Oleh :
UNIVERSITAS JEMBER
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini sebagai pemenuhan tugas kelompok semester
genap. Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam memahami
materi tentang lemak dan minyak.
Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan banyak rasa syukur kepada
Allah SWT yang memberikan kemudahan dalam menyelesaikan tugas ini, tidak lupa penulis
ucapkan terima kasih kepada dosen Ninna Rohmawati, S.Gz., M.P.H., serta yang telah
membimbing selama perkuliahan pada mata kuliah gizi dalam daur hidup.
Penulis telah menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sebagai
motivasi bagi penulis guna penyempurna makalah ini. Semoga bermanfaat bagi penulis
maupun pembaca.
Penulis
PENDAHULUAN
Pada saat ini balita (bawah lima tahun) sebagai generasi penerus bangsa yang diharapkan
menjadi sumberdaya manusia yang berkualitas di masa depan memerlukan perhatian khusus.
Usia di bawah lima tahun merupakan “usia emas” dalam pembentukan sumberdaya manusia
baik dari segi pertumbuhan fisik maupun kecerdasan, dimana hal ini harus didukung oleh
status gizi yang baik karena status gizi berperan dalam menentukan sukses tidaknya upaya
peningkatan sumberdaya manusia. Masa balita merupakan bagian penting dalam tumbuh
kembang anak. Karena masa tersebut terjadi pertumbuhan dan perkembangan anak yang
sangat pesat. Perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional,
dan intelegensia berjalan sangat cepat dan menjadi landasan perkembangan berikutnya.
World Health Organization (WHO) (2002) menge lompokkan usia anak di bawah lima tahun
(baditu) men- jadi tiga golongan, yaitu golongan usia bayi (0-1 tahun) usia bawah tiga tahun
(batita (2-3 tahun), dan golongan prasekolah (4-5 tahun). Lista batita dan pra-sekolah
merupakan usia yang pertumbuhannya tidak sebesar mas bayi terapi aktivitas pada masa ini
lebih tinggi dibanding. Kekurangan zat gizi yang biasa terjadi pada balita seperti, Kurang
Energi Protein (KEP), urang Vitamin A (KVA), dan Anemia Gizi Besi (AGB).
( Nutritionugm, 2013) . Kekurangan gizi terjadi pada saat tubuh tidak memperoleh jumlah
energi, protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral serta zat gizi lainnya dalam jumlah
cukup yang diperlukan untuk mempertahankan organ dan jaringannya tetap sehat serta
berfungsi dengan baik.
Bertambah berat badan merupakan tanda yang menunjukkan bahwa seorang anak dan
tumbuh serta berkembang dengan baik ( Unicef, 2010). Asupan zat gizi mempunyai pengaruh
besar terhadap perkembangan anak dari bayi hingga masa remaja. Diet seimbang tidak hanya
berpengaruh terhadap pertumbuhan, tetapi juga berfungsi sebagai imunitas, penunjang
kemampuan intelektual ( Hardinsyah, 2017 ). Berdasarkan faktor penyebab masalah gizi
tersebut, maka perbaikan gizi dilakukan dengan dua pendekatan yaitu secara langsung
(kegiatan spesifik) dan secara tidak langsung (kegiatan sensitif). Kegiatan spesifik umumnya
dilakukan oleh sektor kesehatan seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ibu hamil
Kurang Energi Kronik (KEK) , pemberian tablet tambah darah, pemeriksaan kehamilan,
imunisasi Tetanus Toksoid (TT) , pemberian vitamin A pada ibu nifas.
Bayi dan balita dimulai dengan inisiasi menyusu dini (IMD), ASI eksklusif, pemberian
vitamin A, pemantauan pertumbuhan, imunisasi dasar, pemberian MPASI. Sedangkan
kegiatan yang sensitif melibatkan sektor terkait seperti penanggulangan kemiskinan,
penyediaan pangan, penyediaan lapangan kerja, perbaikan infrastruktur (perbaikan jalan,
pasar). Kegiatan perbaikan gizi dimaksudkan untuk mencapai pertumbuhan yang optimal.
