Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Journal of Civics and Education Studies

Vol. 7 No. 1 Maret 2020 p-ISSN 2302-0865 | e-ISSN 2621-346X

Penguatan Sila Ketiga Pancasila Sebagai Solusi Untuk Menghadapi


Penyebarluasan Content Berunsur (SARA) Di Media Sosial
Emillia
Diploma III Teknik Mesin, Institut Teknologi PLN
emillia@itpln.ac.id

Naskah diterima: 22 Januari 2020, direvisi: 2 Februari 2020, disetujui: 10 Maret 2020

Abstrak
Perkembangan teknologi informasi tidak selalu membuat penggunanya juga ikut berkembang.
Postingan pada jejaring sosial yang tidak menyuguhkan berita yang sebenarnya atau hoax, bahkan
mengandung element SARA dapat memicu terjadinya persengketaan di antara masyarakat Indonesia
yang beragam. Pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah sampai sejauh mana pemahaman
masyarakat terhadap Sila Ketiga dari Pancasila agar tidak terjadi disintegrasi yang diakibatkan
penyebarluasan berita yang tidak benar atau hoax serta berisikan element SARA di jejaring sosial.
Selanjutnya tujuan dan manfaat dari tulisan ini agar masyarakat memiliki pemahaman yang lebih
baik terhadap Sila Ketiga dari Pancasila serta tidak mudah terpancing dengan berita yang tidak benar
melalui jejaring sosial. Metode penelitian yang digunakan, menggunakan paradigma yang bersifat
deskriptif kualitatif yang selanjutnya dilakukan pengembangan pemahaman Sila Ketiga dari
Pancasila. Hasil penelitian ini menunjukan setelah dilakukan metode pengembangan, sample
memiliki pemahaman yang lebih baik. Selanjutnya yang menjadi kesimpulan dalam penelitian ini
adalah dampak dari penyebarluasan berita dan pesan yang mengandung content yang bermuatan
SARA dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Kemudian yang menjadi saran peneliti
adalah bangsa Indonesia harus lebih menyadari merupakan satu kesatuan yang utuh dengan Negara
Kesatuan Republik Indonesia serta tidak dapat terpecah belah oleh apapun juga.

Kata-Kata Kunci: Jejaring Sosial; Hoax; SARA; Sila Ketiga Pancasila

Abstract
The development of information technology does not always make its users also develop. Postings
on social networks that do not feature true news or hoaxes, even containing SARA elements can
trigger disputes among diverse Indonesian communities. The main problem in this paper is the extent
to which people’s understanding of The Third Precepts of Pancasila is to prevent disintegration due
to the dissemination of untrue news or hoaxes and containing SARA elements in social networks.
Furthermore, the purpose and benefits of this paper are for the public to have a better understanding
of The Third Precepts of Pancasila and not be easily provoked by untrue news through social
networks. The research method used, uses a descriptive qualitative paradigm which is then carried
out the development of understanding of The Third Precepts of Pancasila. The results of this study
indicate that after developing the method, the sample has a better understanding. Furthermore, the
conclusion of this research is the impact of the dissemination of news and messages that contain
content containing SARA that can divide the unity and integrity of the nation. Then what is suggested
by researchers is that the Indonesian people must be more aware of being a unified whole with the
Unitary State of The Republic of Indonesia and can not be divided by anything.

Key Words : Social Networks; Hoax; SARA; The Third Precepts of Pancasila

1
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Journal of Civics and Education Studies
Vol. 7 No. 1 Maret 2020 p-ISSN 2302-0865 | e-ISSN 2621-346X

