Anda di halaman 1dari 3

TUGAS REFLEKSI DIRI

Nama Lengkap : Nur Rahmi Zurni

NPM : 1910070100021

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

Saya adalah salah seorang mahasiswa prodi Pendidikan Dokter di salah satu Universitas swasta di
Padang. Pada tugas kali ini saya akan menceritakan titik terendah saya dan bagaimana saya bangkit dari
keterpurukan tersebut.

Selama di SMA, Saya hanyalah seorang siswi biasa yang Alhamdulillah selalu ada dalam
lingkupan 10 besar. Saya selalu menanamkan kalimat ‘Saya ingin jadi Dokter’ di pikiran tiap kali
seseorang bertanya apa cita-cita saya dimasa depan nanti. Namun, semuanya berubah ketika saya benar-
benar berhadapan dengan situasi dimana saya harus memilih tujuan hidup Saya.

Saat itu adalah akhir semester 1, saat dimana seluruh siswa SMA mulai sibuk bolak-balik ruangan
BK untuk meminta tanggapan dan saran tentang universitas pilihannya, dan Saya adalah salah satu dari
siswa tersebut. Bisa dikatakan, Saya adalah siswi yang selalu diam saat konsultasi.

Hal ini dikarenakan, Saya selalu mendatangi ruang BK bersama teman-teman saya. Satu hal yang
menjadi penyebab saya selalu diam saat konsultasi adalah rasa tidak percaya diri saat mengetahui salah
satu teman saya yang selalu menduduki juara 2 memiliki pilihan yang sama dengan saya.

Masih saya ingat dengan jelas, saat itu adalah hari terakhir pemilihan universitas jalur SNMPTN.
Saya diam-diam membaca daftar pilihan universitas yang telah diisi oleh siswa lain. Saat itu, saya benar-
benar merasa malu. Saya berpikir, ‘Bagaimana mungkin Aku berani memilih Prodi yang hampir seluruh
anak cerdas disekolahku bersaing untuknya’. Namun untungnya, Saya masih memiliki teman lain yang
menyemangati saya dengan pilihan tersebut.

Hari berlalu dan para siswa tingkat terakhir mulai sibuk dengan urusan baru, yaitu jalur masuk
universitas lain yang disebut PBUD. Saya yakin bahwa siapapun yang membaca tulisan ini akan langsung
tahu bahwa saya adalah anak yang tak bias memilih dan memegang teguh keputusan yang saya inginkan,
terlalu banyak memikirkan hal yang tak perlu, dan tidak percaya diri.

Kala itu Saya menemui salah seorang kerabat kerja Ayah Saya. Beliau memperkenalkan Saya
dengan putri bungsunya yang tengah menjalani masa magang di salah satu perusahaan Cina di kota
Batam. Saya yang kala itu tidak berpendirian teguh, terpengaruh dengan bujukannya untuk mengambil
Jurusan teknik sipil sebagai pilihan PBUD Saya.

Saya yakin pastinya pembaca sudah tahu apa yang terjadi selanjutnya. Benar, Saya beralih dari
prodi pendidikan dokter ke teknik sipil dalam sekejap. Saat itu Saya tidak sadar bahwa kedua orang tua
Saya menangis karena merasa bahwa Saya telah melepas mimpi dan pastinya kecewa karena anaknya
memilih jalan yang belum tentu ia sanggupi.

1
Hari pengumuman pun tiba. Parahnya, tak satupun dari pilihan saya yang diterima. Saat itu Saya
merasakan keterpurukan pertama di hidup Saya. Keterpurukan yang amat dalam dan sangat menyakitkan.
Itu juga adalah saat pertama Saya mengetahui bahwa orang tua Saya menangis karena pilihan saya yang
melenceng dari mimpi yang selama ini memberi harapan pada kedua Orangtua Saya.

Tak satupun hari dapat Saya lewati dengan senyuman kala itu. Tiap melihat wajah Orangtua
Saya, Saya merasa tercabik-cabik dan takut. Saya sangat takut dengan dosa yang saya pikul karena
membuat Orangtua Saya menangis. Saya juga merasa tidak memiliki masa depan lagi. Saya terus merasa
terpuruk hingga salah seorang sepupu saya yang tengah berkuliah di UIN SUSKA RIAU pulang kerumah
dan menjadi penyemangat saya.

“Cobalah ikuti bimbel SBMPTN, masih ada jalan lain yang bisa kamu ikuti.”

Kalimat itu takkan pernah Saya lupakan karena menjadi pembangun pertama Saya. Saya pun
mendiskusikan Bimbel tersebut dengan kedua Orangtua Saya. Saya mencoba yang terbaik untuk
menyertakan saran kedua Orangtua Saya dalam tiap keputusan yang akan Saya ambil. Karena saat itu
Saya tersadar bahwa ‘Ridha Allah ada pada Ridha Orangtua’ bukan hal sepele dan tak seharusnya Saya
anggap sepele.