Pertumbuhan anak sangat ditentukan oleh kondisi sosial ekonomi, riwayat kesehatan,
pemberian ASI dan MP-ASI. Untuk mencapai pertumbuhan optimal maka seorang anak perlu
mendapat asupan gizi yang baik dan diikuti oleh dukungan kesehatan lingkungan.
PEMBAHASAN
Anak balita adalah anak yang berusia 1 – 5 tahun. Pada masa balita ini terdapat pula usia
yang sangat rawan yaitu anak usia 1 – 2 tahun (baduta) – Golden Age ( Usia Emas ), bahkan
sampai 3 tahun (batita). Dalam usia ini kebutuhan zat gizi anak meningkat karena anak mulai
melakukan gerakan-gerakan fisik. Pertumbuhan dan perkembangan tubuh berlangsung relatif
cepat. ASI masih terus diberikan sampai dengan usia 2 tahun. Untuk anak usia 1 – 3 tahun
makanan masih dalam bentuk lunak dengan jadwal makan seperti anggota keluarga yang lain.
Anak sudah biasa minum dengan menggunakan gelas dan makan dengan menggunakan
sendok. Usia 3 tahun jenis makanan sama dengan usia sebelumnya, seperti makanan sehat
yang mengandung E, P, Vit, mineral (pemberian protein diusahakan 1/3nya diambil dari
protein hewani). Anak bisa makan seperti anggota keluarga yang lain, sayuran tetap harus
diperhatikan untuk selalu dikonsumsi. Makanan selingan (snack) diberikan dengan porsi yang
sedang supaya tidak mengganggu makanan utama.
Asupan zat gizi mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan anak dari bayi hingga
masa remaja. Diet seimbang tidak hanya berpengaruh terhadap pertumbuhan, tetapi juga
berfungsi sehagai imunitas, penunjang kemampuan intelektual, dan pembentuk emosional.
Semua makanan yang dikonsumi bayi harus memenuhi kebutuhan gizi sehari.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada balita usia 3-5 tahun:
Gizi balita adalah hal paling utama yang harus diperhatikan oleh orang tua jika ingin
tumbuhkembang putra putrinya maksimal. Pemenuhan gizi pada setiap balita merupakan
suatu keharusan karena hal ini sangat berpengaruh pada masa depan si buah hati, terutama
pada 5 tahun pertama, karena apa yang terjadi selama 5 tahun pertama tersebut sangat
menentukan tahun demi tahun pertumbuhan dan perkembangannya.
Hal inilah yang seharusnya mendasari setiap orang tua untuk berusaha agar gizi balitanya
terpenuhi semaksimal mungkin.
Beberapa nutrisi penting yang dibutuhkan oleh setiap balita yang sangat berpengaruh pada
tumbuh kembangnya, seperti :
1. Vitamin A, D, E dan K
vitamin ini sangat vital bagi pertumbuhan balita Anda. Jadi, usahakan agar asupan
vitamin ini terpenuhi setiap harinya. Seperti kita ketahui, vitamin A sangat baik untuk
penglihatan dan kesehatan kulit balita kita, sedangkan vitamin D berperan penting
dalam meningkatkan penyerapan kalsium serta membantu pertumbuhan tulang dan
gigi anak. Sementara vitamin E memiliki antioksidan yang membantu pertumbuhan
sistem syaraf dan pertumbuhan sel. Vitamin K membantu pembekuan darah.
2. Kalsium
Merupakan mineral yang sangat dibutuhkan oleh balita dalam pembentukan massa
tulangnya. Kalsium sangat penting untuk membentuk tulang yang kuat sehingga balita
Anda terhindar dari patah tulang ketika mulai belajar memanjat dan aktif bermain.
Kebutuhan harian balita akan kalsium umumnya sebesar 500mg/hari. Sumber
makanan dari kalsium antara lain susu, keju, tahu, brokoli, tomat, oatmeal, kacang-
kacangan, dan ikan salmon.
3. Vitamin B dan C
Fungsi dari vitamin B antara lain meningkatkan sistem syaraf dan imun tubuh balita
Anda, meningkatkan pertumbuhan sel, serta mengatur metabolisme tubuh. Sementara
vitamin C berfungsi untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh balita serta
mencegah sariawan.
Sumber makanan yang banyak mengandung vitamin B antara lain beras merah,
pisang, kacang-kacangan, ikan, daging dan telur.
Sementara untuk memenuhi gizi balita Anda dengan vitamin C, Anda dapat
memperolehnya dari tomat, kentang, stroberi serta sayur-sayuran hijau.
4. Zat Besi
Balita sangat membutuhkan zat besi terutama untuk membantu perkembangan
otaknya. Jika kebutuhan gizi balita akan zat besi tidak terpenuhi, kemungkinan ia akan
mengalami kelambanan dalam fungsi kerja otak. Sumber makanan yang mengandung
zat besi antara lain daging, ikan, brokoli, telur, bayam, kedelai serta alpukat.
Dipengaruhi oleh:
BBLR , lahir kembar , anak > ke-3, kematian kakak sebelum usia 12 bulan , kehilangan
ibu/kedua ortunya, kedua ortu buta huruf/keluarga miskin, atau baru menempati lingkungan
pemukiman baru.
Tujuan dari pemberian nutrisi pada balita dalam pemeliharaan gizi yaitu sebagai
berikut :
1. Mencapai berat badan normal dan mempertahankannya;
2. Untuk mencukupi kebutuhan zat gizi anak, Jellife menganjurkan
menggunakan teori Three Plank Protein Bridge (3 lapis jembatan protein):
Berikan ASI selama masih keluar
Gunakan sumber protein nabati sebanyak mungkin
Gunakan sumber protein hewani tanpa membatasi jenisnya selama
bahan tersebut tersedia di lingkungan keluarga
3. Mengawasi pertumbuhan tubuh anak (mll KMS/bulan) agar gangguan
pertumbuhan dapat diketahui sejak awal
4. Mengatur jarak kehamilan
5. Memperbaiki tata cara pemulihan gizi penderita
Balita sulit makan, maka hal yang harus dilakukan, seperti sebagai berikut :
Untuk mendukung tumbuh-kembang pada masa balita, peran makanan dengan nilai gizi
tinggi sangat penting seperti pada makanan sumber energi-protein, vitamin (B kompleks, C,
dan A), serta mineral (Ca, Fe Yodium, Fosfor, dan Zn). Ketidakcukupan zat gizi
mengakibatkan penurunan status gizi sehingga anak menjadi kurang gizi. Hal tersebut
memengaruhi gangguan pertum buhan fisik, kualitas kecerdasan, dan perkembangan di masa
depan. Peran zat gizi dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia telah dibuktikan
melalui berbagai penelitian. Pada masa balita, zat gizi yang bersumber dari bahan makanan
perlu diberikan secara tepat dengan kualitas terbaik karena gangguan zat gizi pada masa ini
dapat memengaruhi kualitas kehidupan masa selanjutnya.
STUDI KASUS
Diketahui :
Balita Laki-laki dengan umur 2 tahun, Berat Badan 12 kg, dan Tinggi Badannya 98 cm.
Jawab :
= ( 2 tahun x 2 ) + 8
=4+8
= 12 kg
= 1000 + ( 100 x 2 )
= 1000 + 200
= 1200 kkal
Kebutuhan Protein
= (10% x 1200) : 4
= 120 : 4
= 30 gram/hr
Kebutuhan Lemak
= (20% x 1200) : 9
= 240 : 9
= 26,77 gram/hr
Kebutuhan Karbohidrat
= (70% x 1200) : 4
= 840 : 4
= 210 gram/hr
MENYUSUN MENU SEHARI
Total Energi dan Zat Gizi yang diperoleh dari menu makan sehari
Protein : 33 gram
Lemak : 29 gram
DAFTAR PUSTAKA
Helmi, R. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas Margototo Kecamatan Metro Kibang Kabupaten Lampung
Timur. Jurnal kesehatan, 4(1).
Putri, R. F., Sulastri, D., & Lestari, Y. (2015). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas, 4(1).
Sholikah, A. S., Rustiana, E. R., & Yuniastuti, A. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan
dengan status gizi balita di pedesaan dan perkotaan. Public Health Perspective Journal, 2(1).