Anda di halaman 1dari 39

EULAV ,YTIRGETNI ,MODSIW - MRIF WAL SETAICOSSA & AKITRAK

PERBANDINGAN BAB IV UU CIPTA


KERJA (UU NO. 11 TAHUN 2020)
TERHADAP UU KETENAGAKERJAAN
(UU NO. 13 TAHUN 2003)

EightyEight @Kasablanka Tower A 10 E Floor


Jl. Raya Casablanca Kav. 88, Jakarta, 12870
T: 021-21481994; 021-29631601
E: legalservices@kartikalawfirm.com
www.kartikalawfirm.com
11 .oN UU( ajreK atpiC UU VI baB nagnidnabreP
UU( naajrekaganeteK UU padahret )0202 nuhaT
)3002 nuhaT 31 .oN

UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)


(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)

(1) Pelatihan kerja diselenggarakan oleh (1) Pelatihan kerja diselenggarakan oleh:
lembaga pelatihan kerja pemerintah a. Lembaga pelatihan kerja pemerintah;
dan/atau lembaga pelatihan kerja swasta. b. Lembaga pelatihan kerja swasta; atau
(2) Pelatihan kerja dapat diselenggarakan di c. Lembaga pelatihan kerja perusahaan.
tempat pelatihan atau tempat kerja. (2) Pelatihan kerja dapat diselenggarakan di
(3) Lembaga pelatihan kerja pemerintah tempat pelatihan atau tempat kerja.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam (3) Lembaga pelatihan kerja pemerintah
menyelenggarakan pelatihan kerja dapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
bekerja sama dengan swasta. dalam menyelenggarakan pelatihan kerja dapat
bekerja sama dengan swasta.
(4) Lembaga pelatihan kerja pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan
lembaga pelatihan kerja perusahaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
mendaftarkan kegiatannya kepada instansi yang
bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan di kabupaten/kota.

KETERANGAN:
Pada pasal ini, terdapat penambahan yaitu ayat (1) huruf c, mengenai pelatihan kerja dapat
31 LASAP

diselenggarakan oleh lembaga pelatihan kerja perusahaan.


Selain itu, terdapat penambahan pada ayat (4) mengenai tempat pendaftaran kegiatan yang
diselenggarakan oleh lembaga pelatihan kerja pemerintah dan lembaga pelatihan kerja perusahaan.
PASAL Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11
Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU

14 No. 13 Tahun 2003)

UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)


(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)

(1) Lembaga pelatihan kerja swasta dapat berbentuk (1) Lembaga pelatihan kerja swasta sebagaimana
badan hukum Indonesia atau perorangan. dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf b wajib
(2) Lembaga pelatihan kerja swasta sebagaimana memenuhi Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh
dimaksud dalam ayat (1) wajib memperoleh izin atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
mendaftar ke instansi yang bertanggung jawab di (2) Bagi lembaga pelatihan kerja swasta yang terdapat
bidang penyertaan modal asing, Perizinan Berusaha
ketenagakerjaan di kabupaten/kota. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh
(3) Lembaga pelatihan kerja yang diselenggarakan Pemerintah Pusat.
oleh instansi pemerintah mendaftarkan kegiatannya (3) Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada
kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ayat (1) dan ayat (2) harus memenuhi norma, standar,
ketenagakerjaan di kabupaten/kota. prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
(4) Ketentuan mengenai tata cara perizinan dan Pemerintah Pusat.
pendaftaran lembaga pelatihan kerja sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan
Keputusan Menteri.

KETERANGAN:
Pada pasal ini, UU Cipta Kerja mengatur lebih spesifik mengenai perizinan yang dimaksud, yaitu Perizinan Berusaha,
dan lebih rinci mengenai tempat penerbitan Perizinan Berusaha bagi lembaga pelatihan kerja swasta, dan yang
terdapat penyertaan modal asing.
Terkait pasal ini dalam UU Cipta Kerja menjadi lebih singkat (karena ayat (4) dalam UU 13/2003 dihapus) dan
susunannya lebih sistematis.
PASAL
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)
37
(1) Pelaksana penempatan tenaga kerja (1) Pelaksana penempatan tenaga kerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1)
terdiri dari: terdiri atas:
a. Instansi pemerintah yang bertanggung jawab a. Instansi pemerintah yang bertanggung jawab
di bidang ketenagakerjaan; dan di bidang ketenagakerjaan; dan
b. Lembaga swasta berbadan hukum. b. Lembaga penempatan tenaga kerja swasta.
(2) Lembaga penempatan tenaga kerja swasta (2) Lembaga penempatan tenaga kerja swasta
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dalam melaksanakan pelayanan penempatan dalam melaksanakan pelayanan penempatan
tenaga kerja wajib memiliki izin tertulis dari tenaga kerja wajib memenuhi Perizinan Berusaha
Menteri atau pejabat yang ditunjuk. yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat.

UU( naajrekaganeteK UU padahret )0202 nuhaT


(3) Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud

11 .oN UU( ajreK atpiC UU VI baB nagnidnabreP


pada ayat (2) harus memenuhi norma, standar,
prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat.

KETERANGAN:
Pada pasal 37 ayat (1) huruf b terdapat pengubahan kata menjadi “Lembaga penempatan tenaga kerja
swasta”.

)3002 nuhaT 31 .oN


Perihal Perizinan dalam Pasal 37 ayat (2) diatur lebih spesifik mengenai perizinan yang dimaksud dalam
penempatan tenaga kerja.
Otoritas penerbitan perizinan juga diubah menjadi wewenang Pemerintah Pusat, sedangkan UU 13/2003
ialah Menteri atau Pejabat yang ditunjuk.
Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)
PASAL
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003)
(SEBELUM AMANDEMEN)
UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SETELAH AMANDEMEN)
42
(1) Setiap pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga (1) Setiap pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga kerja asing wajib
kerja asing wajib memiliki izin tertulis dari Menteri atau memiliki rencana penggunaan tenaga kerja asing yang disahkan oleh
pejabat yang ditunjuk. Pemerintah Pusat.
(2) Pemberi kerja orang perseorangan dilarang (2) Pemberi kerja orang perseorangan dilarang mempekerjakan tenaga
mempekerjakan tenaga kerja asing. kerja asing.
(3) Kewajiban memiliki izin sebagaimana dimaksud (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi:
dalam ayat (1), tidak berlaku bagi perwakilan negara a. Direksi atau komisaris dengan kepemilikan saham tertentu atau
asing yang mempergunakan tenaga kerja asing sebagai pemegang saham sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
pegawai diplomatik dan konsuler.
b. Pegawai diplomatik dan konsuler pada kantor perwakilan negara
(4) Tenaga kerja asing dapat dipekerjakan di Indonesia
asing; atau
hanya dalam hubungan kerja untuk jabatan tertentu
c. Tenaga kerja asing yang dibutuhkan oleh Pemberi Kerja pada jenis
dan waktu tertentu.
kegiatan produksi yang terhenti karena keadaan darurat, vokasi,
(5) Ketentuan mengenai jabatan tertentu dan waktu
perusahaan rintisan (start-up), kunjungan bisnis, dan penelitian untuk
tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat jangka waktu tertentu.
(4) ditetapkan dengan Keputusan Menteri. (4) Tenaga kerja asing dapat dipekerjakan di Indonesia hanya dalam
(6) Tenaga kerja asing sebagaimana dimaksud dalam hubungan kerja untuk jabatan tertentu dan waktu tertentu serta
ayat (4) yang masa kerjanya habis dan tidak dapat di memiliki kompetensi sesuai dengan jabatan yang akan diduduki.
perpanjang dapat digantikan oleh tenaga kerja asing (5) Tenaga kerja asing dilarang menduduki jabatan yang mengurusi
lainnya. personalia.
(6) Ketentuan mengenai jabatan tertentu dan waktu tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

KETERANGAN:
Pada UU 13/2003 sebelumnya, Pasal 42 mengenai syarat dalam mempekerjakan tenaga kerja asing hanya berupa izin tertulis. Sedangkan, pada UU Cipta
Kerja diatur lebih spesifik, yaitu “wajib memiliki rencana penggunaan tenaga kerja asing yang disahkan oleh Pemerintah Pusat”.
Pengecualian mengenai syarat mempekerjakan tenaga asing diatur lebih rinci dalam UU Cipta Kerja Pasal 42 ayat (3).
Pada Pasal 42 ayat (4) UU Cipta Kerja, ditambah bahwa “Tenaga kerja asing dapat dipekerjakan untuk kompetensi sesuai dengan jabatan yang akan
diduduki.”
Pada ayat (5) juga diubah, bahwa “Tenaga kerja asing dilarang menduduki jabatan yang mengurusi personalia”
Pada ayat (6) diatur bahwa jabatan tertentu yang dimaksud diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)

PASAL

43
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
KETERANGAN:
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN) Ketentuan Pasal 43 dihapus.

(1) Pemberi kerja yang menggunakan tenaga Pasal dihapus


kerja asing harus memiliki rencana penggunaan
tenaga kerja asing yang disahkan oleh Menteri
atau pejabat yang ditunjuk.
(2) Rencana penggunaan tenaga kerja asing
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
sekurang-kurangnya memuat keterangan:
a. Alasan penggunaan tenaga kerja asing; dan
b. Jabatan dan/atau kedudukan tenaga kerja
asing dalam struktur organisasi perusahaan
yang bersangkutan;
c. Penunjukan tenaga kerja warga negara
Indonesia sebagai pendamping tenaga kerja
asing yang dipekerjakan.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) tidak berlaku bagi instansi pemerintah,
badan-badan internasional dan perwakilan
negara asing.
(4) Ketentuan mengenai tata cara pengesahan
rencana penggunaan tenaga kerja asing diatur
dengan Keputusan Menteri.
PASAL
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)
44
(1) Pemberi kerja tenaga kerja asing wajib Pasal dihapus
menaati ketentuan mengenai jabatan dan
standar kompetensi yang berlaku.
(2) Ketentuan mengenai jabatan dan standar KETERANGAN:
kompetensi sebagaimana dimaksud dalam ayat Ketentuan Pasal 44 dihapus.
(1) diatur dengan Keputusan Menteri.

Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11


Tahun 2020)
Tahun terhadap
2020) UU Ketenagakerjaan
terhadap (UU
UU Ketenagakerjaan
(UU No. 13 Tahun 2003)

UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)


(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)

(1) Pemberi kerja tenaga kerja asing wajib: (1) Pemberi kerja tenaga kerja asing wajib:
a. Menunjuk tenaga kerja warga negara Indonesia a. Menunjuk tenaga kerja warga negara Indonesia sebagai tenaga
sebagai tenaga pendamping tenaga kerja asing yang pendamping tenaga kerja asing yang dipekerjakan untuk alih teknologi
dipekerjakan untuk alih teknologi dan alih keahlian dari dan alih keahlian dari tenaga kerja asing;
tenaga kerja asing; dan b. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi tenaga kerja
b. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi Indonesia sebagaimana dimaksud pada huruf a yang sesuai dengan
tenaga kerja Indonesia sebagaimana dimaksud pada kualifikasi jabatan yang diduduki oleh tenaga kerja asing; dan
huruf a yang sesuai dengan kualifikasi jabatan yang c. Memulangkan tenaga kerja asing ke negara asalnya setelah
diduduki oleh tenaga kerja asing. hubungan kerjanya berakhir.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b
54 LASAP

berlaku bagi tenaga kerja asing yang menduduki jabatan tidak berlaku bagi tenaga kerja asing yang menduduki jabatan tertentu.
direksi dan/atau komisaris.

KETERANGAN:
Pada Pasal 45 dalam UU Cipta Kerja ditambah ketentuan ayat (1) huruf c bahwa wajib memulangkan tenaga kerja asing ke negara asalnya setelah
hubungan kerja berakhir.
Pada ketentuan Pasal 45 ayat (2), mengatur mengenai pengecualian ayat (1) huruf a dan b terhadap tenaga kerja asing yang menduduki jabatan tertentu.
Sedangkan pada UU 13/2003, jabatan yang dimaksud hanya berupa direksi dan/atau komisaris.
Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11
PASAL Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU
No. 13 Tahun 2003)

46
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)

(1) Tenaga kerja asing dilarang menduduki Pasal dihapus


jabatan yang mengurusi personalia dan/atau
jabatan-jabatan tertentu.
(2) Jabatan-jabatan tertentu sebagaimana KETERANGAN:
dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Ketentuan Pasal 46 dihapus.
Keputusan Menteri.

UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)


PASAL
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)
(1) Pemberi kerja wajib membayar kompensasi (1) Pemberi kerja wajib membayar kompensasi atas setiap 47
atas setiap tenaga kerja asing yang tenaga kerja asing yang dipekerjakannya.
dipekerjakannya. (2) Kewajiban membayar kompensasi sebagaimana
(2) Kewajiban membayar kompensasi dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi instansi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak pemerintah, perwakilan negara asing, badan
berlaku bagi instansi pemerintah, perwakilan internasional, lembaga sosial, lembaga keagamaan, dan
negara asing, badan-badan internasional, jabatan tertentu di lembaga pendidikan.
lembaga sosial, lembaga keagamaan, dan (3) Ketentuan mengenai besaran dan penggunaan
jabatan-jabatan tertentu di lembaga kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
pendidikan. sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Ketentuan mengenai jabatan-jabatan
tertentu di lembaga pendidikan sebagaimana
KETERANGAN:
dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan
Pasal 47 ayat (3) dalam UU 13/2003 dihapus.
Keputusan Menteri.
Pasal 47 ayat (4) dalam UU 13/2003 tentang pengaturan besaran
(4) Ketentuan mengenai besarnya kompensasi
kompensasi oleh Peraturan Pemerintah, diubah menjadi “diatur
dan penggunaannya diatur dengan Peraturan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan."
Pemerintah.
11 .oN UU( ajreK atpiC UU VI baB nagnidnabreP
UU( naajrekaganeteK UU padahret )0202 nuhaT
)3002 nuhaT 31 .oN
84 UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)
LASAP

Pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga Pasal dihapus


kerja asing wajib memulangkan tenaga kerja
asing ke negara asalnya setelah hubungan
kerjanya berakhir.
KETERANGAN:
Ketentuan Pasal 48 UU 13/2003 dihapus.
Dalam UU Cipta Kerja, ketentuan tersebut mengenai
kewajiban pemulangan tenaga kerja asing ke negara
asalnya diatur dalam Pasal 45 ayat (1) huruf c.

PASAL 49
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)

Ketentuan mengenai penggunaan tenaga kerja Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan
asing serta pelaksanaan pendidikan dan tenaga kerja asing diatur dalam Peraturan
pelatihan tenaga kerja pendamping diatur Pemerintah.
dengan Keputusan Presiden.

KETERANGAN:
Ketentuan penggunaan tenaga kerja asing diatur dengan “Keputusan Presiden”
diubah menjadi “Peraturan Pemerintah”.
Kata-kata mengenai “Ketentuan mengenai pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
tenaga kerja pendamping” dihapus.
Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) terhadap
UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)

PASAL

56
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)

(1) Perjanjian kerja dibuat untuk waktu (1) Perjanjian kerja dibuat untuk waktu tertentu atau
tertentu atau untuk waktu tidak tertentu. untuk waktu tidak tertentu.
(2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu (2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas:
didasarkan atas: a. jangka waktu; atau
a. jangka waktu; atau b. selesainya suatu pekerjaan tertentu.
b. selesainya suatu pekerjaan tertentu. (3) Jangka waktu atau selesainya suatu pekerjaan
tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditentukan berdasarkan perjanjian kerja.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai perjanjian kerja
waktu tertentu berdasarkan jangka waktu atau
selesainya suatu pekerjaan tertentu diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

KETERANGAN:
Pada Pasal 56 terdapat penambahan yaitu ayat (3) dan ayat (4), mengatur bahwa Jangka waktu
yang dimaksud dalam ayat (2) ditentukan berdasarkan perjanjian kerja dan perjanjian kerja akan
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Penambahan ayat (3) dan (4) membuat ketentuan Pasal 56 menjadi lebih rinci dan jelas.
PASAL

57 UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003)


(SEBELUM AMANDEMEN)
UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SETELAH AMANDEMEN)

(1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dibuat secara (1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dibuat
tertulis serta harus menggunakan bahasa Indonesia secara tertulis serta harus menggunakan bahasa
dan huruf latin. Indonesia dan huruf latin.
(2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang dibuat (2) Dalam hal perjanjian kerja waktu tertentu dibuat
tidak tertulis bertentangan dengan ketentuan sebagai dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing, apabila
mana dimaksud dalam ayat (1) dinyatakan sebagai kemudian terdapat perbedaan penafsiran antara
perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu. keduanya, yang berlaku perjanjian kerja waktu
(3) Dalam hal perjanjian kerja dibuat dalam bahasa tertentu yang dibuat dalam bahasa Indonesia.
Indonesia dan bahasa asing, apabila kemudian
terdapat perbedaan penafsiran antara keduanya, maka KETERANGAN:
Pasal 57 ayat (2) UU 13/2003, mengenai “PKWT yang
yang berlaku perjanjian kerja yang dibuat dalam
dibuat tidak tertulis akan dinyatakan sebagai PKWTT”
bahasa Indonesia.
dihapus.
Pasal 57 ayat (3) UU 13/2003 diubah menjadi ayat (2).

PASAL
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
58 (SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)

(1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat (1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat
mensyaratkan adanya masa percobaan kerja. mensyaratkan adanya masa percobaan kerja.
(2) Dalam hal disyaratkan masa percobaan kerja dalam (2) Dalam hal disyaratkan masa percobaan kerja
perjanjian kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masa
masa percobaan kerja yang disyaratkan batal demi percobaan kerja yang disyaratkan tersebut batal
hukum. demi hukum dan masa kerja tetap dihitung.

KETERANGAN:
Terdapat penambahan pada Pasal 58 ayat (2) bahwa percobaan kerja yang disyaratkan pada PKWT akan batal demi hukum dan
masa kerja tetap dihitung.

Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)
Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)

UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020) PASAL


(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN) 59
(1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk (1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat
pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau
pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu : kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu
a. pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya; sebagai berikut:
b. pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu a. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;
yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun; b. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu
c. pekerjaan yang bersifat musiman; atau yang tidak terlalu lama;
d. pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan c. Pekerjaan yang bersifat musiman;
baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau d. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan
penjajakan. baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau
(2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan penjajakan; atau
untuk pekerjaan yang bersifat tetap. e. Pekerjaan yang jenis dan sifat atau kegiatannya bersifat tidak
(3) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dapat diperpanjang atau tetap.
diperbaharui. (2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan
(4) Perjanjian kerja waktu tertentu yang didasarkan atas jangka untuk pekerjaan yang bersifat tetap.
waktu tertentu dapat diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun (3) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang tidak memenuhi
dan hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) demi
paling lama 1 (satu) tahun. hukum menjadi perjanjian kerja waktu tidak tertentu.
(5) Pengusaha yang bermaksud memperpanjang perjanjian kerja (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis dan sifat atau kegiatan
waktu tertentu tersebut, paling lama 7 (tujuh) hari sebelum pekerjaan, jangka waktu, dan batas waktu perpanjangan
perjanjian kerja waktu tertentu berakhir telah memberitahukan perjanjian kerja waktu tertentu diatur dalam Peraturan
maksudnya secara tertulis kepada pekerja/buruh yang Pemerintah.
bersangkutan.
(6) Pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat KETERANGAN:
diadakan setelah melebihi masa tenggang waktu 30 (tiga puluh) Terdapat penambahan pada Pasal 59 ayat (1) huruf e, bahwa
hari berakhirnya perjanjian kerja waktu tertentu yang lama, Pekerjaan yang jenis dan sifatnya atau kegiatannya bersifat
pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu ini hanya boleh tidak tetap adalah termasuk kategori pekerjaan waktu
dilakukan 1 (satu) kali dan paling lama 2 (dua) tahun. tertentu.
(7) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang tidak memenuhi Ketentuan Pasal 59 ayat (3), (4), (5) dan (6) UU 13/2003 dihapus.
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (4), Ketentuan lebih lanjut mengenai perjanjian kerja waktu
ayat (5), dan ayat (6) maka demi hukum menjadi perjanjian kerja tertentu akan diatur dengan Peraturan Pemerintah,
waktu tidak tertentu. sedangkan yang sebelumnya diatur dengan Keputusan
(8) Hal-hal lain yang belum diatur dalam Pasal ini akan diatur lebih Menteri.
lanjut dengan Keputusan Menteri.
Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)

PASAL
61
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)

(1) Perjanjian kerja berakhir apabila: (1) Perjanjian kerja berakhir apabila:
a. pekerja meninggal dunia; a. Pekerja/buruh meninggal dunia;
b. berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja; b. Berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja;
c. adanya putusan pengadilan dan/atau putusan atau c. Selesainya suatu pekerjaan tertentu;
penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan d. Adanya putusan pengadilan dan/atau putusan
industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial
atau yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; atau
d. adanya keadaan atau kejadian tertentu yang e. Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang
dicantumkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, dicantumkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan,
atau perjanjian kerja bersama yang dapat menyebabkan atau perjanjian kerja bersama yang dapat menyebabkan
berakhirnya hubungan kerja. berakhirnya hubungan kerja.
(2) Perjanjian kerja tidak berakhir karena meninggalnya (2) Perjanjian kerja tidak berakhir karena meninggalnya
pengusaha atau beralihnya hak atas perusahaan yang pengusaha atau beralihnya hak atas perusahaan yang
disebabkan penjualan, pewarisan, atau hibah. disebabkan penjualan, pewarisan, atau hibah.
(3) Dalam hal terjadi pengalihan perusahaan maka hak-hak (3) Dalam hal terjadi pengalihan perusahaan maka hak-hak
pekerja/buruh menjadi tanggung jawab pengusaha baru, pekerja/buruh menjadi tanggung jawab pengusaha baru,
kecuali ditentukan lain dalam perjanjian pengalihan yang kecuali ditentukan lain dalam perjanjian pengalihan yang
tidak mengurangi hak-hak pekerja/buruh. tidak mengurangi hak-hak pekerja/buruh.
(4) Dalam hal pengusaha, orang perseorangan, meninggal (4) Dalam hal pengusaha orang perseorangan meninggal
dunia, ahli waris pengusaha dapat mengakhiri perjanjian dunia, ahli waris pengusaha dapat mengakhiri perjanjian
kerja setelah merundingkan dengan pekerja/buruh. kerja setelah merundingkan dengan pekerja/buruh.
(5) Dalam hal pekerja/buruh meninggal dunia, ahli waris (5) Dalam hal pekerja/buruh meninggal dunia, ahli waris
pekerja/buruh berhak mendapatkan hak haknya sesuai pekerja/buruh berhak mendapatkan hak-haknya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau dengan peraturan perundang-undangan atau hak-hak yang
hak hak yang telah diatur dalam perjanjian kerja, peraturan telah diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan,
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. atau perjanjian kerja bersama.
PASAL
61A
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)
(1) Dalam hal perjanjian kerja waktu tertentu berakhir
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1) huruf b dan
huruf c, pengusaha wajib memberikan uang kompensasi
kepada pekerja/buruh.
(2) Uang kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan kepada pekerja/buruh sesuai dengan masa kerja
pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai uang kompensasi
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
KETERANGAN:
Terdapat penambahan pada Pasal 61 ayat (1) huruf c, yaitu “selesainya suatu pekerjaan tertentu.”
Terdapat pasal tambahan yaitu Pasal 61A, yang mengatur mengenai kewajiban kompensasi kepada pekerja/buruh apabila
perjanjian kerja waktu tertentu berakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1) huruf b dan huruf c.
Ketentuan lebih lanjut mengenai ketentuan kompensasi diatur dalam Peraturan Pemerintah.

UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)


(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)

Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan Pasal dihapus


pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian
pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa
pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis.

KETERANGAN: PASAL 64
Ketentuan Pasal 64 dihapus.

Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)
Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020)
terhadap UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)
PASAL 65
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)
(1) Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain dilaksanakan melalui Pasal dihapus
perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis.
(2) Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama;
b. dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan;
c. merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan; dan
d. tidak menghambat proses produksi secara langsung.
(3) Perusahaan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus berbentuk badan hukum.
(4) Perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerja/buruh pada perusahaan lain
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) sekurang-kurangnya sama dengan perlindungan kerja
dan syarat-syarat kerja pada perusahaan pemberi pekerjaan atau sesuai dengan peraturan
perundangundangan yang berlaku.
(5) Perubahan dan/atau penambahan syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur
lebih lanjut dengan Keputusan Menteri.
(6) Hubungan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur
dalam perjanjian kerja secara tertulis antara perusahaan lain dan pekerja/buruh yang
dipekerjakannya.
(7) Hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) dapat didasarkan atas perjanjian
kerja waktu tidak tertentu atau perjanjian kerja waktu tertentu apabila memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59.
(8) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) tidak terpenuhi, KETERANGAN:
maka demi hukum status hubungan kerja pekerja/buruh dengan perusahaan penerima Ketentuan Pasal 65
pemborongan beralih menjadi hubungan kerja pekerja/buruh dengan perusahaan pemberi dihapus.
pekerjaan.
(9) Dalam hal hubungan kerja beralih ke perusahaan pemberi pekerjaan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (8), maka hubungan kerja pekerja/buruh dengan pemberi pekerjaan sesuai dengan
hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (7).
Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)
PASAL
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003)
(SEBELUM AMANDEMEN)
UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SETELAH AMANDEMEN)
66
(1) Pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh tidak (1) Hubungan kerja antara perusahaan alih daya dengan pekerja/buruh
boleh digunakan oleh pemberi kerja untuk melaksanakan kegiatan yang dipekerjakannya didasarkan pada perjanjian kerja yang dibuat
pokok atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses secara tertulis baik perjanjian kerja waktu tertentu atau perjanjian kerja
produksi, kecuali untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang waktu tidak tertentu.
tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. (2) Perlindungan pekerja/buruh, upah dan kesejahteraan, syarat-syarat
(2) Penyedia jasa pekerja/buruh untuk kegiatan jasa penunjang atau kerja serta perselisihan yang timbul dilaksanakan sekurang-kurangnya
kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan menjadi
harus memenuhi syarat sebagai berikut : tanggung jawab perusahaan alih daya.
a. Adanya hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan (3) Dalam hal perusahaan alih daya mempekerjakan pekerja/buruh
penyedia jasa pekerja/buruh; berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu sebagaimana dimaksud
b. Perjanjian kerja yang berlaku dalam hubungan kerja pada ayat (1), perjanjian kerja tersebut harus mensyaratkan pengalihan
sebagaimana dimaksud pada huruf a adalah perjanjian kerja untuk perlindungan hak-hak bagi pekerja/buruh apabila terjadi pergantian
waktu tertentu yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud perusahaan alih daya dan sepanjang objek pekerjaannya tetap ada.
dalam Pasal 59 dan/atau perjanjian kerja waktu tidak tertentu yang (4) Perusahaan alih daya sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh kedua belah pihak; berbentuk badan hukum dan wajib memenuhi Perizinan Berusaha yang
c. Perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja, serta diterbitkan oleh Pemerintah Pusat.
perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan (5) Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus
penyedia jasa pekerja/buruh; dan memenuhi norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
d. Perjanjian antara perusahaan pengguna jasa pekerja/buruh dan Pemerintah Pusat.
perusahaan lain yang bertindak sebagai perusahaan penyedia jasa (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai perlindungan pekerja/buruh
pekerja/buruh dibuat secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan Perizinan Berusaha
dan wajib memuat pasal-pasal sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam Peraturan
undang-undang ini. Pemerintah.
(3) Penyedia jasa pekerja/buruh merupakan bentuk usaha yang
berbadan hukum dan memiliki izin dari instansi yang bertanggung
KETERANGAN:
jawab di bidang ketenagakerjaan.
Ketentuan Pasal 66 diubah setelah amandemen, mengatur
(4) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat
(2) huruf a, huruf b, dan huruf d serta ayat (3) tidak terpenuhi, maka mengenai hubungan kerja antara perusahaan alih daya dengan
demi hukum status hubungan kerja antara pekerja/buruh dan pekerja/buruh. Sedangkan pada UU 13/2003, ketentuan Pasal 66
perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh beralih menjadi hubungan adalah mengatur tentang hubungan pekerja/buruh dengan
kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan pemberi pekerjaan. perusahaan penyedia jasa.
11 .oN UU( ajreK atpiC UU VI baB nagnidnabreP
UU( naajrekaganeteK UU padahret )0202 nuhaT
)3002 nuhaT 31 .oN
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)

(1) Setiap pengusaha wajib melaksanakan (1) Setiap Pengusaha wajib melaksanakan
ketentuan waktu kerja. ketentuan waktu kerja.
(2) Waktu kerja sebagaimana dimaksud (2) Waktu kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
dalam ayat (1) meliputi: (1) meliputi:
a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat
puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari
hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau kerja dalam 1 (satu) minggu; atau
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat
(empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari
(lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu. kerja dalam 1 (satu) minggu.
(3) Ketentuan waktu kerja sebagaimana (3) Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud
dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku bagi pada ayat (2) tidak berlaku bagi sektor usaha atau
sektor usaha atau pekerjaan tertentu. pekerjaan tertentu.
(4) Ketentuan mengenai waktu kerja pada (4) Pelaksanaan jam kerja bagi pekerja/buruh di
sektor usaha atau pekerjaan tertentu perusahaan diatur dalam perjanjian kerja,
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
dengan Keputusan Menteri. bersama.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai waktu kerja
pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
77 LASAP

KETERANGAN:
Terdapat penambahan pada Pasal 77 ayat (4) bahwa pelaksanaan jam kerja diatur dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
Ketentuan lebih lanjut mengenai waktu kerja akan diatur dengan Peraturan Pemerintah, sedangkan yang
sebelumnya diatur dengan Keputusan Menteri.
PASAL
naajrekaganeteK UU padahret )0202 nuhaT 11 .oN UU( ajreK atpiC UU VI baB nagnidnabreP
)3002 nuhaT 31 .oN UU(

78
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)

(1) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh (1) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh
melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 77 ayat (2) harus memenuhi syarat: Pasal 77 ayat (2) harus memenuhi syarat:
a. ada persetujuan pekerja/buruh yang a. ada persetujuan pekerja/buruh yang
bersangkutan; dan bersangkutan; dan
b. waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan b. waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan
paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 paling lama 4 (empat) jam dalam 1 (satu) hari dan 18
(empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu. (delapan belas) jam dalam 1 (satu) minggu.
(2) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh (2) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh
melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib membayar upah kerja lembur. ayat (1) wajib membayar upah kerja lembur.
(3) Ketentuan waktu kerja lembur sebagaimana (3) Ketentuan waktu kerja lembur sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf b tidak berlaku bagi dimaksud pada ayat (1) huruf b tidak berlaku bagi
sektor usaha atau pekerjaan tertentu. sektor usaha atau pekerjaan tertentu.
(4) Ketentuan mengenai waktu kerja lembur dan upah (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai waktu kerja
kerja lembur sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) lembur dan upah kerja lembur diatur dalam Peraturan
dan ayat (3) diatur dengan Keputusan Menteri. Pemerintah.

