Anda di halaman 1dari 10

REKAYASA IDE

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Dosen pengampu : DRA SORTA SIMANJUNTAK MS

YENTI ARISKA PUTRI


5213351027

PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMATIKA DAN KOMPUTER

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


2021

KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih
karunia dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Rekayasa Ide ini. Meskipun
banyak kesulitan dalam membuat Rekayasa Ide ini, namun berkat penyertaan- Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu.

Sejalannya kurikulum dan materi kuliah Perkembangan Peserta Didik, maka mahasiswa
ditugaskan untuk membuat Rekayasa Ide tentang narkoba. Ini dibuat untuk memnuhi tugas
belajar tersebut. Kiranya makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembacanya.

Rekayasa Ide ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan


adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Penulis berharap akan ada yang
mengembangkan makalah ini di masa yang akan datang.

Medan, 20 Oktober 2021


Penulis

Yenti Ariska Putri

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Masa remaja
sering digambarkan sebagai masa yang paling indah, dan tidak terlupakan karena penuh
dengan kegembiraan dan tantangan. Namun masa remaja juga identik dengan kata
pemberontakan, dalam istilah psikologi sendiri sering disebut sebagai masa strom and stress
karena banyaknya goncangan-goncangan dan perubahan-perubahan yang cukup radikal dari
masa remaja sebelumnya.Beberapa perkembangan yang terjadi pada masa remaja yaitu,
perkembangan fisik, intelektual, sosial dan bahasa.

Dalam masa remaja, penampilan anak berubah sebagai hasil peritiwa pubertas yang
hormonal, mereka mengambil bentuk tubuh orang dewasa. Pikiran mereka juga berubah
dengan artian mereka lebih dapat berfikir abstrak dan hipotesis, perasaan mereka berubah
hampir terhadap segala hal, semua bidang cakupan perkembangan sebagai seorang remaja
menghadapi tugas utama mereka, membangun identitas termasuk identitas seksual yang akan
terus mereka bawa sampai masa dewasa.

Salah satu tugas perkembangan remaja yang harus dilaluinya adalah mampu berfikir secara
lebih dewasa dan rasional, serta memiliki perkembangan yang lebih matang dalam
menyelesaikan masalah. Dengan kata lain remaja harus memiliki kemampuan intelektual
serta

Perkembangan sosial pada masa remaja berkembang kemampuan untuk memahami orang
lain sebagai individu. Baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai atau perasaan
sehingga mendorong remaja untuk bersosialisasi lebih akrab dengan lingkungan sebaya atau
lingkungan masyarakat baik melalui persahabatan, atau perantaan.

Sedangkan dengan perkembangan bahasa, berkembanglah pula kemampuannya untuk


mengungkapkan isi hatinya. Ia akan lebih mudah mengerti oranglain dan lebih mudah
dimengerti oleh orang lain. Semua ini sangat membantu perkembangan tingkah laku dan
sikap sosialnya.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penyusun merumuskan rumusan masalah
sebagai berikut ini:
1.      Apa yang dimaksud dengan masa remaja dan perkembangannya?
2.      Apa saja faktor dan kondisi yang mempengaruhi perkembangan fisik pada masa remaja?
3.      Apa yang dimaksud dengan narkoba?
4.      Apa yang menyebabkan remaja menggunakan narkoba?
5.      Mengapa narkoba dapat digunakan dengan mudah oleh remaja sekarang?

1.3 Tujuan Masalah


Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui dan mendeskripsikannya:
1.     Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan masa remaja dan perkembangannya.
2.     Untuk mengetahui apa saja faktor dan kondisi yang mempengaruhi perkembangan fisik
pada masa remaja.
3.     Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan narkoba
4.      Untuk mengetahui apa yang menyebabkan remaja menggunakan narkoba.
5.     Untuk mengetahui alasan mengapa narkoba mudah digunakan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Makna Masa Remaja


Masa remaja merupakan masa transisi perkembangan antara masa anak dan masa ke dewasa,
dimulai dari pubertas, yang ditandai dengan perubahan yang pesat dalam berbagai aspek
perkembangan, baik fisik maupun psikis. Secara harfiyah pubertas berasal dari bahasa latin
pubescene (yang berarti “to grow hairy”), yang berarti tumbuhnya bulu-bulu, seperti bulu di
sekitar kelamin, ketiak, dan muka. Secara istilah, kata pubertas berarti proses pencapaian
kematangan seksual dan kemampuan untuk bereproduksi.Masa remaja disebut juga
adolescence, yang dalam bahasa latin berasal dari kata adolescere, yang berarti “to grow into
adulthood”.

Untuk memahami masa remaja ini, pada paparan berikut dijelaskan tentang pendapat atau
pandangan para ahli (filsafat, antropologi, dan psikologi), yaitu sebagai berikut:
1.  Aristoteles, berpendapat bahwa aspek terpenting bagi remaja adalah kemampuannya untuk
memilih dan determinasi diri (selft-determination) sebagai tanda kematangannya.
2.  Jean-Jacques Rousseau, berpendapat bahwa pada usia 15-20 tahun, individu sudah
matang emosinya, dan dapat mengubah sikap selfishness (memerhatikan atau
mementingkan diri sendiri) ke interest in others (memerhatikan orang lain).
3.  Stanley Hall, sebagai pionir dalam studi ilmiah tentang remaja berpendapat bahwa
adolesen adalah masa strom-and-stress, masa penuh konflik, yaitu sebagai periode yang
berada dalam dua situasi, antara kegoncangan, penderitaan, asmara, dan pemberontakan
dengan otoritas orang dewasa.
4.  Margaret Mead, seorang ahli antropologi yang mempelajari masa adolesen di Samoa. Dia
berpendapat bahwa hakikat dasar adolesen bukan biologis tetapi sosial budaya. Menurut
dia bahwa remaja Samoa itu tidak berada dalam suasana strom-and-stress, bahkan
sebaliknya, mereka hidupnya relatif bebas dari kegelisahan atau stres (tetapi setelah ada
penelitian berikutnya, kira-kira dua dasawarsa setelah itu, kondisi perilaku adolesen telah
berubah).
5.  Jacqueline Lerner dan kawan-kawan (2009) sebagai ahli yang mempromosikan Positive
Youth Development (PYD) berpendapat bahwa remaja memiliki lima karakteristik positif,
yaitu (a) Competence, remaja memiliki persepsi positif terhadap aspek sosial, akademik,
fisik, karier, dan sebagainya; (b) Confidence, remaja memiliki hubungan positif, seperti
memiliki self-worth dan self-efficacy; (c) Connection, remaja memiliki hubungan positif
dengan orang lain, seperti dengan keluarga, teman sebaya, guru, dan yang lainnyadalam
kehidupan masyarakat; (d) Character, remaja memiliki sikap respek terhadap peran-peran
sosial, memahami benar-salah atau baik-buruk, dan memiliki integritas; dan (e)
Caring/compassion, remaja menunjukkan perhatian emosional terhadap orang lain,
terutama pada saat mereka sedang berada dalam keadaan duka cita (distress).

2.2 Definisi Masa Remaja


Batasan usia 11-24 tersebut didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut ini:
1. Usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai
tampak (kriteria fisik).
2. Usia 11 tahun dianggap oleh masyarakat Indonesia sebagai masa akhir baligh, baik
menurut adat maupun agama, sehingga mereka tidak diperlukan sebagai anak-anak.
(kriteria sosial).
3. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa seperti
tercapainya identitas (ego identity), tercapainya fase genital dari perkembangan kognitif
maupun moral.
4. Batas usia 24 merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberikan peluang bagi mereka
kriteria sampai pada usia tersebut masih menggantungkan diri pada orang lain, belum
mempunyai hak-hak penuh sebagai orang dewasa.
5. Status perkawinan sangat menentukan, karena arti perkawinan masih sangat penting di
masyarakat Indonesia secara menyeluruh. Seorang kriteria sudah menikah diusia
berapapun dianggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa.

Batasan usia diatas adalah sebagian pendapat para ahli berbagai pendapat yang dikemukakan
oleh beberapa ahli psikologi.
2.3 Pengertian Narkoba
Narkoba bukanlah sesuatu yang asing lagi bagi kita. Kita telah sering mendengar dan
membaca berita tentang narkoba di media elektronik maupun mediacetak. Di Indonesia,
peredaran obat terlarang ini sudah menjadi alah satu permasalahan utama yang harus segera
diatasi.

Pengertian narkoba menurut Kurniawan (2008) adalah zat kimia yang dapat


mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk
ke dalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan
lain sebagainya.

Meluasnya narkoba di Indonesia terutama di kalangan generasi muda karena


didukung oleh faktor budaya global. Budaya global dikuasai oleh budaya Barat (baca
Amerika Serikat) yang mengembangkan pengaruhnya melalui layar TV, VCD, dan film-film.
Ciri utama budaya tersebut amat mudah ditiru dan diadopsi oleh generasi muda karena sesuai
dengan kebutuhan dan selera muda.

