukti untuk membuktikan
bahwa Pemohon Keberatan telah melanggar Pasal 19 huruf c UU No. 5 tahun 1999, karena KPPU in
casu Termohon Keberatan tidak pernah menemukan adanya bukti (dokumen, surat atau keterangan lain) yang
menunjukkan secara langsung adanya perjanjian diantara Pemohon Keberatan. Selain itu,  Termohon keberatan
tidak dapat membuktikan secara langsung adanya hubungan afiliasi diantara pelaku usaha yang saling bersaing,
hanya berdasarkan pada dugaan terdapat beberapa pelaku usaha yang menggunakan orang yang sama dalam
pengurusan dokumen SPI dan perpanjangannya, adanya hubungan afiliasi namun tidak didukung adanya
dokumen atau saksi yang menyebutkan benar adanya hubungan afiliasi. Metode yang digunakan oleh Termohon
Keberatan untuk membuktikan adanya harga bawang putih yang sama yaitu dengan metode sampling yang
dilakukan di Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Timur periode bulan Oktober 2012 sampai dengan 1 Mei 2013
tidak tepat diterapkan mengingat kedudukan Pemohon keberatan I sampai dengan Pemohon Keberatan XVI
tidak hanya berada di wilayah Jawa Timur, namun juga tersebar dibeberapa wilayah yaitu Medan dan Jakarta.
Majelis Hakim juga menyatakan sependapat dengan Pemohon Keberatan XVII dan Pemohon Keberatan XVII
yang menyatakan terminologi “bersekongkol dengan pihak lain” yang digunakan dalam Pasal 24 UU No. 5
Tahun 1999 haruslah mengacu pada defenisi persekongkolan berdasarkan Pasal 1 angka 8 UU No. 5 tahun
1999 yang mensyaratkan adanya kerjasama yang dilakukan oleh dan antar pelaku usaha (bukan antara pelaku
usaha dengan pemerintah. Bersekongkol dengan pihak lain di sini harus diartikan sebagai persekongkolan
antara suatu pelaku usaha dengan pelaku usaha lain. Hal ini karena tujuan dari adanya persekongkolan tersebut
adalah untuk menguasai pasar bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol. Putusan
Termohon tidak berdasarkan pada alat bukti yang sah, maka putusan ini beralasan hukum untuk dibatalkan.
KPPU tidak menerima putusan Judex Factie   dan mengajukan kasasi ke MA. Kasasi diajukan karena Judex
Factiedinilai salah dalam menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku. Dalam memori kasasi yang
disampaikan KPPU ke MA disebutkan bahwa Judex Factie telah salah melakukan penerapan hukum terkait
kedudukan hukum Termohon Kasasi I yang seharusnya mengajukan keberatan di PN Medan sesuai dengan
kedudukan hukumnya bukan di PN Jakarta Utara.  Putusan KPPU sudah berdasarkan pada alat bukti yang sah
karena diperoleh dari sumber sumber yang dapat dipertanggungjawabkan dan sah menurut hukum. Dokumen
diperoleh dari Bea Cukai dan Impor dan pihak-pihak terkait lain termasuk para Termohon Kasasi sendiri.
Sedangkan keterangan saksi, ahli dan keterangan Terlapor diperoleh dari proses hukum yang sah, saksi dan ahli
disumpah, dan tidak melanggar hukum.  Judex Factie  telah mengabaikan dan tidak mempertimbangkan bukti-
bukti yang diajukan oleh KPPU. Bukti yang diajukan oleh KPPU berupa bukti sebagaimana terdapat dalam
berkas perkara Putusan KPPU berupa keterangan saksi-saksi, ahli, surat dan dokumen.
Kegiatan yang dilakukan oleh Termohon Kasasi I sampai dengan Termohon Kasasi XVI adalah menggunakan
pihak yang sama untuk melakukan pengurusan SPI dan atau perpanjangan SPI dan melakukan pengaturan
pasokan  bawang putih yang direalisasikan maupun tidak. Pengurusan SPI oleh pihak yang sama yang mana
seharusnya tidak mungkin sesama pesaing menggunakan orang yang sama untuk mengurus dokumen
perusahaannya, apalagi SPI merupakan izin yang vital terkait importisasi bawang putih. Selain pengurusan SPI
oleh orang yang sama, terdapat kerjasama antar para Termohon Kasasi yang masih memiliki hubungan keluarga
dan beberapa susunan kepengurusan perusahaan adalah sama. Kerjasama dilakukan untuk mengatur pasokan
bawang putih yang direalisasikan maupun tidak tanpa mengindahkan kewajiban merealisasikan kuota yang telah
ditetapkan sesuai dengan volume dan jangka waktu tertentu merupakan bagian dari upaya untuk mengatur
pasokan dan harga bawang putih di pasar.
Pasal 24 UU No. 5 Tahun 1999 yang mengatur bahwa “pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak
lain…..dst” memiliki unsur subjek hukum yang sama yaitu pelaku usaha dan pihak lain yang dilarang untuk
melakukan persekongkolan. Penjabaran unsur-unsur persekongkolan telah diuraikan pada Perkom No. 02
Tahun 2010 tentang Pedoman Pasal 22. Dalam pedoman tersebut, unsur pihak lain disebutkan para pihak
(vertikal dan horizontal) yang terlibat dalam proses tender yang melakukan persekongkolan tender baik pelaku
usaha sebagai peserta tender dan atau subjek hukum lainnya yang terkait dengan tender. Hal tersebut dikuatkan
keterangan Ahli Faisal Basri bahwa pelaksanaan kartel tidak harus selalu melibatkan sesama pelaku usaha,
namun dapat juga di luar pelaku usaha.
Jakarta, 3 Juli 2018
Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Republik Indonesia

