2. Hibah yang dilakukan dengan pengalihan dana secara langsung kepada penerima
hibah, proses pengadaannya dapat dikelola langsung oleh penerima hibah sesuai
dengan rencana kerja yang telah ditetapkan. Apabila penerima hibah merasa tidak
mampu melakukan sendiri proses pengadaan tersebut, maka dapat meminta
bantuan kepada instansi teknis terkait untuk melakukan proses pengadaan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan;
3. Meskipun demikian, diharapkan proses pengadaan yang dilakukan tetap mengikuti
prinsip-prinsip pengadaan sebagaimana tercantum dalam Peraturan Presiden
Nomor 54 Tahun 2010 Pasal 5 yang efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing,
adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel. Dengan demikian PA/KPA yang memiliki
kegiatan dimaksud harus dapat mempertanggungjawabkan baik dari aspek teknis
maupun aspek administratif;
4. Untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang bersumber dari hibah, baik kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, maupun pengawasan harus dilakukan oleh orang
perseorangan atau badan usaha yang memiliki sertifikat, klasifikasi, dan kualifikasi
perusahaan jasa konstruksi, dan memiliki tenaga ahli dan tenaga terampil yang
bersertifikat, sebagaimana diatur dalam Pasal 8 Undang-undang Nomor 18 Tahun
1999 dan Pasal 9 ayat (2) huruf d Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 2000.
Mengingat pihak tersebut nantinya harus bertanggung jawab bilamana terjadi
kegagalan bangunan dalam kurun waktu tertentu sebagaimana diatur dalam
ketentutan perundang-undangan. B734
5. Mengacu pada Permendagri 32 tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan
Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Pasal 1, dinyatakan bahwa hibah adalah pemberian uang/barang atau jasa dari
pemerintah daerah kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan
daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah
ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara
terus menerus yang bertujuan untuk menunjang penyelenggaraan urusan
pemerintah daerah;
6. Pengadaan barang dan jasa dalam rangka hibah sebagaimana dimaksud pada butir
1) di atas berpedoman pada peraturan perundang-undangan (Permendagri 32 tahun
2011 Pasal 15). Mengingat hibah dalam bentuk pemberian uang, maka proses
pengadaan barang/jasa pada yayasan tidak harus mengikuti Peraturan Presiden
Nomor 54 Tahun 2010 jo Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 namun tetap
mengakomodir prinsip-prinsip pengadaan sebagaimana tercantum dalam Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 jo Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012
sehingga pelaksanaan kegiatan dimaksud dapat dipertanggungjawabkan baik dari
aspek teknis maupun administratif. B2388
c. Bagaimana pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa untuk kegiatan Bantuan
Sosial yang akan diserahkan kepada masyarakat/pihak ketiga?
1. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005
Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah penjelasan pasal 27 ayat (g), bantuan
sosial adalah pemberian bantuan yang sifatnya tidak secara terus menerus dan
selektif dalam bentuk uang/barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat;
2. Mengacu kepada uraian di atas dan ruang lingkup Peraturan Presiden No.54 Tahun
2010 jo Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 mengenai Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah, maka Pengadaan Barang/Jasa di lingkungan K/L/D/I yang
b.
c.
Sesuai dengan Pasal 13 dan Pasal 14 Peraturan Menteri Luar Negeri No.
06 Tahun 2011, maka Pengadaan Barang/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya
yang bernilai di atas Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)
Sesuai dengan Pasal 11 Peraturan Menteri Luar Negeri No. 06 Tahun 2011,
dalam hal pengadaan barang/jasa Pemerintah Republik Indonesia yang
dilaksanakan di luar negeri tidak dapat menggunakan Peraturan Presiden
No. 54 Tahun 2010 jo Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 Tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah karena perbedaan peraturan dengan
negara setempat, maka pengadaan barang/jasa tersebut dapat
menyesuaikan dengan peraturan negara tersebut dengan tetap
mengutamakan kepentingan nasional dan berpedoman pada Tata Nilai
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang tercantum dalam Peraturan
Presiden No. 54 Tahun 2010 jo Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010
Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
. Penyesuaian peraturan
tersebut ditetapkan oleh Kepala Perwakilan Republik Indonesia dalam
bentuk Petunjuk Teknis.B2011
BUMD
yang
2. Perencanaan
a. Apakah paket pelelangan yang tidak ditayangkan dalam RUP dapat dilanjutkan
prosesnya dan PA yang tidak mengumumkan RUP diberikan sanksi?
1. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Pasal 25 ayat (1) jo Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun
2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010
Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pasal 25 ayat (1), PA mengumumkan
Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa di masing-masing K/L/D/I secara terbuka
kepada masyarakat luas setelah rencana kerja dan anggaran K/L/D/I disetujui oleh
DPR/DPRD. Pengumuman dilakukan sekurang-kurangnya di website KLDI, di
samping portal pengadaan nasional, dan papan pengumuman resmi. Jangka waktu
penayangan di website K/L/D/I dan portal pengadaan dilakukan sepanjang tahun;
2. Mengingat tugas mengumumkan secara luas Rencana Umum Pengadaan
merupakan tugas dan kewenangan Pengguna Anggaran, maka Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran yang tidak mengumumkan RUP dikenakan
sanksi sesuai ketentuan perundang-undangan. Sedangkan pelelangan yang
dilakukan sebelum Pengumuman Rencana Umum Pengadaaan dilakukan dapat
dilanjutkan ke tahap berikutnya, sepanjang pelelangan yang dilakukan oleh ULP
sudah sesuai dengan prosedur yang berlaku;
3. Bila terdapat perubahan yang tidak signifikan terhadap RUP yang sudah ditetapkan
(antara lain perubahan waktu pelaksanaan pekerjaan), cukup disesuaikan pada
pengumuman pelelangan/seleksi dan disesuaikan dengan kebutuhan dan ruang
lingkup pekerjaan. Untuk perubahan rencana umum pengadaan yang pada
pengumuman sebelumnya belum diumumkan, maka PA memiliki kewajiban untuk
mengumumkan perubahan tersebut, sebelum melakukan pelelangan.
b. Bagaimana apabila Pokja ULP hanya menayangkan pengumuman di papan
pengumuman resmi dan website K/L/D/I saja dan tidak menayangkan
pengumuman di LPSE?
1. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Pasal 17 ayat (2) huruf d jo Peraturan Presiden Nomor 70
Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010
Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pasal 17 ayat (2) dinyatakan bahwa
Salah satu tugas pokok dan kewenangan ULP/Pejabat Pengadaan yaitu
mengumumkan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa di website K/L/D/I masingmasing dan papan pengumuman resmi untuk masyarakat serta menyampaikan ke
LPSE untuk diumumkan dalam Portal Pengadaan Nasional;
2. Mengacu pada butir 1 (satu) diatas, bilamana proses pengadaan hanya diumumkan
di Papan pengumuman dan/atau website, tidak termasuk diumumkan di LPSE, maka
proses pengadaan tersebut tidak sesuai dengan salah satu prinsip pengadaan yaitu
transparan. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai
Pengadaan Barang/Jasa bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas oleh
Penyedia Barang/Jasa yang berminat serta oleh masyarakat pada umumnya.
(Penjelasan Pasal 5 huruf c);
3. Selanjutnya PA/KPA bersama Inspektorat agar meneliti proses pelelangan, apakah
terjadi pengaturan lelang sehubungan dengan tidak diumumkan di LPSE. Bilamana
terdapat pengaturan
gagal.B2110
lelang
maka
PA/KPA
dapat
menyatakan
pelelangan
3. Penganggaran
a. Bagaimana apabila dalam proses pelelangan terdapat pemotongan anggaran?
Bilamana perubahan anggaran dilakukan sebelum pemasukan penawaran, maka
dilakukan addendum dokumen pengadaan. Jika dilakukan adendum dokumen
pengadaan, maka jadwal pemasukan penawaran juga harus disesuaikan dengan
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan adendum. Agar tersedia waktu yang cukup
bagi penyedia untuk melakukan perubahan/perubahan penawaran. Namun bilamana
pemotongan tersebut dalam tahap evaluasi penawaran maka proses pengadaan
dibatalkan dan pelelangan dinyatakan gagal. Karena sesuai dengan Peraturan
Presiden 54/2010 Pasal 13 yaitu PPK dilarang mengadakan ikatan perjanjian atau
menandatangani kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa apabila belum tersedia
anggaran atau tidak cukup tersedia anggaran yang dapat mengakibatkan
dilampaunya batas anggaran yang tersedia untuk kegiatan yang dibiayai dari
APBN/APBD.
b. Apa yang harus dilakukan bilamana terdapat pemotongan anggaran setelah
kontrak, apakah dimungkinkan adanya negosiasi ulang kontrak?
Untuk kontrak harga satuan, dapat dilakukan adendum volume. Namun harus
dilakukan secara hati-hati karena keterkaitan dengan volume yang dihasilkan dan
apa yang tercantum dalam DIPA. Bilamana output yang dihasilkan sama, maka
dapat dikurangkan untuk pekerjaan minor. Adendum kontrak tersebut dilakukan
setelah perubahan DIPA/DPA disahkan.
Untuk kontrak lump sum sebaiknya tidak dilakukan perubahan. Bilamana terpaksa
maka perubahan hanya dimungkinkan terjadi pada volume pekerjaan namun tidak
dimungkinkan terjadinya penyesuaian harga serta adanya pekerjaan tambah/kurang
(Peraturan Presiden 54/2010 Pasal 51 ayat (1)).
c. Bagaimana bila pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari 2 (dua) mata anggaran
yang berbeda pada PPK yang sama?
Apabila pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari 2 (dua) mata anggaran yang
berbeda pada PPK yang sama, maka pelelangan dapat dilakukan menjadi 1 (satu)
paket, namun pada pengumuman dicantumkan keterangan bahwa kegiatan tersebut
menggunakan 2 (dua) mata anggaran yang berbeda. Sedangkan untuk pelaksanaan
kegiatan yang dibiayai dari 2 (dua) mata anggaran yang berbeda dari PPK yang
berbeda, maka pelelangan dapat dilakukan menggunakan kontrak bersama antara
beberapa PPK dengan 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa untuk menyelesaikan
pekerjaan dalam waktu tertentu, sesuai dengan kebutuhan masing-masing PPK
yang menandatangani Kontrak (Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Pasal 53 ayat (2));
BAB II
PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
1. Para Pihak Dalam Pengadaan Barang/Jasa
a. PA/KPA dan PPK
1. Apakah PA/KPA dapat bertindak sebagai PPK?
Untuk K/L/D/I, PA/KPA dapat bertindak sebagai PPK sesuai ketentuan pada UU
No.1 Tahun 2004 Pasal 4 ayat (2) dan Pasal 6 ayat (2).
2. Apakah PA/KPA wajib bersertifikat?
PA/KPA yang bertindak sebagai PPK, maka PA/KPA dimaksud tidak wajib
bersertifikat.
3. Apakah PPK wajib ditunjuk oleh PA/KPA?
Berdasarkan UU No 1/ 2004 PA/KPA berwewenang untuk melakukan tindakan
yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja atau menandatangani
kontrak. Menurut Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah, PPK merupakan salah satu perangkat organisasi yang
harus dibentuk. PA/KPA menetapkan PPK (Pasal 8 ayat (1)) huruf c. dan
mendelegasikan kewenangan tersebut antara lain menandatangani kontrak
kepada PPK untuk memudahkan check and balance dalam proses pengadaan.
Penunjukan PPK dilakukan untuk mendukung terjadinya check and balance,
sehingga tidak terjadi pemusatan kekuasaan. Pengguna anggaran sebaiknya
melakukan pekerjaan yang jauh lebih visioner dan bermanfaat bagi stakeholders.
Bila Pengguna Anggaran sudah mendelegasikan sebagian kewenangannya
kepada PPK, maka PPK bertanggungjawab atas pelaksanaan pengadaan
barang/jasa.
