Anda di halaman 1dari 12

Pendekatan Diagnosis Okupasi pada Karyawan Hotel

Rachel Filia Anjani F. 102017120


Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
Kelompok C2
102015175 Rendy Damar Nugraha
102017056 Leo Trio Sanjaya
102017172 Jonathan Victorya
102017001 Friska Dwiyanti
102017036 Peni Sucipto
102017085 Beatrice Julieta Sitio
102017120 Rachel Filia
102017160 Nadya Alexia Iskandar

Abstrak
Untuk tercapainya tempat kerja yang produktif dan efisien, perusahaan harus menciptakan
tempat kerja yang aman bagi pekerjanya. Kesehatan pekerja sangat rentan dan dipengaruhi
oleh lingkungan kerja, bagaimana perilaku saat bekerja dan juga faktor lainnya. Ada 5
pajanan yang mempengaruhi kesehatan pekerja, yaitu: kimia, fisik, biologi, psikososial dan
ergonomi. Ergonomi meliputi bagaimana proses dalam bekerja, mulai dari posisi duduk-
berdiri, mengangkat beban, dll. Jika terjadi pajanan ergonomi dikarenakan proses kerja yang
kurang menunjang, dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang bisa di katergorikan ke
dalam Penyakit Akibat Kerja (PAK). Salah satu penyakit tersering adalah Low Back Pain
(LBP). Jika tidak ditangani LBP dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang dapat
mengakibatkan kerugian pada pekerja dan juga perusahaan.
Kata kunci: Penyakit Akibat Kerja (PAK), low back pain (LBP), kesehatan pekerja.

Abstract
To achieve a productive and efficient workplace, companies must create a safe workplace for
their workers. Workers' health is very vulnerable and is influenced by the work environment,
how they behave at work and also other factors. There are 5 exposures that affect the health
of workers, namely: chemical, physical, biological, psychosocial and ergonomic. Ergonomics
includes how the processes work, starting from a sitting-standing position, lifting weights,
etc. If there is ergonomic exposure due to the work process that is not supportive, it can
cause health problems that can be categorized as Occupational Diseases (PAK). One of the
most common diseases is Low Back Pain (LBP). If not handled by LBP, it can cause health
problems that can result in losses to workers and the company.
Keywords: Occupational Diseases (PAK), low back pain (LBP), health of workers.

Pendahuluan
Berdasarkan peraturan mentri tenaga kerja No. Per.05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif. Maka dari itu kesehatan dari para pekerja harus dijamin agar
terbentuknya kondisi yang produktif di tempat kerja. Tetapi pekerja memiliki resiko
terhadapat masalah kesehatannya yang disebabkan dari lingkungan kerja, perilaku kerja serta
faktor lainnya.

Penyakit yang diakibatkan oleh pekerjaan atau lingkungan pekerjaan yang termasuk
hubungan kerja adalah Penyakit Akibat Kerja (PAK). Penyakit akibat disebabkan karena
adanya pajanan tertentu selama menjalankan suatu pekerjaan. Pajanan yang dapat terjadi
yang kemudian dapat menyebabkan penyakit akibat kerja adalah pajanan fisik, kimia, biologi,
ergonomi dan psikososial. Pada fisik meliputi Suhu ekstrem, bising, pencahayaan, vibrasi,
radiasi dan tekanan udara. Lalu pada kimia, Semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, uap
logam, gas, larutan, kabut, partikel nano dan lain-lain. Sedangkan pada biologi meliputi
Bakteri, virus, jamur, bioaerosol dan lain-lain. Lalu pada psikososial Beban meliputi kerja
kualitatif dan kuantitatif, organisasi kerja, kerja monoton, hubungan interpersonal, kerja shift,
lokasi kerja dan lain-lain. dan yang terakhir pada ergonomi yaitu Angkat angkut berat, posisi
kerja janggal, posisi kerja statis, gerak repetitif, penerangan, Visual Display Terminal (VDT)
dan lain-lain. Masalah pada ergonomi yang paling sering sendiri adalah beban kerja dan
malposisi sewaktu bekerja yang kemudian dapat menyebabkan gangguan pada tulang seperti
low back pain. Aplikasi atau penerapan ergonomi sendiri meliputi posisi kerja, proses kerja,
tata letak tempat kerja, mengangkat beban. Posisi kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi
berdiri. Posisi duduk yang baik adalah posisi dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh
dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri yang baik adalah dimana posisi
tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki. Kemudian
pada proses pekerja, para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi
waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran antropometrinya. Kemudian tata letak tempat kerja
yang baik bagi pekerja adalah dengan display yang harus jelas terlihat pada waktu melakukan
aktivitas kerja. Kemudian ketika mengangkat bebat dalam pajanan ergonomi ketika bekerja
meliputi dengan beban kepala, bahu, tangan, punggung, dll. Beban yang terlalu berat dapat
menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang
berlebihan. 1,2

Pada pekerja hotel yang berusia 35 tahun datang ke klinik perusahaan dengan keluhan
nyeri pada punggung bawah yang menjalar sampai ke telapak kaki kiri yang bertambah berat
sejak 1 minggu terakhir ini memiliki pajanan ergonomi yang memungkinkan terjadinya low
back pain.
