(1) Pelatihan kerja diselenggarakan oleh (1) Pelatihan kerja diselenggarakan oleh:
lembaga pelatihan kerja pemerintah a. Lembaga pelatihan kerja pemerintah;
dan/atau lembaga pelatihan kerja swasta. b. Lembaga pelatihan kerja swasta; atau
(2) Pelatihan kerja dapat diselenggarakan di c. Lembaga pelatihan kerja perusahaan.
tempat pelatihan atau tempat kerja. (2) Pelatihan kerja dapat diselenggarakan di
(3) Lembaga pelatihan kerja pemerintah tempat pelatihan atau tempat kerja.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam (3) Lembaga pelatihan kerja pemerintah
menyelenggarakan pelatihan kerja dapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
bekerja sama dengan swasta. dalam menyelenggarakan pelatihan kerja dapat
bekerja sama dengan swasta.
(4) Lembaga pelatihan kerja pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan
lembaga pelatihan kerja perusahaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
mendaftarkan kegiatannya kepada instansi yang
bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan di kabupaten/kota.
KETERANGAN:
Pada pasal ini, terdapat penambahan yaitu ayat (1) huruf c, mengenai pelatihan kerja dapat
31 LASAP
(1) Lembaga pelatihan kerja swasta dapat berbentuk (1) Lembaga pelatihan kerja swasta sebagaimana
badan hukum Indonesia atau perorangan. dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf b wajib
(2) Lembaga pelatihan kerja swasta sebagaimana memenuhi Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh
dimaksud dalam ayat (1) wajib memperoleh izin atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
mendaftar ke instansi yang bertanggung jawab di (2) Bagi lembaga pelatihan kerja swasta yang terdapat
bidang penyertaan modal asing, Perizinan Berusaha
ketenagakerjaan di kabupaten/kota. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh
(3) Lembaga pelatihan kerja yang diselenggarakan Pemerintah Pusat.
oleh instansi pemerintah mendaftarkan kegiatannya (3) Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada
kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ayat (1) dan ayat (2) harus memenuhi norma, standar,
ketenagakerjaan di kabupaten/kota. prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
(4) Ketentuan mengenai tata cara perizinan dan Pemerintah Pusat.
pendaftaran lembaga pelatihan kerja sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan
Keputusan Menteri.
KETERANGAN:
Pada pasal ini, UU Cipta Kerja mengatur lebih spesifik mengenai perizinan yang dimaksud, yaitu Perizinan Berusaha,
dan lebih rinci mengenai tempat penerbitan Perizinan Berusaha bagi lembaga pelatihan kerja swasta, dan yang
terdapat penyertaan modal asing.
Terkait pasal ini dalam UU Cipta Kerja menjadi lebih singkat (karena ayat (4) dalam UU 13/2003 dihapus) dan
susunannya lebih sistematis.
PASAL
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)
37
(1) Pelaksana penempatan tenaga kerja (1) Pelaksana penempatan tenaga kerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1)
terdiri dari: terdiri atas:
a. Instansi pemerintah yang bertanggung jawab a. Instansi pemerintah yang bertanggung jawab
di bidang ketenagakerjaan; dan di bidang ketenagakerjaan; dan
b. Lembaga swasta berbadan hukum. b. Lembaga penempatan tenaga kerja swasta.
(2) Lembaga penempatan tenaga kerja swasta (2) Lembaga penempatan tenaga kerja swasta
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dalam melaksanakan pelayanan penempatan dalam melaksanakan pelayanan penempatan
tenaga kerja wajib memiliki izin tertulis dari tenaga kerja wajib memenuhi Perizinan Berusaha
Menteri atau pejabat yang ditunjuk. yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat.
KETERANGAN:
Pada pasal 37 ayat (1) huruf b terdapat pengubahan kata menjadi “Lembaga penempatan tenaga kerja
swasta”.
KETERANGAN:
Pada UU 13/2003 sebelumnya, Pasal 42 mengenai syarat dalam mempekerjakan tenaga kerja asing hanya berupa izin tertulis. Sedangkan, pada UU Cipta
Kerja diatur lebih spesifik, yaitu “wajib memiliki rencana penggunaan tenaga kerja asing yang disahkan oleh Pemerintah Pusat”.
Pengecualian mengenai syarat mempekerjakan tenaga asing diatur lebih rinci dalam UU Cipta Kerja Pasal 42 ayat (3).
Pada Pasal 42 ayat (4) UU Cipta Kerja, ditambah bahwa “Tenaga kerja asing dapat dipekerjakan untuk kompetensi sesuai dengan jabatan yang akan
diduduki.”
Pada ayat (5) juga diubah, bahwa “Tenaga kerja asing dilarang menduduki jabatan yang mengurusi personalia”
Pada ayat (6) diatur bahwa jabatan tertentu yang dimaksud diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)
PASAL
43
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
KETERANGAN:
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN) Ketentuan Pasal 43 dihapus.
(1) Pemberi kerja tenaga kerja asing wajib: (1) Pemberi kerja tenaga kerja asing wajib:
a. Menunjuk tenaga kerja warga negara Indonesia a. Menunjuk tenaga kerja warga negara Indonesia sebagai tenaga
sebagai tenaga pendamping tenaga kerja asing yang pendamping tenaga kerja asing yang dipekerjakan untuk alih teknologi
dipekerjakan untuk alih teknologi dan alih keahlian dari dan alih keahlian dari tenaga kerja asing;
tenaga kerja asing; dan b. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi tenaga kerja
b. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi Indonesia sebagaimana dimaksud pada huruf a yang sesuai dengan
tenaga kerja Indonesia sebagaimana dimaksud pada kualifikasi jabatan yang diduduki oleh tenaga kerja asing; dan
huruf a yang sesuai dengan kualifikasi jabatan yang c. Memulangkan tenaga kerja asing ke negara asalnya setelah
diduduki oleh tenaga kerja asing. hubungan kerjanya berakhir.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b
54 LASAP
berlaku bagi tenaga kerja asing yang menduduki jabatan tidak berlaku bagi tenaga kerja asing yang menduduki jabatan tertentu.
direksi dan/atau komisaris.
KETERANGAN:
Pada Pasal 45 dalam UU Cipta Kerja ditambah ketentuan ayat (1) huruf c bahwa wajib memulangkan tenaga kerja asing ke negara asalnya setelah
hubungan kerja berakhir.
Pada ketentuan Pasal 45 ayat (2), mengatur mengenai pengecualian ayat (1) huruf a dan b terhadap tenaga kerja asing yang menduduki jabatan tertentu.
Sedangkan pada UU 13/2003, jabatan yang dimaksud hanya berupa direksi dan/atau komisaris.
Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11
PASAL Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU
No. 13 Tahun 2003)
46
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)
PASAL 49
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)
Ketentuan mengenai penggunaan tenaga kerja Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan
asing serta pelaksanaan pendidikan dan tenaga kerja asing diatur dalam Peraturan
pelatihan tenaga kerja pendamping diatur Pemerintah.
dengan Keputusan Presiden.
KETERANGAN:
Ketentuan penggunaan tenaga kerja asing diatur dengan “Keputusan Presiden”
diubah menjadi “Peraturan Pemerintah”.
Kata-kata mengenai “Ketentuan mengenai pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
tenaga kerja pendamping” dihapus.
Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) terhadap
UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)
PASAL
56
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)
(1) Perjanjian kerja dibuat untuk waktu (1) Perjanjian kerja dibuat untuk waktu tertentu atau
tertentu atau untuk waktu tidak tertentu. untuk waktu tidak tertentu.
(2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu (2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas:
didasarkan atas: a. jangka waktu; atau
a. jangka waktu; atau b. selesainya suatu pekerjaan tertentu.
b. selesainya suatu pekerjaan tertentu. (3) Jangka waktu atau selesainya suatu pekerjaan
tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditentukan berdasarkan perjanjian kerja.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai perjanjian kerja
waktu tertentu berdasarkan jangka waktu atau
selesainya suatu pekerjaan tertentu diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
KETERANGAN:
Pada Pasal 56 terdapat penambahan yaitu ayat (3) dan ayat (4), mengatur bahwa Jangka waktu
yang dimaksud dalam ayat (2) ditentukan berdasarkan perjanjian kerja dan perjanjian kerja akan
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Penambahan ayat (3) dan (4) membuat ketentuan Pasal 56 menjadi lebih rinci dan jelas.
PASAL
(1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dibuat secara (1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dibuat
tertulis serta harus menggunakan bahasa Indonesia secara tertulis serta harus menggunakan bahasa
dan huruf latin. Indonesia dan huruf latin.
(2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang dibuat (2) Dalam hal perjanjian kerja waktu tertentu dibuat
tidak tertulis bertentangan dengan ketentuan sebagai dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing, apabila
mana dimaksud dalam ayat (1) dinyatakan sebagai kemudian terdapat perbedaan penafsiran antara
perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu. keduanya, yang berlaku perjanjian kerja waktu
(3) Dalam hal perjanjian kerja dibuat dalam bahasa tertentu yang dibuat dalam bahasa Indonesia.
