JAKARTA – Mahkamah Agung (MA) mengabulkan permohonan kasasi KPPU atas Putusan Pengadilan Negeri
(PN) Jakarta Utara No. 2/Pdt.Sus-KPPU/2015/PN Jkt. Utr terkait Importasi Bawang Putih. Informasi tersebut
diperoleh KPPU berdasarkan website resmi MA. Perkara kasasi yang diajukan KPPU ( in casu Pemohon Kasasi)
tercatat dengan nomor register No. 1495 K/Pdt.Sus-K/2017. Putusan dibacakan pada tanggal 25 April 2018
dengan amar putusan permohonan KPPU dikabulkan. Susunan Majelis Hakim yang menangani perkara kasasi
tersebut terdiri dari DR. Nurul Elmiyah, S.H., M.H. , I Gusti Agung Sumanatha, S.H., M.H. Prof. DR. Takdir
Rahmadi S.H., LL.M dan Panitera Pengganti Edy Wibowo S.H., M.H.
Perkara kasasi berawal dari permohonan kasasi KPPU terhadap putusan Majelis Hakim PN Jakarta Utara yang
membatalkan Putusan KPPU No. 5/KPPU-I/2013. KPPU mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung karena tidak
menerima putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Majelis Hakim PN (Judex Factie) memutuskan
membatalkan putusan KPPU No. 05/KPPU-I/2013. Dalam pertimbangannya Judex Factie menilai pelanggaran
Pasal 19 huruf c tidak didasarkan pada alat-alat bukti yang dipersyaratkan sebagaimana diatur pada pasal 42
UU No. 5 Tahun 1999, hanya didasarkan pada bukti tidak langsung (indirect evidence), tetapi tidak didukung
oleh alat bukti langsung (direct evidence). Pengaturan pasokan bawang putih dan persekongkolan hanya
berdasarkan pada bukti tidak langsung yakni adanya kesamaan dalam pengurusan Surat Persetujuan Impor
(SPI) dan perpanjangan SPI, namun demikian hal tersebut bukannya sebagai alat bukti untuk membuktikan
bahwa Pemohon Keberatan telah melanggar Pasal 19 huruf c UU No. 5 tahun 1999, karena KPPU in
casu Termohon Keberatan tidak pernah menemukan adanya bukti (dokumen, surat atau keterangan lain) yang
menunjukkan secara langsung adanya perjanjian diantara Pemohon Keberatan. Selain itu, Termohon keberatan
tidak dapat membuktikan secara langsung adanya hubungan afiliasi diantara pelaku usaha yang saling bersaing,
hanya berdasarkan pada dugaan terdapat beberapa pelaku usaha yang menggunakan orang yang sama dalam
pengurusan dokumen SPI dan perpanjangannya, adanya hubungan afiliasi namun tidak didukung adanya
dokumen atau saksi yang menyebutkan benar adanya hubungan afiliasi. Metode yang digunakan oleh Termohon
Keberatan untuk membuktikan adanya harga bawang putih yang sama yaitu dengan metode sampling yang
dilakukan di Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Timur periode bulan Oktober 2012 sampai dengan 1 Mei 2013
tidak tepat diterapkan mengingat kedudukan Pemohon keberatan I sampai dengan Pemohon Keberatan XVI
tidak hanya berada di wilayah Jawa Timur, namun juga tersebar dibeberapa wilayah yaitu Medan dan Jakarta.
Majelis Hakim juga menyatakan sependapat dengan Pemohon Keberatan XVII dan Pemohon Keberatan XVII
yang menyatakan terminologi “bersekongkol dengan pihak lain” yang digunakan dalam Pasal 24 UU No. 5
Tahun 1999 haruslah mengacu pada defenisi persekongkolan berdasarkan Pasal 1 angka 8 UU No. 5 tahun
1999 yang mensyaratkan adanya kerjasama yang dilakukan oleh dan antar pelaku usaha (bukan antara pelaku
usaha dengan pemerintah. Bersekongkol dengan pihak lain di sini harus diartikan sebagai persekongkolan
antara suatu pelaku usaha dengan pelaku usaha lain. Hal ini karena tujuan dari adanya persekongkolan tersebut
adalah untuk menguasai pasar bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol. Putusan
Termohon tidak berdasarkan pada alat bukti yang sah, maka putusan ini beralasan hukum untuk dibatalkan.
KPPU tidak menerima putusan Judex Factie dan mengajukan kasasi ke MA. Kasasi diajukan karena Judex
Factiedinilai salah dalam menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku. Dalam memori kasasi yang
disampaikan KPPU ke MA disebutkan bahwa Judex Factie telah salah melakukan penerapan hukum terkait
kedudukan hukum Termohon Kasasi I yang seharusnya mengajukan keberatan di PN Medan sesuai dengan
kedudukan hukumnya bukan di PN Jakarta Utara. Putusan KPPU sudah berdasarkan pada alat bukti yang sah
karena diperoleh dari sumber sumber yang dapat dipertanggungjawabkan dan sah menurut hukum. Dokumen
diperoleh dari Bea Cukai dan Impor dan pihak-pihak terkait lain termasuk para Termohon Kasasi sendiri.
Sedangkan keterangan saksi, ahli dan keterangan Terlapor diperoleh dari proses hukum yang sah, saksi dan ahli
disumpah, dan tidak melanggar hukum. Judex Factie telah mengabaikan dan tidak mempertimbangkan bukti-
bukti yang diajukan oleh KPPU. Bukti yang diajukan oleh KPPU berupa bukti sebagaimana terdapat dalam
berkas perkara Putusan KPPU berupa keterangan saksi-saksi, ahli, surat dan dokumen.
Kegiatan yang dilakukan oleh Termohon Kasasi I sampai dengan Termohon Kasasi XVI adalah menggunakan
pihak yang sama untuk melakukan pengurusan SPI dan atau perpanjangan SPI dan melakukan pengaturan
pasokan bawang putih yang direalisasikan maupun tidak. Pengurusan SPI oleh pihak yang sama yang mana
seharusnya tidak mungkin sesama pesaing menggunakan orang yang sama untuk mengurus dokumen
perusahaannya, apalagi SPI merupakan izin yang vital terkait importisasi bawang putih. Selain pengurusan SPI
oleh orang yang sama, terdapat kerjasama antar para Termohon Kasasi yang masih memiliki hubungan keluarga
dan beberapa susunan kepengurusan perusahaan adalah sama. Kerjasama dilakukan untuk mengatur pasokan
bawang putih yang direalisasikan maupun tidak tanpa mengindahkan kewajiban merealisasikan kuota yang telah
ditetapkan sesuai dengan volume dan jangka waktu tertentu merupakan bagian dari upaya untuk mengatur
pasokan dan harga bawang putih di pasar.
Pasal 24 UU No. 5 Tahun 1999 yang mengatur bahwa “pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak
lain…..dst” memiliki unsur subjek hukum yang sama yaitu pelaku usaha dan pihak lain yang dilarang untuk
melakukan persekongkolan. Penjabaran unsur-unsur persekongkolan telah diuraikan pada Perkom No. 02
Tahun 2010 tentang Pedoman Pasal 22. Dalam pedoman tersebut, unsur pihak lain disebutkan para pihak
(vertikal dan horizontal) yang terlibat dalam proses tender yang melakukan persekongkolan tender baik pelaku
usaha sebagai peserta tender dan atau subjek hukum lainnya yang terkait dengan tender. Hal tersebut dikuatkan
keterangan Ahli Faisal Basri bahwa pelaksanaan kartel tidak harus selalu melibatkan sesama pelaku usaha,
namun dapat juga di luar pelaku usaha.
Jakarta, 3 Juli 2018
Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Republik Indonesia
1. Menolak permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali I: PT Bridgestone Tire
Indonesia., dan Pemohon Peninjauan Kembali II: PT Sumi Rubber Indonesia tersebut;
2. Menghukum Pemohon Peninjauan Kembali I, II/ Pemohon Kasasi I, II/ Pemohon Keberatan untuk
membayar biaya perkara dalam pemeriksaan peninjauan kembali ditetapkan sebesar Rp 2.500.000,00
(dua juta lima ratus ribu rupiah).
Sebelumnya pada tanggal 10 Desember 2014, KPPU telah memutus 6 (enam) Pelaku usaha produsen ban yaitu
PT Bridgestone Tire Indonesia, PT Sumi Rubber Indonesia, PT Gajah Tunggal, Tbk., PT Goodyear Indonesia,
Tbk., PT Elang Perdana Tyre Industry, dan PT Industri Karet Deli secara sah dan meyakinkan telah melanggar
Pasal 5 dan Pasal 11 UU Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha tidak
Sehat. Majelis Komisi juga menjatuhkan denda kepada masing-masing Terlapor sebesar Rp 25M (Dua puluh
lima miliar rupiah) yang harus dibayarkan ke kas negara. Atas Putusan KPPU No. 08/KPPU- I/2014 tersebut,
Para Terlapor mengajukan upaya hukum keberatan di Pengadilan Negeri.
Dalam tingkat upaya hukum keberatan, pada tanggal 8 Juli 2015 Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah
memutus Perkara 70/Pdt.Sus-KPPU/2015/PN.Jkt.Pst yang pada pokoknya menguatkan Putusan KPPU dan
mengubah besaran denda. Selanjutnya dalam upaya hukum kasasi, pada tanggal 14 Juni 2015, Mahkamah
Agung telah memutus Perkara Nomor 221 K/pdt.Sus-KPPU/2016 yang pada pokoknya menguatkan Putusan
Pengadilan Negeri tersebut dan menolak permohonan kasasi Para Pemohon yang artinya adalah kembali
menguatkan Putusan KPPU.
Dengan telah ditolaknya permohonan para Pemohon upaya hukum luar biasa melalui Peninjauan Kembali oleh
Mahkamah Agung maka Putusan KPPU No. 08/KPPU- I/2014 tentang Dugaan Pelanggaran Pasal 5 ayat (1) dan
Pasal 11 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dalam Industri Otomotif terkait Kartel Ban Kendaraan Bermotor
Roda Empat telah berkekuatan hukum tetap (inkracht).
7 Mei 2018
Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Republik Indonesia
Pendapat KPPU terkait Akuisisi Aset Uber Indonesia oleh Grab Indonesia
JAKARTA – Sebagaimana diketahui, Uber telah menjual aset, berikut operasional kegiatannya di Asia Tenggara
(khususnya Kamboja, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam) kepada Grab
pada akhir Maret 2018. Sebagai bagian dari akuisisi tersebut, Uber akan memiliki 27.5 persen saham di Grab
dan menempatkan CEO Uber, sebagai salah satu Dewan Direksi (Board of Director) Grab. Efektif pada 10 April
2018, PT. Uber Indonesia Technology, operator Uber di Indonesia (selanjutnya disebut Uber Indonesia)
menghentikan layanan aplikasinya untuk Indonesia. Namun, aplikasi tersebut masih dapat digunakan di negara
lain dengan layanan Uber yang aktif.
Terkait dengan hal tersebut, KPPU telah menyampaikan himbauan kepada PT. Solusi Transportasi Indonesia
(operator Grab di Indonesia, selanjutnya disebut Grab Indonesia) pada tanggal 28 Maret 2018 untuk
menyampaikan notifikasi secara resmi kepada KPPU. Grab Indonesia menyampaikan surat balasan atas
himbauan tersebut pada tanggal 3 April 2018, yang pada dasarnya menyampaikan bahwa transaksi tersebut
merupakan pengambilalihan aset, dan oleh karena itu tidak ada perubahan kendali pada Uber Indonesia.
KPPU kemudian mengundang Grab Indonesia untuk hadir ke KPPU pada tanggal 16 April 2018 dan
menjelaskan perihal pengalihan aset tersebut. Dalam pertemuan yang berlangsung di Gedung KPPU Jakarta,
hadir Managing Director Grab Indonesia yang menjelaskan bahwa Uber Indonesia tidak memiliki kantor atau
badan hukum khusus Asia Tenggara, namun kantor didirikan di tiap negara di mana ada operasional Uber
Indonesia. Adapun aset yang dialihkan meliputi berbagai peralatan, kontrak, dan karyawan yang dimiliki, tetapi
tidak teknologi informasi dan hak kekayaan intelektual. Berbagai aset khusus tersebut tetap dimiliki Uber
Indonesia, yang secara badan hukum masih aktif. Uber Indonesia pascaakuisisi aset tersebut menjadi
pemegang saham minoritas di Grab Holding. Grab Indonesia pascaakuisisi akan melakukan pengembangan ke
GrabFood, yakni jasa pengiriman (delivery) makanan.
KPPU melihat bahwa transaksi tersebut murni merupakan akuisisi aset dan tanpa perpindahan kendali dari Uber
Indonesia ke Grab Indonesia. Transaksi tersebut juga bukan merupakan penggabungan usaha, karena badan
hukum Uber Indonesia tetap ada dan tidak bergabung dengan Grab Indonesia. Memperhatikan kondisi tersebut,
maka KPPU menyimpulkan bahwa transaksi tersebut tidak wajib dinotifikasikan, karena berada di luar cakupan
definisi penggabungan usaha, peleburan atau pengambilalihan yang diatur oleh UU No. 5/1999 dan PP No.
57/2010.
Lebih lanjut, untuk menjamin agar akuisisi tersebut tidak menimbulkan dampak khusus, KPPU akan melakukan
monitoring aktif atas perkembangan persaingan usaha dan harga di sektor aplikasi transportasi berbasis online
tersebut, yakni dalam mencegah potensi price leadership atau price fixing yang dapat meningkat seiring dengan
meningkatnya konsentrasi pasar.
Jakarta, 25 April 2018
Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Republik Indonesia
KPPU Antisipasi Kenaikan Harga Beras Menjelang Bulan Suci Ramadhan 2018
JAKARTA – Komisi Pengawas Persaingan Usaha mengadadakan Focus Group Discussion (FGD) terkait
komoditas Beras. Dalam FGD tersebut hadir Ketua KPPU Syarkawi Rauf, Komisioner KPPU Saidah Sakwan,
Ketua Satgas Pangan Kepolisian Republik Indonesia (POLRI), Irjen. Pol. Setyo Watisto, Dirjen Ketahanan
Pangan Kementrian Pertanian, Riwanto, Kepala Pusat Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri Kemetrian
Perdagangan, Suhudi dan dari Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian. FGD kali ini juga dihadiri
perwakilan dari BULOG, Khudori, Ketua Umum Asosiasi Pelaku Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey,
Perwakilan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi), Nellys Sukidi dan Perwakilan Pelaku
Usaha Perberasan.
Berdasarkan instruksi Presiden Jokowi untuk menurunkan harga beras secara signifikan sebelum bulan
Ramadhan maka KPPU melakukan langkah2 antisipasi. Lebih lanjut disampaikan oleh Ketua KPPU, Syarkawi,
bahan pokok yang harus diawasi bukan hanya beras namun beberapa komoditas terutama komoditas impor
seperti daging sapi dan bawang putih. KPPU ingin mengulangi capaian tahun 2017 lalu dimana harga komoditas
pangan stabil dan tidak bergejolak terutama pada bulan Ramadhan dan hari besar idul fitri.
KPPU menjelaskan bahwa solusi untuk permasalahan beras adalah mengatur dari hulu hingga hilir. “Seharusnya
saat ini harga sudah turun dikarenakan memasuki musim panen raya akan tetapi harga saat ini tetap tinggi” ujar
Syarkawi. Dari penelitian yg dilakukan KPPU, diketahui bahwa pedagang di pasar tradisional masih kebingungan
dalam menggolongkan beras medium dan beras premium. Pedagang membedakan klasifikasi tersebut hanya
berdasarkan merk tanpa melihat klasifikasi seperti kadar air, pecahan beras dan beberapa kategori lain yang
telah disepakati.