Indentifikasi Diagnosis Okupasi

Untuk melakukan indentifikasi apakah penyakit yang dialami pekerja adalah penyakit akibat
kerja (PAK) kita perlu melakukan 7 langkah diagnosis okupasi.

1. Diagnosis klinis
Diagnosis klinis ini meliputi anamnesis hingga pemeriksaan penunjang. Pada
anamnesis kita bisa menanyakan identitas, keluhan utama, riwayat penyakit dahulu,
riawayat penyakit keluarga, riwayat sosialnya dan perjalanan penyakitnya. Lalu
dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dengan kita melakukan look, feel dan
movement. Kemudian kita lakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan
laboratorium (LED, CRP, darah lengkap, urin lengkap, kultur, tes tuberkulin bila ada
kecurigaan infeksi) dan pemeriksaan radiologis ( foto polos, CT-Mielo, CT-Scan, dan
MRI). 4,5
2. Pajanan
Pada pekerjaan si pasien juga dilihat apakah terdapat pajanan dalam
pekerjaannya. Pajanan yang diterima dapat berupa pajanan fisik, kimia, biologi,
psikososial, maupun
ergonomi. 1,16-28 Ada tidaknya pajanan selama seseorang melakukan pekerjaan dapat
dilihat atau dicari tahu melalui anamnesis yang lengkap dan akan lebih baik apabila
terdapat pengukuran terhadap lingkungan meliputi pajanan apa saja yang diterima
oleh orang itu selama menjalankan pekerjaannya. Pajanan yang sering menyebabkan
low back pain sendiri adalah pajanan ergonomi dimana postur tubuh yang tidak benar
karena sering membungkuk, mendorong maupun mengangkat barang terlalu berat.
3. Hubungan pajanan
Sudut lengkung punggung yang terbentuk pada saat seseorang mengangkat
dan memindahkan barang – barang ataupun membengkuk memiliki hubungan yang
bermakna dengan terjadinya low back pain. Seseorang yang membungkuk,
mengangkat, mendorong atau memindahkan barang dengan membentuk sudut
lengkung punggung lebih dari 45 derajat lebih berisiko 4,5 kali menderita low back
pain dibandingkan dengan orang yang membungkuk dengan sudut lengkung kurang
dari 450 . 5 Mendorong maupun mengangkat barang terlalu kuat yang kemudian
memaksa otot – otot berkontraksi terlalu kuat juga dapat menyebabkan terjadinya low
back pain. 6 Pada kasus, penderiata mendapat pajanan psikososial dimana dia harus
bekerja selama 7 jam/hari. Selain itu juga terdapat pajanan ergonomi dimana pasien
sering membungkuk, jongkok, maupun mendorong barang – barang yang berat.
Penyakit low back pain dapat disebabkan karena posisi tubuh yang salah.
Selain itu,
kegiatan seperti membungkuk, jongkok, maupun mendorong barang – barang yang
berat dengan cara atau metode yang salah juga dapat memicu terjadinya low back
pain. 5,6 Walaupun kemungkinan terjadinya low back pain harus diikuti oleh perilaku
atau posisi tubuh atau gerakan tubuh yang salah yang terjadi secara berulang – ulang
dan dalam waktu cukup lama. 6 Sehingga pada pekerja housekeeping yang sering
mengangkat, mendorong, ataupun membawa barang – barang yang cukup berat serta
sering membungkuk memiliki hubungan dengan kejadian low back pain pada pekerja
housekeeping. Low back pain mekanik dapat disebabkan oleh rangsang mekanik yaitu
penggunaan otot yang berlebihan. 6,7 Hal ini dapat terjadi pada saat tubuh
dipertahankan dalam posisi statik atau postur tubuh yang salah untuk jangka waktu
yang cukup lama dimana otot – otot di daerah punggung akan berkontraksi untuk
mempertahankan postur tubuh yang normal atau pada saat aktivitas yang
menimbulkan beban mekanik yang berlebihan pada otot – otot punggung bawah.