4. Apakah PPK wajib bersertifikat dan berpendidikan minimal S1?
Menurut Pasal 12 ayat (1), PPK merupakan pejabat yang ditetapkan oleh PA/KPA
untuk melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa. Untuk ditetapkan sebagai PPK
harus memenuhi persyaratan diantaranya adalah memiliki Sertifikat Keahlian
Pengadaan Barang/Jasa (Pasal 12 ayat (2) g.). PPK pada Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota wajib memiliki sertifikat keahlian Pengadaan Barang/Jasa
paling lambat 1 Januari 2012 (Pasal 127 huruf c.). Penetapan PPK dilakukan
melalui SK Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (Pasal 8 ayat (1)
huruf c dan pasal 12 ayat 1). PPK yang ditunjuk harus memenuhi persyaratan
manajerial dimana berpendidikan paling kurang Sarjana S1 dan memiliki
pengalaman paling kurang 2 (dua) tahun terlibat secara aktif dalam kegiatan yang
berkaitan dengan pengadaan barang/jasa. Dalam hal jumlah PNS yang memenuhi
persyaratan tersebut terbatas, maka dapat diganti dengan paling kurang golongan
IIIa atau disetarakan dengan golongan IIIa (Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun
2012 Pasal 12 ayat (4)).
5. Bagaimana solusinya jika SKPD tidak memiliki SDM yang memenuhi
persyaratan sebagai PPK sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan?
Bilamana tidak ada SDM yang memenuhi persyaratan sebagai PPK, maka
PA/KPA:
BAB III
PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI SWAKELOLA
1. Pelaksanaan Swakelola Oleh Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola.
a. Apakah pekerjaan konstruksi pembangunan sekolah dapat dilakukan dengan
swakelola oleh pihak sekolah?
1.
2.
Berdasarkan UU No. 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi Pasal 9 ayat (1) dan
(2), dinyatakan bahwa perencana dan pengawas konstruksi orang perseorangan
harus memiliki sertifikat keahlian dan pelaksana konstruksi orang perseorangan harus
memiliki sertifikat keterampilan kerja dan sertifikat keahlian kerja.
3.
4.
BAB IV
PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI PENYEDIA BARANG/JASA
1. Persiapan Pengadaan
a. Spesifikasi Teknis
i. Dapatkah Penyedia mengganti nomor SNI suatu barang yang telah ditetapkan,
hal ini dilakukan mengingat tidak adanya perbedaan fungsi antara barang
tersebut?
1. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Lampiran II.A.2.3) b) (4), penetapan spesifikasi teknis
merupakan tugas pokok dan kewenangan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
Dalam hal terdapat hal-hal yang kurang jelas, maka dapat berkonsultasi kepada
instansi teknis yang memiliki memiliki kompetensi di bidang tersebut;
2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan spesifikasi teknis, antara lain
spesifikasi teknis benar-benar sesuai dengan kebutuhan pengguna/ penerima
akhir; tidak mengarah kepada merek/produk tertentu, kecuali untuk pengadaan
suku cadang; memaksimalkan penggunaan produksi dalam negeri; dan
memaksimalkan penggunaan Standar Nasional Indonesia (SNI);
3. Di samping itu dalam menetapkan spesifikasi teknis barang/jasa, PPK harus
menetapkan spesifikasi teknis minimal yang rinci dan terukur untuk memastikan
barang yang diserahkan nantinya sesuai dengan kebutuhan. B964
ii.
dipublikasikan secara luas pada portal penyedia dan portal pengadaan nasional.
Apabila publikasi belum ditayangkan, maka penunjukan langsung tidak dapat
dilaksanakan. Pengadaan dapat dilaksanakan dengan cara pelelangan umum,
dengan mengkompetisikan antar merk kendaraan.
2. Mengacu kepada Perka
LKPP No. 6 Tahun 2011. Apakah prosedur
penunjukan langsung dilakukan melalui LPSE atau manual saja ?
Pengadaan kendaraan bermotor dilaksanakan dengan penunjukan langsung
dengan harga khusus pemerintah sepanjang sudah dipublikasikan pada portal
penyedia dan portal pengadaan nasional. Jadwal penunjukan langsung diserahkan
sepenuhnya kepada Pokja ULP. Penunjukan langsung dimaksud dilaksanakan
melalui aplikasi sistem penunjukan langsung kendaraan pemerintah, melalui LPSE
terdekat.
2. Dapatkah pengumuman dilakukan melalui LPSE namun prosesnya manual
(bukan lpse)?
Mengacu pada Perka LKPP No. 6 Tahun 2011 (khususnya pasal 1 angka 13 dan
pasal 4 ayat (2)), maka proses penunjukan langsung kendaraan bermotor
dilaksanakan secara elektronik melalui aplikasi yang sudah tersedia dan dapat
diakses melalui LPSE.
3. Apakah HPS kendaraan mengacu pada SPK PL pengadaan kendaraan
pemerintah dan harga on the road?
HPS disusun dengan mengacu pada acuan HPS yang terdapat pada katalog
kendaraan (apabila sudah ditayangkan), dan HPS tersebut adalah on the road plat
merah.
4. Apakah kendaraan alat berat seperti traktor, truk, eksavator milik pemda
dapat dilakukan Penunjukan Langsung?
Penunjukan langsung kendaraan dapat dilakukan karena adanya publikasi harga
pada website penyedia dan portal pengadaan nasional. Untuk pengadaan alat
berat, apabila masih dapat dilakukan kompetisi, maka prosesnya tetap harus
dilaksanakan dengan cara pelelangan umum, dengan mengkompetisikan antar
merk
5. Bagaimana dengan pengadaan motor trail? Dapatkah langsung menyebut
merk motor?
Bila motor trail sudah masuk dalam Inaproc maka dapat dilakukan penunjukkan
langsung, bila motor trail tidak termasuk kedalam daftar kendaraan yang
pengadaannya dapat dilaksanakan dengan penunjukan langsung (pihak pabrikan
tidak berminat dalam proses kontrak payung). Proses pengadaaan dilaksanakan
dengan cara pelelangan umum, pelelangan sederhana, atau pengadaan langsung,
tergantung nilai total HPS nya.
Spesifikasi teknis tidak dapat mengarah pada merk tertentu, sehingga menyebut
merk kendaraan juga tidak diperkenankan. dalam proses pelelangan, spesifikasi
disusun sehingga sekurang kurangnya terdapat tiga penyedia yang dapat mengikuti
pelelangan.
6. Bagaimana apabila dealer resmi di kota yang bersangkutan tidak
menyediakan harga GSO untuk kendaraan roda dua sementara barang yang
diadakan hanya 4 unit. Apakah penunjukan langsung ke dealer atau dapatkah
langsung kepada pihak ke tiga?