Selanjutnya KPPU menilai Pasar Induk Beras (PIBC) telah menjadi referensi harga beras nasional, oleh karena
itu KPPU memiliki gagasan untuk membuat pasar induk beras di wilayah-wilayah sentra beras nasional dengan
tujuan agar referensi harga tidak hanya dari PIBC saja. Untuk itu beberapa minggu lalu KPPU telah melakukan
audiensi dengan Gubernur Jawa Timur untuk merealisasikan gagasan pembuatan pasar induk beras di Jawa
Timur.
Dari Pihak Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) menjelaskan bahwa
rendemen GKP ke GKG sebesar 52%, sedangakan rendemen GKG menjadi beras sebesar 60%. BULOG
seharusnya memiliki strategi timing (waktu) dalam penyerapan gabah dan beras petani dengan memperhatikan
dinamika yg terjadi di pasar. Bulog harus dapat menjadi stabilitator harga dan pasokan beras. Perpadi juga
menjelaskan bahwa seharusnya Pemerintah ataupun BULOG melibatkan para stakeholder dalam menentukan
harga fleksibilitas beras sebesar Rp8.760,- karena nominal tersebut dinilai terlalu tinggi bagi pedagang.
Sementara itu dari perspektif Pelaku usaha beras dapat dijelaskan bahwa HET Rp12.800,- sudah efektif dan
dapat dicapai di level distributor. Saat ini diperoleh gabah dengan harga Rp4.600-4.950 per kg malah salah satu
pelaku usaha dapat membeli gabah dengan harga Rp3.700-Rp4.000,- ketika panen seperti sekarang. Saat ini
tidak ada pasokan dikarenakan barang yang datang akan langsung keluar tanpa waktu yang lama. Hal ini
dikarenakan permintaan yang sangat tinggi sehingga untuk pemesanan pun saat ini menggunakan sistem pre
order;
Sementara itu dari Aprindo menjelaskan, pasokan di hilir sangat bergantung dengan kondisi supply di hulu. Saat
ini pasokan beras premium aman terkendali dan sesuai HET beras premium, dan sebagai informasi retail
modern tidak menjual beras medium. Aprindo menjelaskan bahwa distribusi pasokan beras masih belum merata
di seluruh Indonesia, “wilayah Indonesia bagian timur masih mendapatkan pasokan yang sangat sedikit
dibanding wilayah lain, ujar Roy Nicholas Mandey selaku Ketua Aprindo.
Dari BULOG menjelaskan bahwa terkait HPP, BULOG ditugaskan melakukan pembelian ketika harga dibawah
HPP. Terkait harga fleksibilitas, jika melihat dari masukan-masukan stakeholder maka akan dilakukan evaluasi
terkait harga fleksibilitas tersebut apakah HPP yang digunakan dalam penentuan harga fleksibilitas tersebut
masih relevan untuk saat ini atau tidak. Untuk di level konsumen, BULOG akan melakukan operasi pasar ketika
terjadi kenaikan harga. BULOG menjelaskan bahwa pada saat bulan Oktober-November jumlah operasi pasar
dapat mencapai 3-4 kali lipat dibanding bulan lain dikarenakan pada bulan tersebut sering terjadi gejolak harga
pada komoditas beras. Harga beras operasi pasar yaitu sebesar Rp8.000,-/kg. BULOG akan mendapatkan
bantuan dana sebesar Rp2 Triliun untuk membangun infrastruktur terkait pertanian. Hal ini dikarenakan
infrastruktur pertanian di Indonesia yang sebagian besar masih menggunakan metode tradisional. Sementara itu,
terkait dengan Cadangan Beras Pemerintah (CBP), BULOG akan mengelola beras CBP sebanyak 286.000 ton.
Terkait dengan beberapa Pemerintah Daerah yang melarang untuk menjual pasokan beras ke wilayah lain,
Ketua Satgas Pangan POLRI akan mengeluarkan surat kepada jajaran anggota POLRI di wilayah terkait untuk
menindak peraturan tersebut. Terhadap Pelaku usaha yang berbuat curang juga akan dilakukan penindakan.
Sebagai contoh, Anggota Satgas Pangan POLRI menemukan kecurangan oleh salah satu pelaku usaha dimana
pelaku usaha tersebut menjual harga beras sebesar Rp20.000,-/kg dengan label beras khusus. Setelah
dilakukan uji laboratorium, hasil tersebut dinyatakan bukan beras khusus melainkan beras premium sehingga
dilakukan penindakan.
POLRI tidak akan segan-segan menindak setiap pelaku usaha yang melakukan kecurangan dalam komoditas
beras Tegas Setyo Wasisto.
Jakarta, 8 Maret 2018
Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Republik Indonesia
Majelis Komisi Putuskan Perkara Merger
JAKARTA – Majelis Komisi yang terdiri dari R. Kurnia Sya’ranie sebagai Ketua Majelis, Tresna P. Soemardi
Munrokhim Misanam masing-masing bertindak sebagai anggota pada hari ini, Selasa, 27 Februari 2018 telah
membacakan Putusan KPPU Nomor 08/KPPU-M/2017 tentang Dugaan Pelanggaran Pasal 29 Undang-Undang
Nomor 5 tahun 1999 Jo. Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 dalam
Pengambilalihan (Akuisisi) Saham Perusahaan PT Mutiara Mitra Bersama oleh PT Nirvana Property di Gedung
KPPU Jakarta.
Perkara ini terkait dengan adanya dugaan keterlambatan pemberitahuan pengambil alihan saham PT. Mutiara
Mitra Bersama oleh PT Nirvana Property. Pengambilalihan saham PT. Mutiara Mitra Bersama oleh PT Nirvana
Property telah berlaku efektif secara yuridis sejak tanggal 29 Desember 2015 berdasarkan Surat Dirjen
Administrasi Hukum Umum Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: AHU-
AH.01.03-0991848, perihal: Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Data Perseroan PT. Mutiara Mitra Bersama.
PT Nirvana Property baru melakukan Pemberitahuan secara tertulis ke KPPU terkait pengambilalihan saham
perusahaan PT. Mutiara Mitra Bersama pada tanggal 7 Oktober 2016. Berdasarkan penghitungan hari kalender,
pemberitahuan pengambilalihan saham perusahaan tersebut, harus dilaporkan oleh PT Nirvana Property pada
tanggal 10 Februari 2016. Dengan demikian terjadi keterlambatan pemberitahuan yang dilakukan oleh PT
Nirvana Property selama 161 (seratus enam puluh satu) hari kerja.
Selain itu dari proses pemeriksaan diketahui nilai penjualan dan/atau nilai aset gabungan dari badan usaha
pengambilalih dengan badan usaha yang diambilalih dalam 1 tahun terakhir berjumlah sebesar Rp.
3.037.200.775.668,00 (tiga triliun tiga puluh tujuh miliar dua ratus juta tujuh ratus tujuh puluh lima ribu enam
ratus enam puluh delapan rupiah) dan untuk nilai aset berjumlah sebesar Rp. 245.385.905.043,00 (dua ratus
empat puluh lima milyar tiga ratus delapan puluh lima juta sembilan ratus lima ribu empat puluh tiga rupiah). Nilai
tersebut telah melebihi batasan nilai aset Rp. 2.500.000.000.000,00 (dua triliun lima ratus miliar rupiah).
Berdasarkan fakta-fakta tersebut diatas Majelis Komisi kemudian memutuskan bahwa PT Nirvana Property
terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 juncto Pasal 5
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 dan menjatuhi hukuman denda sebesar Rp 1.000.000.000,- (Satu
Miliar Rupiah).
Jakarta, 27 Februari 2018
Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Republik Indonesia