Saya pun mendapat persetujuan kedua Orangtua Saya dan mulai mengikuti bimbel yang saat itu
hanya 1 bulan menjelang SBMPTN. Saya tinggal bersama kakak sepupu saya di pekanbaru dan menjalani
les intensif itu hingga hari terakhir menjelang tes SBMPTN dilaksanakan. Saya mengerjakan soal dengan
sangat serius dan kepercayaan diri yang sudah susah payah saya bangun.

Namun apabila Allah mengatakan tidak, maka hasilnya akan tetap tidak, bukan?. Lagi-lagi saya
gagal di jalur lain dan Saya kembali merasa terpuruk akan hasil tersebut. Saya telah menghabiskan uang
Orangtua saya untuk membiayai lesyang bahkan tidak berbuah manis pada mereka. Saya merasa sangat
malu dan terpukul saat itu. Keterpurukan kedua pun kembali Saya alami.

Saya merasa amat bersalah dan melalui tiap hari Saya dengan tangisan. Tiap malam sya mengadu
kepada Allah tentang betapa malunya Saya dan mersa hina dengan diri Saya ini. Orang yang tidak
berpendirian teguh an tak mampu mempertahankan mimpi yang telah lama di genggam. Saya terus
meminta kepada Allah untuk memberikan saya petunjuk tentang langkah yang harus Saya ambil.

Saya yakin bahwa Allah benar-benar menjawab pertanyaan hamba saat itu. Ibunda Saya dating
menghampiri Saya dan mendiskusikan tenga salah satu Universitas swasta di Padang yang terkenal
dengan jurusan pendidikan dokter nya yang sdah cukup maju dan berkembang pesat dari tahun ke tahun.

Tak Saya sia-siakan kesempatan yang Allah berikan pada Saya saat itu. Saya memasukkan
seluruh data yang diperlukan dan menyiapkan pakaian untuk berangkat ke Padang esok harinya. Sya
mendaftar ke Universitas tersebut dan saat itu, jujur saya mengerjakan ujian dengan sangat serius dan doa
yang tak terputus saya bacakan dalam hati.

Masih berharap dengan PTN yang ada diwilayah Sumatera, Saya melirik ke Universitas Andalas
yang terkenal dengan lulusannya yang amat pintar dan cerdas. Saya mendaftarkan diri untuk mengikuti
tes mandirinya. Dan Alhamdulillah, lagi-lagi Allah mengingatkan bahwa itu bukanlah pilihan yang
disiapkan untuk Saya.

2
Masih belum menyerah dengan perjuangan meraih PTN yang saya inginkan, Saya mendaftar ke
salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Riau. Tiap hari saya lalui dengan belajar tanpa henti untuk meraih
mimpi yang ingin Saya gapai. Namun tetap saja, Allah terus mengingatkan bahwa itu bukanlah pilihan
bagi Saya.

Saya kembali merasakan keterpurukan ketiga di hidup Saya. Saya terus mengingat-mengingat
saat dimana Saya membuat kedua orangtua Saya menangis. Saya segera menelefon Ayah Saya tak lama
setelah kedua PTN itu mengemail saya dan menyatakan maaf nya karena tidak bisa menerima Saya. Dan
kalimat yang diucapkan Ayah Saya kala itu dan hingga kini masih membekas diingatan Saya adalah,

“jangan lihat keberhasilan orang lain. Lihatlah pilihanmu sendiri. Kamu berharap akan hal
yang sangat tinggi, bukankah itu wajar apabila kamu gagal? Kamu telah mencoba yang terbaik dan tak
akan ada penyesalan akan itu.”

Ayah Saya membuat Saya merasa hidup kembali. Dorongan terbesar dalam hidup Saya. Ayah
yang selama ini jarang berbicara pada Saya nyatanya adalah orang yang menggendong dan merangkul
Saya dari keterpurukan panjang itu. Saya membuka situs web Universitas Swasta yang sebelumnya
pernah Saya coba. Dan kalimat yang membuat suara saya hilang karena teriak terlalu keras adalah,

“Selamat! Anda lulus di jurusan Pendidikan dokter.”

Bohong apabila saya mengatakan bahwa Saya tidak merasa bahagia dan terkejut saat notifikasi
itu masuk. Saya mengemas seluruh baju-baju Saya dan langsung berangkat ke Padang untuk mengikuti
tes kesehatan.

Dan disinilah Saya sekarang berdiri tegap membanggakan Almameter Saya sebagai siswa prodi
Pendidikan Dokter Universitas Baiturrahmah. Tak lupa Saya terus bersyukur atas rencana indah yang
telah disusun Allah untuk Saya. Saya merasa bahwa Allah terus berada di samping Saya dan membantu
Saya dalam menentukan pilihan Saya.

Inti dari cerita singkat Saya ini adalah tentang bagaimana besarnya pengaruh Ridha Orang tua,
dan saran Orangtua dengan pilihan masa depanmu. Jangan pernah sekalipun bergoyang dari titik yang
telah lama kau gali. Dan selalu lah percaya diri dengan identitas dirimu.

Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai