Anda di halaman 1dari 11

HARGA PERKIRAAN SENDIRI DALAM PENGADAAN BARANG DAN JASA

PEMERINTAH
Oleh : Yeri Adriyanto *)
 Abstrak
      Pejabat Pembuat Komitmen adalah pejabat yang diangkat oleh
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran sebagai pemilik pekerjaan,
yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang dan Jasa.
Salah satu tugas Pejabat Pembuat Komitmen adalah membuat spesifikasi
teknis dan harga patokan sendiri. Sebelum kegiatan pengadaan
dilakukan/dimulai terlebih dahulu dilakukan dengan membuat Haga
Perkiraan Sendiri, Harga Perkiraan Sendiri dibuat dengan melakukan
survey harga pasar dengan membandingkan dua sumber/harga yang
berbeda sehingga ditemukan harga yang wajar dengan kualitas barang yang
baik sehingga Negara tidak dirugikan. Harga Perkiraan Sendiri dibuat
sebagai dasar untuk menetapkan batas tertinggi penawaran yang sah
untuk pengadaan barang dan jasa, alat untuk menilai kewajaran
penawaran termasuk rinciannya. Nilai total Harga Perkiraan Sendiri
bersifat terbuka dan tidak rahasia, tetapi rincian harga satuan bersifat
rahasia.
Kata Kunci : PPK, Harga Perkiraan Sendiri.
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
      Sebelum menyusun harga perkiraan sendiri, langkah pertama yang
harus dilakukan adalah menyusun spesifikasi barang (spek) Setelah
spesifikasi ditetapkan selanjutnya pejabat yang berwenang dalam hal ini
Pejabat Pembuat Komitmen, baru menyusun harga Perkiraan Sendiri (HPS)
sesuai dengan Pasal 66 Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
barang dan Jasa Pemerintah secara rinci dan detail menegaskan fungsi HPS
dalam proses pengadaan serta persyaratannya.
      Menurut hukum permintaan dan penawaran menyebutkan bahwa
semakin tinggi permintaan maka akan semakin tinggi pula harga
barang/jasa, semakin tinggi atau banyak penawaran maka harga akan
semakin turun. Disisi lain ada faktor produksi, jumlah penyedia dan jumlah
pembeli yang juga turut mempengaruhi. Hal ini menunjukkan bahwa harga
didalam pasar sebagai indikator kompetisi.
      Kompetisi antar penyedia diyakini akan menjadi sarana efektif
bagi user untuk mendapatkan barang/jasa yang dibutuhkan dengan
kualitas optimal sesuai kemampuan dana yang tersedia. Maka dalam
Perpres No 54 Tahun 2010 dalam pasal 5 menyebutkan tentang prinsip-
prinsip pengadaan yaitu terbuka, transparan, bersaing, adil/tidak
diskriminatif kemudian dibungkus akuntabilitas untuk menjaga trust atau
kepercayaan semua pihak terhadap proses. Tujuan utamanya tentu
mendukung tercapainya prinsip efektif dan efisien.
      Dalam kerangka kompetisi inilah kemudian HPS disusun. Pasal 66 ayat
5 huruf a menegaskan bahwa HPS digunakan sebagai alat menilai
kewajaran penawaran termasuk rinciannya. Kemudian ayat 7
menambahkan bahwa HPS didasarkan pada harga pasar setempat terkini,
dikaitkan dengan ayat 2 yaitu 28 hari kerja sebelum batas akhir
pemasukan penawaran. Jadi dapat disimpulkan HPS adalah harga pasar
setempat menjelang pelaksanaan pengadaan.
           Fenomena yang terjadi bahwa dalam pelaksanakan pengadaan
barang dan jasa pemerintah adalah banyak pejabat pengadaan yang
kesulitan dalam dalam membuat HPS. Untuk membuat HPS minimal
membandingkan dua harga yang berlaku di pasar, pada hal untuk
menemukan harga yang wajar di pasaran tidak mudah. Satu-satu jalan
adalah menentukan hps dengan cara membandingkan dua harga
penawaran di perusahaan atau calon penyedia barang dan jasa.
      Kasus yang paling banyak menimpa dalam pelaksanaan pengadaan
barang/jasa adalah kasus mark-up dan salah satu penyebabnya terletak
pada penyusunan HPS. Menyusun HPS membutuhkan keahlian tersendiri.
Selain harus memahami karakteristik spesifikasi barang/jasa yang akan
diadakan, juga harus mengetahui sumber dari barang/jasa tersebut. Harga
barang pabrikan tentu saja berbeda dengan harga distributor apalagi harga
pasar.
      Yang paling sering terjadi, entah karena kesengajaan atau karena
ketidaktahuan, PPK menyerahkan perhitungan HPS kepada penyedia
barang/jasa atau malah kepada broker bin makelar yang melipatgandakan
harga tersebut untuk memperoleh keuntungan pribadi atau kelompok. PPK
langsung mengambil harga tersebut tanpa melakukan check and
recheck lagi. Akibatnya, pada saat pengadaan selesai dan dilakukan
pemeriksanaan oleh aparat hukum, ditemukanmark-up harga dan
mengakibatkan kerugian negara. Lagi-lagi karena ketidaktahuan dan
keinginan kerja cepat dan tidak teliti menjerumuskan PPK ke ranah
hukum.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka kami membuat karya tulis ilmiah
yang berkenaan dengan penyusunan harga patokan sendiri dalam
pengadaan barang dan jasa pemerintah.
B. Permasalahan
      Bagaimana teknik menyusunan HPS yang baik dan benar yang tidak
bertentangan dengan aturan yang berlaku?
C. Tujuan
      Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, memiliki kompleksitas dan
aturan yang mengikat berdasarkan Peraturan Perundang Undangan, salah
satu hal utama didalam system pengadaan adalah Penyusunan HPS,
dimana Setiap pengadaan harus dibuat HPS untuk melakukan evaluasi
harga penawaran barang dan jasa dengan demikian tujuan penyusunan
HPS adalah untuk mendapatkan harga penawaran yang wajar , dapat
dipertanggungjawabkan dan dapat dilaksanakan oleh rekanan sesuai
dengan ketentuan kontrak. Kecermatan dalam penyusunan HPS akan
berdampak positif bagi pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa disetiap
instansi Pemerintah. Oleh karena itu diperlukan teknik dan metode yang
tepat didalam menyusun HPS berdasarkan Peraturan Presiden No. 54
Tahun 2010 tentang Pengadaan barang dan Jasa Pemerintah.
II. KERANGKA TEORI DAN PEMBAHASAN
A. Harga Perkiraan Sendiri
      HPS adalah perkiraan biaya atas pekerjaan barang/jasa sesuai dengan
syarat-syarat yang ditentukan dalam dokumen pemilihan penyedia
barang/jasa, dikalkulasikan secara keahlian dan berdasarkan data yang
dapat dipertanggungjawabkan (Pedoman Penyusunan Spek dan HPS, BP-
ULP Undip : 2014). Nilai total HPS terbuka dan tidak rahasia. Yang
dimaksud dengan nilai total HPS adalah hasil perhitungan seluruh volume
pekerjaan dikalikan dengan Harga Satuan ditambah dengan seluruh beban
pajak dan keuntungan (Perpres 54 Tahun 2014, hal : 150)  Berdasarkan HPS
yang ditetapkan oleh PPK, ULP/Pejabat Pengadaan mengumumkan nilai
total HPS. Rincian Harga Satuan dalam perhitungan HPS bersifat rahasia.
      HPS digunakan sebagai dasar untuk menetapkan batas tertinggi
penawaran yang sah untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya dan Pengadaan Jasa Konsultansi yang menggunakan metode Pagu
Anggaran. Meskipun batas atas penawaran dengan evaluasi kualitas dan
biaya adalah pagu, namun HPS tetap diumumkan
(http://boekang.blogspot.com/2012)
Harga Perkiraan Sendiri (HPS) harus memperhitungkan biaya seluruh
omponen agar tujuan dari pengadaan barang/jasa dipenuhi dengan efisien
dan efektif. Untuk pengadaan barang tidak ada ketentuan mengenai batas
atas keuntungan yang wajar. HPS bukan merupakan alat untuk menilai
kewajaran harga. Perhitungan HPS harus dilakukan dengan cermat, dengan
menggunakan data dasar dan mempertimbangkan harga pasar setempat
pada waktu penyusunan HPS. RAB pada TOR/KAK dan Standar Harga yang
ditetapkan Kepala Daerah hanya digunakan untuk menyusun anggaran,
sedangkan HPS diperoleh dari hasil survei pasar terkini.
      Sesuai dengan pasal 66 ayat (7) Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan barang dan Jasa Pemerintah menyebutkan bahwa penyusunan
HPS didasarkan salah satunya adalah harga pasar setempat yang didapat
dari beberapa sumber informasi, Standar harga satuan yang dikeluarkan
Pemerintah Daerah/Lembaga tidak dapat dijadikan dasar dalam
penyusunan HPS, namun hanya digunakan untuk penyusunan RAB pada
saat pengajuan anggaran. ULP dilarang menambah klausul mengenai harga
wajar maksimal harus sesuai dengan Standar Harga Kepala
Daerah/Lembaga tertentu. Meskipun demikian bilamana standar tersebut
sudah dituangkan dalam DPA, maka penetapan HPS dan rinciannya tidak
boleh melebihi Standar Harga Bupati. Mengingat HPS digunakan sebagai
dasar untuk menetapkan batas tertinggi penawaran yang sah (pasal 66 ayat
(5) huruf b), dan tidak boleh melampaui pagu yang tersedia (pasal 13).
      Karena jenis barang/pekerjaan cukup beragam, maka format
penetapan HPS disesuaikan dengan sifat dan ruang lingkup pekerjaan yang
dikompetisikan. HPS tetap diperlukan untuk semua metoda pemilihan,
kecuali kontes dan sayembara.
      HPS disusun dengan memperhitungkan keuntungan dan biaya
overhead yang dianggap wajar. Seperti kita ketahui bersama penyusunan
HPS ini dikalkulasikan secara keahlian berdasarkan data yang dapat
dipertanggungjawabkan dan riwayat penyusunan HPS harus
didokumentasikan dengan baik oleh PPK. Komponen HPS meliputi:
1. Harga Pasar Setempat yaitu harga barang/jasa di lokasi barang/jasa
diproduksi/diserahkan/dilaksanakan, menjelang dilaksanakannya
Pengadaan Barang/Jasa;
2. Informasi Biaya Satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh Badan
Pusat Statistik (BPS);
3. Informasi Biaya Satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh
asosiasi terkait dan sumber data lain yang dapat
dipertanggungjawabkan;
4. Daftar Biaya/Tarif Barang/Jasa yang dikeluarkan oleh
pabrikan/distributor tunggal;
5. Biaya Kontrak sebelumnya atau yang sedang berjalan dengan
mempertimbangkan faktor perubahan biaya;
6. Inflasi tahun sebelumnya, suku bunga berjalan dan/atau kurs tengah
Bank Indonesia;
7. Hasil perbandingan dengan Kontrak sejenis, baik yang dilakukan
dengan instansi lain maupun pihak lain;
8. Perkiraan Perhitungan Biaya yang dilakukan oleh Konsultan
Perencana (Engineer’s Estimate);
9. Norma Indeks; dan/atau
10. Informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan (Perpres 54
Tahun 2010 pasal 66 ayat 7 (a-i).
B. Tahapan Penysunan HPS Barang, Konstruksi dan Konsultansi
1. Mengecek besarnya pagu dana dari DIPA/PO
2. Mempelajari dokumen perencanaan umum (DIPA/DPA, KAK dan
RAB)
3. Mengecek harga satuan yang berlaku dipasar, harga satuan bahan,
upah dan alat (jasa konstruksi), menghitung komponen biaya (biaya
langsung personil dan biaya langsung non personil) (jasa konsultansi)
4. Menghitung/menetapkan harga satuan, menghitung analisa harga
untuk setiap mata pembayaran (jasa konstruksi) dan menghitung
harga satuan untuk biaya tenaga ahli persatuan waktu tertentu (jasa
konsultansi)
5. Menjumlahkan semua biaya untuk seluruh mata pembayaran,
menetapkan harga satuan (jasa konstruksi), menghitung jumlah
biaya untuk setiap item pengeluaran (jasa konsultansi)
6. Menghitung jumlah biaya untuk setiap mata pembayaran,
menghitung jumlah biaya untuk setiap item pembayaran (jasa
konstruksi) dan menjumlahkan semua biaya untuk seluruh item
pembayaran (jasa konsultansi)
7. Menjumlahkan semua biaya untuk seluruh mata pembayaran (jasa
konstruksi)
8. Menghitung PPN dan menentukan HPS
C. Penetapan Harga Perkiraan Sendiri
      Penetapan HPS dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen. Untuk
menentukan HPS pengadaan barang/jasa lainnya, maka dilakukan studi
kelayakan (pasar) untuk mencari harga yang terendah dengan kualitas
baik, maka PPK bisa menugaskan petugas berdasarkan surat tugas untuk
melakukan survey harga pasar. Yang menandatangan hasil survey pasar
adalah petugas yang melakukan survey/ petugas yang di perintahkan
berdasar SK atau surat tugas dari PPK/PA/KPA.. PPK bertanggung jawab
untuk menetapkan HPS , apabila satuan kerja PPK tidak memiliki pegawai
yang menguasai teknis konstruksi maka PPK dapat meminta bantuan
tenaga ahli (konsultan perencana) untuk menyusun HPS.
      Sesuai dengan pasal 66 ayat (7) penyusunan HPS didasarkan salah
satunya adalah harga pasar setempat yang didapat dari beberapa sumber
informasi, Standar harga satuan yang dikeluarkan Pemerintah
Daerah/Lembaga tidak dapat dijadikan dasar dalam penyusunan HPS,
namun hanya digunakan untuk penyusunan RAB pada saat pengajuan
anggaran. ULP dilarang menambah klausul mengenai harga wajar
maksimal harus sesuai dengan Standar Harga Kepala Daerah/Lembaga
tertentu. Meskipun demikian bilamana standar tersebut sudah dituangkan
dalam DPA, maka penetapan HPS dan rinciannya tidak boleh melebihi
Standar Harga Bupati. Mengingat HPS digunakan sebagai dasar untuk
menetapkan batas tertinggi penawaran yang sah dan dalam pasal 66 ayat
(5) huruf b) menyebutkan bahwa dasar untuk menetapkan batas
penawaran teetinggi yang sah untuk pengadaan barang/pekerjaan
konstruksi/jasa lainnya dan pengadaan jasa konsultansi yang
menggunakan metode pagu anggaran, dan tidak boleh melampaui pagu
yang tersedia (pasal 13). Di samping itu HPS juga digunakan sebagai dasar
untuk menetapkan besaran nilai jaminan pelaksanaan bagi penawaran
yang nilainya lebih rendah dari 80 % dari nilai total HPS.
      Karena jenis barang/pekerjaan cukup beragam, maka format
penetapan HPS disesuaikan dengan sifat dan ruang lingkup pekerjaan yang
dikompetisikan. HPS tetap diperlukan untuk semua metoda pemilihan,
kecuali kontes dan sayembara.
      HPS dapat ditentukan dari nilai tertinggi, nilai tengah (median), nilai
yang paling banyak muncul (modus) atau rata-rata (mean) dari hasil survei,
sepanjang nilai tersebut diyakini dapat dipenuhi lebih dari 3 calon penyedia
(bukan 3 produk). Nilai tersebut sudah termasuk keuntungan, overhead,
dan pajak.
      HPS jasa konsultansi terdiri dari komponen Biaya Langsung Personil
(Remuneration), Biaya Langsung Non Personil (Direct Reimbursable Cost,
dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Penyusunan HPS Biaya Langsung
Personil tenaga ahli dapat bersumber dari informasi biaya satuan yang
dipublikasikan secara resmi oleh asosiasi terkait dan sumber data lain yang
dapat dipertanggungjawabkan, antara lain INKINDO (pasal 66 ayat (7) b).
Namun dalam proses pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi harus dilakukan
negosiasi teknis dan biaya sehingga diperoleh harga yang sesuai dengan
harga pasar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan (pasal 41 ayat
(2))
      Sedangkan penyusunan HPS untuk biaya non personil disesuaikan
dengan ruang lingkup dan metodologi pekerjaan untuk mendukung
pelaksanaan tugas penyedia jasa konsultansi tersebut. Harga Satuan
Pekerjaan untuk biaya non personil jasa konsultansi dapat pula mengacu
kepada Standar Biaya Umum yang ditetapkan Menteri Keuangan setiap
tahun.
E. Kegunaan HPS
1. HPS digunakan untuk pengadaan dengan bukti tanda perjanjian
berupa kuitansi, SPK dan surat perjanjian
2. Alat untuk menilai kewajaran penawaran termasuk rinciannya;
3. Sebagai batas tertinggi dari penawaran; Semua penawaran dari
penyedia barang/jasa dalam suatu pengadaan barang jasa akan
digugurkan bila melebihi HPS dari yang ditentukan. Kecuali
dalam pengadaan jasa konsultansikarena masih ada negosiasi.
4. Dasar untuk menetapkan besaran nilai jaminan penawaran apabila
penyedia barang/jasa berkeinginan untuk mengikuti proses
pengadaan barang dan jasa sebesar 1-3 % dari nilai HPS.
5. Nilai penawaran terkoreksi antara 80% (delapan puluh persen)
sampai dengan 100% (seratus persen) dari nilai total HPS, Jaminan
Pelaksanaan adalah sebesar 5% (lima persen) dari nilai Kontrak dan
nilai penawaran terkoreksi dibawah 80% (delapan puluh persen) dari
nilai total HPS, besarnya Jaminan Pelaksanaan 5% (lima persen) dari
nilai total HPS.
6. Dasar untuk menetapkan harga satuan timpang
7. Dasar untuk menetapkan besaran jaminan sanggah banding
F. Metode Penyusunan HPS
1. Metode Analogi
            Perkiraan biaya dengan cara membandingkan dengan pengadaan
barang dan jasa sejenis. Metode ini digunakan pada tahap awal (misalnya
saat menyusun RUP barang/jasa oleh KPA/PA) dalam hal tidak tersedia
informasi biaya yang memadai untuk melakukan analisis biaya yang agak
rinci, jika terdapat perbedaan yang sangat mencolok konsultasikan dengan
para pakar/ahli untuk mendapatkan saran.
Contoh soal :
Hitung dengan meto9de analogi : pengadaan system pembayaran gaji untuk
5.000 orang dan 100 line rincian. Lembaga lain sudah pernah melakukan
untuk 100 line bagi 2.000 orang seharga Rp. 20 milyard. Ahli IT di kantor
mengatakan bahwa system yang akan dibangun 25 % lebih rumit
dibandingkan system di lembaga tersebut.
Jawab :
Perkiraan biaya untuk system baru (dari sisi kerumitan) sama-sama 100
line (125% x Rp. 20 milyard) = Rp. 25 milyard.
Perkiraan biaya untuk system baru (dari sisi jumlah pengguna 5.000 orang)
: (5.000/2.000) x Rp. 25 milyard = Rp. 62,5 milyard.
2. Metode Parametrik
            Perkiraan biaya dengan cara melihat hubungan matematis antar
dua variable, yakni menghubungkan independent variable dengan
dependent variable. Independent variable merupakan faktor-faktor yang
secara spesifik memiliki hubungan kuat dengan biaya total (dependent
variable). Biaya berbentuk kurva atau rumusan matematis (y = ax atau y =
ax + b)
3. Metode Indek Harga
            Metode indek harga merupakan angka perbandingan antara harga
pada suatu waktu (bulan/tahun) tertentu terhadap harga pada waktu
(bulan/tahun) yang digunakan sebagai dasar. Rumus :
Harga saat A = harga saat B x indeks saat A/indeks saat B
4. Metode Faktor
            Metode faktor memakai asumsi bahwa terdapat angka korelasi
(faktor) di anntara harga peralatan utama dengan komponen-komponen
yang terkait. Disini, biaya komponen tersebut dihitung dengan cara
memakai faktor perkalian terhadap harga peralatan utama.
G. Teknik Penyusunan HPS
      Teknik untuk penyusunan HPS/OE dapat dilakukan dengan beberapa
metoda/cara, antara lain harga pasar, data kontrak di masa lalu,
perhitungan Cost of Goods Sold (COGS), harga dari pabrikan, metoda Delphi
maupun referensi harga lainnya seperti standar Ikatan Nasional Konsultan
Indonesia (INKINDO) ataupun Standar Biaya Umum (SBU) masing-masing
daerah/institusi. Perhitungan-perhitungan didalamnya adalah termasuk
komponen biaya – biaya, perhitunganCost of Goods Manufactured,
Perhitungan Cost of Goods Sold, Perhitungan biaya material dengan
metode First in First Out (FIFO), Last In First Out (LIFO) ataupun Weight
Average. Penyusunan HPS/OE juga harus mempertimbangkan analisa titik
pulang pokok atau Break Event Point (BEP) Analysis dengan perhitungan
komponen Fixed Cost, Variable Cost maupun Sales (Devi Widiawati : ULP
Untirta).
Contoh Penyusunan HPS Pengadaan Barang
      Sebelum menyusun HPS harus memerhatikan beberapa hal, antara lain
menetapkan harga satuan : data harga satuan atau analisa harga satuan
berdasarkan harga dasar dengan memperhitungkan keuntungan dan biaya
umum, dihitung jumlah biaya untuk setiap item barang, yaitu jumlah
volume barang x harga satuan, dijumlah semua biaya untuk seluruh item
barang yang akan diadakan, dihitung PPN yaitu 10 % x jumlah semua biaya
untuk seluruh item barang dan total harga pekerjaan HPS/OE ialah jumlah
biaya seluruh item barang + PPN 10%.
Contoh 1
HARGA PERKIRAAN SENDIRI
PENGADAAN BARANG
PA/KPA : Kepala Dinas…
K/L/D/I : ……….
Satker : Dinas
PPK : Drs…….
Pekerjaan : Pengadaan barang ….
Lokasi : Kota….
Tahun anggaran : 2014
 
Unit/Satua Volum
NO.Uraian n e Harga Satuan Jumlah
Biaya
Pengadaan
I barang        
Jenis barang
sesuai dgn         
1 spesifikasi buah 1 1,000,000        1,000,000
Jenis barang
sesuai dgn         
2 spesifikasi set 2 1,000,000        2,000,000
Jenis barang
sesuai dgn         
3 spesifikasi unit 3 1,000,000        3,000,000
dst (sesuai dgn
jmh brg yg
akan         
4 diadakan) … 4 1,000,000        4,000,000
  Jumlah sub I            10,000,000
Biaya Pemasangan dan Uji                         
II Coba     –  
Tenaga ahli         
1 pemasangan org 1 1,000,000        1,000,000
Tenaga         
2 pendukung org 2 1,000,000        2,000,000
Sewa
peralatan         
3 bantu …. 3 1,000,000        3,000,000
Pembelian
bahan/materi
al yg
diperlukan unt         
4 uji coba … 4 1,000,000        4,000,000
  Jumlah sub II            10,000,000
Biaya
III transportasi            20,000,000
Transport         
1 kapal … 1 1,000,000        1,000,000
2 Transport   2                 2,000,000
lokal 1,000,000
Jumlah sub
  III              3,000,000
Biaya                         
IV Pelatihan       –  
Biaya         
1 pelatihan   1 1,000,000        1,000,000
Jumlah Sub
  IV              1,000,000
Jumlah total      24,000,000
PPN 10%        2,400,000
Jumlah biaya      26,400,000
 
Contoh 2
Perhitungan HPS per 1 Maret 2014 u8ntuk pe3ngadaan computer laptop
merek PQR sebanyak 120 unit dan printer ABC sebanyak 10 unit. Data
survey adalah:
1. Komputer laptop merek PQR, harga satuan yang dikeluarklan oleh
suatu departemen 8 juta, harga survey beberapa toko 7 juta.
2. Komputer laptop spesifikasi core2Duo T6400, 2GB DDR2, 250GB
HDFD, DVDRW, 56 K Modem, GbE NIC, Wifi, Bluetooth, Fingerprint,
VGA Intel GMA 4500 317 MB (shared), Camera, 12.1” WXGA, Win 8.
3. Printer ABC, harga satuan yang dikeluarha oleh suatu departemen 6
juta, harga pabrikan 5 juta
4. Printer ABC, spesifikasi A4, 120×1200 dpi, 27 ppm, 1×50 Tray ,
1×250 tray, NIC, USB
5. PPK. Drs. Agung
No. Spesifikasi Jumlah Harga Satuan Jumlah
Komputer laptop
spesifikasi
core2Duo T6400,
2GB DDR2,
250GB HDFD,
DVDRW, 56 K
Modem, GbE
NIC, Wifi,
Bluetooth,
Fingerprint, VGA
Intel GMA 4500
317 MB (shared),
Camera, 12.1”
WXGA, Win 8.
               Termasuk ongkos                      
1 kirim 120 7,000,000 840,000,000
2 Printer ABC, 10             50,000,000
spesifikasi A4, 5,000,000
120×1200 dpi, 27
ppm, 1×50 Tray ,
1×250 tray, NIC,
USB. Temasuk
ongkos kirim
Jumlah 890,000,000
PPN 10 % 89,000,000
Total 979,000,000
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Untuk menghindari mark-up harga, maka yang harus dilakukaan
oleh PPK adalah melakukan studi kelayakan harga pasar sebagai
syarat untuk menentukan HPS. Sebaiknya survey dilakukan pada
salah satu distributor/agen barang. Dengan demikian nilai total HPS
= hasil keuntungan seluruh volume dikalikan harga satuan, ditambah
dengan beban pajak dan keuntungan, yang dimakud adalah : a).
harga satuan = harga pasar secara riil/nyata, b). keuntungan dan
overhead maksimal 10 % dan c). beban PPN 10%.
2. Untuk menghindari ketidaktauan permasalahan tentang HPS, maka
PPK (dibantu oleh tim) dalam membuat HPS sebaiknya dilakukan
sendiri tanpa meminta bantuan pihak penyedia dalam membuat HPS,
PPK bisa mendapatkan informasi yang lengkap dalam pembuatan
HPS bisa melalui informasi biaya satuan yang dipublikasikaan secara
resmi oleh BPS, informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara
resmi oleh asosiasi terkait, daftar/tarif barang/jasa yang dikeluarkan
oleh pabrikan/distributor tunggal, biaya kontrak sebelumnya atau
sedang berjalan, dan sebagainya. Dengan sumber informasi yang ada
seharusnya PPK tidak kesulitan dalam menyusun HPS, karna dengan
membuat HPS sendiri (tanpa minta bantuan rekanan), maka harga
yang kita buat bisa dipertanggung jawabkan bila dikemudian hari ada
pemeriksaan dari pihak pemeriksa fungsional eksternal.
DAFTAR PUSTAKA
BP-ULP Undip, Pedoman Penyusunan spesifikasi dan HPS Bagi PPK dan
Pengelola Unit Layanan Pengadaan, Tahun 2014
http://pengadaan-barang-jasa.blogspot.com/2012/07/hps-harga-
perkiraan-sendiri-alam.html, diunduh 15 April 2013
http://ulp.untirta.ac.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=107:harga-erkiraan-sendiri-hps-apa-
dan-bagaimana-perannya-dalam-pengadaan-barang-dan-jasa, diunduh 15
April 2013
http://boekang.blogspot.com/2012/01/tugas-dan-tanggungjawab-ppk-
1.html, diunduhtanggal 6 April 2013
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).
(2012). Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012. Jakarta: LKPP.
Mudjisantoso, 2012, Mudah Memahami Pengadaan Barang/Jasa, Jakarta,
Penerbit Simetris Grafika.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, Edisi 2012, Penerbit Citra
Umbara, Bandung.
————————————————————————————————-
*) Penulis adalah Widyaiswara pada Balai Diklat Keagamaan Semarang

Anda mungkin juga menyukai