2.4 Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba


Faktor penyebab penyalahgunaan narkoba dapat dibagi menjadi dua faktor, yaitu :

1. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu seperti kepribadian,
kecemasan, dan depresi serta kurangya religiusitas. Kebanyakan penyalahgunaan
narkotika dimulai atau terdapat pada masa remaja, sebab remaja yang sedang mengalami
perubahan biologik, psikologik maupun sosial yang pesat merupakan individu yang rentan
untuk menyalahgunakan obat-obat terlarang ini. Anak atau remaja dengan ciri-ciri tertentu
mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi penyalahguna narkoba.

2. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu atau lingkungan seperti
keberadaan zat, kondisi keluarga, lemahnya hukum serta pengaruh lingkungan.

2.5 Alasan Menggunakan Narkoba

1. Memakai karena ingin merasa ‘ada’. Ada kalanya kita merasa bete kalau tidak dianggap
atau ditinggal, oleh teman segang atau di pesta misalnya. Perasaan tidak aman ini ingin kita
singkirkan. Sayang, jalan yang diambil salah. Perasaan pede yang timbul waktu pakai
narkoba itu semu alias palsu. Lebih baik tingkatkan kemampuan atau penampilan diri. Misal
ikut les bahasa Inggris atau bahasa lainnya dan cari suasana baru yang lebih ramah.

2. Memakai untuk melarikan diri dari masalah atau ingin relaks. Kita sering mendengar orang
bilang, “Gue lagi stress nih, gue mau fun sebentar ah!”. Nah, ini dia yang salah. Kalo lagi
stress inginnya kita langsung kabur cari suasana lain yang lebih menyenangkan. Masalah
tetap ada begitu kita balik lagi. Begitu juga kalo kita berusaha lari dari masalah dengan
memakai narkoba. Begitu selesai efek narkobanya, masalah tetap saja ada dan harus
diselesaikan pula. Lebih gawat lagi, kondisi otak dan tubuh kita sudah tidak 100% fit untuk
menghadapinya.

3. Memakai karena lagi bosen. Banyak orang memakai narkoba di saat mereka merasa bosan.
Bosan dengan keadaan atau dirinya sendiri. Mereka pikir dengan memakai narkoba, suasana
bosan akan hilang dengan sendirinya. Justru sebaliknya, setelah pengaruh narkoba hilang,
yang timbul adalah perasaan makin frustasi karena melihat kenyataan yang tetap tidak
berubah – karena memang belum diubah. Kalau merasa jenuh dengan situasi yang ada,
cobalah buat sesuatu yang berbeda dari biasanya, seperti melakukan hobi.
4. Memakai karena media secara nggak langsung masih menganggap narkoba itu keren.
Boleh percaya atau tidak, dunia hiburan masih menyiarkan gambaran kalau memakai narkoba
itu menarik. Memang betul kalau sekarang makin banyak penyanyi, musisi atau olah ragawan
yang digemborkan sudah bertaubat dan iklan anti narkoba juga banyak disiarkan di media.
Tapi lihat deh para artis atau model yang sering tampil di media cenderung berfisik kurus
sekali. Atau suasana gaul anak-anak muda yang banyak dihiasi dengan pesta tidak karuan.
Tidak jarang orang terkena narkoba melalui pesta-pesta macam begitu. Jadi jangan sekali-kali
deh tergoda untuk tampil keren karena bujukan media. Pelangi semu itu namanya.

5. Memakai karena merasa tambah terlihat ‘dewasa’. Nah, ini dia alasan yang salah lagi.
Kebanyakan orang yang sudah berpikiran dewasa, terlalu sibuk dengan urusan kehidupannya
sendiri sampai tidak terpikir untuk memakai narkoba. Mereka lebih memilih uangnya dipakai
untuk keperluan biaya sekolah, makan atau mungkin keperluan rumah. Justru orang yang
masih berpikiran pendek saja yang mau menghabiskan uangnya untuk konsumsi narkoba.
Tapi kalau pun ada orang yang sudah berumur tua masih menggunakan narkoba, umumnya
mereka sedang terkena masalah, macam depresi, frustasi dsb.

6. Memakai karena ingin memberontak. Banyak juga lho orang yang menjadi pemakai bukan
karena kebutuhan dirinya, tapi lebih karena ingin membuat pemberontakan. Biasanya mereka
ingin keluar dari norma atau aturan yang diberikan oleh keluarga dan masyarakat umumnya.
Mereka pikir dengan mengkonsumsi narkoba akan terdorong untuk berani melakukan
tindakan yang melanggar hukum atau sesuai dengan kehendaknya sendiri. Tapi sebenarnya
yang terjadi, mereka makin tidak bisa hidup secara mandiri dan bebas lagi, karena sudah
tergantung 100% kepada narkoba dan pengaruh candunya itu. Kalau ingin berontak dari
pakem yang ada, coba deh cari tempat penyaluran yang baik. Misal nih dengan bermain
musik atau klub olah raga. Jadi tenaga yang ada tidak terbuang percuma.

7. Memakai karena ingin mencoba. Wajar kalau kita punya keinginan untuk mencoba sesuatu
yang baru. Kita bisa mengatakan mana yang tepat apabila sudah dicoba terlebih dulu. Begitu
logikanya. Tapi sebelum mencoba ada baiknya kita lihat dulu kemungkinan baik buruknya.
Kalau kita disuruh mencoba lompat dari atap gedung tanpa peralatan apapun pasti bakalan
nolak. Kenapa? Karena sudah tahu akibatnya, badan bisa hancur atau mungkin nyawa juga
bisa hilang. Coba deh bereksperimen dengan sesuatu yang lebih ramah, macam main musik,
olah raga, ikut lomba atau sekedar mengecat rambut. 
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah menyelesaikan penyusunan masalah tentang narkoba. Penyusun dapat menarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1) Perkembangan fisik pada masa remaja diawali dengan pubertas, adalah masa kematangan
fisik yang sangat cepat, yang meliputi aspek hormonal dan perubahan fisik. Pikiran
mereka juga berubah dengan artian mereka lebih dapat berfikir abstrak dan hipotesis.
Perasaan mereka berubah hampir terhadap segala hal, semua bidang cakupan
perkembangan sebagai seorang remaja menghadapi tugas utama mereka membangun
identitas termasuk identitas seksual yang akan terus mereka bawa sampai masa dewasa.
2) Anak yang berkemampuan intelektuan tinggi akan tidak menggunakan narkoba.
3) Perkembangan anak dapat membedakan mana yang baik dan buruk.
4) Dengan mengetauhi dampak buruk nya menggunakan narkoba, maka tingkat penggunaan
narkoba harus semakin kecil.

3.2 Saran
Berdasarkan hasil rangkuman, maka dapat mengemukakan saran. Remaja merupakan tahap
awal seorang anak untuk tumbuh menjadi seorang dewasa yang cerdas dan berpengetahuan
luas. Oleh sabab itu, orang tua harus memperhatikan setiap perkembangan yang dialami oleh
anaknya dari mulai perkembangan fisik, emosi, motivasi, perasaan, intelektual, sosial dan
bahasa. Agar anak tidak terjerumus kedalam hal-hal yang negatif yang akan merusak dirinya
sendiri. Orang tua hendaknya mengetahui kedewasaan remaja dengan jalan memberikan
kebebasan terbimbing untuk mengambil keputusan dan tanggung jawab sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

1. Clatts MC, Giang Ie M, Goldsamt LA, Yi H. Novel heroin injection practices: implications
for transmission of HIV and other bloodborne pathogens. Am J Prev Med. 2007; 32(6 Suppl):
S226-33.

2. Departemen Kesehatan RI Ditjen PPM &PL. Rencana strategi penanggulangan HIV/AIDS


Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2002.

3. Iskandar, Meiwita D; Ariawan, Iwan; Dharmaputra Nick G. Analisis situasi HIV/AIDS dan
dampaknya terhadap anak-anak, wanita, keluarga di Indonesia. Jakarta: Puslitkes UI; 1996.

4. Dinas Kesehatan Kota Tangerang. Laporan hasil kegiatan surveilans subdin P2M-PL dinas
kesehatan kota Tangerang. Tangerang: Dinas Kesehatan Kota Tangerang; 2006.

5. Save the Children. HIV/AIDS, the risk to indonesia’s children and young people. Jakarta;
2004.

6. Hennink M, Abbas Z, Choudhri Y, Diener T, Lloyd K, Archibald CP, Cule S. Risk


behaviours for infection with HIV and hepatitis C virus among people who inject drugs in
Regina, Saskatchewan. Can Commun Dis Rep. 2007; 33(5): 53-9.

7. Komisi Penanggulangan Aids Nasional. Peta pelayanan perawatan, dukungan dan


pengobatan untuk ODHA di Indonesia. Jakarta: KPA dan Tim; 2006.

8. Sabri, Luknis dan Sutanto Priyo Hastono. Statistik kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada; 2006. 9. M, Singarimbun dan Effendi S. Metode penelitian survei. LP3ES. 1989; ix;
336.

Anda mungkin juga menyukai