KETERANGAN:
Terdapat perubahan ketentuan mengenai waktu kerja lembur pada Pasal 78 ayat (1) huruf b, yaitu penambahan
waktu lembur dari maksimal 3 jam dalam 1 hari dan 14 jam dalam 1 minggu menjadi 4 jam dalam 1 hari dan 18 jam
dalam 1 minggu.
Ketentuan lebih lanjut mengenai waktu kerja lembur dan upah lembur diatur dengan Keputusan Menteri menjadi
Peraturan Pemerintah.
Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)

UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020) PASAL


(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN) 79
(1) Pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada (1) Pengusaha wajib memberi:
pekerja/buruh. a. waktu istirahat; dan
(2) Waktu istirahat dan cuti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), b. cuti.
meliputi: (2) Waktu istirahat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
a. istirahat antara jam kerja, sekurang kurangnya setengah jam wajib diberikan kepada pekerja/buruh paling sedikit meliputi:
setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu a. istirahat antara jam kerja, paling sedikit setengah jam setelah
istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja; bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat
b. istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam tersebut tidak termasuk jam kerja; dan
1 (satu) minggu atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 b. istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam
(satu) minggu; 1 (satu) minggu.
c. cuti tahunan, sekurang kurangnya 12 (dua belas) hari kerja (3) Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b yang wajib
setelah pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua diberikan kepada pekerja/buruh, yaitu cuti tahunan, paling sedikit 12
belas) bulan secara terus menerus; dan (dua belas) hari kerja setelah pekerja/buruh yang bersangkutan
d. istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan dan bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus.
dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 (4) Pelaksanaan cuti tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
(satu) bulan bagi pekerja/buruh yang telah bekerja selama 6 (enam) diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian
tahun secara terus-menerus pada perusahaan yang sama dengan kerja bersama.
ketentuan pekerja/buruh tersebut tidak berhak lagi atas istirahat (5) Selain waktu istirahat dan cuti sebagaimana dimaksud pada ayat
tahunannya dalam 2 (dua) tahun berjalan dan selanjutnya berlaku (1), ayat (2), dan ayat (3), perusahaan tertentu dapat memberikan
untuk setiap kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun. istirahat panjang yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan
(3) Pelaksanaan waktu istirahat tahunan sebagaimana dimaksud perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
dalam ayat (2) huruf c diatur dalam perjanjian kerja, peraturan (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai perusahaan tertentu
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dengan Peraturan
(4) Hak istirahat panjang sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) Pemerintah.
huruf d hanya berlaku bagi pekerja/buruh yang bekerja pada KETERANGAN:
perusahaan tertentu. Pasal 79 ayat (2) huruf d mengenai “jangka waktu pelaksanaan cuti
(5) Perusahaan tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) tahunan” dan ayat (4) mengenai “hak cuti yang hanya berlaku bagi
diatur dengan Keputusan Menteri. pekerja pada perusahaan” dihapus.
Pada UU Cipta Kerja, mengatur bahwa pelaksanaan cuti tahunan
akan diatur sesuai kebijakan perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
Ketentuan lebih lanjut mengenai perusahaan tertentu diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)

PASAL
88
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)

(1) Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan (1) Setiap pekerja/buruh berhak atas penghidupan yang
yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. layak bagi kemanusiaan.
(2) Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi (2) Pemerintah Pusat menetapkan kebijakan pengupahan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan sebagaimana sebagai salah satu upaya mewujudkan hak pekerja/buruh
dimaksud dalam ayat (1), pemerintah menetapkan kebijakan atas penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
pengupahan yang melindungi pekerja/buruh. (3) Kebijakan pengupahan sebagaimana dimaksud pada
(3) Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh ayat (2) meliputi:
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) meliputi: a. upah minimum;
a. upah minimum; b. struktur dan skala upah;
b. upah kerja lembur; c. upah kerja lembur;
c. upah tidak masuk kerja karena berhalangan; d. upah tidak masuk kerja dan/atau tidak melakukan
d. upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain pekerjaan karena alasan tertentu;
di luar pekerjaannya; e. bentuk dan cara pembayaran upah;
e. upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya; f. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah; dan
f. bentuk dan cara pembayaran upah; g. upah sebagai dasar perhitungan atau pembayaran hak
g. denda dan potongan upah; dan kewajiban lainnya.
h. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah; (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kebijakan pengupahan
i. struktur dan skala pengupahan yang proporsional; diatur dalam Peraturan Pemerintah.
j. upah untuk pembayaran pesangon; dan
k. upah untuk perhitungan pajak penghasilan.
(4) Pemerintah menetapkan upah minimum sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) huruf a berdasarkan kebutuhan
hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan
pertumbuhan ekonomi.
Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)
PASAL
88A
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)

(1) Hak pekerja/buruh atas upah timbul pada saat terjadi


hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha
dan berakhir pada saat putusnya hubungan kerja.
(2) Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh upah yang
sama untuk pekerjaan yang sama nilainya.
(3) Pengusaha wajib membayar upah kepada pekerja/buruh
sesuai dengan kesepakatan.
(4) Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas
kesepakatan antara pengusaha dan pekerja/buruh atau
serikat pekerja/serikat buruh tidak boleh lebih rendah dari
ketentuan pengupahan yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan.
(5) Dalam hal kesepakatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) lebih rendah atau bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan, kesepakatan tersebut batal demi
hukum dan pengaturan pengupahan dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(6) Pengusaha yang karena kesengajaan atau kelalaiannya
mengakibatkan keterlambatan pembayaran upah,
dikenakan denda sesuai dengan persentase tertentu dari
upah pekerja/buruh.
(7) Pekerja/buruh yang melakukan pelanggaran karena
kesengajaan atau kelalaiannya dapat dikenakan denda.
(8) Pemerintah mengatur pengenaan denda kepada
pengusaha dan/atau pekerja/buruh dalam pembayaran
upah.
Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)
PASAL
88B
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)
(1) Upah ditetapkan berdasarkan:
a. satuan waktu; dan/atau
b. satuan hasil.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai upah berdasarkan
satuan waktu dan/atau satuan hasil sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
PASAL
88C
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)
(1) Gubernur wajib menetapkan upah minimum provinsi.
(2) Gubernur dapat menetapkan upah minimum
kabupaten/kota dengan syarat tertentu.
(3) Upah minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) ditetapkan berdasarkan kondisi ekonomi dan
ketenagakerjaan.
(4) Syarat tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meliputi pertumbuhan ekonomi daerah atau inflasi pada
kabupaten/kota yang bersangkutan.
(5) Upah minimum kabupaten/kota sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) harus lebih tinggi dari upah minimum provinsi.
(6) Kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) menggunakan data yang bersumber
dari lembaga yang berwenang di bidang statistik.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan
upah minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan
syarat tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)
PASAL
88D
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)

(1) Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88C


ayat (1) dan ayat (2) dihitung dengan menggunakan formula
perhitungan upah minimum.
(2) Formula perhitungan upah minimum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) memuat variabel pertumbuhan
ekonomi atau inflasi.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai formula perhitungan
upah minimum diatur dalam Peraturan Pemerintah.

PASAL
88E
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)

(1) Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88C


ayat (1) dan ayat (2) berlaku bagi pekerja/buruh dengan
masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun pada perusahaan yang
bersangkutan.
(2) Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari
upah minimum.

KETERANGAN:
Terdapat perubahan ketentuan mengenai kebijakan pengupahan pada Pasal 88 ayat (3), yaitu dihapusnya ketentuan
upah untuk pembayaran pesangon dan upah untuk perhitungan pajak penghasilan.
Terdapat penambahan pasal yaitu Pasal 88A, Pasal 88B, Pasal 88C, Pasal 88D dan Pasal 88E.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengupahan akan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003) PASAL

UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003)


(SEBELUM AMANDEMEN)
UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SETELAH AMANDEMEN)
89
(1) Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 Pasal dihapus
ayat (3) huruf a dapat terdiri atas:
a. upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau
kabupaten/kota;
b. upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah
provinsi atau kabupaten/kota.
(2) Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diarahkan kepada pencapaian kebutuhan hidup layak.
(3) Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan
rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau KETERANGAN:
Bupati/Walikota. Ketentuan Pasal 89 UU 13/2003 mengenai Upah
(4) Komponen serta pelaksanaan tahapan pencapaian minimum provinsi dihapus, karena ketentuannya sudah
kebutuhan hidup layak sebagaimana dimaksud dalam ayat diatur pada Pasal 88C UU Cipta Kerja.
(2) diatur dengan Keputusan Menteri.

UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)


(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)

(1) Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari Pasal dihapus
upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89.
(2) Bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah
minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 dapat
dilakukan penangguhan.
(3) Tata cara penangguhan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) diatur dengan Keputusan Menteri. PASAL 90
Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)

PASAL 90A
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)

Upah di atas upah minimum ditetapkan berdasarkan


kesepakatan antara pengusaha dan pekerja/buruh di
perusahaan.

PASAL 90B
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)

(1) Ketentuan upah minimum sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 88C ayat (1) dan ayat (2) dikecualikan bagi
Usaha Mikro dan Kecil.
(2) Upah pada Usaha Mikro dan Kecil ditetapkan
berdasarkan kesepakatan antara pengusaha dan
pekerja/buruh di perusahaan.
(3) Kesepakatan upah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
sekurang-kurangnya sebesar persentase tertentu dari rata
rata konsumsi masyarakat berdasarkan data yang
bersumber dari lembaga yang berwenang di bidang
statistik.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai upah bagi Usaha Mikro
dan Kecil diatur dalam Peraturan Pemerintah.
KETERANGAN:
Ketentuan Pasal 90 dihapus.
Tetapi terdapat penambahan pasal yang disisipkan yaitu Pasal 90A dan Pasal 90B, yang mengatur mengenai upah minimum.
PASAL
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
91 (SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)

(1) Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas Pasal dihapus


kesepakatan antara pengusaha dan pekerja/buruh
atau serikat pekerja/serikat buruh tidak boleh
lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang
ditetapkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. KETERANGAN:
(2) Dalam hal kesepakatan sebagaimana Ketentuan Pasal 91 dihapus, karena
dimaksud dalam ayat (1) lebih rendah atau ketentuan Pasal 91 UU 13/2003 tentang
bertentangan dengan peraturan perundang- “pengaturan pengupahan tidak boleh lebih
undangan, kesepakatan tersebut batal demi rendah dari ketentuan peraturan
hukum, dan pengusaha wajib membayar upah perundang-undangan” telah diatur pada
pekerja/buruh menurut peraturan perundang- Pasal 88A ayat (4) dan (5) UU Cipta Kerja.
undangan yang berlaku.

PASAL
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
92 (SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)

(1) Pengusaha menyusun struktur dan skala upah (1) Pengusaha wajib menyusun struktur dan
dengan memperhatikan golongan, jabatan, masa skala upah di perusahaan dengan
kerja, pendidikan, dan kompetensi. memperhatikan kemampuan perusahaan dan
(2) Pengusaha melakukan peninjauan upah secara produktivitas.
berkala dengan memperhatikan kemampuan (2) Struktur dan skala upah digunakan sebagai
perusahaan dan produktivitas. pedoman pengusaha dalam menetapkan upah.
(3) Ketentuan mengenai struktur dan skala upah (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai struktur
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dan skala upah diatur dalam Peraturan
dengan Keputusan Menteri. Pemerintah.

Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)
PASAL
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
92A (SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)

Pengusaha melakukan peninjauan upah secara


berkala dengan memperhatikan kemampuan
perusahaan dan produktivitas.

KETERANGAN:
Terdapat perubahan pada Pasal 92 ayat (1) bahwa “Pengusaha menyusun struktur dan skala upah dengan
memperhatikan golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan dan kompetensi” menjadi “dengan
memperhatikan kemampuan perusahaan dan produktivitas.
Terdapat penambahan pasal yang disisipkan yaitu, Pasal 92A yang mengatur mengenai peninjauan upah
oleh pengusaha dengan memperhatikan kemampuan perusahaan dan produktivitas, sedangkan
sebelumnya ketentuan tersebut diatur dalam Pasal 92 ayat (2).

Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)

PASAL
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)

94
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)

Dalam hal komponen upah terdiri dari upah Dalam hal komponen upah terdiri atas upah
pokok dan tunjangan tetap maka besarnya upah pokok dan tunjangan tetap, besarnya upah
pokok sedikit-dikitnya 75% (tujuh puluh lima pokok paling sedikit 75% (tujuh puluh lima
perseratus) dari jumlah upah pokok dan persen) dari jumlah upah pokok dan tunjangan
tunjangan tetap. tetap.

KETERANGAN:
Terdapat perubahan bunyi pasal dari “sedikit-dikitnya 75%” menjadi “paling sedikit 75%”.
11 .oN UU( ajreK atpiC UU VI baB nagnidnabreP
UU( naajrekaganeteK UU padahret )0202 nuhaT
)3002 nuhaT 31 .oN
PASAL 95

UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)


(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)

(1) Pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja/buruh (1) Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau
karena kesengajaan atau kelalaiannya dapat dilikuidasi berdasarkan ketentuan peraturan
dikenakan denda. perundang-undangan, upah dan hak lainnya yang
(2) Pengusaha yang karena kesengajaan atau belum diterima oleh pekerja/buruh merupakan utang
kelalaiannya mengakibatkan keterlambatan yang didahulukan pembayarannya.
pembayaran upah, dikenakan denda sesuai dengan (2) Upah pekerja/buruh sebagaimana dimaksud pada
persentase tertentu dari upah pekerja/buruh. ayat (1) didahulukan pembayarannya sebelum
(3) Pemerintah mengatur pengenaan denda kepada pembayaran kepada semua kreditur.
pengusaha dan/atau pekerja/buruh, dalam (3) Hak lainnya dari pekerja/buruh sebagaimana
pembayaran upah. dimaksud pada ayat (1) didahulukan pembayarannya
(4) Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau atas semua kreditur kecuali para kreditur pemegang
dilikuidasi berdasarkan peraturan perundang hak jaminan kebendaan.
undangan yang berlaku, maka upah dan hak-hak
lainnya dari pekerja/buruh merupakan utang yang
didahulukan pembayarannya.

KETERANGAN:
Ketentuan Pasal 95 ayat (1) mengenai “pengenaan denda terhadap pelanggaran pekerja/buruh”, Pasal 95 ayat (2)
mengenai “pengenaan denda pada pengusaha yang sengaja atau lalai mengakibatkan keterlambatan
pembayaran upah” dan Pasal 95 ayat (3) mengenai “pengaturan pengenaan denda kepada pengusaha dan/atau
pekerja oleh pemerintah” dalam UU 13/2003 dinyatakan dihapus.
Pasal 95 UU Cipta Kerja lebih jelas menegaskan bahwa pembayaran upah dan hak pekerja harus didahulukan dari
semua kreditur dalam hal perusahaan pailit atau likuidasi.
Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11
PASAL Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU
No. 13 Tahun 2003)

96
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)

Tuntutan pembayaran upah pekerja/buruh dan Pasal dihapus


segala pembayaran yang timbul dari hubungan
kerja menjadi kadaluwarsa setelah melampaui
jangka waktu 2 (dua) tahun sejak timbulnya KETERANGAN:
hak. Ketentuan Pasal 96 dihapus.

