Anda di halaman 1dari 2

Resume PP No.

105 Tahun 2015


Tentang
Penggunaan Kawasan Hutan

Ketentuan yang  diubah Pasal 4 ayat (2) huruf d, g dan I. Ini menyangkut penggunaan
kawasan di luar kegiatan kehutanan terjadi perubahan dengan ditambahkannya obyek
stasiun bumi keantariksaan, waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air minum, saluran
pembuangan air dan sanitasi, dan bangunan pengairan lainnya, dan industri selain industri
primer hasil hutan.

Ketentuan pasal 6 diubah terkait izin pinjam pakai kawasan hutan atau IPPKH. Jika dalam
aturan sebelumnya, IPPKH digunakan untuk penggunaan kawasan hutan. Sedangkan dalam
PP No. 105 khusus untuk penggunaan kawasan hutan untuk pembangunan di luar kegiatan
kehutanan, dan ini masih berhubungan dengan Pasal 4 ayat (2) diatas tadi.  Selain soal
perubahan akan objek IPPKH, perubahan lain dalam pasal ini menyangkut cakupan wilayah
IPPKH, konpensasi atas IPPKH serta penggunaan IPPKH untuk survey dan eksplorasi.

Ketentuan yang berubah dalam  pasal 9 ayat (1), menyangkut subyek hukum yang dapat
mengajukan penggunaan kawasan hutan. Jika sebelumnya hanya pejabat setingkat menteri,
gubernur, bupati/ walikota, pimpinan badan usaha dan ketua yayasan. Kini subyek itu
ditambah dengan pimpinan badan hukum, perseorangan, kelompok orang atau masyarakat.
Sedangkan pimpinan badan usaha dan ketua yayasan dihapus.

Ketentuan dalam pasal 10 ayat (3) yang diubah berkaitan dengan dihapuskannya penerbitan
prinsip penggunaan kawasan hutan oleh Menteri sebelum menerbitkan IPPKH. Dalam
ketentuan sebelumnya, sebelum IPPKH di berikan oleh Menteri, maka subyek hukum yang
mengajukan IPPKH harus mendapat persetujuan penggunaan kawasan hutan oleh Menteri. 

Implikasi dari dihapusnya ketentuan tentang Prinsip Penggunaan Kawasan Hutan, semua
ketentuan dalam pasal 10 ayat (4), 11, 12 dan 13 dihapus dalam PP ini.  Ketentuan yang
dihapus tadi menyangkut semua tata cara untuk mendapatkan Persetujuan Prinsip
Penggunaan Kawasan Hutan.

Ketentuan pasal 15 diubah terkait kewajiban yang harus dilakukan oleh Pemegang IPPKH.
Kewajiban Pemegang IPPKH yang sudah tercantum dalam pasal 15 di PP sebelumnya,
kemudian ditambah dengan kewajiban melaksanakan tata batas areal IPPKH, lalu
melaksanakan reklamasi dan/atau reboisasi pada kawasan hutan yang dipinjam pakai  yang
sudah tidak digunakan, menyerahkan, melaksanakan tata batas dan mereboisasi lahan
kompensasi kawasan hutan

Ketentuan  pasal 17 terkait larangan kepada pemegang IPPKH, jika sebelumnya hanya
dilarang memindah tangankan IPPKH tanpa izin dari Menteri,  serta menjaminkan kawasan
kawasan dalam IPPKH kepada pihak lain,  kini ditambah dengan larangan perubahan nama
IPPKH tanpa izin Menteri, selain itu larangan melakukan kegiatan dalam wilayah IPPKH
sebelum memperoleh batas areal kerja IPPKH. Terkecuali dalam hal IPPKH yang berkaitan
dengan pembangunan nasional yang bersifat vital, seperti pembangkit tenaga listrik, waduk
dan bendungan. Untuk pengecualian tadi, bisa dilakukan kegiatan tadi tanpa menunggu tata
batas dilaksanakan.

Ketentuan dalam pasal 18 ayat (3)  berkaitan dengan Jangka Waktu IPPKH.  Ketentuan
terbaru dalam PP No. 105 ini, merubah objek alat vital Negara yang mempunyai jangka
waktu IPPKH selama masih bisa digunakan untuk kepentingan umum. Objek terbaru itu
adalah sarana keselamatan lalu lintas laut atau udara, jalan umum, jalur kereta api, waduk,
bendungan, bendung, irigasi, saluran air minum, saluran pembuangan air dan sanitasi,
bangunan pengairan lainnya, sarana meteorologi, klimatologi, geofisika, serta religi,

Ketentuan pasal 19 ayat (1) yang diubah terkait dengan pengawasan atau monitoring dan
evaluasi penggunaan kawasan hutan. Berdasarkan ketentuan dalam pasal diatas, Menteri
diserahi tugas untuk melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap pengguna IPPKH. Ini
merevisi tugas menteri  dalam sebelumnya, yang mana Menteri Menteri melakukan
pengawasan dan evaluasi terhadap pemegang persetujuan prinsip penggunaan kawasan
hutan serta kepada pemegang dispensasi kawasan hutan.

Ketentuan  pasal 20 tentang hapusnya IPPKH. Di sini di jelaskan tentang sebab-sebab


hapusnya IPPKH. Diantaranya adalah karena jangka waktu IPPKH telah berakhir, lalu karena
dicabut menteri, serta diserahkannya IPPKH secara sukarela dari pemegang IPPKH kepada
Menteri sebelum izin berakhir dengan pernyataan tertulis. Pasal 20 ini juga menghapus
ketentuan tentang  hapusnya persetujuan prinsip penggunaan kawasan yang sebelumnya
diatur dalam PP sebelumnya.

Selain ketentuan yang diubah, ditambahkan juga ketentuan baru seperti yang di cantumkan
dalam pasal 25 huruf c.  Isinya berkaitan tentang Persetujuan Prinsip Penggunaan Kawasan
Hutan, meski ketentuan Persetujuan Prinsip telah dihapus dalam PP ini, hal yang terkait
lahan kompensasi yang telah di sediakan sebagai kompensasi tetap diwajibkan
menyerahkan lahan itu, untuk dijadikan kawasan hutan.

Anda mungkin juga menyukai