Penunjukan langsung hanya dapat dilaksanakan kepada penyedia yang tertayang
pada portal pengadaan nasional beserta dengan merk dan tipe kendaraannya.
Untuk pabrikan/atpm/main dealer/dealer yang tidak mengikuti kontrak payung,
maka pengadaannya dilaksanakan dengan cara pelelangan umum, dengan peserta
para pabrikan/atpm/main dealer/dealer tersebut. pengadaan kendaraan tidak dapat
dilaksanakan oleh pihak ketiga (rekanan)
7. Penunjukan langsung dilakukan dengan harga dari portal pengadaan nasional
dengan tidak merubah bentuk. Bagaimana apabila mengingankan kendaraan
diluar spesifikasi yang telah ditentukan? misalnya spesifikasi mobil memiliki
AC single blower, namun menginginkan AC double blower ?
Salah satu acuan penunjukan langsung kendaraan pemerintah adalah Peraturan
Kepala LKPP Nomor 6 Tahun 2011. Dalam Perka tersebut, salah satu persyaratan
penunjukan langsung adalah kendaraan yang spesifikasinya ditetapkan dalam surat
perjanjian. Dengan demikian, penunjukan langsung hanya dapat dilakukan untuk
kendaraan yang spesifikasi teknisnya sudah ditetapkan/ditayangkan pada portal
pengadaan nasional. Penambahan spesifikasi diluar spesifikasi standar, dilakukan
sesuai ketentuan pengadaan (pengadaan langsung/pelelangan)
8. Dalam proses pengadaan kendaraan bermotor terdapat tahap negosiasi,
apakah dimungkinkan untuk terjadi pengurangan harga?
Apabila harga sudah dapat dilihat pada portal pengadaan nasional maka harga
yang ditayangkan merupakan acuan dalam penyusunan hps, sehingga dalam
pelaksanaan penunjukan langsung, tetap harus dilakukan negosiasi. Harga setelah
negosiasi harus lebih rendah dari harga plat hitam untuk merk dan tipe yang sama,
pada periode tersebut.
9. Apakah data yg sudah diupload di portal pengadaan nasional sudah fix atau
masih dimungkinkan terjadinya perubahan?
Data yang sudah ditayangkan adalah data hasil konfirmasi dan negosiasi harga,
perubahan harga dimungkinkan apabila terjadi kebijakan pabrikan / atpm dalam hal
harga, atau akibat dari negosiasi yang akan dilakukan dalam interval tiga bulan
sekali.
10. Dapatkah pengadaan kendaraan bermotor dilakukan oleh penyedia usaha
kecil karena nilai pengadaannya di bawah Rp. 500 juta?
Peserta pelelangan/pengadaan langsung untuk pengadaan kendaraan bermotor
adalah dealer atau main dealer, bukan penyedia golongan kecil.
b. Pengadaan pengacara
Bagaimanakah metode pemilihan penyedia yang tepat untuk pengadaan
pengacara?
1. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah Pasal 44 ayat (1), dinyatakan bahwa Penunjukan Langsung terhadap 1
(satu) Penyedia Jasa Konsultansi dapat dilakukan dalam keadaan tertentu. Menurut
Pasal 44 ayat (2) e., salah satu kriteria keadaan tertentu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), meliputi pekerjaan jasa konsultansi di bidang hukum meliputi
konsultan hukum/advokat atau pengadaan arbiter yang tidak direncanakan
sebelumnya, untuk menghadapi gugatan dan/atau tuntutan hukum dari pihak
tertentu kepada Pemerintah, yang sifat pelaksanaan pekerjaan dan/atau
pembelaannya harus segera dan tidak dapat ditunda;
2. Mengacu pada ketentuan butir 1 (satu) di atas, Pengadaan Jasa Konsultan
Hukum/Advokat dapat dilaksanakan melalui penunjukan langsung jika memenuhi
kriteria sebagaimana tercantum dalam Pasal 44 ayat (2) e. Penunjukan langsung
dilakukan melalui proses prakualifikasi terhadap 1 (satu) Penyedia Jasa Konsultansi
(Pasal 44 ayat (3));
3. Dalam melakukan proses penunjukan langsung harus dilakukan negosiasi baik
teknis maupun biaya sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat
dipertanggungjawabkan (Peraturan Presiden No.54 Tahun 2010 Pasal 38 ayat (3)),
mengingat dalam penunjukan langsung tidak terjadi kompetisi.B1609
c. Pengadaan makan minum tidak rutin
Bagaimanakah metode pemilihan penyedia yang tepat untuk pengadaan makan
minum yang sifatnya tidak rutin/tidak dapat diprediksi volumenya?
1. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah pasal 36 ayat (1), dinyatakan bahwa Pemilihan Penyedia
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya pada prinsipnya dilakukan melalui
metode Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi;
2. Mengacu kepada ketentuan butir (1) diatas, pengadaan konsumsi bernilai diatas
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan sifatnya rutin seperti makan minum
para pegawai dilakukan dengan pelelangan umum/sederhana;
3. Dalam hal ini, Saudara dapat mencantumkan jenis-jenis menu dan penyajian yang
diinginkan dalam Dokumen Pengadaan. Kontrak yang digunakan adalah Kontrak
Harga Satuan mengingat pelaksanaan disesuaikan dengan kebutuhan dan
pembayarannya sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan;
4. Sedangkan untuk pengadaan konsumsi yang sifatnya tidak rutin seperti jamuan
makan untuk acara tertentu, dapat dilakukan dengan pengadaan langsung bila
nilainya paling tinggi Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).B996
e. Pengadaan Orchestra/Artis
Bagaimanakah metode pemilihan penyedia yang tepat untuk pengadaan
orchestra/artis tertentu
1. Dalam menentukan pihak pengisi acara kegiatan rapat paripurna istimewa
dimaksud, Saudara harus melakukan identifikasi kebutuhan terhadap keperluan
kegiatan tersebut. Hasil identifikasi kebutuhan riil barang/jasa tersebut dituangkan
dalam rencana kerja pengadaan, spesifikasi, HPS dan draf Kontrak;
2. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Pasal 38 ayat (4) huruf d bahwa Penunjukan Langsung
terhadap 1 (satu) Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dapat
dilakukan dalam hal pengadaan Barang khusus/Pekerjaan Konstruksi khusus/Jasa
Lainnya yang bersifat khusus yang spesifik dan hanya dapat dilaksanakan oleh 1
(satu) Penyedia Barang/Jasa Lainnya karena 1 (satu) pabrikan, 1 (satu) pemegang
hak paten, atau pihak yang menjadi pemenang pelelangan untuk mendapatkan izin
dari pemerintah;
3. Mengacu kepada butir (2) diatas, mengingat pengadaan orkestra dan penyanyi
yang akan mengisi acara tersebut hanya dapat dipenuhi oleh 1 (satu) penyedia,
maka pengadaannya dapat dilakukan penunjukan langsung dengan klarifikasi dan
negosiasi kewajaran harga.B1978
f.
h. Pekerjaan Kompleks
Dapatkah pekerjaan konstruksi yang merupakan pekerjaan kompleks dilkakukan
dengan metode pascakualifikasi mengingat waktu yang tidak mencukupi?
1. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Pasal 56 ayat (9) a., dinyatakan bahwa pascakualifikasi
dilaksanakan untuk pelelangan umum, kecuali pelelangan umum untuk pekerjaan
kompleks;
2. Mengacu pada ketentuan di atas, apabila pada pekerjaan konstruksi yang bersifat
kompleks, maka pekerjaan tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan
pascakualifikasi. Untuk pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya yang bersifat kompleks dilaksanakan dengan prakualifikasi;
3. Bilamana waktu untuk pengadaan barang/jasa tidak mencukupi, maka PPK dan
Panitia Pengadaan dapat mempercepat jadwal pelelangan. Hal ini dapat dilakukan
dengan mempersingkat proses pembukaan dokumen penawaran, evaluasi
dokumen penawaran, penilaian dan pembuktian kualifikasi, usulan calon
pemenang, penetapan pemenang, dan pengumuman pemenang, yang semua
prosesnya dapat dilakukan percepatan;
4. Dalam hal tidak dapat dilaksanakan sebagaimana tercantum dalam butir 3 (tiga) di
atas, maka PPK dapat meminta kesanggupan Penyedia untuk mempercepat
penyelesaian pekerjaan tersebut dengan memaksimalkan sumber daya yang
dimilikinya. Kesepakatan perubahan ini dilakukan sebelum penandatanganan
kontrak dan harus dengan persetujuan pihak penyedia.B1981
i.
Kecil serta kemampuan pada subbidang pekerjaan yang sesuai untuk usaha non
kecil (pasal 19 ayat (1) huruf g);
3. Mengacu kepada ketentuan pada butir (1) dan (2) diatas, Penyedia jasa
konstruksi berbentuk badan usaha yang mengikuti proses pelelangan harus
memiliki SIUJK (Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi);
4. Persyaratan Kualifikasi Penyedia Jasa Konstruksi/Gred dalam pelelangan Jasa
Konstruksi harus mengacu kepada Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum
No.16/SE/M/2010 yang mengatur bahwa Gred 2 s.d. 4 termasuk usaha kecil dan
Gred 5 s.d. 7 termasuk usaha non kecil. Paket pekerjaan sampai dengan
Rp.2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) hanya diperuntukan bagi
usaha kecil, kecuali untuk paket pekerjaan yang menuntut kompetensi teknis
yang tidak dapat dipenuhi oleh Usaha Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil
(pasal 100 ayat (3));
5. Penjelasan lebih lanjut mengenai kualifikasi usaha berdasarkan Gred, dapat
dikonsultasikan dengan instansi teknis terkait yang memiliki kewenangan dalam
hal ini yaitu Kementerian Pekerjaan Umum. B1610
2) SBU
1. Berdasarkan
Barang/Jasa
Pengadaan
diskriminatif
Presiden ini;
memperbaiki/merubah dokumen
penawaran (post bidding).B869
j.
penawarannya
dalam
tahap
evaluasi
l.
1.
2.
Mengacu kepada ketentuan pada butir (1) diatas, Daftar Kuantitas dan Harga harus
disampaikan dalam Dokumen Penawaran. Daftar Kuantitas dan Harga meliputi Mata
Pembayaran Umum, Mata Pembayaran Utama dan Daftar Rekapitulasi. Bilamana
didalam Dokumen Pengadaan beserta addendumnya dinyatakan harus
mencantumkan Daftar Mata Pembayaran Umum, maka Penyedia yang tidak
mencantumkan Daftar Mata Pembayaran Utama digugurkan. Namun bilamana
ketentuan tersebut tidak dicantumkan dalam Dokumen Pengadaan, maka Penyedia
dimaksud tidak digugurkan. B579
Penyesuaian Harga
Dapatkah dilakukan penyesuaian harga dalam Kontrak Tahun Jamak?
1. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Pasal 92 ayat (1) dinyatakan bahwa penyesuaian Harga
dilakukan dengan ketentuan penyesuaian harga diberlakukan terhadap Kontrak
Tahun Jamak berbentuk Kontrak Harga Satuan berdasarkan ketentuan dan
persyaratan yang telah tercantum dalam Dokumen Pengadaan dan/atau perubahan
Dokumen Pengadaan, tata cara perhitungan penyesuaian harga harus dicantumkan
dengan jelas dalam Dokumen Pengadaan, penyesuaian harga tidak diberlakukan
terhadap Kontrak Tahun Tunggal dan Kontrak Lump Sum serta pekerjaan dengan
Harga Satuan timpang;
2. Mengacu kepada ketentuan pada butir (1) di atas, Pekerjaan Konstruksi dengan
Kontrak Tahun Jamak dapat diberlakukan penyesuaian harga bilamana memenuhi
persyaratan sebagaimana Pasal 92 ayat (2) dan perhitungannya dinyatakan dalam
Pasal 92 ayat (3);
4. Ketentuan mengenai penyesuaian harga dituangkan dalam dokumen lelang dan
dalam ketentuan yang diatur pada pokok kontrak bukan pada addendum kontrak.
5. Nilai besaran rupiah akibat penyesuaian harga ditentukan berdasarkan perubahan
indeks harga. Nilai total rupiah tersebut tidak ditetapkan dalam kontrak;
6. Perubahan nilai kontrak akibat penyesuaian harga dituangkan dalam addendum
kontrak. Addendum kontrak/perubahan kontrak dapat diberlakukan secara berkala
(setiap 3 bulan atau 6 bulan) setelah bulan ke-13.
7. Bilamana tidak tersedia tambahan dana untuk membayar tambahan biaya kontrak
akibat eskalasi, maka dilakukan optimasi kontrak dengan mengurangi volume
pekerjaan pada kontrak tersebut.B1883
m. Penetapan HPS
1) Bagaimana penyusunan hps yang benar?
p. Penandatangan Kontrak
1). Perubahan jadwal
1.
2.
3.
2). Apakah yang dimaksud dengan Ahli Hukum Kontrak? Sampai batas manakah
kewenangannya?
1.
2.
2.
4.
5.
6.
2.
Mengacu kepada ketentuan pada butir (1) diatas, kontrak lumpsum merupakan
kontrak harga pasti yang mengikat harga total penawaran, sedangkan harga
satuannya tidak mengikat. Perbedaan volume dalam spesifikasi dan volume dalam
HPS pada kontrak lumpsum memiliki potensi kerugian bilamana volume yang
dinyatakan dalam penyusunan HPS lebih besar dari volume pekerjaan yang
dinyatakan dalam spesifikasi. Semestinya PPK yang memiliki tugas dan
kewenangan menetapkan spesifikasi dan HPS tidak melakukan kesalahan tersebut;
3.
Bilamana kontrak yang terjadi melebihi nilai HPS yang sebenarnya (volume 26),
maka APIP agar melakukan perhitungan kerugian. Bilamana dari perhitungan APIP
terdapat kerugian negara, maka harus disetorkan ke kas negara. B1841
20 ayat (3) huruf a angka 1 merupakan kontrak jasa atas penyelesaian seluruh
pekerjaan dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah harga yang pasti dan tetap
serta semua risiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan yang
sepenuhnya ditanggung oleh penyedia jasa sepanjang gambar dan spesifikasi tidak
berubah;
2.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 pasal 51 ayat (1) Kontrak
Lump Sum merupakan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa atas penyelesaian seluruh
pekerjaan dalam batas waktu tertentu sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak,
dengan ketentuan jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan
penyesuaian harga,
semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia
Barang/Jasa, pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang
dihasilkan sesuai dengan isi Kontrak, sifat pekerjaan berorientasi kepada keluaran
(output based), total harga penawaran bersifat mengikat dan tidak diperbolehkan
adanya pekerjaan tambah/kurang;
3.
Mengacu pada ketentuan pada butir (1) dan (2) diatas, Kontrak Lumpsum tidak
dimungkinkan adanya tambah kurang pekerjaan, dengan demikian penambahan
lantai gedung tidak dapat dilakukan dengan addendum kontrak. Namun demikian,
penambahan pekerjaan tersebut dapat dilakukan dengan membuat kontrak baru
dengan Penyedia pelaksana pekerjaan dan dilakukan dengan Penunjukan Langsung
sepanjang memenuhi Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 pasal 12 dan
sisa dana efisiensi pelelangan dapat digunakan. B2329
s. Persyaratan Dukungan
Apakah persyaratan dukungan mutlak dibutuhkan?
1.
2.
3.
4.
Mengacu kepada ketentuan pada butir (3) diatas, panitia/pokja ULP diperkenankan
mempersyaratkan Penyedia harus memiliki Sertifikat Manajemen Mutu ISO dan SNI
dari pabrikan apabila diperlukan. Didalam menentukan perlu atau tidaknya kedua
sertifikat tersebut, ULP dapat dibantu oleh tenaga ahli yang memahami kebutuhan
Sertifikat ISO dan SNI pada paket pekerjaan yang akan dilelangkan, sehingga
pemberlakuan persyaratan tersebut dilakukan karena memang dibutuhkan;
t.
5.
6.
7.
Mengacu pada ketentuan di atas, para pihak tidak boleh memiliki/melakukan peran
ganda atau terafiliasi. Bilamana para pihak memiliki/melakukan peran ganda atau
terafiliasi maka penawaran tersebut dinyatakan gugur;
8.
Untuk pekerjaan pengadaan barang, dalam hal ini Pengadaan Peralatan Olahraga
Dirgantara dan Pengadaan Peralatan Olahraga Bahari, boleh ada pemenang yang
sama untuk dua pekerjaan tersebut, karena pengadaan barang tidak perlu ada
persyaratan Kemampuan Dasar (KD) dan Sisa Kemampuan Paket (SKP). Selama
penyedia tersebut memenuhi evaluasi dan kualifikasi, maka penyedia tersebut boleh
mendaftar dan menang dilebih dari satu paket pekerjaan.B1419
Jaminan Penawaran
1.
2.
Berdasarkan Perka LKPP No. 1 Tahun 2011 tentang Tata Cara E-Tendering
sebagaimana tercantum pada Bab VI angka 3 dinyatakan bahwa dalam hal
penyedia barang/jasa hanya mengirimkan softcopy jaminan penawaran dan tidak
mengirimkan jaminan penawaran asli, maka penyedia barang/jasa tersebut tidak
dapat digugurkan jika hasil konfirmasi kepada penerbit jaminan menyatakan bahwa
jaminan tersebut dapat dicairkan;
3.
Berdasarkan Perka LKPP No. 5 Tahun 2011 tentang Standar Dokumen Pengadaan
Secara Elektronik Bab III huruf C.22. poin 22.3 dinyatakan bahwa jaminan
penawaran asli disampaikan melalui pos tercatat/jasa pengiriman kepada Pokja ULP
dan sudah harus diterima sebelum batas akhir pemasukan penawaran;
4.
Mengacu pada Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 Pasal 79 ayat 1 dinyatakan
bahwa dalam melakukan evaluasi penawaran, ULP harus berpedoman pada tata
cara/kriteria yang ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan. Dengan demikian,
bilamana ketentuan dalam dokumen pengadaan untuk paket pekerjaan yang sedang
dilakukan proses pemilihan penyedianya mengacu kepada ketentuan butir 3) di atas,
maka pada tahap evaluasi administrasi ULP/Panitia Pengadaan dapat
menggugurkan penawaran yang tidak melampirkan atau terlambat menyampaikan
jaminan penawaran asli sampai batas akhir pemasukan penawaran.B2542
(3) Jaminan Sanggahan Banding ditetapkan sebesar 20/00 (dua perseribu) dari nilai
total HPS atau paling tinggi sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
BAB V
PERAN SERTA USAHA KECIL
Dapatkah usaha kecil mengikuti pelelangan diatas 2,5 m?
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah pasal 100 ayat (3), Nilai paket pekerjaan Pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya sampai dengan Rp.2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta
rupiah), diperuntukan bagi Usaha Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil, kecuali untuk
paket pekerjaan yang menuntut kompetensi teknis yang tidak dapat dipenuhi oleh Usaha
Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil;
Mengacu pada ketentuan di atas, kualifikasi usaha non kecil tidak dapat mengikuti paket
Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang ditujukan kepada usaha kecil.
Namun usaha kecil dapat mengikuti pelelangan yang bernilai di atas Rp.2.500.000.000,00
(dua miliar lima ratus juta rupiah), bilamana memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan dan dokumen pengadaan. Khusus untuk Pekerjaan
Konstruksi dan Jasa Lainnya yang bernilai di atas Rp.2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus
juta rupiah) ditambahkan persyaratan Kemampuan Dasar (KD), ketersediaan personil
(SKA/SKT) dan ketersediaan peralatan. Perhitungan KD mengacu kepada nilai pengalaman
perusahaan yang sesuai dengan sub bidang pekerjaan, nilai kontrak dan status peserta pada
saat menyelesaikan kontrak sebelumnya dalam 10 (sepuluh) tahun terakhir (Lampiran III
bagian B.1. g.3).l)).b1316
BAB V
PENGENDALIAN, PENGAWASAN, PENGADUAN DAN SANKSI
a. Blacklist
Dapatkah penyedia yang telah ditetapkan dalam blacklist oleh instansi pemerintah
lain mengikuti pelelangan?
1.
2.
3.
4.
5.
Kantor cabang
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah Lampiran III Bagian B.1.f.8).b).(2).iii dinyatakan bahwa penawaran dinyatakan
memenuhi persyaratan administrasi, apabila surat penawaran ditandatangani oleh kepala
cabang perusahaan yang diangkat oleh kantor pusat yang dibuktikan dengan dokumen
otentik;
Mengacu pada ketentuan pada butir (1) diatas, kepala cabang perusahaan dapat mengajukan
penawaran yang mengatasnamakan cabang perusahaan. Perusahaan yang mengikuti
pelelangan atas nama cabang perusahan, maka yang disampaikan adalah pekerjaan yang
sedang dilakukan oleh cabang perusahaan dimaksud. Namun demikian tidak diperkenankan
menutupi informasi bilamana masuk dalam sanksi Daftar Hitam;
Bilamana Sanksi Daftar Hitam dikenakan kepada Penyedia yang menyampaikan penawaran
atas nama cabang perusahaan, maka pengenaan Sanksi Daftar Hitam kepada cabang
perusahaan tersebut hanya berlaku untuk cabang dimaksud dan tidak berlaku untuk Pusat
dan cabang lainnya. Namun bilamana yang dikenakan Sanksi Daftar Hitam adalah
perusahaan pusat, maka pengenaan Sanksi Daftar Hitam juga berlaku untuk seluruh cabang
perusahaan (Peraturan Kepala LKPP Nomor 7 Tahun 2011 pasal 4 ayat (4) huruf a);
Untuk perhitungan Sisa Kemampuan Paket (SKP) dan Kemampuan Dasar (KD) bilamana
yang mengikuti pelelangan mengatasnamakan cabang perusahaan, maka perhitungan SKP
dan KD hanya menggunakan data yang dimiliki oleh cabang perusahaan.b2060
BAB VI
KEIKUTSERTAAN PERUSAHAAN ASING DALAM PENGADAAN BARANG/JASA
a. Bagaimana persyaratan untuk perusahaan asing untuk mengikuti pengadaan
barang/jasa di Indonesia?
i.
Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman
Modal :
a. Pasal 5 ayat (2) : Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan
terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah
negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.
b. Pasal 25 :
Ayat (1)
: Penanam modal yang melakukan penanaman modal di
Indonesia harus sesuai dengan ketentuan Pasal 5 UndangUndang ini.
Ayat (3)
: Pengesahan pendirian badan usaha penanaman modal asing
yang berbentuk perseroan terbatas dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ayat (4)
: Perusahaan penanaman modal yang akan melakukan kegiatan
usaha wajib memperoleh izin sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dari instansi yang memiliki
kewenangan, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang.
ii. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pasal 104 ayat (1) dinyatakan
bahwa perusahaan asing dapat ikut serta dalam Pengadaan Barang/Jasa
dengan ketentuan: untuk Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dengan nilai
di atas Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); untuk Pengadaan
Barang/Jasa Lainnya dengan nilai di atas Rp20.000.000.000,00 (dua
puluh miliar rupiah); dan untuk Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai
di atas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah);
iii. Perusahaan asing dimaksud adalah perusahaan yang berbadan usaha
dan berkedudukan di luar wilayah hukum Republik Indonesia serta bukan
merupakan perusahaan penanaman modal asing sebagaimana yang
dimaksud pada Pasal 5 dan Pasal 25 Undang-Undang No. 25 Tahun
2007 Tentang Penanaman Modal tersebut di atas. Perusahaan asing
tersebut masuk ke Indonesia hanya dalam rangka mengikuti pengadaan
barang/jasa yang dapat diikuti oleh perusahaan asing berdasarkan
ketentuan Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010.
iv. Sehingga apabila terdapat perusahaan yang sahamnya 100 % dimiliki
oleh pihak asing, namun bentuk badan usaha dan kedudukannya sesuai
dengan Pasal 5 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007, maka perusahaan
tersebut tidak termasuk dalam kategori perusahaan asing seperti yang
dimaksudkan pada Pasal 104 Peraturan Presiden No. 54 Tahun
2010.b999
v. Perusahaan asing dapat mengikuti Pengadaan Barang/Jasa yang
diadakan oleh Pemerintah Indonesia. Perusahaan asing yang
melaksanakan pekerjaan, harus melakukan kerja sama usaha dengan
perusahaan nasional dalam bentuk kemitraan, sub kontrak dan lain-lain,
dalam hal terdapat perusahaan nasional yang memiliki kemampuan
dibidang yang bersangkutan (Pasal 104 ayat (2)). Dalam hal bentuk
Fik
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah Pasal 56 ayat (11), Lampiran III bagian A. 5.i) dan Peraturan Kepala Lembaga
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Tata Cara E-Tendering
Lampiran V.2.c. tentang Pemasukan Kualifikasi disebutkan bahwa Data kualifikasi
disampaikan melalui formulir elektronik isian kualifikasi yang tersedia pada aplikasi SPSE
(butir 1).), ULP dilarang meminta penyedia barang/jasa untuk mengupload softcopy lampiran
dokumen yang dipersyaratkan dalam data isian kualifikasi (butir 2).), dan penyedia
barang/jasa dilarang memasukan softcopy data kualifikasi pada fasilitas pengunggahan lain
yang tersedia pada aplikasi SPSE termasuk APENDO (butir 3).);
Mengacu pada ketentuan di atas hasil scan dari dokumen ijin usaha tidak perlu diupload ke
sistem, tapi penyedia wajib mengisi datanya di form isian kualifikasi. Dokumen asli
disampaikan pada saat pembuktian kualifikasi.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah Pasal 56 ayat (10) dinyatakan bahwa ULP/Pejabat Pengadaan dilarang
menambah persyararan kualifikasi yang bertujuan diskriminatif serta diluar yang telah
ditetapkan dalam ketentuan Peraturan Presiden ini. Peserta yang dinyatakan memenuhi
persyaratan kualifikasi sesuai dengan Lampiran III Bagian B.1.g.3);
Mengacu pada ketentuan di atas, maka neraca perusahaan tidak menjadi persyaratan yang
harus dipenuhi dalam penilaian kualifikasi. Selain itu sebagaimana Saudara sampaikan
bahwa neraca perusahaan tidak dipersyaratkan dalam Dokumen Pengadaan, maka syarat
neraca perusahaan tidak wajib dipenuhi oleh peserta lelang.b2547
BAB VIII
LAIN-LAIN
Penugasan konsultan
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2012 tentang Penugasan Kepada Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia, Menteri Sekretaris Negara, Menteri Keuangan, dan Jaksa
Agung untuk Melakukan Penanganan Pengembalian Aset Hasil Tindak Pidana Terkait Kasus
Pt Bank Century, Tbk., yang Berada di Luar Negeri pasal 2 ayat (1) huruf a yang menyatakan
bahwa Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia, diberikan kewenangan untuk melakukan penunjukan langsung
konsultan hukum dalam rangka pengembalian aset hasil tindak pidana terkait kasus PT Bank
Century, Tbk. yang berada di luar negeri;
Mengingat Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2012 merupakan lex specialist untuk
pengadaan jasa Konsultan Hukum dalam rangka pengembalian aset hasil tindak pidana
terkait kasus PT. Bank Century Tbk dibandingkan dengan Peraturan Presiden Nomor 54
Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, maka sesuai dengan ketentuan
pada butir (1) diatas, pengadaannya dapat dilakukan dengan Penunjukan Langsung;
Metode penilaian kualifikasi yang digunakan dapat disesuaikan dengan ketentuan pengadaan
Jasa Konsultansi yang diatur oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010. Evaluasi
kualifikasi pada Penunjukan Langsung Jasa Konsultansi dilakukan dengan sistem gugur yaitu
dengan menentukan kriteria Konsultan Hukum yang dibutuhkan, setalah mendapatkan
kandidat yang sesuai kemudian dilakukan negosiasi teknis dan harga. Setelah didapatkan
kesepakatan teknis dan harga kemudian dilanjutkan dengan penandatanganan kontrak;
Penetapan HPS untuk Konsultan Hukum Asing didasarkan kepada harga pasar internasional
yang berlaku sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Untuk kebutuhan Dokumen
Pengadaan dapat menggunakan bahasa inggris atau bahasa asing lainnya yang digunakan
oleh Konsultan Hukum Asing, sedangkan untuk kontrak harus menggunakan dua bahasa
yaitu bahasa inggris atau bahasa asing yang digunakan Konsultan Hukum Asing dan Bahasa
Indonesia;
Untuk pengadaan Penunjukan Langsung Jasa Konsultansi tidak membutuhkan Jaminan
Penawaran atau Jaminan Pelaksanaan atau Uang Muka. Mata uang yang digunakan dalam
kontrak dapat menggunakan rupiah atau menggunakan mata uang asing. Untuk ketentuan
dan tatacara penggunaan mata uang asing dalam pengadaan dapat dikonsultasikan dengan
Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara;
Penyusunan KAK untuk pengadaan Konsultan Hukum Asing pada prinsipnya sama dengan
KAK untuk pengadaan Jasa Konsultansi pada umumnya. Namun demikian, bilamana
dibutuhkan dapat dilakukan beberapa penyesuaian, misalnya terkait dengan penggunaan
mata uang asing (bilamana menggunakan mata uang asing), pelaksanaan kegiatan diluar
negeri dan penyesuaian lainnya bilamana dibutuhkan;
Penunjukan Langsung Jasa Konsultan hukum dapat menggunakan Dokumen Lelang Standar
(SBD) untuk Penunjukan Langsung Jasa Konsultansi yang diterbitkan oleh LKPP, dengan
beberapa penyesuaian yang dianggap perlu sesuai dengan ruang lingkup pekerjaan.b2015
TATA CARA PENGELOLAAN
PENGADUAN ORANG DALAM
(WHISTLEBLOWER)
PADA PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
a. Verifikator menerima laporan dari whistleblower melalui sistem elektronik berupa bukti
permulaan yang dapat mendukung atau menjelaskan adanya penyimpangan ketentuan dan
prosedur, penyalahgunaan wewenang dan/atau KKN, berupa:
1. Data/dokumen;
2. Gambar; dan/atau
3. Rekaman
b. Penelaah mengadakan rapat panel diskusi terhadap resume pengaduan jika penelaah tidak
menemukan jawaban yang tepat atas resume pengaduan tersebut yang dihadiri oleh seluruh
verifikator dan administrator.
d. Penelaah memberikan hasil telaahan resume pengaduan kepada Pimpinan LKPP yang
akan diteruskan kepada Kepala LKPP.
Total waktu pelaksanaan sejak data lengkap diterima hingga menjadi kertas
kerja dilaksanakan selama 24 hari kerja atau 192 jam kerja.