Penggunaan otot yang berlebih dapat menimbulkan iskemik dan inflamasi. 6 Setiap
gerakan otot akan menimbulkan nyeri dan menambah spasme otot sehingga gerak
punggung bawah menjadi terbatas. Postur tubuh yang buruk, fleksibilitas yang buruk,
otot penyusun vertebra yang lemah, excercise technique dan lifting technique yang
kurang tepat juga dapat menyebabkan terjadinya low back pain. 7,8 Postur tubuh yang
buruk seperti sikap berdiri membungkuk ke depan, tidak tegak, kepala menunduk,
dada datar, dinding perut menonjol dan punggung bawah sangat tegak (lordosis) dapat
memperparah kejadian low back pain mekanik. 6
Pada pasien yang memiliki pekerjaan yang berat secara fisik seperti
mengangkat, mendorong, maupun memindahkan barang – barang, ditemukan bahwa
sekitar 64% dari pekerja berat tersebut sering mengeluhkan nyeri punggung bawah,
sedangkan pada pekerja – pekerja ringan yang tidak mengangkan barang – barang
berat ditemukan sekitar 53% yang mengeluh nyeri punggung bawah. 6,9 Hal tersebut
menunjukan bahwa nyeri punggung bawah tidak hanya disebabkan karena masalah
beratnya pekerjaan secara fisik, tetapi juga dipengaruhi oleh masalah ergonomi.
Dimana masalah ergonomi tersebut meliputi rancangan sistem kerja, keadaan tempat
kerja, dan sikap badan ketika bekerja.
4. Besar pajanan
Besar pajanan bisa dilihat melaui berapa jam dalam sehari bekerja dan sudah
berapa lama menguliti pekerjaannya. Dimana kita lihat pada skenario pekerja telah
bekernya selama 10 tahun dan dalam sehari ia bekerja selama 7 jam. dimana
mengharuskan orang tersebut untuk membungkuk, mendorong, maupun mengangkat
barang – barang berat dapat dinilai bahwa pajanan ergonomi pada pekerjaan itu cukup
besar.
5. Faktor individual
Faktor dari individu juga mempengaruhi terjadinya low back pain. Faktor individu
tersebut mencakup usia, gender, kegubagaran jasmani, obesitas, tinggi badan
berlebihan, merokok, maupun psikososial. 7-9 Berdasarkan usia, terdapat kenaikan
angka kejadian dan prevalensi nyeri punggung bawah dengan bertambahnya usia yang
tidak dipengaruhi kondisi kerja. 9 Pegawai yang berusia kurang dari 25 tahun juga
memiliki risiko cedera punggung yang juga tinggi walaupun tidak sebanyak pada usia
lebih tua. Hal ini disebabkan karena waktu dan pengalaman dalam penggunaan
punggung yang aman dan efisien yang kurang dimiliki oleh pegawai dengan usia
kurang dari 25 tahun. 7 Kemudian pengaruh jenis kelamin umumnya tidak memiliki
perbedaan yang jauh berbeda antara pria maupun wanita. Secara keseluruhan wanita
lebih sedikit mengalami cedera dibandingkan dengan pria. 8 Kemudian berdasarkan
kebugaran jasmani, pekerja dengan kebugaran jasmani yang lemah berisiko lebih
tinggi mengalami nyeri punggung bawah. Kemudian berat badan yang berlebih juga
dapat menyebabkan tonus otot abdomen menjadi lemah. 8 Hal tersebut menyebabkan
pusat gravitasi seseorang akan terdorong ke dapan dan menyebabkan lordosis
lumbalis akan bertambah. Hal tersebut yang kemudian menyebabkan kelelahan pada
otot paravertebra yang kemudian juga menjadi risiko low back pain.
6. Faktor eksternal
Faktor – faktor lain yang dapat menyebabkan low back pain adalah posisi duduk yang
terlalu lama, posisi berdiri terlalu yang menyebabkan posisi tubuh kerja statik juga
dapat memicu terjadinya low back pain. 9 Selain itu, faktor getaran, mengangkat dan
membawa beban, serta memutar badan ataupun membungkuk yang dilakukan di luar
pekerjaan dapat menjadi faktor lain di luar pekerjaan. 7,8 Oleh karena itu diperlukan
anamnesis mengenai hobi di rumah, apakah ada kebiasaan duduk berjam – jam
ataupun berdiri berjam – jam, memutar badna, mengangkat atau membawa beban
berat yang dilakukan di luar jam kerja, jarang berolahraga, ataupun ada pekerjaan
sampingan.
7. Diagnosis Okupasi
Low back Pain
Kolom tulang belakang manusia atau tulang belakang membentang dari leher hingga
ke panggul. Bagian ini terdiri dari 5 segmen yang terdiri dari vertebrata yakni vertebra
serviks di bagian leher, vertebra toraks di punggung bagian atas, vertebra lumbar, sakar, dan
tulang ekor di punggung bagian bawah.4 Vertebra dihubungkan oleh ligamen dan otot, sendi,
dan cakram intervertebralis. Adapun diskus intervetebralis berfungsi sebagai bantalan untuk
meredam gaya yang ditransmisikan di atas kolom tulang belakang. Kolom tulang belakang
membungkus dan melindungi sumsum tulang belakang dan akar saraf tulang belakang. Hal
ini berfungsi untuk mendukung kepala serta menghubungkan tungkai. Terdapat banyak otot
dan tendon yang melekat pada tulang belakang.4,7 Otot dalam hal ini berperan dalam
mempertahankan tulang belakang dalam posisi baik dan mendukung tubuh, sedangkan otot
superfisial memberi kekuatan gerak.8 Tidak jarang bagian dari tulang belakang ini mengalami
masalah atau gangguan salah satunya adalah low back pain.
Low back pain atau lumbago merupakan nyeri pada punggung bagian bawah yang
biasanya disebabkan karena cedera pada otot maupun ligamen.7,10 Low back pain juga dapat
didefnisikan sebagai nyeri atau ketidaknyamanan yang terlokalisasi di bawah sudut iga
terakhir (costal margin) dan di atas lipat bokong bawah (gluteal inferior fold) dengan atau
tanpa penjalaran pada tungkai.11 Nyeri punggung bawah biasanya mengacu pada nyeri di
jaringan daerah lumbosakral, seperti otot, tendon, cakram intervertebralis dan sendi. Rasa
sakit ini juga dapat menjalar ke area bokong ataupun belakang paha. Nyeri punggung bawah
bukanlah suatu penyakit, melainkan merupakan gejala yang mungkin terjadi dari berbagai
proses yang berbeda. Nyeri punggung bisa memiliki banyak penyebab yang menjadi kondisi
dasar, namun seringkali tidak ada penyebab spesifik yang akan ditemukan dan rasa sakit yang
mereda dengan sendirinya.10 Pajanan ergonomi dalam pekerjaan juga dapat menyebabkan low
back pain.15-18
Etiologi
Etiologi low back pain sangat bermacam – macam. Sebagian besar kasus nyeri
pinggang dapat dihubungkan dengan penyebab umum gangguan neuromuskuloskeletal.
Penyebab sistem neuromuskuloskeletal dapat diakibatkan beberapa faktor seperti gangguan
pada tulang belakang, otot, diskus intervertebralis, sendi, maupun struktur lain yang
menyokong tulang belakang.8 Gangguan atau kelainan tersebut dapat disebabkan karena
kelainan kongenital (spondylosis dan spondilolistesis, spina bifida, gangguan korda spinalis),
trauma minor (seperti regangan, cedera whiplash), fraktur ( traumatik seperti jatuh, atrumatik
seperti osteoporosis), hernia diskus intervertebralis, degeneratif kompleks diskus, arthritis
spondylosis, autoimun (ankylosing spondilitis, sindrom reiter), neoplasma, infeksi atau
inflamasi (osteomyelitis vertebral).7,10 Disamping itu, low back pain dapat menjadi nyeri
rujukan dari gangguan sistem gastrointestinal, sistem genito rinaria atau sistem
kardiovaskuler. Penggunaan otot yang berlebihan pada daerah punggung bawah juga dapat
menyebabkan terjadinya low back pain.4 Dalam keadaan sehari – hari, nyeri pinggang dapat
terjadi karena aktivitas otot dan tulang punggung yang terlalu berat.