Pendahuluan android di California, Amerika Serikat. Hal ini


mengakibatkan meningkatnya penggunaan
Permasalahan yang melatarbelakangi
gadget apalagi di pasaran tersedia dengan harga
penulisan jurnal ini adalah timbulnya kerusuhan
yang relatif terjangkau oleh masyarakat
yang terjadi di Papua yang berawal dari adanya
(Evelina, Juni 2015).
tindakan rasisme yang dilakukan oleh oknum
Selanjutnya berdasarkan penelitian
organisasi masyarakat yang ditujukan kepada
yang dilakukan oleh Cahyono pada tahun 2016
mahasiswa yang berasal dari Papua yang berada
memperlihatkan bahwa hal tersebut
di Surabaya. Mahasiswa tersebut dikomentari
menyebabkan banyaknya pengguna telepon
dengan kalimat yang tidak baik dan tidak
seluler yang dengan mudahnya dapat
pantas di zaman kemajuan ilmu pengetahuan
mengakses berbagai aplikasi jejaring sosial
teknologi dan informasi sekarang ini. Kalimat
yang tersedia, seperti Whatsapp, Line, Wechat
yang dipakai untuk berkomunikasi tersebut
Facebook, Twitter, Path, Instagram, Linkedin,
bermuatan element mengenai suku, agama, ras
Google dan jejaring sosial lainnya dengan
dan antar golongan (SARA) dengan
menggunakan internet. Dengan demikian
menggunakan alat komunikasi seperti gadget,
melalui media sosial tersebut setiap
sehingga menjadi sumber penyebaran berita
penggunanya mampu berkomunikasi secara
dan pesan yang menyebabkan terjadinya
online. Sehingga dalam hal ini aplikasi jejaring
perpecahan dan disintegrasi. Apabila dilihat
sosial termasuk perangkat sosial yang berbasis
kembali bahwa Indonesia adalah negara yang
internet sebagai dampak dari perkembangan
unik yang memiliki warga negara yang berasal
kemajuan di bidang teknologi informasi,
dari berbagai etnis atau suku tradisional.
(Cahyono, 2016).
Sehingga dengan adanya berita dan pesan yang
Demikian juga berdasarkan penelitian
bermuatan element suku, agama, ras dan antar
yang dilakukan oleh Rahadi pada tahun 2017
golongan (SARA) dapat menjadi pemicu
memperlihatkan bahwa perangkat jejaring
terjadinya disintegrasi.
sosial tersebut merupakan perangkat yang
Perkembangan teknologi terutama
dipakai oleh seseorang dalam bersosialisasi
informasi tidak selalu membuat penggunanya
dengan cara menyebarluaskan berbagai berita,
juga ikut berkembang. Teknologi seperti dua
gambar maupun text kepada orang lain
sisi sebilah pisau dimana bagian yang pertama
(Rahadi, 2017).
dapat mempersatukan sedangkan bagian yang
Selanjutnya menurut penelitian yang
lain dapat memisahkan. Dalam hal ini orang
dilakukan oleh Andu pada bulan Juni 2018
yang melakukannya sering disebut sebagai
bahwa postingan yang berisi berita dan pesan
oknum yang dengan sadar ataupun tanpa
yang mengandung content yang berisikan unsur
menyadari bahwa tindakannya dapat
suku, agama, ras dan antar golongan (SARA)
menghancurkan integrasi suku bangsa yang
yang disebarluaskan dengan menggunakan
telah terjadi melalui proses penyatuan yang
berbagai perangkat jejaring sosial berisi hal-hal
cukup lama dan panjang.
mengandung muatan unsur-unsur yang tidak
Penelitian yang dilakukan oleh Eveline
baik dan dapat memicu terjadinya
pada bulan Juni 2017 memperlihatkan bahwa
persengketaan. Tujuan menyebarluaskan berita
beberapa tahun yang lalu mulai diperkenalkan
dan pesan semacam ini di berbagai macam
smartphone GSM yang mempergunakan sistem
media sosial, antara lain hanya sebagai

2
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Journal of Civics and Education Studies
Vol. 7 No. 1 Maret 2020 p-ISSN 2302-0865 | e-ISSN 2621-346X

postingan yang berisi berita dan pesan saja gadget dapat bersikap bijaksana untuk tidak
tanpa maksud apa-apa atau yang terburuk menyebarluaskan berita yang tidak benar atau
adalah dapat juga mengakibatkan terjadinya hoax dan mampu memilih antara berita yang
jurang pemisah di antara masyarakat atau baik dan mana berita yang tidak baik ?
memicu supaya terjadi perselisihan dan Selanjutnya maka tujuan dan manfaat
permusuhan, sehingga menimbulkan dari penelitian ini adalah agar masyarakat
ketegangan di antara masyarakat (Andu, Juni mampu : 1) Memiliki pemahaman yang baik
2018), sebagaimana yang terjadi pada mengenai Sila Ketiga dari Pancasila; 2)
masyarakat yang berasal dari Papua seperti Memiliki pengertian bahwa bangsa Indonesia
yang telah dikemukakan pada awal tulisan ini. terdiri atas multietnis, multiagama dan memiliki
Dengan demikian yang menjadi perbedaan lainnya, sehingga penting dalam
permasalahan dalam tulisan ini adalah menanamkan sikap sebagai bangsa Indonesia
penggunaan media sosial yang dapat yang memiliki persatuan; 3) Tidak mudah
mengakibatkan tersebar luasnya informasi terpancing dengan berita dan pesan yang
berupa berita dan pesan yang tidak benar atau mengandung content yang berisikan unsur
dikenal dengan istilah “hoax” yang oleh mengenai suku, agama, ras dan antar golongan
penggunanya, baik yang memiliki latar (SARA) yang dapat merusak persatuan dan
belakang yang berasal dari orang yang kesatuan bangsa Indonesia, baik melalui
terpelajar maupun tidak terpelajar akan sulit aplikasi jejaring sosial dan juga praktek
untuk membedakan antara berita yang benar- interaksi pergaulan sosial setiap hari; 4)
benar terjadi dengan berita yang tidak benar Melakukan verifikasi atau pengecekan terlebih
atau hoax tersebut. Oleh karena itu kelihatannya dahulu setiap informasi yang diterima dan
sudah menjadi kebiasaan saat ini menggunakan jangan langsung begitu saja percaya akan
media sosial untuk menyebarluaskan berita dan kebenarannya dari berita atau pesan yang
pesan yang mengandung content yang berisikan diterima.
element yang berupa suku, agama, ras dan antar
golongan (SARA) dengan tujuan untuk Metode
mengakibatkan berbagai bentuk perpecahan.
Selanjutnya apabila bersumberkan dari
riset yang sudah dilaksanakan, dengan Tulisan ini menggunakan paradigma
demikian yang menjadi pokok permasalah penelitian dan pengembangan dengan
dalam tulisan ini adalah sampai sejauh mana rangkaian kegiatan, yaitu :
pemahaman masyarakat terhadap Sila Ketiga Langkah awal dilakukan riset yang
dari Pancasila agar tidak terjadi disintegrasi di bersifat deskriptif kualitatif yang dilakukan
tengah masyarakat dan upaya apa yang terhadap 10 orang sampel yang diambil secara
dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan acak yang berasal dari mahasiswa yang sedang
disintegrasi masyarakat yang diakibatkan belajar di Institut Teknologi PLN, Jakarta
penyebarluasan berita dan pesan yang mengenai dampak postingan berita dan pesan
mengandung content yang berisikan unsur yang mengandung content yang berisikan unsur
suku, agama, ras dan antar golongan (SARA) di suku, agama, ras dan antar golongan (SARA) di
dalam aplikasi jejaring sosial ? Dan bagaimana berbagai jejaring sosial. Penelitian yang
cara pembelajaran yang tepat agar pengguna menggunakan paradigma kualitatif tersebut

3
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Journal of Civics and Education Studies
Vol. 7 No. 1 Maret 2020 p-ISSN 2302-0865 | e-ISSN 2621-346X

bermaksud untuk memperoleh pengertian Hasil dan Pembahasan


berbagai hal yang dialami oleh subjek
penelitian dengan cara holistik dan akan
Pada langkah awal diberikan
dideskripsikan melalui bentuk kalimat dan
pemahaman kepada 10 orang sampel tersebut
bahasa dalam konteks yang lebih ilmiah dengan
bahwa Indonesia merupakan negara yang cukup
menggunakan beberapa metode ilmiah yang
unik yang memiliki warga negara yang
ada. Sedangkan lokasi penelitian dilakukan di
memiliki berbagai ragam suku dan budaya,
Institut Teknologi PLN, Jakarta dimana peneliti
bahasa daerah yang tradisional serta beragam
bertugas mengajar sebagai salah satu dosen
agama dan kepercayaan. Selain itu juga
dengan cara tatap muka langsung dengan teknik
memiliki latar belakang perbedaan pendidikan,
melontarkan pertanyaan dan memberikan
status sosial dan pandangan politik yang
jawaban. Dengan cara yang demikian, maka
berbeda. Apabila perbedaan yang timbul di
data yang berhasil dikumpulkan melalui teknik
antara masyarakat tersebut tidak dimengerti
tersebut terbagi menjadi dua klasifikasi, yaitu
dengan baik, maka dapat menyebabkan
berupa data primer dan data sekunder. Data
permusuhan yang menimbulkan disintegrasi
primer yang berhasil dikumpulkan berupa hasil
yang membahayakan kesatuan negara dan
lontaran pertanyaan dan menjawab yang
bangsa Indonesia. Kenyataan menunjukan
mendalam terhadap 10 orang sampel
bahwa sampai dengan saat ini masih terlihat di
mahasiswa tersebut sebagai dasar penulisan
dalam pergaulan komunitas masyarakat setiap
tulisan ini yang berjudul “Penguatan Sila Ketiga
hari acapkali timbul perselisihan, seperti yang
Pancasila Sebagai Solusi Untuk Menghadapi
terjadi di Poso, Ambon, Aceh dan yang baru
Penyebarluasan Content Berunsur (SARA) Di
saja terjadi, yaitu di Papua. Hal ini tidak akan
Media Sosial.” Sedangkan data sekunder yang
terjadi apabila bangsa Indonesia mampu
berhasil dikumpulkan berupa tulisan dalam
menerima dan saling tenggang rasa atas
bentuk buku, laporan, majalah maupun jurnal
perbedaan-perbedaan tersebut dengan baik
nasional atau hasil-hasil penelitian.
(Shofu, Juli 2016), sesuai dengan amanat yang
Langkah selanjutnya dilakukan
terdapat dalam Sila Ketiga Pancasila yang berisi
pengembangan pada sampel dengan
kalimat, yaitu : “Persatuan Indonesia”
menggunakan cara pembelajaran seperti
(Akobiarek, 2017).
metode umumnya yaitu ceramah. Kemudian
Dalam hal ini juga mengajak sample
melalui cara selanjutnya, yaitu metode uji
kembali melihat semangat pemuda di tahun
pembelajaran dengan cara pembentukan
1928 yang berhasil mendorong semangat
kelompok untuk melakukan diskusi. Sehingga
nasionalitas dan patriotisme bangsa, maka
diharapkan dengan dilakukannya metode
sudah sepantasnya era milenial dapat
pengembangan ini bertujuan agar sample
mempertahankan dan meneruskan semangat
memiliki pengertian terhadap Sila Ketiga dari
tersebut dengan selalu berpedoman pada
Pancasila menjadi lebih dalam dan kuat.
semboyan Bhineka Tunggal Ika yang memiliki
arti : “Walaupun berbeda namun tetap satu jua”
dan ideologi Pancasila (Setijo, 2016).

4
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Journal of Civics and Education Studies
Vol. 7 No. 1 Maret 2020 p-ISSN 2302-0865 | e-ISSN 2621-346X

Selanjutnya juga dijelaskan kepada bulan Juni 2015 menunjukan data bahwa
sample bahwa di dalam Sila Ketiga Pancasila pengguna internet di Indonesia setiap tahun
tersebut apabila dilihat melalui sistem meningkat (Evelina, Juni 2015).
ketatabahasaan Indonesia mengandung dua Penggunaan internet dengan jumlah
kata, yaitu kata “Persatuan” yang merupakan populasi penduduk Indonesia pada tahun 2019
subjek dan kata “Indonesia” yang merupakan sebesar 268, 2 juta jiwa terdiri atas 4 klasifikasi,
kata keterangan. Kata “Persatuan” mengandung yaitu :
kata dasar, yaitu kata “satu” yang ditambah 1. Mobile subscriptions sebesar 133 %
dengan imbuhan per-/an kemudian berubah atau 355,5 juta jiwa penduduk.
menjadi kata “persatuan.” Berdasarkan 2. Internet users sebesar 56 % atau sebesar
ketatabahasaan Indonesia tersebut kata 150,0 juta jiwa.
“persatuan” memiliki arti sebagai suatu hasil 3. Active social media users sebesar 56 %
dari sebuah perbuatan yang dilakukan. atau 150,0 juta jiwa.
Sedangkan apabila dilihat dari aspek 4. Mobile media social users sebesar 48 %
semangatnya pengertian dari kata “persatuan”, atau 130,0 juta jiwa.
yaitu suatu hal yang terjadi secara terus menerus
sesuai dengan perkembangan zaman saat ini Di samping itu selain Facebook,
yang merupakan integrasi wilayah Indonesia, Twitter, Whatsapp dan Instagram merupakan
bangsa Indonesia serta negara Indonesia media sosial yang terbesar yang digunakan.
(Hanafi, Juni 2018). Walaupun terdapat media sosial lainnya yang
Kemudian dijelaskan pula kepada cukup populer yaitu Path dengan jumlah users
sample bahwa salah satu ciri Pancasila yang lebih dari 700.000 orang di Indonesia.
terpenting yaitu bersifat integralistik. Dengan Sample juga diperlihatkan bahwa
demikian persatuan merupakan bersatunya sepanjang tahun 2013 sampai dengan tahun
bermacam-macam perbedaan menjadi suatu 2019 di Indonesia, terdapat beberapa data dari
kebulatan tekad yang utuh. Sedangkan media online yang menunjukan bahwa interaksi
Indonesia dalam Sila Ketiga Pancasila memiliki di media sosial tersebut berisikan berita serta
pengertian secara politik, yaitu suatu bangsa pesan yang mengandung content yang berisikan
yang memiliki kehidupan di dalam wilayah element suku, agama ras serta antar golongan
Indonesia. Oleh karena itu “Persatuan (SARA) yang berakhir kepada laporan polisi.
Indonesia” adalah bersatunya bangsa Indonesia Peristiwa tersebut banyak terjadi di media sosial
yang menempati wilayah kesatuan negara Twitter, Whatsapp, Instagram dan Facebook
Indonesia untuk mencapai kehidupan termasuk Youtube daripada dibandingkan
kebangsaan yang bebas dalam bentuk Negara dengan penggunaan Path. Konflik yang timbul
Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka diawali dari permasalahan pribadi yang
dan berdaulat (Siregar, April 2014). kemudian berkembang menjadi permasalahan
Demikian juga dijelaskan kepada yang berunsur suku, agama, ras dan antar
sample bahwa pada masa Revolusi Industri 4.0 golongan (SARA) (Evelina, Juni 2015).
sekarang ini merupakan era digital yang terjadi Penjelasan tersebut di atas diberikan
hampir di semua bidang kehidupan termasuk kepada sample melalui cara pembelajaran
penggunaan internet. Berdasarkan hasil secara umumnya seperti yang terjadi di kelas
penelitian yang dilakukan oleh Evelina pada sehari-hari dengan hanya melakukan ceramah

5
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Journal of Civics and Education Studies
Vol. 7 No. 1 Maret 2020 p-ISSN 2302-0865 | e-ISSN 2621-346X

dan ternyata tidak memberikan hasil yang dalam analisa, berupa: sangat baik (4), baik (3),
memuaskan. Namun ketika dilakukan dengan cukup (2) dan kurang (1). Kemudian result dari
cara membentuk kelompok dan melakukan pembelajaran yang diperoleh berupa : sangat
diskusi dengan menggunakan metode baik (4), baik (3), cukup baik (2) dan kurang
melontarkan pertanyaan dan menjawab baik (1).
(question and answer) dalam hal ini terlihat Dalam tabel 2 disajikan juga alat untuk
memberikan hasil yang sangat memuaskan. menilai keberhasilan cara pembelajaran
Hal tersebut lebih jelas dapat dilihat dalam ceramah yang umum, yaitu sebagai berikut :
tabel 1 berikut ini, yaitu :
Tabel 2. Alat Menilai Teknik Pembelajaran
Tabel 1. Cara Pembelajaran Ceramah Ceramah
No. Nilai Jumlah Cara Result Kerja Cara
Sample Pembelajaran Sistem Pembelajaran
a b c Biasa Baru
1 2 3 4 Kemampuan 1 2 3 4
1 1 2 1 4
Waktu
2 2 2 1 5 Pemahaman
3 1 2 1 4 Materi
4 2 2 2 6 1 2 3 4 Analisa 1 2 3 4
5 1 1 1 3 1 2 3 4 Hasil 1 2 3 4
6 1 2 1 4 Pembelajaran
Sumber: Dokumentasi penulis, 2020
7 2 1 1 4
8 2 2 1 5
Dalam hal tersebut melakukan
9 1 2 1 4
perhitungan rata-rata keberhasilan teknik
10 2 2 1 5
pembelajaran ceramah dan teknik pembelajaran
Jumlah 15 18 11 44
dengan membentuk kelompok, maka yang
Sumber: Dokumentasi penulis, 2020
harus dilakukan adalah nilai yang sesuai untuk
Keterangan :
a adalah kemampuan mengerti materi sistem pembelajaran tersebut, yaitu 4x3x10
b adalah kemampuan analisa yang menghasilkan 120, yaitu 4 adalah nilai
c adalah result dari pembelajaran sangat baik, 3 adalah 3 buah alat dan 10 adalah
total dari sampel.
Alat riset yang digunakan untuk menilai Kemudian nilai yang sesuai untuk
cara pembelajaran dengan membagi kelompok setiap bagian alat, yaitu 4x10. Apabila
pada 10 orang sampel yang semula dijelaskan, maka 4 adalah nilai yang paling
menggunakan cara ceramah biasa, maka tinggi, sedangkan 10 adalah 10 orang sampel.
berdasarkan kemampuan pengertian pada Apabila melihat Tabel 1, maka didapatlah
penjelasan yang telah diberikan tersebut di atas jumlah data sebesar 44. Sehingga kemampuan
dengan menggunakan 3 indikator dengan jarak cara pembelajaran ceramah, yaitu 44 : 120,
penilaian setiap indikator, yaitu : lamanya maka hasil yang diperoleh sebesar 0,36 atau
waktu pengertian yang diperoleh sample, dalam persentase sebesar 36% dari capaian
berupa : sangat pesat (4), pesat (3), cukup pesat yang diinginkan. Selanjutnya melalui
(2), kurang pesat (1). Selanjutnya kemampuan keberhasilan cara pembelajaran berdasarkan

