Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhammad Noer Jayadin

NIM : 201810130311124

KELAYAKAN EKONOMI PLTMH

Parameter yang akan dihitung pada analisa kelayakan ekonomi ini antara lain:
a. Cash Flow
b. NPV (Net Present Value)
c. BCR (Benefit Cost Ratio)
d. IRR (Internal Rate Return)
e. PBP (Pay Back Period)

Diketahui :

 Biaya pembangunan PLTMH Mulai dari perencanaan sampai dengan


pembangunan per kilowatt sebesar 30 Juta rupiah.
 Umur pakai PLTMH rata-rata selama 20 tahun.
 Faktor operasi pembangkit sebesar 0,8 x 12 bulan = 9,6 bulan.
 Harga jual listrik ke PLN pada jarigan listrik tegangan menengah di Provinsi
sumatera Barat sebesar Rp. 1024/kWh.
 Jumlahjam salam satu tahun sebesar 8760 jam.
 Pajak = 25%
 Bunga bank sebesar 13%
 Rasio antara modal sendiri dengan pinjaman bank sebesar 60:40
 Jangka waktu untuk peminaman sampai 15 tahun.
 Tingkat infasi sebesar 3% / tahun.
 Kenaikan TDL 2% / tahun.

Potensi PLTMH yang akan di analisa kelayakan ekonominya adalah PLTMH


yang berada di provinsi Sumatera Barat, tepatnya di Kabupaten Pasaman Barat,
Kecamatan Tigo Nagari, Desa Ladang Panjang, dengan daya terbangkit 724 Kw

Biaya investasi PLTMH meliputi: biaya pra-FS, FS, DED, biaya infrastruktur,
biaya pekerjaan bangunan sipil, biaya pekerjaan mekanikal dan elektrikal, biaya
pekerjaan jaringan distribusi, dan lain-lain.
 Besarnya biaya investasi diperkirakan sejumlah
30 juta x 724 = Rp. 21.720.000.000
A. Cash Flow
Formula :
Cash flow = Aliran Kas Masuk- Aliran Kas Keluar

Perhitungan cash flow untuk tahun ke-1

Aliran Kas Masuk, terdiri dari

 Penjualan listrik ke PLN (laba kotor)


= Harga jual listrik x faktor pembangkit x jumlah jam x daya listrik (kW)
= 1024 x 0.8 x 8760 x 724 = Rp. 5.195.563.008

Aliran Kas Keluar, terdiri dari:

 Biaya OM + depresiasi
Meliputi biaya gaji operator, perawatan peralatan sipil, mekanikal,elektrikcal
, jaringan listrik sebesar Rp.150.000.000 dan depresiasi investasi.
Formla : (Harga Perolehan ― Nilai Residu) ÷ Umur Ekonomis
Residu (nilai sisa akhir proyek) = 10% x 21.720.000.000 = 2.172.000.000
Depresiasi = (21.720.000.000 – 2.172.000.000) / 20 = 977.400.000
Sehingga total Biaya OM + depresiasi = Rp. 1.127.400.000
 Angsuran Pokok Pinjaman
40% dari biaya investasi pinjam ke bank dengan bunga 13%/tahun
40% x Rp. 21.720.000.000 = Rp. 8.688.000.000
Angsuran pokok pinjaman tiap tahun sebesar
= Rp. 8.688.000.000 / 15 = Rp. 579.200.000
 Bunga bank
13% x Rp. 8.688.000.000 = Rp. 1.129.440.000
Rp. 1.129.440.000 / 15 = Rp. 75.296.000
 Pajak
Besarnya pajak = 25% x Laba Sebelum Pajak
Laba Sebelum Pajak
= Laba kotor – (biaya OM+depresiasi) – bunga bank

= Rp. 5.195.563.008 – Rp. 1.127.400.000 – Rp. 75.296.000

= Rp. 3,992,867,008
Besarnya pajak = 25% x Rp. 3,992,867,008 = Rp. 998.216.752
Total aliran kas keluar sebesar
= Biaya OM + Angsuran Pokok Pinjaman + Bunga Bank + Pajak
= Rp. 1.127.400.000 + Rp. 579.200.000 + Rp. 75.296.000 + Rp. 998.216.752
= Rp. 2.780.112.752

Sehingga nilai Cash Flow = Aliran Kas Masuk – Aliran Kas Keluar

= Rp. 5.195.563.008 - Rp. 2.780.112.752

= Rp. 2,415,450,256

B. NPV (Net Present Value)

Dalam analisa ekonomi, formula NPV dinyatakan sebagai :

Dari hasil analisa kelayakan diperoleh nilai NPV untuk PLTMH 724 kW dii Kabupaten
Pasaman Barat, Kecamatan Tigo Nagari, Desa Ladang Sumatera Barat sebesar .

Anda mungkin juga menyukai