Putusan Kartel Ban Inkracht


JAKARTA – Pada hari Jumat tanggal 4 Mei 2018, KPPU telah menerima relaas pemberitahuan isi putusan
Mahkamah Agung RI Nomor 167-PK/Pdt.Sus-KPPU/2017 tanggal 25 Januari 2018 dalam perkara peninjauan
kembali antara PT Bridgestone Tire Indonesia dan PT Sumi Rubber Indonesia masing-masing sebagai Pemohon
P.K-I dan Pemohon P.K-II lawan Komisi Pengawas Persaingan Usaha RI (KPPU) sebagai Termohon P.K.
Bahwa isi putusan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menolak permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali I: PT Bridgestone Tire
Indonesia., dan Pemohon Peninjauan Kembali II: PT Sumi Rubber Indonesia tersebut;
2. Menghukum Pemohon Peninjauan Kembali I, II/ Pemohon Kasasi I, II/ Pemohon Keberatan untuk
membayar biaya perkara dalam pemeriksaan peninjauan kembali ditetapkan sebesar Rp 2.500.000,00
(dua juta lima ratus ribu rupiah).

Sebelumnya pada tanggal 10 Desember 2014, KPPU telah memutus 6 (enam) Pelaku usaha produsen ban yaitu
PT Bridgestone Tire Indonesia, PT Sumi Rubber Indonesia, PT Gajah Tunggal, Tbk., PT Goodyear Indonesia,
Tbk., PT Elang Perdana Tyre Industry, dan PT Industri Karet Deli secara sah dan meyakinkan telah melanggar
Pasal 5 dan Pasal 11 UU Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha tidak
Sehat. Majelis Komisi juga menjatuhkan denda kepada masing-masing Terlapor sebesar Rp 25M (Dua puluh
lima miliar rupiah) yang harus dibayarkan ke kas negara. Atas Putusan KPPU No. 08/KPPU- I/2014 tersebut,
Para Terlapor mengajukan upaya hukum keberatan di Pengadilan Negeri.
Dalam tingkat upaya hukum keberatan, pada tanggal 8 Juli 2015 Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah
memutus Perkara 70/Pdt.Sus-KPPU/2015/PN.Jkt.Pst yang pada pokoknya menguatkan Putusan KPPU dan
mengubah besaran denda. Selanjutnya dalam upaya hukum kasasi, pada tanggal 14 Juni 2015, Mahkamah
Agung telah memutus Perkara Nomor 221 K/pdt.Sus-KPPU/2016 yang pada pokoknya menguatkan Putusan
Pengadilan Negeri tersebut dan menolak permohonan kasasi Para Pemohon yang artinya adalah kembali
menguatkan Putusan KPPU.
Dengan telah ditolaknya permohonan para Pemohon upaya hukum luar biasa melalui Peninjauan Kembali oleh
Mahkamah Agung maka Putusan KPPU No. 08/KPPU- I/2014 tentang Dugaan Pelanggaran Pasal 5 ayat (1) dan
Pasal 11 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dalam Industri Otomotif terkait Kartel Ban Kendaraan Bermotor
Roda Empat telah berkekuatan hukum tetap (inkracht).
7 Mei 2018
Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Republik Indonesia

Presiden Memberhentikan dan Mengangkat Anggota KPPU


JAKARTA – KPPU telah menerima Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 81/P Tahun 2018
tentang Pemberhentian Dengan Hormat dan Pengangkatan Keangggotaan Komisi Pengawas Persaingan Usaha
pada hari Jumat tanggal 27 April 2018. Dengan demikian Anggota Komisi masa bakti 2012-2017 yaitu:
1. Ir. Muhammad Nawir Messi, M.Sc.,
2. Prof. Dr. Ir. Tresna Priyana Soemardi, S.E., M.S.
3. Dr. Sukarmi, S.H., M.H.
4. Dr. Muhammad Syarkawi Rauf, S.E., M.E.
5. Drs. Munrokhim Misanam, M.A., Ec., Ph.D.
6. Saidah Sakwan, M.A.
7. R. Kurnia Sya’ranie, S.H., M.H.
8. Dr. Drs. Chandra Setiawan, M.M., Ph.D.
9. Kamser Lumbanradja, M.B.A
Telah diberhentikan dengan hormat dan digantikan dengan 9 (sembilan) Anggota Komisi masa bakti 2018-2023
yaitu:
1. Dr. M. Afif Hasbullah, S.H., M. Hum.
2. Dr. Drs. Chandra Setiawan, M.M., Ph.D.
3. Dinni Melanie, S.H., M.E.
4. Dr. Guntur Syahputra Saragih, M.S.M.
5. Harry Agustanto, S.H., M.H.
6. Kodrat Wibowo, S.E., Ph.D.
7. Kurnia Toha, S.H., LL.M., Ph.D.
8. Ukay Karyadi, S.E., M.E.
9. Yudi Hidayat, S.E., M.Si.
Para Anggota Komisi akan segera aktif bertugas dan untuk itu mohon dukungan dan kerjasama dari seluruh
Pihak agar ke depan KPPU dapat semakin maju, bekerja optimal penuh tanggung jawab dan dedikasi agar
tercipta iklim usaha yang kondusif melalui iklim persaingan usaha yang sehat.
Jakarta, 30 April 2018
Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Republik Indonesia

Pendapat KPPU terkait Akuisisi Aset Uber Indonesia oleh Grab Indonesia
JAKARTA – Sebagaimana diketahui, Uber telah menjual aset, berikut operasional kegiatannya di Asia Tenggara
(khususnya Kamboja, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam) kepada Grab
pada akhir Maret 2018. Sebagai bagian dari akuisisi tersebut, Uber akan memiliki 27.5 persen saham di Grab
dan menempatkan CEO Uber, sebagai salah satu Dewan Direksi (Board of Director) Grab. Efektif pada 10 April
2018, PT. Uber Indonesia Technology, operator Uber di Indonesia (selanjutnya disebut Uber Indonesia)
menghentikan layanan aplikasinya untuk Indonesia. Namun, aplikasi tersebut masih dapat digunakan di negara
lain dengan layanan Uber yang aktif.
Terkait dengan hal tersebut, KPPU telah menyampaikan himbauan kepada PT. Solusi Transportasi Indonesia
(operator Grab di Indonesia, selanjutnya disebut Grab Indonesia) pada tanggal 28 Maret 2018 untuk
menyampaikan notifikasi secara resmi kepada KPPU. Grab Indonesia menyampaikan surat balasan atas
himbauan tersebut pada tanggal 3 April 2018, yang pada dasarnya menyampaikan bahwa transaksi tersebut
merupakan pengambilalihan aset, dan oleh karena itu tidak ada perubahan kendali pada Uber Indonesia.
KPPU kemudian mengundang Grab Indonesia untuk hadir ke KPPU pada tanggal 16 April 2018 dan
menjelaskan perihal pengalihan aset tersebut. Dalam pertemuan yang berlangsung di Gedung KPPU Jakarta,
hadir Managing Director Grab Indonesia yang menjelaskan bahwa Uber Indonesia tidak memiliki kantor atau
badan hukum khusus Asia Tenggara, namun kantor didirikan di tiap negara di mana ada operasional Uber
Indonesia. Adapun aset yang dialihkan meliputi berbagai peralatan, kontrak, dan karyawan yang dimiliki, tetapi
tidak teknologi informasi dan hak kekayaan intelektual. Berbagai aset khusus tersebut tetap dimiliki Uber
Indonesia, yang secara badan hukum masih aktif. Uber Indonesia pascaakuisisi aset tersebut menjadi
pemegang saham minoritas di Grab Holding. Grab Indonesia pascaakuisisi akan melakukan pengembangan ke
GrabFood, yakni jasa pengiriman (delivery) makanan.
KPPU melihat bahwa transaksi tersebut murni merupakan akuisisi aset dan tanpa perpindahan kendali dari Uber
Indonesia ke Grab Indonesia. Transaksi tersebut juga bukan merupakan penggabungan usaha, karena badan
hukum Uber Indonesia tetap ada dan tidak bergabung dengan Grab Indonesia. Memperhatikan kondisi tersebut,
maka KPPU menyimpulkan bahwa transaksi tersebut tidak wajib dinotifikasikan, karena berada di luar cakupan
definisi penggabungan usaha, peleburan atau pengambilalihan yang diatur oleh UU No. 5/1999 dan PP No.
57/2010.
Lebih lanjut, untuk menjamin agar akuisisi tersebut tidak menimbulkan dampak khusus, KPPU akan melakukan
monitoring aktif atas perkembangan persaingan usaha dan harga di sektor aplikasi transportasi berbasis online
tersebut, yakni dalam mencegah potensi price leadership atau price fixing yang dapat meningkat seiring dengan
meningkatnya konsentrasi pasar.
Jakarta, 25 April 2018
Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Republik Indonesia

KPPU Putus Bersalah Perkara Tarif Kargo dan Pos


JAKARTA – Majelis Komisi memutus bersalah pada terlapor perkara Nomor 03/KPPU-I/2017 tentang Dugaan
Pelanggaran Pasal 17 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 terkait Praktik Monopoli Oleh PT
Angkasa Pura II (Persero) Dalam Penyediaan Fasilitas Terminal Untuk Pelayanan Kargo dan Pos Yang Dikirim
(Outgoing) dan Diterima (Incoming) Melalui Bandara Kualanamu, di mana terbukti secara sah dan meyakinkan
telah melanggar Pasal 17 ayat (1) dan (2) Undang-undang No.5 Tahun 1999, pada 24 April 2018, di Jakarta.
Putusan dibacakan di muka sidang, dengan menghadirkan Dr. Drs. Chandra Setiawan, M.M., Ph.D dan M.H.
sebagai Ketua Majelis Komisi; Dr. Sukarmi, S.H., M.H. dan Kamser Lumbanradja, M.B.A., masing-masing
sebagai Anggota Majelis.
Majelis Komisi menjelaskan, pasar produk perkara yang diperkarakan adalah adalah jasa kebandarudaraan dan
jasa terkait Bandar Udara, khususnya terkait dengan penyediaan dan/atau pengembangan fasilitas terminal
untuk pelayanan angkutan kargo dan pos, serta penanganan kargo dan pos (termasuk namun tidak terbatas
pada jasa pemeriksaan dan pengendalian keamanan kargo dan pos). Dengan pasar geografis adalah Bandar
Udara Kualanamu Medan.
Majelis juga menilai mengenai tarif ganda (double charge) ketika berjalannya Regulated Agent untuk kargo
outgoing, dan berlakunya Daerah Keamanan Terbatas (DKT) untuk kargo incoming. Terdapat perilaku
penyalahgunaan posisi monopoli (abused of monopoly power) yang dilakukan oleh PT Angkasa Pura II (Persero)
terhadap pengguna jasa terkait pelayanan dan pengiriman kargo dan pos yang justru tidak menciptakan kondisi
yang efektif dan efisien dalam kegiatan usaha.
Dalam sidang, Majelis Komisi memutuskan kepada terlapor PT Angkasa Pura II (Persero) untuk membayar
denda sebesar Rp6.538.612.000,00 (Enam Milyar Lima Ratus Tiga Puluh Delapan Juta Enam Ratus Dua Belas
Ribu Rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang
persaingan usaha.
Majelis juga meminta terlapor untuk melakukan penurunan penetapan tarif pengiriman (outgoing) kargo dan pos
dengan memperhitungkan kegiatan yang hilang setelah diambil alih oleh Regulated Agent (RA) dan
mengembalikan proses pengambilan (incoming) kargo dan pos di Bandar Udara Kualanamu tanpa melalui Mitra
Usaha PT Angkasa Pura II (Persero) di Lini II.
Jakarta, 24 April 2018
Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Republik Indonesia

Klarifikasi terkait Pemberitaan Tentang Persekongkolan dalam Proyek Infrastruktur