Indonesia dan bahasa asing, apabila kemudian
terdapat perbedaan penafsiran antara keduanya, maka KETERANGAN:
Pasal 57 ayat (2) UU 13/2003, mengenai “PKWT yang
yang berlaku perjanjian kerja yang dibuat dalam
dibuat tidak tertulis akan dinyatakan sebagai PKWTT”
bahasa Indonesia.
dihapus.
Pasal 57 ayat (3) UU 13/2003 diubah menjadi ayat (2).
PASAL
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
58 (SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)
(1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat (1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat
mensyaratkan adanya masa percobaan kerja. mensyaratkan adanya masa percobaan kerja.
(2) Dalam hal disyaratkan masa percobaan kerja dalam (2) Dalam hal disyaratkan masa percobaan kerja
perjanjian kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masa
masa percobaan kerja yang disyaratkan batal demi percobaan kerja yang disyaratkan tersebut batal
hukum. demi hukum dan masa kerja tetap dihitung.
KETERANGAN:
Terdapat penambahan pada Pasal 58 ayat (2) bahwa percobaan kerja yang disyaratkan pada PKWT akan batal demi hukum dan
masa kerja tetap dihitung.
Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)
Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)
PASAL
61
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)
(1) Perjanjian kerja berakhir apabila: (1) Perjanjian kerja berakhir apabila:
a. pekerja meninggal dunia; a. Pekerja/buruh meninggal dunia;
b. berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja; b. Berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja;
c. adanya putusan pengadilan dan/atau putusan atau c. Selesainya suatu pekerjaan tertentu;
penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan d. Adanya putusan pengadilan dan/atau putusan
industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial
atau yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; atau
d. adanya keadaan atau kejadian tertentu yang e. Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang
dicantumkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, dicantumkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan,
atau perjanjian kerja bersama yang dapat menyebabkan atau perjanjian kerja bersama yang dapat menyebabkan
berakhirnya hubungan kerja. berakhirnya hubungan kerja.
(2) Perjanjian kerja tidak berakhir karena meninggalnya (2) Perjanjian kerja tidak berakhir karena meninggalnya
pengusaha atau beralihnya hak atas perusahaan yang pengusaha atau beralihnya hak atas perusahaan yang
disebabkan penjualan, pewarisan, atau hibah. disebabkan penjualan, pewarisan, atau hibah.
(3) Dalam hal terjadi pengalihan perusahaan maka hak-hak (3) Dalam hal terjadi pengalihan perusahaan maka hak-hak
pekerja/buruh menjadi tanggung jawab pengusaha baru, pekerja/buruh menjadi tanggung jawab pengusaha baru,
kecuali ditentukan lain dalam perjanjian pengalihan yang kecuali ditentukan lain dalam perjanjian pengalihan yang
tidak mengurangi hak-hak pekerja/buruh. tidak mengurangi hak-hak pekerja/buruh.
(4) Dalam hal pengusaha, orang perseorangan, meninggal (4) Dalam hal pengusaha orang perseorangan meninggal
dunia, ahli waris pengusaha dapat mengakhiri perjanjian dunia, ahli waris pengusaha dapat mengakhiri perjanjian
kerja setelah merundingkan dengan pekerja/buruh. kerja setelah merundingkan dengan pekerja/buruh.
(5) Dalam hal pekerja/buruh meninggal dunia, ahli waris (5) Dalam hal pekerja/buruh meninggal dunia, ahli waris
pekerja/buruh berhak mendapatkan hak haknya sesuai pekerja/buruh berhak mendapatkan hak-haknya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau dengan peraturan perundang-undangan atau hak-hak yang
hak hak yang telah diatur dalam perjanjian kerja, peraturan telah diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan,
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. atau perjanjian kerja bersama.
PASAL
61A
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)
(1) Dalam hal perjanjian kerja waktu tertentu berakhir
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1) huruf b dan
huruf c, pengusaha wajib memberikan uang kompensasi
kepada pekerja/buruh.
(2) Uang kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan kepada pekerja/buruh sesuai dengan masa kerja
pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai uang kompensasi
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
KETERANGAN:
Terdapat penambahan pada Pasal 61 ayat (1) huruf c, yaitu “selesainya suatu pekerjaan tertentu.”
Terdapat pasal tambahan yaitu Pasal 61A, yang mengatur mengenai kewajiban kompensasi kepada pekerja/buruh apabila
perjanjian kerja waktu tertentu berakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1) huruf b dan huruf c.
Ketentuan lebih lanjut mengenai ketentuan kompensasi diatur dalam Peraturan Pemerintah.
KETERANGAN: PASAL 64
Ketentuan Pasal 64 dihapus.
Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)
Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020)
terhadap UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)
PASAL 65
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)
(1) Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain dilaksanakan melalui Pasal dihapus
perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis.
(2) Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama;
b. dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan;
c. merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan; dan
d. tidak menghambat proses produksi secara langsung.
(3) Perusahaan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus berbentuk badan hukum.
(4) Perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerja/buruh pada perusahaan lain
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) sekurang-kurangnya sama dengan perlindungan kerja
dan syarat-syarat kerja pada perusahaan pemberi pekerjaan atau sesuai dengan peraturan
perundangundangan yang berlaku.
(5) Perubahan dan/atau penambahan syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur
lebih lanjut dengan Keputusan Menteri.
(6) Hubungan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur
dalam perjanjian kerja secara tertulis antara perusahaan lain dan pekerja/buruh yang
dipekerjakannya.
(7) Hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) dapat didasarkan atas perjanjian
kerja waktu tidak tertentu atau perjanjian kerja waktu tertentu apabila memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59.
(8) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) tidak terpenuhi, KETERANGAN:
maka demi hukum status hubungan kerja pekerja/buruh dengan perusahaan penerima Ketentuan Pasal 65
pemborongan beralih menjadi hubungan kerja pekerja/buruh dengan perusahaan pemberi dihapus.
pekerjaan.
(9) Dalam hal hubungan kerja beralih ke perusahaan pemberi pekerjaan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (8), maka hubungan kerja pekerja/buruh dengan pemberi pekerjaan sesuai dengan
hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (7).
Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)
PASAL
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003)
(SEBELUM AMANDEMEN)
UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SETELAH AMANDEMEN)
66
(1) Pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh tidak (1) Hubungan kerja antara perusahaan alih daya dengan pekerja/buruh
boleh digunakan oleh pemberi kerja untuk melaksanakan kegiatan yang dipekerjakannya didasarkan pada perjanjian kerja yang dibuat
pokok atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses secara tertulis baik perjanjian kerja waktu tertentu atau perjanjian kerja
produksi, kecuali untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang waktu tidak tertentu.
tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. (2) Perlindungan pekerja/buruh, upah dan kesejahteraan, syarat-syarat
(2) Penyedia jasa pekerja/buruh untuk kegiatan jasa penunjang atau kerja serta perselisihan yang timbul dilaksanakan sekurang-kurangnya
kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan menjadi
harus memenuhi syarat sebagai berikut : tanggung jawab perusahaan alih daya.
a. Adanya hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan (3) Dalam hal perusahaan alih daya mempekerjakan pekerja/buruh
penyedia jasa pekerja/buruh; berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu sebagaimana dimaksud
b. Perjanjian kerja yang berlaku dalam hubungan kerja pada ayat (1), perjanjian kerja tersebut harus mensyaratkan pengalihan
sebagaimana dimaksud pada huruf a adalah perjanjian kerja untuk perlindungan hak-hak bagi pekerja/buruh apabila terjadi pergantian
waktu tertentu yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud perusahaan alih daya dan sepanjang objek pekerjaannya tetap ada.
dalam Pasal 59 dan/atau perjanjian kerja waktu tidak tertentu yang (4) Perusahaan alih daya sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh kedua belah pihak; berbentuk badan hukum dan wajib memenuhi Perizinan Berusaha yang
c. Perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja, serta diterbitkan oleh Pemerintah Pusat.
perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan (5) Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus
penyedia jasa pekerja/buruh; dan memenuhi norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
d. Perjanjian antara perusahaan pengguna jasa pekerja/buruh dan Pemerintah Pusat.
perusahaan lain yang bertindak sebagai perusahaan penyedia jasa (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai perlindungan pekerja/buruh
pekerja/buruh dibuat secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan Perizinan Berusaha
dan wajib memuat pasal-pasal sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam Peraturan
undang-undang ini. Pemerintah.
(3) Penyedia jasa pekerja/buruh merupakan bentuk usaha yang
berbadan hukum dan memiliki izin dari instansi yang bertanggung
KETERANGAN:
jawab di bidang ketenagakerjaan.
Ketentuan Pasal 66 diubah setelah amandemen, mengatur
(4) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat
(2) huruf a, huruf b, dan huruf d serta ayat (3) tidak terpenuhi, maka mengenai hubungan kerja antara perusahaan alih daya dengan
demi hukum status hubungan kerja antara pekerja/buruh dan pekerja/buruh. Sedangkan pada UU 13/2003, ketentuan Pasal 66
perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh beralih menjadi hubungan adalah mengatur tentang hubungan pekerja/buruh dengan
kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan pemberi pekerjaan. perusahaan penyedia jasa.
11 .oN UU( ajreK atpiC UU VI baB nagnidnabreP
UU( naajrekaganeteK UU padahret )0202 nuhaT
)3002 nuhaT 31 .oN
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)
(1) Setiap pengusaha wajib melaksanakan (1) Setiap Pengusaha wajib melaksanakan
ketentuan waktu kerja. ketentuan waktu kerja.
(2) Waktu kerja sebagaimana dimaksud (2) Waktu kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
dalam ayat (1) meliputi: (1) meliputi:
a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat
puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari
hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau kerja dalam 1 (satu) minggu; atau
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat
(empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari
(lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu. kerja dalam 1 (satu) minggu.
(3) Ketentuan waktu kerja sebagaimana (3) Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud
dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku bagi pada ayat (2) tidak berlaku bagi sektor usaha atau
sektor usaha atau pekerjaan tertentu. pekerjaan tertentu.
(4) Ketentuan mengenai waktu kerja pada (4) Pelaksanaan jam kerja bagi pekerja/buruh di
sektor usaha atau pekerjaan tertentu perusahaan diatur dalam perjanjian kerja,
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
dengan Keputusan Menteri. bersama.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai waktu kerja
pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
77 LASAP
KETERANGAN:
Terdapat penambahan pada Pasal 77 ayat (4) bahwa pelaksanaan jam kerja diatur dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
Ketentuan lebih lanjut mengenai waktu kerja akan diatur dengan Peraturan Pemerintah, sedangkan yang
sebelumnya diatur dengan Keputusan Menteri.
PASAL
naajrekaganeteK UU padahret )0202 nuhaT 11 .oN UU( ajreK atpiC UU VI baB nagnidnabreP
)3002 nuhaT 31 .oN UU(
78
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)
(1) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh (1) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh
melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 77 ayat (2) harus memenuhi syarat: Pasal 77 ayat (2) harus memenuhi syarat:
a. ada persetujuan pekerja/buruh yang a. ada persetujuan pekerja/buruh yang
bersangkutan; dan bersangkutan; dan
b. waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan b. waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan
paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 paling lama 4 (empat) jam dalam 1 (satu) hari dan 18
(empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu. (delapan belas) jam dalam 1 (satu) minggu.
(2) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh (2) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh
melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib membayar upah kerja lembur. ayat (1) wajib membayar upah kerja lembur.
(3) Ketentuan waktu kerja lembur sebagaimana (3) Ketentuan waktu kerja lembur sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf b tidak berlaku bagi dimaksud pada ayat (1) huruf b tidak berlaku bagi
sektor usaha atau pekerjaan tertentu. sektor usaha atau pekerjaan tertentu.
(4) Ketentuan mengenai waktu kerja lembur dan upah (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai waktu kerja
kerja lembur sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) lembur dan upah kerja lembur diatur dalam Peraturan
dan ayat (3) diatur dengan Keputusan Menteri. Pemerintah.
KETERANGAN:
Terdapat perubahan ketentuan mengenai waktu kerja lembur pada Pasal 78 ayat (1) huruf b, yaitu penambahan
waktu lembur dari maksimal 3 jam dalam 1 hari dan 14 jam dalam 1 minggu menjadi 4 jam dalam 1 hari dan 18 jam
dalam 1 minggu.
Ketentuan lebih lanjut mengenai waktu kerja lembur dan upah lembur diatur dengan Keputusan Menteri menjadi
Peraturan Pemerintah.
Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)
PASAL
88
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)
(1) Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan (1) Setiap pekerja/buruh berhak atas penghidupan yang
yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. layak bagi kemanusiaan.
(2) Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi (2) Pemerintah Pusat menetapkan kebijakan pengupahan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan sebagaimana sebagai salah satu upaya mewujudkan hak pekerja/buruh
dimaksud dalam ayat (1), pemerintah menetapkan kebijakan atas penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
pengupahan yang melindungi pekerja/buruh. (3) Kebijakan pengupahan sebagaimana dimaksud pada
(3) Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh ayat (2) meliputi:
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) meliputi: a. upah minimum;
a. upah minimum; b. struktur dan skala upah;
b. upah kerja lembur; c. upah kerja lembur;
c. upah tidak masuk kerja karena berhalangan; d. upah tidak masuk kerja dan/atau tidak melakukan
d. upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain pekerjaan karena alasan tertentu;
di luar pekerjaannya; e. bentuk dan cara pembayaran upah;
e. upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya; f. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah; dan
f. bentuk dan cara pembayaran upah; g. upah sebagai dasar perhitungan atau pembayaran hak
g. denda dan potongan upah; dan kewajiban lainnya.
h. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah; (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kebijakan pengupahan
i. struktur dan skala pengupahan yang proporsional; diatur dalam Peraturan Pemerintah.
j. upah untuk pembayaran pesangon; dan
k. upah untuk perhitungan pajak penghasilan.
(4) Pemerintah menetapkan upah minimum sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) huruf a berdasarkan kebutuhan
hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan
pertumbuhan ekonomi.
Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)
PASAL
88A
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)
PASAL
88E
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)
KETERANGAN:
Terdapat perubahan ketentuan mengenai kebijakan pengupahan pada Pasal 88 ayat (3), yaitu dihapusnya ketentuan
upah untuk pembayaran pesangon dan upah untuk perhitungan pajak penghasilan.
Terdapat penambahan pasal yaitu Pasal 88A, Pasal 88B, Pasal 88C, Pasal 88D dan Pasal 88E.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengupahan akan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003) PASAL
(1) Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari Pasal dihapus
upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89.
(2) Bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah
minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 dapat
dilakukan penangguhan.
(3) Tata cara penangguhan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) diatur dengan Keputusan Menteri. PASAL 90
Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)
PASAL 90A
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)
PASAL 90B
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)
PASAL
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
92 (SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)
(1) Pengusaha menyusun struktur dan skala upah (1) Pengusaha wajib menyusun struktur dan
dengan memperhatikan golongan, jabatan, masa skala upah di perusahaan dengan
kerja, pendidikan, dan kompetensi. memperhatikan kemampuan perusahaan dan
(2) Pengusaha melakukan peninjauan upah secara produktivitas.
berkala dengan memperhatikan kemampuan (2) Struktur dan skala upah digunakan sebagai
perusahaan dan produktivitas. pedoman pengusaha dalam menetapkan upah.
(3) Ketentuan mengenai struktur dan skala upah (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai struktur
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dan skala upah diatur dalam Peraturan
dengan Keputusan Menteri. Pemerintah.
Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)
PASAL
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
92A (SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)
KETERANGAN:
Terdapat perubahan pada Pasal 92 ayat (1) bahwa “Pengusaha menyusun struktur dan skala upah dengan
memperhatikan golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan dan kompetensi” menjadi “dengan
memperhatikan kemampuan perusahaan dan produktivitas.
Terdapat penambahan pasal yang disisipkan yaitu, Pasal 92A yang mengatur mengenai peninjauan upah
oleh pengusaha dengan memperhatikan kemampuan perusahaan dan produktivitas, sedangkan
sebelumnya ketentuan tersebut diatur dalam Pasal 92 ayat (2).
Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)
PASAL
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
94
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)
Dalam hal komponen upah terdiri dari upah Dalam hal komponen upah terdiri atas upah
pokok dan tunjangan tetap maka besarnya upah pokok dan tunjangan tetap, besarnya upah
pokok sedikit-dikitnya 75% (tujuh puluh lima pokok paling sedikit 75% (tujuh puluh lima
perseratus) dari jumlah upah pokok dan persen) dari jumlah upah pokok dan tunjangan
tunjangan tetap. tetap.
KETERANGAN:
Terdapat perubahan bunyi pasal dari “sedikit-dikitnya 75%” menjadi “paling sedikit 75%”.
11 .oN UU( ajreK atpiC UU VI baB nagnidnabreP
UU( naajrekaganeteK UU padahret )0202 nuhaT
)3002 nuhaT 31 .oN
PASAL 95
(1) Pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja/buruh (1) Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau
karena kesengajaan atau kelalaiannya dapat dilikuidasi berdasarkan ketentuan peraturan
dikenakan denda. perundang-undangan, upah dan hak lainnya yang
(2) Pengusaha yang karena kesengajaan atau belum diterima oleh pekerja/buruh merupakan utang
kelalaiannya mengakibatkan keterlambatan yang didahulukan pembayarannya.
pembayaran upah, dikenakan denda sesuai dengan (2) Upah pekerja/buruh sebagaimana dimaksud pada
persentase tertentu dari upah pekerja/buruh. ayat (1) didahulukan pembayarannya sebelum
(3) Pemerintah mengatur pengenaan denda kepada pembayaran kepada semua kreditur.
pengusaha dan/atau pekerja/buruh, dalam (3) Hak lainnya dari pekerja/buruh sebagaimana
pembayaran upah. dimaksud pada ayat (1) didahulukan pembayarannya
(4) Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau atas semua kreditur kecuali para kreditur pemegang
dilikuidasi berdasarkan peraturan perundang hak jaminan kebendaan.
undangan yang berlaku, maka upah dan hak-hak
lainnya dari pekerja/buruh merupakan utang yang
didahulukan pembayarannya.
KETERANGAN:
Ketentuan Pasal 95 ayat (1) mengenai “pengenaan denda terhadap pelanggaran pekerja/buruh”, Pasal 95 ayat (2)
mengenai “pengenaan denda pada pengusaha yang sengaja atau lalai mengakibatkan keterlambatan
pembayaran upah” dan Pasal 95 ayat (3) mengenai “pengaturan pengenaan denda kepada pengusaha dan/atau
pekerja oleh pemerintah” dalam UU 13/2003 dinyatakan dihapus.
Pasal 95 UU Cipta Kerja lebih jelas menegaskan bahwa pembayaran upah dan hak pekerja harus didahulukan dari
semua kreditur dalam hal perusahaan pailit atau likuidasi.
Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11
PASAL Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU
No. 13 Tahun 2003)
96
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)
PASAL
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020) 97
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)
(1) Pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat (1) Pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh,
buruh, dan pemerintah, dengan segala upaya harus dan Pemerintah harus mengupayakan agar tidak terjadi
mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan pemutusan hubungan kerja.
hubungan kerja. (2) Dalam hal pemutusan hubungan kerja tidak dapat
(2) Dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi dihindari, maksud dan alasan pemutusan hubungan kerja
pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindari, diberitahukan oleh pengusaha kepada pekerja/buruh
maka maksud pemutusan hubungan kerja wajib dan/atau serikat pekerja/serikat buruh.
dirundingkan oleh pengusaha dan serikat (3) Dalam hal pekerja/buruh telah diberitahu dan menolak
pekerja/serikat buruh atau dengan pekerja/buruh pemutusan hubungan kerja, penyelesaian pemutusan
apabila pekerja/buruh yang bersangkutan tidak hubungan kerja wajib dilakukan melalui perundingan
menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh. bipartit antara pengusaha dengan pekerja/buruh dan/atau
(3) Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud serikat pekerja/serikat buruh.
dalam ayat (2) benar-benar tidak menghasilkan (4) Dalam hal perundingan bipartit sebagaimana dimaksud
persetujuan, pengusaha hanya dapat memutuskan pada ayat (3) tidak mendapatkan kesepakatan, pemutusan
hubungan kerja dengan pekerja/buruh setelah hubungan kerja dilakukan melalui tahap berikutnya sesuai
memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian dengan mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan
151 LASAP
KETERANGAN:
Pada Pasal 151 UU Cipta Kerja bersifat lebih sistematis sesuai prosedur yang ada, bahwa “apabila terjadi pemutusan
hubungan kerja akan diberitahukan terlebih dahulu maksud dan alasannya kepada pekerja. Jika menolak maka akan
diselesaikan melalui perundingan, namun apabila gagal mencapai kesepakatan maka akan diselesaikan melalui
mekanisme PPHI.”
Perbandingan Bab IV
UU Cipta Kerja (UU
No. 11 Tahun 2020)
terhadap UU
Ketenagakerjaan (UU
No. 13 Tahun 2003)
Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003) PASAL
153
(1) Pengusaha dilarang melakukan pemutusan hubungan (1) Pengusaha dilarang melakukan pemutusan hubungan
kerja dengan alasan: kerja kepada pekerja/buruh dengan alasan:
a. pekerja/buruh berhalangan masuk kerja karena sakit a. berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan
menurut keterangan dokter selama waktu tidak melampaui dokter selama waktu tidak melampaui 12 (dua belas) bulan
12 (dua belas) bulan secara terus-menerus; secara terus menerus;
b. pekerja/buruh berhalangan menjalankan pekerjaannya b. berhalangan menjalankan pekerjaannya karena memenuhi
karena memenuhi kewajiban terhadap negara sesuai dengan kewajiban terhadap negara sesuai dengan ketentuan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; peraturan perundang-undangan;
c. pekerja/buruh menjalankan ibadah yang diperintahkan c. menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya;
agamanya; d. menikah;
d. pekerja/buruh menikah; e. hamil, melahirkan, gugur kandungan, atau menyusui
e. pekerja/buruh perempuan hamil, melahirkan, gugur bayinya;
kandungan, atau menyusui bayinya; f. mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan perkawinan
f. pekerja/buruh mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan dengan pekerja/buruh lainnya di dalam satu perusahaan;
perkawinan dengan pekerja/buruh lainnya di dalam satu g. mendirikan, menjadi anggota dan/atau pengurus serikat
perusahaan, kecuali telah diatur dalam perjanjian kerja, pekerja/serikat buruh, pekerja/buruh melakukan kegiatan
peraturan perusahan, atau perjanjian kerja bersama; serikat pekerja/serikat buruh di luar jam kerja, atau di dalam
g. pekerja/buruh mendirikan, menjadi anggota dan/atau jam kerja atas kesepakatan pengusaha, atau berdasarkan
pengurus serikat pekerja/serikat buruh, pekerja/buruh ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan
melakukan kegiatan serikat pekerja/serikat buruh di luar jam perusahaan, atau perjanjian kerja bersama;
kerja, atau di dalam jam kerja atas kesepakatan pengusaha,
atau berdasarkan ketentuan yang diatur dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama;
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)
h. pekerja/buruh yang mengadukan pengusaha kepada yang h. mengadukan pengusaha kepada pihak yang berwajib
berwajib mengenai perbuatan pengusaha yang melakukan mengenai perbuatan pengusaha yang melakukan tindak
tindak pidana kejahatan; pidana kejahatan;
i. karena perbedaan paham, agama, aliran politik, suku, warna i. berbeda paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit,
kulit, golongan, jenis kelamin, kondisi fisik, atau status golongan, jenis kelamin, kondisi fisik, atau status perkawinan;
perkawinan; dan
j. pekerja/buruh dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat j. dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja,
kecelakaan kerja, atau sakit karena hubungan kerja yang atau sakit karena hubungan kerja yang menurut surat
menurut surat keterangan dokter yang jangka waktu keterangan dokter yang jangka waktu penyembuhannya
penyembuhannya belum dapat dipastikan. belum dapat dipastikan.
(2) Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan dengan alasan (2) Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan dengan alasan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) batal demi hukum dan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) batal demi hukum dan
pengusaha wajib mempekerjakan kembali pekerja/buruh pengusaha wajib mempekerjakan kembali pekerja/buruh
yang bersangkutan. yang bersangkutan.
KETERANGAN:
Terdapat perubahan bunyi ketentuan pada Pasal 153 ayat (1) huruf f, bahwa “Dilarang melakukan PHK kepada pekerja yang
mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan perkawinan dengan pekerja lainnya dalam satu perusahaan.” Sedangkan yang
sebelumnya, masih diperbolehkan adanya pengecualian terhadap ketentuan tersebut apabila telah diatur dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
PASAL Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)
153
Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)
PASAL
154
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)
Penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 ayat (3) Pasal dihapus
tidak diperlukan dalam hal:
a. pekerja/buruh masih dalam masa percobaan kerja,
bilamana telah dipersyaratkan secara tertulis sebelumnya;
b. pekerja/buruh mengajukan permintaan pengunduran
diri, secara tertulis atas kemauan sendiri tanpa ada indikasi
adanya tekanan/intimidasi dari pengusaha, berakhirnya
hubungan kerja sesuai dengan perjanjian kerja waktu
tertentu untuk pertama kali;
c. pekerja/buruh mencapai usia pensiun sesuai dengan
ketetapan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan,
perjanjian kerja bersama, atau peraturan perundang
undangan; atau
d. pekerja/buruh meninggal dunia.
PASAL
154A
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)
KETERANGAN:
Ketentuan Pasal 154 mengenai “pengecualian penetapan dalam PHK” dihapus.
Terjadi penambahan pasal yang disisipkan yaitu Pasal 154A.
Pada pasal baru yang disisipkan bersifat lebih spesifik, mengatur mengenai “alasan PHK yang dapat terjadi.”
Tata cara pemutusan hubungan kerja lebih lanjut diatur dalam Peraturan Pemerintah.
PASAL