6
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Journal of Civics and Education Studies
Vol. 7 No. 1 Maret 2020 p-ISSN 2302-0865 | e-ISSN 2621-346X

pesatnya pengertian terhadap materi yang 27,5% Result 90%


dijelaskan, yaitu diperoleh hasil berupa 15 : 40, pembelajaran
yaitu sebesar 0,375 atau dalam persentase 36,0% Rata-rata 80,8%
sebesar 37,5% dari capaian yang diinginkan. Sumber: Dokumentasi penulis, 2020
Kemudian berdasarkan kemampuan melakukan
analisa, yaitu diperoleh hasil berupa 18 : 40, Dengan demikian, kemampuan cara
yaitu sebesar 0,45 atau dalam persentase pembelajaran dengan membentuk kelompok
sebesar 45% dari capaian yang diinginkan. dapat dilihat sebagai berikut, yaitu 97 : 120,
Selanjutnya dari bidang result pembelajaran, hasilnya adalah sebesar 0,808 atau dalam
yaitu diperoleh hasil berupa 11 : 40 yaitu persentase, yaitu sebesar 80,8% dari capaian
sebesar 0,275 atau dalam persentase sebesar yang diinginkan. Dalam hal ini terlihat sekali
27,5% dari capaian yang diinginkan. Sehingga perbedaan yang mencolok pada kemampuan
keberhasilan cara pembelajaran ceramah dalam cara pembelajaran dengan ceramah biasa
tingkat yang paling rendah, yaitu hanya dengan cara membentuk kelompok dan
terpenuhi sebesar 27,5% dari capaian yang melakukan diskusi, yaitu sebesar 36% dari
diinginkan. Selanjutnya menilai kemampuan capaian yang diinginkan serta cara
cara pembelajaran dengan membentuk pembentukan kelompok dan diskusi tanya
kelompok sama seperti melakukan perhitungan jawab menghasilkan sebesar 80,8% dari
kemampuan cara pembelajaran ceramah tadi. capaian yang diinginkan. Kemudian dari
Nilai yang baik adalah 4x3x10 = 120 dan nilai kemampuan pengertian sampel terhadap materi
yang sesuai untuk tiap bagian adalah 4x10, yang yang telah dijelaskan, yaitu diperolehlah nilai
menghasilkan nilai sebesar 40. sebesar 37 : 40, yaitu sebesar 0,925 atau dalam
Berikut ini akan disajikan tabel persentase sebesar 9,25% dari capaian yang
mengenai cara kerja pembelajaran dengan diinginkan. Kemampuan melakukan analisa
membentuk kelompok, yaitu : sampel yaitu sebesar 24 : 40, diperoleh sebesar
Tabel 3. 0,60 atau dalam persentase sebesar 60% dari
Cara Kerja Pembelajaran Dengan Membentuk capaian yang diinginkan. Bagian yang paling
Kelompok akhir dilakukan perhitungan adalah result dari
Cara Sistem Hasil Cara Diskusi pembelajaran, diperoleh hasil yaitu sebesar 36 :
Pembelaj Kerja dan 40 hasilnya sebesar 0,90 atau dalam persentase
aran Melontarkan sebesar 90% dari capaian yang diinginkan.
Lama Pertanyaan Sedangkan untuk kemampuan cara
dan pembentukan kelompok serta diskusi tanya
Menjawab jawab nilai yang terendah adalah pada bidang
37,5% Kemampuan 92,5% kemampuan melakukan analisa sampel, yaitu
sample hanya memperoleh 60% dari capaian yang
mengerti diinginkan.
materi yang Berikut ini juga akan disajikan tabel
diberikan selanjutnya, yaitu mengenai tabel pembelajaran
45,0% Kemampuan 60% melalui pembentukan kelompok serta diskusi
Analisa sample tanya jawab, yaitu sebagai berikut :

7
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Journal of Civics and Education Studies
Vol. 7 No. 1 Maret 2020 p-ISSN 2302-0865 | e-ISSN 2621-346X