JAKARTA – Terkait dengan beberapa pemberitaan di media massa beberapa waktu yang lalu yang menyatakan
bahwa KPPU ungkap persekongkolan dalam proyek infrastruktur pada Pemerintahan Presiden Jokowi, dapat
dikatakan tidak tepat. KPPU selama ini tidak pernah secara spesifik menyasar persekongkolan dalam proyek
infrastruktur dimaksud. KPPU sejak tahun 2000 hingga 2016 telah menerima Laporan dari masyarakat kurang
lebih sebanyak 2.537 laporan, dimana 73 persen Laporan tersebut terkait dengan Pengadaan barang dan jasa,
baik dalam lingkup pemerintah pusat maupun daerah. Laporan dari masyarakat ini berdasarkan amanat dari UU
harus ditindaklanjuti.
Penanganan laporan dari masyarakat ini sejalan dengan kasus-kasus Korupsi yang selama ini ditangani oleh
KPK, dimana lebih 80 persen adalah kasus korupsi dalam pengadaan barang dan jasa. Rinciannya, selama ini,
sejak tahun 2000 – 2016, KPPU Telah menangani sekitar 348 perkara, dimana 245 adalah perkara tender dalam
pengadaan barang dan jasa.
Sementara sekitar 55 kasus adalah perkara non tender dan delapan adalah perkara keterlambatan dalam
notifikasi merger. Sementara dari sisi nilai, perkara tender yang selama ini ditangani Oleh kppu mencapai sekitar
22,5 trilyun rupiah dan US$ 73,9 miliar. Selanjutnya, berdasarkan sektor, kasus yang Ditangani KPPU sejak
tahun 2000 hingga tahun 2016 adalah 27% kasus dalam sektor konstruksi, 5% kasus dalam sektor Migas, 5%
kasus dalam pengadaan alat kesehatan, 5% persen dalam kaitan sektor peternakan dan kehutanan, 4% dalam
sektor ketenagalistrikan, 3% kasus yang kaitan nya dengan kepekabunan dan 3% kasus dalam kaitannya
dengan pengangkutan darat/laut.
Terkait dengan persekongkolan tender yang selama ini dilaporkan ke KPPU adalah persekongkolan tender yang
melibatkan pemilik proyek secara vertikal, baik pemerintah maupun swasta, untuk memfasilitasi perusahaan
tertentu untuk memenangkan tender atau biasa disebut persekongkolan vertikal. Sementara dalam rangka untuk
memenangkan tender terjadi juga persekongkolan horizontal, yaitu persekongkolan yang dilakukan antar peserta
tender. Terjadi persaingan semu, seolah-olah bersaing dengan banyaknya peserta tender padahal perusahaan
yang menjadi peserta tender memiliki hubungan afiliasi atau saling bekerjasama untuk memenangkan salah satu
Peserta tender (arisan tender).
Jakarta, 27 Maret 2018
Biro Hukum, Hubungan Masyarakat, dan Kerjasama
Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Republik Indonesia

KPPU Antisipasi Kenaikan Harga Beras Menjelang Bulan Suci Ramadhan 2018
JAKARTA – – Komisi Pengawas Persaingan Usaha mengadadakan Focus Group Discussion (FGD) terkait
komoditas Beras. Dalam FGD tersebut hadir Ketua KPPU Syarkawi Rauf,  Komisioner KPPU Saidah Sakwan,
Ketua Satgas Pangan Kepolisian Republik Indonesia (POLRI), Irjen. Pol. Setyo Watisto, Dirjen Ketahanan
Pangan Kementrian Pertanian, Riwanto, Kepala Pusat Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri Kemetrian
Perdagangan, Suhudi dan dari Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian. FGD kali ini juga dihadiri
perwakilan dari BULOG,  Khudori, Ketua Umum Asosiasi Pelaku Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey,
Perwakilan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi), Nellys Sukidi dan Perwakilan Pelaku
Usaha Perberasan.
Berdasarkan instruksi Presiden Jokowi untuk menurunkan harga beras secara signifikan sebelum bulan
Ramadhan maka KPPU melakukan langkah2 antisipasi. Lebih lanjut disampaikan oleh Ketua KPPU, Syarkawi,
bahan pokok yang harus diawasi bukan hanya beras namun beberapa komoditas terutama komoditas impor
seperti daging sapi dan bawang putih. KPPU ingin mengulangi capaian tahun 2017 lalu dimana harga komoditas
pangan stabil dan tidak bergejolak terutama pada bulan Ramadhan dan hari besar idul fitri.
KPPU menjelaskan bahwa solusi untuk permasalahan beras adalah mengatur dari hulu hingga hilir. “Seharusnya
saat ini harga sudah turun dikarenakan memasuki musim panen raya akan tetapi harga saat ini tetap tinggi” ujar
Syarkawi. Dari penelitian yg dilakukan KPPU, diketahui bahwa pedagang di pasar tradisional masih kebingungan
dalam menggolongkan beras medium dan beras premium. Pedagang membedakan klasifikasi tersebut hanya
berdasarkan merk tanpa melihat klasifikasi seperti kadar air, pecahan beras dan beberapa kategori lain yang
telah disepakati.
Selanjutnya KPPU menilai Pasar Induk Beras (PIBC) telah menjadi referensi harga beras nasional, oleh karena
itu KPPU memiliki gagasan untuk membuat pasar induk beras di wilayah-wilayah sentra beras nasional dengan
tujuan agar referensi harga tidak hanya dari PIBC saja. Untuk itu beberapa minggu lalu KPPU telah melakukan
audiensi dengan Gubernur Jawa Timur untuk merealisasikan gagasan pembuatan pasar induk beras di Jawa
Timur.
Dari Pihak Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) menjelaskan bahwa
rendemen GKP ke GKG sebesar 52%, sedangakan rendemen GKG menjadi beras sebesar 60%. BULOG
seharusnya memiliki strategi timing (waktu) dalam penyerapan gabah dan beras petani dengan memperhatikan
dinamika yg terjadi di pasar. Bulog harus dapat menjadi stabilitator harga dan pasokan beras. Perpadi juga
menjelaskan bahwa seharusnya Pemerintah ataupun BULOG melibatkan para stakeholder dalam menentukan
harga fleksibilitas beras sebesar Rp8.760,- karena nominal tersebut dinilai terlalu tinggi bagi pedagang.
Sementara itu dari perspektif Pelaku usaha beras dapat dijelaskan bahwa HET Rp12.800,- sudah efektif dan
dapat dicapai di level distributor. Saat ini diperoleh gabah dengan harga Rp4.600-4.950 per kg malah salah satu
pelaku usaha dapat membeli gabah dengan harga Rp3.700-Rp4.000,- ketika panen seperti sekarang. Saat ini
tidak ada pasokan dikarenakan barang yang datang akan langsung keluar tanpa waktu yang lama. Hal ini
dikarenakan permintaan yang sangat tinggi sehingga untuk pemesanan pun saat ini menggunakan sistem pre
order;
Sementara itu dari Aprindo menjelaskan, pasokan di hilir sangat bergantung dengan kondisi supply di hulu. Saat
ini pasokan beras premium aman terkendali dan sesuai HET beras premium, dan sebagai informasi retail
modern tidak menjual beras medium. Aprindo menjelaskan bahwa distribusi pasokan beras masih belum merata
di seluruh Indonesia, “wilayah Indonesia bagian timur masih mendapatkan pasokan yang sangat sedikit
dibanding wilayah lain”, ujar Roy Nicholas Mandey selaku Ketua Aprindo.
Dari BULOG menjelaskan bahwa terkait HPP, BULOG ditugaskan melakukan pembelian ketika harga dibawah
HPP. Terkait harga fleksibilitas, jika melihat dari masukan-masukan stakeholder maka akan dilakukan evaluasi
terkait harga fleksibilitas tersebut apakah HPP yang digunakan dalam penentuan harga fleksibilitas tersebut
masih relevan untuk saat ini atau tidak. Untuk di level konsumen, BULOG akan melakukan operasi pasar ketika
terjadi kenaikan harga. BULOG menjelaskan bahwa pada saat bulan Oktober-November jumlah operasi pasar
dapat mencapai 3-4 kali lipat dibanding bulan lain dikarenakan pada bulan tersebut sering terjadi gejolak harga
pada komoditas beras. Harga beras operasi pasar yaitu sebesar Rp8.000,-/kg. BULOG akan mendapatkan
bantuan dana sebesar Rp2 Triliun untuk membangun infrastruktur terkait pertanian. Hal ini dikarenakan
infrastruktur pertanian di Indonesia yang sebagian besar masih menggunakan metode tradisional. Sementara itu,
terkait dengan Cadangan Beras Pemerintah (CBP), BULOG akan mengelola beras CBP sebanyak 286.000 ton.
Terkait dengan beberapa Pemerintah Daerah yang melarang untuk menjual pasokan beras ke wilayah lain,
Ketua Satgas Pangan POLRI akan mengeluarkan surat kepada jajaran anggota POLRI di wilayah terkait untuk
menindak peraturan tersebut. Terhadap Pelaku usaha yang berbuat curang juga akan dilakukan penindakan.
Sebagai contoh, Anggota Satgas Pangan POLRI menemukan kecurangan oleh salah satu pelaku usaha dimana
pelaku usaha tersebut menjual harga beras sebesar Rp20.000,-/kg dengan label beras khusus. Setelah
dilakukan uji laboratorium, hasil tersebut dinyatakan bukan beras khusus melainkan beras premium sehingga
dilakukan penindakan.
“POLRI tidak akan segan-segan menindak setiap pelaku usaha yang melakukan kecurangan dalam komoditas
beras” Tegas Setyo Wasisto.
Jakarta, 8 Maret 2018
Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Republik Indonesia
Majelis Komisi Putuskan Perkara Merger
JAKARTA – Majelis Komisi yang terdiri dari R. Kurnia Sya’ranie  sebagai Ketua Majelis, Tresna P. Soemardi
Munrokhim Misanam masing-masing bertindak sebagai anggota pada hari ini, Selasa, 27 Februari 2018 telah
membacakan Putusan KPPU  Nomor 08/KPPU-M/2017 tentang Dugaan Pelanggaran Pasal 29 Undang-Undang 
Nomor   5   tahun   1999   Jo.   Pasal  5  Peraturan Pemerintah  Nomor  57   Tahun   2010   dalam  
Pengambilalihan (Akuisisi) Saham Perusahaan PT Mutiara Mitra Bersama oleh PT Nirvana Property di Gedung
KPPU Jakarta.
Perkara ini terkait dengan adanya dugaan keterlambatan pemberitahuan pengambil alihan saham PT. Mutiara
Mitra Bersama oleh PT Nirvana Property. Pengambilalihan saham PT. Mutiara Mitra Bersama oleh PT Nirvana
Property telah berlaku efektif secara yuridis sejak tanggal 29 Desember 2015 berdasarkan Surat Dirjen
Administrasi Hukum Umum Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: AHU-
AH.01.03-0991848, perihal: Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Data Perseroan PT. Mutiara Mitra Bersama.
PT Nirvana Property baru melakukan Pemberitahuan secara tertulis ke KPPU terkait pengambilalihan saham
perusahaan PT. Mutiara Mitra Bersama pada tanggal 7 Oktober 2016. Berdasarkan penghitungan hari kalender,
pemberitahuan pengambilalihan saham perusahaan tersebut, harus dilaporkan oleh PT Nirvana Property pada
tanggal 10 Februari 2016. Dengan demikian terjadi keterlambatan pemberitahuan yang dilakukan oleh  PT
Nirvana Property selama 161 (seratus enam puluh satu) hari kerja.
Selain itu dari proses pemeriksaan diketahui nilai penjualan dan/atau nilai aset gabungan dari badan usaha
pengambilalih dengan badan usaha yang diambilalih dalam 1 tahun terakhir berjumlah sebesar Rp.
3.037.200.775.668,00 (tiga triliun tiga puluh tujuh miliar dua ratus juta tujuh ratus tujuh puluh lima ribu enam
ratus enam puluh delapan rupiah) dan untuk nilai aset berjumlah sebesar Rp. 245.385.905.043,00 (dua ratus
empat puluh lima milyar tiga ratus delapan puluh lima juta sembilan ratus lima ribu empat puluh tiga rupiah). Nilai
tersebut telah melebihi batasan nilai aset Rp. 2.500.000.000.000,00 (dua triliun lima ratus miliar rupiah).
Berdasarkan fakta-fakta tersebut diatas Majelis Komisi kemudian memutuskan bahwa PT Nirvana Property
terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 juncto Pasal 5
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 dan menjatuhi hukuman denda sebesar Rp 1.000.000.000,- (Satu
Miliar Rupiah).
Jakarta, 27 Februari 2018
Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Republik Indonesia