PASAL
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020) 97
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)

Ketentuan mengenai penghasilan yang layak, Pasal dihapus


kebijakan pengupahan, kebutuhan hidup layak,
dan perlindungan pengupahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 88, penetapan upah
minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal
89, dan pengenaan denda sebagaimana KETERANGAN:
dimaksud dalam Pasal 95 ayat (1), ayat (2) dan Ketentuan Pasal 97 dihapus.
ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020) PASAL
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)

(1) Untuk memberikan saran, pertimbangan, dan


merumuskan kebijakan pengupahan yang akan
(1) Untuk memberikan saran dan pertimbangan
kepada Pemerintah Pusat atau Pemerintah
98
ditetapkan oleh pemerintah, serta untuk Daerah dalam perumusan kebijakan pengupahan
pengembangan sistem pengupahan nasional serta pengembangan sistem pengupahan
dibentuk Dewan Pengupahan Nasional, Provinsi, dibentuk dewan pengupahan.
dan Kabupaten/Kota. (2) Dewan pengupahan terdiri atas unsur
(2) Keanggotaan Dewan Pengupahan Pemerintah, organisasi pengusaha, serikat
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri dari pekerja/serikat buruh, pakar dan akademisi.
unsur pemerintah, organisasi pengusaha, serikat (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pekerja/serikat buruh, perguruan tinggi, dan pembentukan, komposisi keanggotaan, tata cara
pakar. pengangkatan dan pemberhentian keanggotaan,
(3) Keanggotaan Dewan Pengupahan tingkat serta tugas dan tata kerja dewan pengupahan
Nasional diangkat dan diberhentikan oleh diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Presiden, sedangkan keanggotaan Dewan

UU( naajrekaganeteK UU padahret )0202 nuhaT


11 .oN UU( ajreK atpiC UU VI baB nagnidnabreP
Pengupahan Provinsi, Kabupaten/Kota diangkat
dan diberhentikan oleh
Gubernur/Bupati/Walikota.
(4) Ketentuan mengenai tata cara pembentukan,
komposisi keanggotaan, tata cara pengangkatan
dan pemberhentian keanggotaan, serta tugas dan
tata kerja Dewan Pengupahan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), diatur
dengan Keputusan Presiden.

)3002 nuhaT 31 .oN


KETERANGAN:
Terdapat perubahan ketentuan, bahwa Pasal 98 ayat (1) “dibentuknya Dewan Pengupahan Nasional,
Provinsi, dan Kabupaten/Kota” menjadi “Dewan Pengupahan”.
Ketentuan lanjutan mengenai Dewan Pengupahan akan diatur dalam Peraturan Pemerintah, sedangkan
yang sebelumnya diatur dengan Keputusan Presiden.
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)

(1) Pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat (1) Pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh,
buruh, dan pemerintah, dengan segala upaya harus dan Pemerintah harus mengupayakan agar tidak terjadi
mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan pemutusan hubungan kerja.
hubungan kerja. (2) Dalam hal pemutusan hubungan kerja tidak dapat
(2) Dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi dihindari, maksud dan alasan pemutusan hubungan kerja
pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindari, diberitahukan oleh pengusaha kepada pekerja/buruh
maka maksud pemutusan hubungan kerja wajib dan/atau serikat pekerja/serikat buruh.
dirundingkan oleh pengusaha dan serikat (3) Dalam hal pekerja/buruh telah diberitahu dan menolak
pekerja/serikat buruh atau dengan pekerja/buruh pemutusan hubungan kerja, penyelesaian pemutusan
apabila pekerja/buruh yang bersangkutan tidak hubungan kerja wajib dilakukan melalui perundingan
menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh. bipartit antara pengusaha dengan pekerja/buruh dan/atau
(3) Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud serikat pekerja/serikat buruh.
dalam ayat (2) benar-benar tidak menghasilkan (4) Dalam hal perundingan bipartit sebagaimana dimaksud
persetujuan, pengusaha hanya dapat memutuskan pada ayat (3) tidak mendapatkan kesepakatan, pemutusan
hubungan kerja dengan pekerja/buruh setelah hubungan kerja dilakukan melalui tahap berikutnya sesuai
memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian dengan mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan
151 LASAP

perselisihan hubungan industrial. industrial.

Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11


Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU
No. 13 Tahun 2003)
PASAL 151A

UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)


(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)

Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 ayat


(2) tidak perlu dilakukan oleh Pengusaha dalam hal:
a. pekerja/buruh mengundurkan diri atas kemauan
sendiri;
b. pekerja/buruh dan pengusaha berakhir hubungan
kerjanya sesuai dengan perjanjian kerja waktu tertentu;
c. pekerja/buruh mencapai usia pensiun sesuai dengan
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama; atau
d. pekerja/buruh meninggal dunia.

KETERANGAN:
Pada Pasal 151 UU Cipta Kerja bersifat lebih sistematis sesuai prosedur yang ada, bahwa “apabila terjadi pemutusan
hubungan kerja akan diberitahukan terlebih dahulu maksud dan alasannya kepada pekerja. Jika menolak maka akan
diselesaikan melalui perundingan, namun apabila gagal mencapai kesepakatan maka akan diselesaikan melalui
mekanisme PPHI.”

Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11


Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU
No. 13 Tahun 2003)
PASAL
152

UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)


(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)

(1) Permohonan penetapan pemutusan hubungan Pasal dihapus


kerja diajukan secara tertulis kepada lembaga
penyelesaian perselisihan hubungan industrial disertai
alasan yang menjadi dasarnya.
(2) Permohonan penetapan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dapat diterima oleh lembaga
penyelesaian perselisihan hubungan industrial apabila
telah dirundangkan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 151 ayat (2).
(3) Penetapan atas permohonan pemutusan
hubungan kerja hanya dapat diberikan oleh lembaga
penyelesaian perselisihan hubungan industrial jika KETERANGAN:
ternyata maksud untuk memutuskan hubungan kerja Ketentuan Pasal 152 dihapus.
telah dirundingkan, tetapi perundingan tersebut tidak
menghasilkan kesepakatan.

Perbandingan Bab IV
UU Cipta Kerja (UU
No. 11 Tahun 2020)
terhadap UU
Ketenagakerjaan (UU
No. 13 Tahun 2003)
Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003) PASAL
153

UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)


(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)

(1) Pengusaha dilarang melakukan pemutusan hubungan (1) Pengusaha dilarang melakukan pemutusan hubungan
kerja dengan alasan: kerja kepada pekerja/buruh dengan alasan:
a. pekerja/buruh berhalangan masuk kerja karena sakit a. berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan
menurut keterangan dokter selama waktu tidak melampaui dokter selama waktu tidak melampaui 12 (dua belas) bulan
12 (dua belas) bulan secara terus-menerus; secara terus menerus;
b. pekerja/buruh berhalangan menjalankan pekerjaannya b. berhalangan menjalankan pekerjaannya karena memenuhi
karena memenuhi kewajiban terhadap negara sesuai dengan kewajiban terhadap negara sesuai dengan ketentuan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; peraturan perundang-undangan;
c. pekerja/buruh menjalankan ibadah yang diperintahkan c. menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya;
agamanya; d. menikah;
d. pekerja/buruh menikah; e. hamil, melahirkan, gugur kandungan, atau menyusui
e. pekerja/buruh perempuan hamil, melahirkan, gugur bayinya;
kandungan, atau menyusui bayinya; f. mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan perkawinan
f. pekerja/buruh mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan dengan pekerja/buruh lainnya di dalam satu perusahaan;
perkawinan dengan pekerja/buruh lainnya di dalam satu g. mendirikan, menjadi anggota dan/atau pengurus serikat
perusahaan, kecuali telah diatur dalam perjanjian kerja, pekerja/serikat buruh, pekerja/buruh melakukan kegiatan
peraturan perusahan, atau perjanjian kerja bersama; serikat pekerja/serikat buruh di luar jam kerja, atau di dalam
g. pekerja/buruh mendirikan, menjadi anggota dan/atau jam kerja atas kesepakatan pengusaha, atau berdasarkan
pengurus serikat pekerja/serikat buruh, pekerja/buruh ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan
melakukan kegiatan serikat pekerja/serikat buruh di luar jam perusahaan, atau perjanjian kerja bersama;
kerja, atau di dalam jam kerja atas kesepakatan pengusaha,
atau berdasarkan ketentuan yang diatur dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama;
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)

h. pekerja/buruh yang mengadukan pengusaha kepada yang h. mengadukan pengusaha kepada pihak yang berwajib
berwajib mengenai perbuatan pengusaha yang melakukan mengenai perbuatan pengusaha yang melakukan tindak
tindak pidana kejahatan; pidana kejahatan;
i. karena perbedaan paham, agama, aliran politik, suku, warna i. berbeda paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit,
kulit, golongan, jenis kelamin, kondisi fisik, atau status golongan, jenis kelamin, kondisi fisik, atau status perkawinan;
perkawinan; dan
j. pekerja/buruh dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat j. dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja,
kecelakaan kerja, atau sakit karena hubungan kerja yang atau sakit karena hubungan kerja yang menurut surat
menurut surat keterangan dokter yang jangka waktu keterangan dokter yang jangka waktu penyembuhannya
penyembuhannya belum dapat dipastikan. belum dapat dipastikan.
(2) Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan dengan alasan (2) Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan dengan alasan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) batal demi hukum dan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) batal demi hukum dan
pengusaha wajib mempekerjakan kembali pekerja/buruh pengusaha wajib mempekerjakan kembali pekerja/buruh
yang bersangkutan. yang bersangkutan.

KETERANGAN:
Terdapat perubahan bunyi ketentuan pada Pasal 153 ayat (1) huruf f, bahwa “Dilarang melakukan PHK kepada pekerja yang
mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan perkawinan dengan pekerja lainnya dalam satu perusahaan.” Sedangkan yang
sebelumnya, masih diperbolehkan adanya pengecualian terhadap ketentuan tersebut apabila telah diatur dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.

PASAL Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)
153
Perbandingan Bab IV UU Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) terhadap UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)

PASAL
154
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)

Penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 ayat (3) Pasal dihapus
tidak diperlukan dalam hal:
a. pekerja/buruh masih dalam masa percobaan kerja,
bilamana telah dipersyaratkan secara tertulis sebelumnya;
b. pekerja/buruh mengajukan permintaan pengunduran
diri, secara tertulis atas kemauan sendiri tanpa ada indikasi
adanya tekanan/intimidasi dari pengusaha, berakhirnya
hubungan kerja sesuai dengan perjanjian kerja waktu
tertentu untuk pertama kali;
c. pekerja/buruh mencapai usia pensiun sesuai dengan
ketetapan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan,
perjanjian kerja bersama, atau peraturan perundang
undangan; atau
d. pekerja/buruh meninggal dunia.

PASAL
154A
UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)

(1) Pemutusan hubungan kerja dapat terjadi karena alasan:


a. perusahaan melakukan penggabungan, peleburan,
pengambilalihan, atau pemisahan perusahaan dan
pekerja/buruh tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja
atau pengusaha tidak bersedia menerima pekerja/buruh;
PASAL
154A
UU padahret )0202 nuhaT 11 .oN UU( ajreK atpiC UU VI baB nagnidnabreP
)3002 nuhaT 31 .oN UU( naajrekaganeteK

UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)


(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)
b. perusahaan melakukan efisiensi diikuti dengan penutupan
perusahaan atau tidak diikuti dengan penutupan perusahaan
yang disebabkan perusahaan mengalami kerugian;
c. perusahaan tutup yang disebabkan karena perusahaan
mengalami kerugian secara terus-menerus selama 2 (dua)
tahun;
d. perusahaan tutup yang disebabkan keadaan memaksa
(force majeur).
e. perusahaan dalam keadaan penundaan kewajiban
pembayaran utang;
f. perusahaan pailit;
g. adanya permohonan pemutusan hubungan kerja yang
diajukan oleh pekerja/buruh dengan alasan pengusaha
melakukan perbuatan sebagai berikut:
1. menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam
pekerja/ buruh;
2. membujuk dan/atau menyuruh pekerja/buruh untuk
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan;
3. tidak membayar upah tepat pada waktu yang telah
ditentukan selama 3 (tiga) bulan berturut-turut atau lebih,
meskipun pengusaha membayar upah secara tepat waktu
sesudah itu;
4. tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan kepada
pekerja/ buruh;
5. memerintahkan pekerja/buruh untuk melaksanakan
pekerjaan di luar yang diperjanjikan; atau
6. memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa,
keselamatan, kesehatan, dan kesusilaan pekerja/buruh
sedangkan pekerjaan tersebut tidak dicantumkan pada
perjanjian kerja;
PASAL
154A
UU padahret )0202 nuhaT 11 .oN UU( ajreK atpiC UU VI baB nagnidnabreP
)3002 nuhaT 31 .oN UU( naajrekaganeteK

UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)


(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)
h. adanya putusan lembaga penyelesaian perselisihan
hubungan industrial yang menyatakan pengusaha tidak
melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud pada huruf g
terhadap permohonan yang diajukan oleh pekerja/buruh dan
pengusaha memutuskan untuk melakukan pemutusan
hubungan kerja;
i. pekerja/buruh mengundurkan diri atas kemauan sendiri dan
harus memenuhi syarat:
1. mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal
mulai pengunduran diri;
2. tidak terikat dalam ikatan dinas; dan
3. tetap melaksanakan kewajibannya sampai tanggal mulai
pengunduran diri;
j. pekerja/buruh mangkir selama 5 (lima) hari kerja atau lebih
berturut-turut tanpa keterangan secara tertulis yang
dilengkapi dengan bukti yang sah dan telah dipanggil oleh
pengusaha 2 (dua) kali secara patut dan tertulis;
k. pekerja/buruh melakukan pelanggaran ketentuan yang
diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau
perjanjian kerja bersama dan sebelumnya telah diberikan surat
peringatan pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut
masing-masing berlaku untuk paling lama 6 (enam) bulan
kecuali ditetapkan lain dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama;
l. pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaan selama 6
(enam) bulan akibat ditahan pihak yang berwajib karena
diduga melakukan tindak pidana;
m. pekerja/buruh mengalami sakit berkepanjangan atau cacat
akibat kecelakaan kerja dan tidak dapat melakukan
pekerjaannya setelah melampaui batas 12 (dua belas) bulan;
PASAL
154A
UU padahret )0202 nuhaT 11 .oN UU( ajreK atpiC UU VI baB nagnidnabreP
)3002 nuhaT 31 .oN UU( naajrekaganeteK

UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)


(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)
n. pekerja/buruh memasuki usia pensiun; atau
o. pekerja/buruh meninggal dunia.
(2) Selain alasan pemutusan hubungan kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dapat ditetapkan alasan pemutusan
hubungan kerja lainnya dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan atau perjanjian kerja bersama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemutusan
hubungan kerja diatur dalam Peraturan Pemerintah.

KETERANGAN:
Ketentuan Pasal 154 mengenai “pengecualian penetapan dalam PHK” dihapus.
Terjadi penambahan pasal yang disisipkan yaitu Pasal 154A.
Pada pasal baru yang disisipkan bersifat lebih spesifik, mengatur mengenai “alasan PHK yang dapat terjadi.”
Tata cara pemutusan hubungan kerja lebih lanjut diatur dalam Peraturan Pemerintah.

PASAL

UU KETENAGAKERJAAN (UU 13/2003) UU CIPTA KERJA (UU 11/2020)


155
(SEBELUM AMANDEMEN) (SETELAH AMANDEMEN)
(1) Pemutusan hubungan kerja tanpa penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal dihapus
Pasal 151 ayat (3) batal demi hukum.
(2) Selama putusan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial
belum ditetapkan, baik pengusaha maupun pekerja/buruh harus tetap
melaksanakan segala kewajibannya.
(3) Pengusaha dapat melakukan penyimpangan terhadap ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berupa tindakan skorsing kepada
pekerja/buruh yang sedang dalam proses pemutusan hubungan kerja dengan KETERANGAN:
tetap wajib membayar upah beserta hak-hak lainnya yang biasa diterima Ketentuan Pasal 155 dihapus.
pekerja/buruh.

Anda mungkin juga menyukai