Tabel 4. demikian melalui perbandingan yang disajikan


Tabel Cara Pembelajaran Dengan Kelompok tersebut memperlihatkan secara jelas bahwa
dan Diskusi Tanya Jawab cara pembelajaran pembentukan kelompok
No. Nilai Setiap Jumlah mampu menguatkan pengertian sampel
Sample Bagian terhadap materi mengenai Sila Ketiga dari
a b c Pancasila dari nilai sebesar 37,5% selanjutnya
1 3 3 4 10 berubah meningkat sebesar 92,5%.
2 4 3 3 10 Kemampuan melakukan analisis sampel dari
3 3 3 3 9 nilai sebesar 45% kemudian berubah meningkat
4 4 2 4 10 lebih baik menjadi 60% serta result dari
5 3 2 4 9 pembelajaran yang semula sebesar 27,5%
6 4 2 4 10 kemudian berubah menjadi sebesar 90%.
7 4 2 4 10 Apabila dalam hal tersebut ditarik kesimpulan,
8 4 3 3 10 maka cara pembelajaran pembentukan
9 4 2 3 9 kelompok dan melakukan diskusi menjadi jauh
lebih baik daripada cara pembelajaran ceramah
10 4 2 4 10
biasa.
Jumlah 37 24 36 97
Sumber: Dokumentasi penulis, 2020
Dengan demikian dapat disimpulkan
Dalam Tabel 4 di atas memperlihatkan bahwa penilaian kemampuan keberhasilan
kemampuan cara pembelajaran pembentukan dengan cara pembentukan kelompok pada
kelompok serta diskusi tanya jawab lebih baik sampel yang jumlahnya terbatas akan
daripada cara pembelajaran ceramah biasa memperlihatkan cara pembelajaran yang lebih
Apabila ditarik kesimpulan dengan melakukan baik daripada menggunakan cara ceramah
perhitungan rata-rata, maka kemampuan biasa. Perbedaannya terlihat dengan jelas,
pembelajaran ceramah sebesar 36 %, sedangkan sehingga cara pembelajaran dengan membentuk
cara pembelajaran dengan pembuatan kelompok dapat dilaksanakan pada jumlah
kelompok memperoleh nilai sebesar 80,8%. peserta yang lebih besar yang berasal dari kelas
Selanjutnya kemampuan pemahaman sampel sample tersebut dipilih secara acak. Tetapi
menggunakan cara pembelajaran ceramah, melalui result penelitian memperlihatkan
yaitu sebesar 37,5%, sedangkan cara pemahaman sample menjadi lebih baik. Namun
pembelajaran pembentukan kelompok melalui hasil penelitian memperlihatkan bahwa
memperoleh nilai sebesar 92,5%. Kemudian kemampuan melakukan analisa sampel hanya
kemampuan melakukan analisa sampel yang memperoleh skor sebesar 60% dari capaian
menggunakan cara ceramah, memperoleh nilai yang diinginkan, sehingga model pembelajaran
sebesar 45%, sedangkan cara pembelajaran ini harus diperbaiki kembali supaya tingkat
pembentukan kelompok memperoleh nilai kemampuan melakukan analisa sample menjadi
sebesar 60%. Apabila melihat result dari lebih baik juga. Setelah diperbaiki, selanjutnya
pembelajaran dengan cara ceramah, maka harus dilakukan penilaian lagi dengan teknik
memperoleh nilai 27,5%, sedangkan apabila seperti tersebut di atas.
menggunakan cara pembentukan kelompok, Apabila selanjutnya dengan dilaksanakan
maka memperoleh nilai sebesar 90%. Dengan cara pembentukan kelompok selama beberapa
waktu, maka harus diuji kembali apakah

8
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Journal of Civics and Education Studies
Vol. 7 No. 1 Maret 2020 p-ISSN 2302-0865 | e-ISSN 2621-346X

mungkin memiliki kekurangan. Bila terdapat dengan demikian diharapkan sample dapat
kekurangannya, maka harus diperbaiki lagi mengetahui bahwa dari pesan yang diterimanya
secepatnya. Sehingga setelah diperbaiki, pada gadget, mana yang merupakan pesan yang
selanjutnya dapat dipakai untuk peserta yang sesungguhnya dan mana pesan yang tidak benar
jumlahnya lebih besar lagi. atau hoax terutama juga mengandung element
Pengujian teknik pembelajaran dengan suku, ras, agama dan antar golongan (SARA).
cara memberikan pertanyaan berupa kuesioner Selanjutnya yang menjadi saran dari
kadang-kadang dalam memperoleh data peneliti, antara lain yaitu : pada hakikatnya
menjadi tidak tepat, sehingga penilaian sebagai bangsa Indonesia harus lebih
kemampuan pengertian terhadap Sila Ketiga menyadari bahwa bangsa Indonesia serta
Pancasila harus dinilai dengan menggunakan negara Indonesia adalah “satu” yang artinya
waktu yang sebenarnya, misalnya dalam bentuk tidak boleh terpisahkan dan tercerai berai oleh
jumlah menit atau jam dan result pembelajaran apapun juga. Walaupun memiliki berbagai
tidak dinilai melalui penggunaan kuesioner. macam perbedaan yang bukanlah merupakan
Akan lebih baik apabila menggunakan ujian penghalang bagi bangsa Indonesia untuk selalu
menggunakan media yang lebih baik dan dapat terus memperkokoh unsur rasa yang satu yang
dilaksanakan (Jumiati, Intan Ratna Sari Yanti, berupa semangat persatuan Indonesia. Bangsa
Sri Yayi, November 2017). Indonesia juga harus menyadari bahwa
persatuan Indonesia merupakan persatuan yang
Kesimpulan berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa
dan berperikemanusian yang adil dan beradab
Berlandaskan hasil penelitian perihal
dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
“Penguatan Sila Ketiga Pancasila Sebagai
kebijaksanaan dalam permusyawaratan
Solusi Untuk Menghadapi Penyebarluasan
/perwakilan serta memiliki sikap berkeadilan
Content Berunsur SARA Di Media Sosial”,
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sehingga
maka yang menjadi kesimpulan adalah dampak
dengan demikian hubungan kehidupan
dari postingan atau penyebarluasan berita dan
kebangsaan Indonesia menjadi tujuan bersama
pesan content yang bermuatan element suku,
dari rakyat Indonesia (Akobiarek, Etika
agama, ras dan antar golongan (SARA) melalui
Menjadi Warga Negara Pengantar Teori, 2018).
media sosial dapat memecah belah atau
menyebabkan terjadinya disintegrasi terhadap
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Referensi
Kemudian cara mengatasi penyebarluasan Adhiarso, dkk. (2017). Pemberitaan Hoax Di
berita dan pesan yang mengandung content Media Online Ditinjau dari Konstruksi
yang berisikan unsur tersebut di media sosial, Berita dan Respon Netizen. Jurnal Ilmu
maka kepada sample diberikan pengertian yang Komunikasi Universitas Sebelas Maret
mendalam baik melalui metode ceramah biasa Surakarta, Vol. 15 No. 3, 215-225.
dan penguatan pemahaman Sila Ketiga Akobiarek, E. M. (2017). Etika Berpancasilais
Pancasila dilakukan dengan menggunakan Pembentukan Karakter. Jakarta: STT-
metode pembentukan kelompok serta PLN Jakarta.
melakukan diskusi dengan melontarkan
berbagai pertanyaan dan jawaban. Sehingga

9
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Journal of Civics and Education Studies
Vol. 7 No. 1 Maret 2020 p-ISSN 2302-0865 | e-ISSN 2621-346X

Akobiarek, E. M. (2018). Etika Menjadi Warga Jumiati, Intan Ratna Sari Yanti, Sri Yayi.
Negara Pengantar Teori. Jakarta: STT- (2017). Pengembangan Model
PLN . Pembelajaran Berbasis Tutorial Bagi
Mahasiswa Teknik Mesin STT-PLN.
Andu, C. P. (2018). Efek Postingan SARA Di Jurnal Power Plant, Vol. 5 No. 1, 56 -
Media Sosial Terhadap Pertemanan . 63.
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Hasanudin, Vo. 4 No. 1, 1- Rahadi, D. R. (2017). Perilaku Pengguna Dan
10. Informasi Hoax Di media Sosial. Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan
Anwar, F. (2017). Perubahan dan Permasalahan Universitas Merdeka, Malang Vol. 5
Media Sosial. Jurnal Muara Ilmu No. 1, 58.
Sosial, Humaniora dan Seni, Vol 1 No.
1, 137-144. Setijo, P. (2016). Pendidikan Pancasila
Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa.
Cahyono, A. S. (2016). Pengaruh Media Sosial Jakarta: PT Grasindo.
Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat
Di Indonesia. Jurnal Ilmu Sosial dan Shofu, A. M. (2016). Memaknai Kembali
Ilmu Politik, 140. Multikulturalisme Indonesia Dalam
Bingkai Pancasila. JPK : Jurnal
Evelina, L. W. (2015). Analisis Isu S (Suku) A Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol.
(Agama) R (Ras) A (Antar Golongan) 1, No. 1, 34-40.
Di Media Social Indonesia. Jurnal Ilmu
Komunikasi, Vol VII, No. 1, 107-122. Siregar, C. (2014). Pancasila, Keadilan Sosial
dan Persatuan Indonesia. Jurnal
Hanafi. (2018). Hakikat Nilai Persatuan Dalam Humaniora, Vol 5 No. 1, 107-112.
Konteks Indonesia (Sebuah Tinjauan
Kontekstual Positif Sila Ketiga
Pancasila). Jurnal Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol.
3 No. 1, 56-63. .

10

Anda mungkin juga menyukai