Majelis Komisi Putus Bersalah Terlapor Tender di Pemprov Riau


JAKARTA – Majelis Komisi telah membacakan putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dalam
perkara No. 21/KPPU-I/2016 tentang Tender Paket Pekerjaan Peningkatan Jalan Lubuk Jambi – SP. Ibul – SP.
Ifa di Kabupaten Kuantan Singingi – Provinsi Riau pada Dinas Bina Marga Provinsi Riau tahun anggaran 2015
pada tanggal 21 Februari 2018 di Gedung KPPU Jakarta.
Para Terlapor adalah PT Surya Gemilang Indah (Terlapor I), PT Berkat Yakin Gemilang (Terlapor II) dan Pokja
ULP XX Dinas Bina Marga Provinsi Riau (Terlapor III) dengan dugaan pelanggaran Pasal 22 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 (selanjutnya disebut UU No 5/1999).
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas perkara tersebut maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat dugaan
persekongkolan yang dilakukan oleh PT Surya Gemilang Indah dan PT Berkat Yakin Gemilang (Persekongkolan
Horizontal). Persekongkolan tersebut dapat dilihat dari hal-hal berikut (a) adanya hubungan afiliasi antara PT
Surya Gemilang Indah dan PT Berkat Yakin Gemilang; (b) adanya kesamaan penulisan dan kesamaan
kesalahan penulisan dalam dokumen penawaran; (c) kesamaan alamat dan nomor telepon; (d) kesamaan
pengurus Dokumen Surat Keterangan Dukungan Bank; (e) kesamaan IP Address yang digunakan; dan (vi)
kesamaan metadata pada dokumen penawaran yang di upload oleh PT Surya Gemilang Indah dan PT Berkat
Yakin Gemilang.
Disamping itu, terdapat dugaan persekongkolan vertikal yang dilakukan oleh PT Surya Gemilang Indah dan PT
Berkat Yakin Gemilang dengan POKJA ULP XX Pada Dinas Bina Marga Provinsi Riau sehingga patut diduga
POKJA ULP XX telah memfasilitasi PT. Surya Gemilang Indah sebagai pemenang pada paket Peningkatan
Jalan Lubuk Jambi – Sp. Ibul – Sp. Ifa. Majelis Komisi berpendapat tindakan mengabaikan semua indikasi
persekongkolan yang dilakukan oleh PT. Surya Gemilang Indah dengan PT. Berkat Yakin Gemilang dan tetap
melanjutkan proses pelelangan adalah salah satu bentuk indikasi persekongkolan vertikal.
Berdasarkan bukti-bukti yang ada dan keterangan para Saksi, Majelis Komisi yang beranggotakan Ir. M. Nawir
M.Sc., sebagai Ketua Majelis Komisi; Saidah Sakwan, M.A., dan Dr. Syarkawi Rauf, S.E., M.E., masing-masing
sebagai Anggota Majelis Komisi memutuskan bahwa para Terlapor terbukti secara sah dan meyakinkan telah
melanggar ketentuan Pasal 22 UU No 5/1999. Oleh sebab itu Majelis Komisi kemudian memberikan
rekomendasi kepada Gubernur Propinsi Riau untuk memberikan sanksi administratif kepada Pokja ULP XX
Dinas Bina Marga Provinsi Riau Tahun Anggaran 2015 karena telah terbukti memfasilitasi terjadinya
persekongkolan yang dilakukan oleh para Terlapor.
Dalam Amar Putusannya Majelis Komisi menjatuhkan denda masing-masing sebesar Rp 2.062.800.000,00 (dua
milyar enam puluh dua juta delapan ratus ribu rupiah) kepada PT Surya Gemilang Indah dan sebesar Rp
515.700.000,00 (lima ratus lima belas juta tujuh ratus ribu rupiah) kepada PT Berkat Yakin Gemilang yang harus
disetorkan ke Kas Negara.
Jakarta, 21 Februari 2018
Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Republik Indonesia