Epidemiologi
Untuk epidemiologi nyeri punggung bawah diperkirakan sekitar 60%-70% warga di
negara maju akan mengalami nyeri punggung bawah non spesifik minimal sekali seumur
hidup.8 Kemudian sekitar 20% pasien dengan nyeri punggung bawah akut akan berlanjut
mengalami gejala kronis. Nyeri punggung bawah banyak dikeluhkan oleh tenaga kesehatan
dengan besar prevalensi selama 1 tahun di negara barat sekitar 36,2-57,9%, sedangkan di
negara Asia adalah 36,8-69,7%.11 Di rumah sakit Jakarta, Yogyakarta, dan Semarang
insidensinya sekitar 5,4-5,8% dimana frekunesi terbanyak pada usia 45-65 tahun.8
Gejala Klinis
Keluhan penderita low back pain sangat beragam, tergantung dari patofisiologi,
perubahan biokimia atau biomekanik dalam diskus intervertebralis. Bahkan pola patofisiologi
yang serupa pun dapat menyebabkan sindroma yang berbeda dari pasien. Biasanya keluhan
atau gejala utama yang sering dirasakan pada seseorang dengan low back pain adalah rasa
sakit, kaku, dan baal yang dapat menjalar ke tungkai atau mungkin hanya berada di punggung
bawah.7 Selain itu, nyeri yang timbul juga dapat memburuk dengan gerakan tertentu seperti
duduk dan berdiri. Dan biasanya penderita dengan low back pain akan merasa sakit yang
dapat semakin parah ketika beraktivitas. Terkadang, rasa sakit semakin lebih buruk ketika
malam hari atau dengan duduk lama. Penderita low back pain juga dapat mengalami mati
rasa atau kelemahan di bagian kaki yang mendapat persarafan dari saraf yang terkompresi. 8, 9
Hal tersebut juga dapat menyebabkan ketidakmampuan telapak kaki dalam melenturkan
kaki.10
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang adalah suatu pemeriksaan medis yang dilakukan karena suatu
indikasi tertentu guna memperoleh keterangan lebih lengkap. Pemeriksaan penunjnag yang
dapat dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium rutin dilakukan
sesuai indikasi, berguna untuk melihat laju endap darah, morfologi darah tepi, kalsium,
fosfor, asam urat, alkali fosfatase, asam fosfatase. Kemudian juga dapat dilakukan
pemeriksaan radiologis seperti foto polos, MRI, CT-Mielografi.4,5 Hasil foto polos pada
penderita low back pain dapat terlihat normal atau terkadang dijumpai penyempitan ruang
diskus intervertebral, osteofit pada sendi facet, penumpukan kalsium pada vertebra,
pergeseran korpus vertebra, dan infiltrasi tulang oleh tumor. 5 Sedangkan MRI digunakan
untuk melihat defek intra dan ekstra dural serta melihat jaringan lunak. Pemeriksaan MRI
dilakukan apabila ada kecurigaan kelainan patologis pada medula spinalis atau jaringan lunak
serta menentukan kemungkinan herniasai diskus pada kasus post operasi serta kecurigaan
karena infeksi atau neoplasma. Sedangkan CT-Mielografi merupakan alat diagnostik yang
sangat berharga untuk diagnosis low back pain untuk menentukan lokalisasi lesi pre-operatif
dan menentukan adanya sekuester diskus yang lepas dan mengeksklusi suatu tumor.4
Faktor Risiko
Nyeri punggung bagian bawah pada orang setengah baya dan muda biasanya
disebabkan karena ketegangan otot dan postur tubuh yang buruk.10 Sedangkan sakit
punggung pada orang tua umumnya disebabkan karena degenerasi diskus intervertebralis dan
sendi facet yang menua.7,9 Selain itu ada faktor – faktor risiko yang meningkat risiko
terjadinya low back pain pada tubuh seseorang seperti faktor usia, jenis kelamin, status
antropometri, pekerjaan, aktvitas, terlalu lama duduk, kurang olahraga, olahraga yang salah
ataupun berlebihan, kebiasaan merokok, abnormalitas struktur, ataupun riwayat episode nyeri
punggung bawa.8 Bekerja dalam postur tubuh yang sama, postur kerja yang tidak tepat,
ataupun membungkuk di tempat kerja dalam jangka waktu yang lama juga menjadi salah satu
faktor risiko terjadinya nyeri punggung bawah.10
Patofisiologi
Low back pain sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5-S1, dimana pada daerah
tersebut terdapat dermatomal. Apabila dermatomal kehilangan refleks sensoriknya, makan
refleks tendon berkurang dan kelemahan otot dapat terjadi. Low back pain mekanik dapat
disebabkan oleh rangsang mekanik yaitu penggunaan otot yang berlebihan.6 Hal ini dapat
terjadi pada saat tubuh dipertahankan dalam posisi statik atau postur tubuh yang salah untuk
jangka waktu yang cukup lama dimana otot – otot di daerah punggung akan berkontraksi
untuk mempertahankan postur tubuh yang normal atau pada saat aktivitas yang menimbulkan
beban mekanik yang berlebihan pada otot – otot punggung bawah. 6 Penggunaan otot yang
berlebih dapat menimbulkan iskemik dan inflamasi. Setiap gerakan otot akan menimbulkan
nyeri dan menambah spasme otot sehingga gerak punggung bawah menjadi terbatas. Postur
tubuh yang buruk, fleksibilitas yang buruk, otot penyusun vertebra yang lemah, excercise
technique dan lifting technique yang kurang tepat juga dapat menyebabkan terjadinya low
back pain.6,7 Postur tubuh yang buruk seperti sikap berdiri membungkuk ke depan, tidak
tegak, kepala menunduk, dada datar, dinding perut menonjol dan punggung bawah sangat
tegak (lordosis) dapat memperparah kejadian low back pain mekanik.
Fleksibilitas yang buruk karena kurangnya olahraga membuat fleksibilitas sendi –
sendi dan ekstensibilitas jaringan ikat menjadi kurang baik sehingga mudah sekali mengalami
penarikan dan peregangan pada pergerakan yang sebenarnya kurang berarti. 6 Otot penyusun
vertebra lumbal yang merupakan otot perut, otot punggung, gluteus maksimus dan otot
iliopsoas adalah otot yang sangat penting dalam mempertahankan sudut lumbosakral pada
posisi yang optimal, yaitu sebesar 30 derajat.6,9 Apabila otot pada daerah ini lemah, dapat
menimbulkan pembesaran sudut lumbosakral. Excercise technique dan lifting technique yang
kurang tepat seperti latihan yang salah atau teknik mengangkat yang salah dapat
meningkatkan tekanan ekstra pada punggung bawah dan berpotensi menimbulkan keluhan
low back pain mekanik terutama pada daerah punggung bawah karena nyeri menjalar ke
daerah lutuh, paha, dan pantat.6
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penderita dengan low back pain dapat ditatalaksana dengan terapi
farmakologis dan terapi non-farmakologis. Terapi farmakologis lebih pada pemberian obat
antinyeri atau analgesik.12 Obat analgesik yang dapat diberikan dapat berupa asetaminofen,
NSAID, dan pemberian steroid. Obat asetaminofen diberikan dengan dosis penuh (2 sampai 4
gr/hari). Kemudian pemberian NSAID juga dapat digunakan untuk mengurangi rasa nyeri
dan inflamasi pada low back pain. Pemberian NSAID non spesifik perlu dipertimbangkan
dengan pemberian sitoproteksi lambung. Salah satu obat NSAID yang dapat diperikan berupa
piroksikam. Kemudian injeksi steroid epidrual merupakan prosedur yang biasa dilakukan
untuk nyeri leher radikuler dan nyeri punggung bawah. Kemudian adapat juga dengan
pemberian relaksan otot seperti esperiosn HCl dan antidepresan atau antikonvulsan seperti
amitriptilin atau gabapentin.12 Kemudian terapi operatif juga dapat dikerjakan apabila dengan
tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata.12,13
Sedangkan penatalakanaan non-farmakologis dapat dilakukan dengan menganjurkan
pasien untuk tirah baring 2-3 hari pertama untuk mengurangi nyeri. Selain itu, pasien juga
diminta untuk beraktivitas yang terlalu berat terlebih dahulu.13 Pasien juga dapat disarankan
untuk menggunakan back corsets yang berguna untuk menahan punggung. Kemudian pasien
juga diberikan informasi dan edukasi mengenai hal – hal seperti sikap badan, tirah baring,
dan mobilisasi.12 Kemudian pasien juga dapat diberikan terapi termal maupun traksi lumbal.
Kemudian setelah pasien sembuh juga dapat diminta untuk berolahraga untuk penguatan otot
– otot dan meningkatkan fleksibiltas pinggang. Olahraga yang dilakukan adalah olahraga
ringan seperti berenang, bersepeda, berjalan.14
Pencegahan
Terdapat berbagaimacam cara untuk mencegah terjadinya low back pain. Salah
satunya adalah dengan menghindari bekerja dalam posisi ekstrim atau dalam posisi yang
sama untuk jangka waktu yang lama. 13 Kemudian pertahankan posisi duduk yang baik yakni
dengan punggung lurus, dimana dari sisi samping, telinga, bahu, dan pinggul harus di garis
lurus dari atas ke bawah.14 Sesuaikan juga tinggi kursi, sehingga kaki tetap rata di lantai
dengan lutut dan pinggul menekuk sampai 90 derajat. Ketika duduk, pertahankan juga tiga
lekukan alami tulang belakang yakni kurva cekung daerah serviks dan lumbal serta kurva
cembung pada daerah torak. Kemudian pertahankan juga postur tubuh yang benar dengan
mengangkat kepala dan melihat depan, menjaga bahu dalam garis horisontal, angkat dada ke
atas dan keluar, serta mempertahankan tiga lekukan alami tulang belakang. Apabila harus
tetap berdiri dalam wktu lama, dapat melakukan pengencangan otot perut dengan lembut
untuk mengatur penguatan tulang belakang.14 Kemudian perlu juga menjaga postur tubuh
yang tepat ketika mengangkat dan memindahkan benda berat. Misalnya, untuk mengambil
benda yang lebih rendah dari pinggang, dapat dilakukan dengan berdiri dengan posisi lebar di
dekat benda dan jaga agar kaki tetap tegak di tanah, kemudian berlutu dengan satu lutu dan
jaga punggung lurus, kemudian pegang benda dan kencangkan otot perut, dan gunakan otot
kaki untuk mengangkan benda, dan kemudian luruskan lutut dan jaga punggung untuk lurus
serta tidak memelintirkan pinggang, dan kemudian jaga benda agar tetap dekat dengan tubuh
dan berada pada tingkat pinggang. Sedangkan apabila harus mencapai objek diatas kepala,
dapat mengambil dengan naik kursi sehingga dapat menghindari peregangan bagian belakang
yang terlalu banyak. Dan ketika mendorong benda berat, perlu mencondongkan ke depan
dengan lutut sedikit tertekuk serta menggunakan berat badan untuk mendorong. 13 Kemudian
perlu menghindari tindakan – tindakan menarik benda berat. Kemudian untuk mencegah low
back pain juga dapat dilakukan dengan berolahraga secara teratur tetapi tidak berlebihan.
Latihan teratur dapat meningkatkan kekuatan, fleksibilitas dan ketangguhan otot, tendon, dan
ligamen, serta dapat membantu menunjang tulang belakang. Berolahraga yang terlalu
berlebihan terkadang akan membuat atau memicu terjadinya low back pain. 14 Kemudian pada
seseorang yang bekerja mengangkat, atau mendorong barang – barang berat dapat
melakukannya bersama orang lain, sedangkan apabila membungkuk ataupun jongkok, dapat
diedukasi bagaimana cara membungkuk atau jongkok yang benar. Namun bagi penderita
yang cukup parah, perlu diarahkan untuk pindah bagian dalam pekerjaannya (bekerja
dibidang yang tidak memicu terjadinya low back pain).11,13,16,17
Komplikasi
Penyakit low back pain yang terjadi terus menerus atau berulang pada seseorang
tentunya akan menyebab komplikasi. Komplikasi yang dapat terjadi salah satunya adalah
depresi.7,8 Penderita pasien low back pain memiliki kecenderungan mengalami depresi
sehingga akan berdampak pada gangguan pola tidur, pola makan, dan aktivitas sehari – hari.
Bahkan depresi yang terjadi juga dapat menghambat waktu pemulihan low back pain.8,15,18
Penderita low back pain juga biasanya mengalami nyeri yang hebat di bagian punggung
bawah yang menyebabkan aktivitas dan gerakan pasien terhambat. Akibat terhambatnya
aktivitas dan gerakan pasien ini yang kemudian menyebabkan kenaikan berat badan dan
obesitas.9 Selain itu, low back pain juga dapat mengakibatkan lemahnya otot akibat berdiam
atau jarang digerakan.7,14 Low back pain juga dapat menyebabkan kerusakan saraf terutama
masalah pada vesika urinaria sehingga pasien dengan low back pain akan menderita
inkontinensia.8
Prognosis
Prognosis dari low back pain tergantung dari penyebab low back pain, namun pada
low back pain karena salah posisi umumnya cukup baik atau dubia ad bonam. 7-9 Nyeri
pinggang akut biasanya 90% sembuh spontan atau membaik dalam waktu 6 minggu.
Sedangkan 10% sisanya biasanya akan berkembang menjadi kronis dan memperlukan
penanganan segera.
Kesimpulan
Pekerja mempunyai resiko-resiko dalam masalah kesehatan yang diakibatkan pekerjaannya
itu sendiri. Resiko tersebut bisa terjadi akibat pajanan-pajanan yang ada di lingkungan kerja.
Pada kasus, perlu diperhatikan bagaimana pajanan ergonomi yang sangat mempengaruhi
pekerja, agar tidak terjadinya LBP. Sehingga kesehatan pekerja terjamin.

Daftar Pustaka
1. Irzal. Dasar – Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Edisi1. Jakarta: Penerbit
Kencana; 2016. h. 19-25.
2. Kuswadji S. Buku Saku Kesehatan Kerja. Edisi3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2005. h.77-84.
3. Rahmalia A, editor. At a Glance: Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Penerbit
Erlangga; 2011. h. 77-9.
4. Gutierrez MA. Understanding Low Back Pain: Breaktrhoughs and New Advances in
the Diagnosis and Treatment of Low Back Pain. New York: iUniverse; 2005. h. 1-5,
21-5.
5. Cox JM. Low Back Pain Mechanism, Diagnosis, and Treatment. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; 2011. h. 132-7.
6. Adams M, Bogduk N, Burton K, Dolan P. The Biomechanics of Back Pain. Edisi2.
Philadelphia: Elseivier; 2006. h. 152-63.
7. Mardiana D, Vini T. Buku Pintar: Nyeri Tulang dan Otot. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2010. h. 81-92.
8. Surapsari J, Astikawati R, Safitri A. Simple Guide: Nyeri Punggung. Jakarta: Puspita
Martha; 2010. h. 151-62.
9. Ebnezar J. Low Back Pain. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers; 2012. h.
80-8.
10. Manusov EG, Heidelbaugh JJ. Low Back Pain Primary Care: Clinics in Office
Practice. Philadelphia:Elseiver;2012. h. 58-63
11. Cailliet R. Low Back Disorders: A Medical Enigma. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2003. h. 92-4.
12. Bogduk N, McGuirk B. Medical Management of Acute and Chronic Low Back Pain:
An Evidence-based Approach. Philadelphia: Elsevier; 2002. h.103-7.
13. McGill S. Low Back Disorders: Evidence-Based Prevention and Rehabilitation.
Edisi3. United States: Backfitpro; 2016. h. 58-62.
14. Chevan J, Clapis PA. Physical Therapy Management of Low Back Pain: A Case-
Based Approach. Burlington: Jones & Bartlett Learning; 2013. h. 91-5.
15. Yang H, Haldeman S, Lu ML, Baker D. Low Back Pain Prevalence and Related
Workplace Psychosocial Risk Factors: A Study Using Data From the 2010 National
Health Interview Survey. J Manipulative Physiol Ther. 2016;39(7):459-472.
doi:10.1016/j.jmpt.2016.07.004.
16. Walsh K, Varnes N, Osmond C, Styles R, Coggon D. Occupational causes of low-
back pain. Scand J Work Environ Health. 1989 Feb;15(1):54-9. doi:
10.5271/sjweh.1891. PMID: 2522238.
17. Al-Otaibi ST. Prevention of occupational Back Pain. J Family Community Med.
2015;22(2):73-77. doi:10.4103/2230-8229.155370.
18. Xu Y, Bach E, Orhede E. Work environment and low back pain: the influence of
occupational activities. Occup Environ Med. 1997;54(10):741-745.
doi:10.1136/oem.54.10.741.

Anda mungkin juga menyukai