Majelis Komisi Putus Bersalah pada Perkara Akuisisi


JAKARTA – Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) membacakan putusan pada sidang perkara Nomor
02/KPPU-M/2017 atas Dugaan Pelanggaran Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 juncto Pasal 5
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 atas Keterlambatan Pemberitahuan atas Pengambilalihan Saham
(Akuisisi) PT Citra Asri Property oleh PT Plaza Indonesia Realty, Tbk.
Majelis Komisi Perkara ini terdiri dari R. Kurnia Sya’ranie, sebagai Ketua, Tresna P. Soemardi, dan Munrokhim
Misanam, masing-masing sebagai anggota Majelis Komisi.
Objek Perkara ini adalah keterlambatan pemberitahuan pengambilalihan saham (Akuisisi) PT. Citra Asri Property
(Plaza Indonesia Urban) Oleh PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk. Adapun dugaan pelanggaran yang dilakukan
Terlapor adalah dugaan pelaggaran Pasal 29 UU Nomor 5 Tahun 1999 jo. Pasal 5 PP Nomor 57 Tahun 2010.
Pengambilalihan saham PT. Citra Asri Property oleh PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk berdasarkan Surat
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor AHU-39286.40.22.2014 perihal Penerimaan Pemberitahuan
Perubahan Data Perseroan PT Citra Asri Property. Nilai aset hasil penggabungan dari badan usaha Terlapor
dengan PT Citra Asri Property per 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp4,136,476,330,320,- (empat triliun
seratus tiga puluh enam milyar empat ratus tujuh puluh enam juta tiga ratus tiga puluh ribu tiga ratus dua puluh
rupiah), telah melebihi batasan nilai aset Rp2.500.000.000.000,00 (dua triliun lima ratus miliar rupiah. PT. Plaza
Indonesia Realty. telah melakukan pengambilalihan saham PT. Citra Asri Property (Plaza Indonesia Urban) yang
berlaku efektif secara yuridis sejak tanggal 4 November 2014 berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Administrasi
Hukum Umum Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: AHU-39286.40.22.2014,
maka wajib melaporkan selambat-lambatnya terhitung 30 hari kerja sejak tanggal efektif yuridis pengambilalihan
saham kepada KPPU yaitu pada tanggal 15 Desember 2014.
Majelis Komisi menilai PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk baru melakukan pemberitahuan kepada KPPU pada
tanggal 13 Mei 2016 berdasarkan pada formulir pelaporan akuisisi saham dengan nomor register A12416,
sehingga Terlapor telah melakukan keterlambatan dalam melakukan pemberitahuan pengambilalihan selama
345 (tiga ratus empat puluh lima hari kerja.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka Majelis Komisi memutuskan bahwa Terlapor terbukti secara sah dan
meyakinkan melanggar Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 juncto Pasal 5 Peraturan Pemerintah
Nomor 57 Tahun 2010. Serta menghukum Terlapor membayar denda sebesar Rp1.000.000.000,- (Satu Miliar
Rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang
persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha.
Jakarta, 20 Februari 2018
Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai