Anda di halaman 1dari 42

REFERAT

“ADOLESCENT IDIOPHATIC SCOLIOSIS”

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat

dalam Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian

Orthopedi di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam

Pembimbing:
dr. Rico Alexander, Sp.OT

Disusun oleh :

Khemal Mubaraq (2008320012)


Raychan Fahira (2008320016)
Budi Subhana Maulana
Ibrahim Tambunan (2008320017)
Sabrina Budiarti (2008320024)
Cut Nyak Nahdah (2008320025)

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ORTHOPEDI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DELI SERDANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia- Nya yang memberikan kesehatan dan kesempatan bagi
penulis sehingga dapat menyelesaikan referat ini tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Rico
Alexander, Sp.OT selaku supervisor yang telah memberikan arahan dalam
penyelesaian referat ini. Judul referat ini ialah mengenai “Adolescent Idiophatic
Scoliosis”. Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah untuk memberikan
informasi mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan adolescent
idiophatic scoliosis. Dengan demikian diharapkan dapat memberikan kontribusi
positif dalam sistem pelayanan kesehatan secara optimal.

Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis dengan senang hati akan menerima segala bentuk kritikan
dan saran-saran yang bersifat membangun sehingga nantinya dapat memberikan
manfaat bagi referat ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 12 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

BAB II ADOLESCENT IDIOPHATIC SCOLIOSIS


2.1 Definisi 2

2.2 Epidemiologi 2

2.3 Etiologi 2

2.4 Patofiologi 4

2.5 Progresifitas 5

2.6 Klasifikasi 6

2.7 Gejala Klinis 12

2.8 Pemeriksaan Fisik 13

2.9 Pemeriksaan Penunjang 22

2.10 Diagnosis Banding 27

2.11 Penatalaksanaan 28

2.12 Komplikasi Pembedahan 36

BAB III KESIMPULAN 37

3.1 Kesimpulan 37

DAFTAR PUSTAKA 38
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Idiophatic scoliosis merupakan penyebab deformitas vertebra paling banyak, 80%
semua kasus skoliosis adalah idiophatic scoliosis. Prevalensi infantil dan juvenile
idiophatic scoliosis lebih rendah dibanding adolescent idiophatic scoliosis. Infantil
scoliosis banyak ditemukan di daerah Eropa, prevalensinya sekitar 1 % kasus idiophatic
scoliosis. Sedangkan juvenile idiophatic scoliosis sebesar 10-20 % kasus, lainnya sekitar
80-90 % kasus adalah adolescent idiophatic scoliosis. Tipe skoliosis berdasarkan umur
pada saat anak merasakan adanya kelainan pada tulang belakangnya.
Adolescent idiophatic skoliosis (AIS) menurut definisi terjadi pada anak-anak di
atas usia 10 tahun hingga maturitas tulang. Pada adolescent idiophatic scoliosis
prevalensi besar sudut >10°, perempuan lebih banyak dibanding laki-laki dengan
perbandingan 4:1. Pada kurva yang lebih besar yaitu > 30° perbandingan perempuan
dibanding laki-laki sebesar 10:1. Adolescent idiopathic scoliosis merupakan deformitas
struktural tigadimensi yang terjadi pada pasien selama masa pubertas, dimana
penyebabpastinya tidak diketahui. Pada pasien tertentu, AIS dapat berkembang
secaraprogresif sehingga menyebabkan gangguan kosmetik (kedua bahu danpanggul
tidak simetris) bahkan gangguan fungsi organ (cardiorespiratory)karena pergeseran
volume rongga dada. Untuk mencegah progresivitas makakita harus mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi progresivitas scoliosis tersebut, serta dapat mendeteksi AIS
secara dini melalui program screening sehingga pilihan tindakan untuk observasi, terapi
latihan, bracing maupun surgery dapat ditentukan secara cepat dan tepat. Oleh karena itu,
referat ini bertujuan memberikan gambaran tentang AIS untuk memungkinkan kita
mengenali kondisi ini dan memulai lebih awal pengobatan, dengan demikian
mengoptimalkan hasil pasien.

1
BAB II
ADOLESCENT IDIOPHATIC SCOLIOSIS

2.1 Definisi
Adolescent Idiophatic Scoliosis (AIS) adalah kelainan struktural, lateral, rotasi
dari curva tulang belakang yang muncul pada anak-anak yang sehat pada usia setelah
pubertas.

2.2 Epidemiologi
Dijumpai prevalensi Adolescent Idiopathic Scoliosis (AIS) sebesar 0.47-5.2%.
Prevalensi dan keparahan kurva lebih tinggi dilaporkan pada anak perempuan
dibandingkan laki-laki. Rasio perempuan dan laki-laki ini semakin meningkat dengan
bertambahnya usia.

2.3 Etiologi

Faktor Genetic

Peran faktor-faktor genetik atau keturunan yang berperan terhadap terjadinya


idhiopathic scoliosis telah dilaporkan secara luas. Pengamatan klinis serta populasi studi
telah mendokumentasikan scoliosis dalam keluarga, dengan prevalensi lebih tinggi pada
dengan
kalangan memiki riwayat idhiopathic scoliosis dikerabatnya daripada dalam
populasi umum.13

Efek Melatonin

Variasi diurnal dari level melatonin tampaknya penting dalam menentukan efek
faktor ini pada perkembangan idiopatik scoliosis. Pasien dengan idiopathic scoliosis
mungkin diharapkan terjadi penurunan yang cukup besar untuk melatonin.Tidak ada
bukti bahwa pasien dengan idiopathic scoliosis memiliki ketidakmampuan untuk
membentuk melatonin. Dengan demikian, jika terjadi penurunan kadar melatonin sebagai
faktor dalam perkembangan scoliosis, hal ini terjadi karena perubahan dalam hal sintesis
melatonin atau pengendalian produksi melatonin. Melatonin memainkan peranan
sekunder (langsung atau tidak langsung) dalam perkembangan idhiopathikscoliosis.13

2
Efek Jaringan Penyokong
Kolagen dan elastis fiber adalah elemen-elemen utama dalam struktur pendukung
tulang belakang dan telah menjadi focus yang berhubungan dengan patofisiologi
idiopathic scoliosis. Karena scoliosis merupakan karakteristik fenotipik banyak
berhubungan dengan gangguan jaringan ikat, seperti sindrom marfan, hipotesis bahwa
adanya gangguan dalam jaringan ikat merupakan faktor penyebab idiopatik scoliosis
adalah masuk akal. Banyak peneliti mengakui bahwa kelainan yang dilaporkan dari
unsur-unsur yang berpengaruh terhadap idiopathic scoliosis kemungkinannya memiliki
pengaruh sekunder terhadap kekuatan structural scoliosis itu sendiri.13

Kelainan Otot Rangka


Tidak ada kesimpulan yang pasti dapat dicapai dengan keterlibatan etiologi dari
kelainan otot rangka.13

KelainanTrombosit
Kelainan ini muncul berhubungan dengan kerusakan dalam membran sel dan
termasuk peningkatan kadar intraselular kalsium dan fosfor, penurunan aktivitas protein
kontraktil intraselular, penurunan agregasi trombosit, peningkatan jumlah intraselular
dens bodi, jumlah besar sel-sel metallophilic, lebih tinggi muatan negatif permukaan
trombosit, meningkatkan aktivitas calmodulin, abnormal struktur peptide rantai myosin,
dan penurunan jumlah situs alpha-2 adrenergik reseptor di platelet. Perubahan pada
morfologi dan fisiologi platelet memungkinkan terjadi kerusakan membran sel pada
pasien dengan idiopathic scoliosis.13

Role of Growth and Development


Pengendalian terhadap pertumbuhan sangatlah kompleks dan melibatkan interaksi
banyak hormon dan growth faktor.Ini termasuk seperti hormon tiroksin, hormon seksual,
growth hormon dan yang seperti releasing faktor; berbagai growth faktor; dan Modulator
seperti calmodulin.Efek Melatonin mungkin tidak sepenuhnya terpisah dari sumbu
growth hormon. Selanjutnya, melatonin dengan alasan yang kuat telah menunjukan dapat
merangsang secara independen terhadap produksi insulin-like growth factor-1; oleh
karena itu, melatonin mungkin memiliki kapasitas untuk mempengaruhi pertumbuhan
secara independen pada growthhormon.13

3
Faktor Biomekanik

Sifat mekanik dari jaringan tulang belakang, alignment tulang belakang, loading
abnormal (baik melalui kekuatan atau displacement) dan cara bagaimana bahwa tulang
belakang mensuport tubuh mungkin dapat berpengaruh dalamperkembangan scoliosis.
Proses dinamis ini mungkin juga menyebabkan perkembangan scoliosis dengan struktur
biomekanis tulang belakang normal. Penelitian berupaya untuk memvalidasi konsep ini
yang dimana telah dimulai baru baru ini.13

2.4 Patofisiologi
Beberapa teori mekanisme intrinsik dan ekstrinsik berperan dalam etio-patogeneis
dari AIS. Faktor intrinsic meliputi biomekanik dan pertumbuhan dari spine. Faktor
ekstrinsik meliputi genetik, neuromuskular, dan metabolik.
Biomekanik tulang belakang sepenuhnya tegak lurus pada manusia mengarah ke
pola pemuatan tulang belakang manusia yang unik. Tulang belakang manusia terdiri dari
konstruksi yang kurang stabil secara rotasional sehingga lebih rentan untuk berkembang
terjadinya kelainan rotasi progresif, termasuk AIS. Postur manusia sepenuhnya tegak dan
ambulasi bipedal dengan pusat gravitasi langsung di atas panggul sangat berbeda dari
spesies lainnya. Sedangkan dalam arsitektur tulang belakang tidak ada perbedaan pada
manusia. Secara umum, sama memiliki pelat dasar tulang belakang dan diskus untuk
mempertahankan sumbu aksial dan posterior dimana terdapat sendi faset synovial dan
tonjolan untuk perlekatan otot dan ligamen yang berfungsi menahan beban geser yang
diarahkan ke anterior.
Sejumlah faktor berperan pada dominasi kurva toraks sisi kanan pada skolosis
idiopatik, khususnya pertumbuhan asimetris dari tulang rawan neurosentral, asimetris dari
organ thorax maupun abdomen, dan dominansi kidal pada populasi. Osifikasi asimetris
dari epifisis neurosentral sebagai proses pertumbuhan aktif, menghasilkan pertumbuhan
pedikel yang asimetris, sehingga mengakibatkan deformitas rotasional.
Penyakit neuromuskular yang berjalan terus menerus dapat mengakibatkan
perkembangan dari scoliosis. Skoliosis idiopatik awalnya merupakan bentuk berat dari
gangguan neuromuskular. Pasien skoliosis lebih buruk memiliki kemampuan
mempertahankan keseimbangan postural selama berdiri dan bergerak, serta memiliki
goyangan lateral yang lebih besar. Keseimbangan postural merupakan interaksi yang

4
kompleks dihasilkan dari input sensorik dari organ vestibular, visual, neuron
proprioseptif perifer dan kontrol motorik.

2.5 Progresifitas

Faktor-faktor tertentu yang berkaitan dengan progresifitas:


1. Sex
Progrsifitas lebih sering pada wanita
2. Age
Duval-Beaupere, terdapat hubungan antara progresifitas dgn usia, progrsifitas
meningkat pada onset laju pertumbuhan remaja.
3. Menarche
Progresifitas berkurang setelah menarche, Lonstein dan Carlson, 32% dengan
kurva progresif dan 68% dengan kurva nonprogressive pada mereka yang
mengalami menarche visite pertama
4. RiserSign
Tanda Risser Iliaka apophysis ossification berhubungan dengan
progresifitas.Secara radiografi tampak tanda skeletal maturity. Apophysis tulang
rawan mengalami ossifikasi dari anterior menuju posterior, dan Risser membagi
osifikasi ini menjadi empat bagian, 1 sampai dengan 4, 0 tidak tampak ossifikasi
dan 5 telah terjadi fusion ossifikasi pada cap sampai illium. Insiden progresifitas
terbukti berkurang saat dimana tanda Rissermeningkat
5. Curve Pattern
Insiden progresifitas berkaitan dengan pola dari kurva.Secara umum, kurva ganda
progresifitas lebih sering daripada satu kurva.Kurva yang memiliki insiden
progresifitas tertinggi biasanya adalah pola toraks ganda, pola toraks dan lumbar
ganda dan kurva tunggal yang tepat pada toraks. Kurva dengan insidens terendah
perkembangan adalah kurva tunggal pada lumbar
6. Curve Magnitude
Angka kejadian progresifitas meningkat dengan seiring meningkatnya derajat
besarnya kurva

5
2.6 Klasifikasi
• Klasifikasi Kurva
Pola Kurva
Pola dari kurva menggambarkan lokasi anatomi, jumlah dan arah kurva.Kurva
dapat berlokasi pada upper thoracic, mid-thoracic, thoracolumbar dan mid-
lumbar regions. Arah curva ditentukan oleh covex dan concave side dari curva.
Curva kanan memiliki concavity pada kiri pasien dan convexity pada kanan
pasien dan sebaliknya pada curva kiri.

Besarnya Kurva
Hasil dari bending radiograph menentukan apakah kurva merupakan kurva
major (structural) atau minor (non-struktural). Sisi kiri dan kanan dari bending x
rays adalah umunya diambil dalam posisi supine jadi jumlah dari flexibilitas
spinal colum dapat ditentukan. Tekanan manual atau traksi minimal mungkin
dapat dilakukan selama proses bendingradiograph.

• Klasifikasi King
King Klasifikasi sering digunakan untuk menggambarkan system scoliosis pada
thoracic scoliosis.King Klasifikasi diperkenalkan pada tahun 1983, yang
mendefinisikan 5 jenis idhiophatic scoliosis.

6
1. King tipe I

Menunjukkan kurva berbentuk S menyeberangi garis tengah kurva thoraxic


dan kurva lumbar.Kurva lumbar lebih besar dan lebih kaku daripada kurva
toraks.Kedua kurva cenderung structural dan sering merupakan true doble
major kurva. Indeks fleksibilitas dalam bending radiograf adalahnegatif.2,14
2. King tipeII
Menunjukkan sebagai bentuk S melengkung dimana keduanya yaitu toraks
sebagai kurva major dan lumbar sebagai kurva minor menyeberangi garis
tengah. Disebut juga false double major, walaupun kurva lumbar lebih
flexible dan tidak mengalami deviasi dari central line sebanyak kurva
thoracic. Kurva toraks adalah lebih besar.2,14
3. King tipeIII
Menunjukkan kurva toraks dimana kurva lumbal tidak menyeberangi garis
tengah. Merupakan tipe AIS yang paling sering ditemukan .kebanyakan
adalah structural.2,14
4. King tipeIV
Menunjukkan kurva thorax yang panjang dimana vertebra ke 5 lumbalis
berpusat diatas sakrum, tapi vertebra ke 4 lumbalis sudah angled ke arah
kurva. Banyak dari kelainan tipe ini memiliki kelainan sagital plane yang
terdiri dari severe thoracic lordosis dan thoracolumbar kyposis.2,14
5. King tipeV
Menunjukkan double kurva pada toraks dimana sudut toraks vertebra pertama
(Th1) mengalami convexity di atas kurva. Component thoracic yang paling
atas mungkin extend sampai tulang belakang cervical. Kurva yang tinggi
biasanya mengarah ke kiri dan sering selalu merupakan structural. Pasien
dengan kelainan tipe ini mungkin memiliki penonjolanan bahu kiri.2,14

Kerugian dari sistem King klasifikasi:


1. Profil sagital tidak termasuk dalamevaluasi
2. Jadi yang disebut double dan triple kurva major (bentuk scoliosis dengan dua
atau tiga kurva major) tidak termasukdidalamnya.14

7
• Klasifikasi Lenke

Pada tahun 2001, Lenke memperkenalkan sistem baru untuk klasifikasi


idiophatic scoliosis yang jauh lebih kompleks daripada sistem King klasifikasi.
Penentuan jenis scoliosis berdasarkan four long cassette radiograph (standing
posteroanterior, standing lateral, kanan dan kiri supine bending films), jenis kurva
ditentukan oleh lokalisasi, derajat, dan fleksibilitas yang termanifestasi pada
kurva. Apex kurva didefinisikan sebagai berikut untuk tujuanlokalisasi:
• Lokalisasi upper toracic → kurva apex antara Th2 danTh6
• Lokalisasi toraks → apex kurva antara Th6 dan diskus
intervertebral Th11/12
• Lokalisasi thoracolumbar → apex kurva antara Th12 danL1.14
Sistem klasifikasi yang digunakan untuk menilai entitas klinis,
memungkinkan ahli bedah untuk merekomendasikan perawatan yang spesifik dan
memungkinkan membandingkan metode pengobatan yang berbeda. Scoliosis
dikelompokkan menurut tipe curve (1 sampai 6) dikombinasikan dengan lumbar
spine modifer (A, B, atau C) dan sagital thoracic modifier (-, N, atau +). Kurva
pada toraks, yang mana puncak terletak antara 2nd thoracic vertebral bodi dan
11th/12th thoracic intervertebral disc, yang termasuk dalam kurva thorax proximal
dengan puncak pada 3rd, 4th atau 5th level toraks dan curva utama toraks dengan
puncak antara toraks bodi 6th dan 11th dan 12th toraks disc. Puncak dari kurva
thoracolumbar terletak di antara batas cephalad dari vertebra toraks 12th dan batas
caudad vertebra lumbalis 1st. Puncak dari kurva lumbal terletak antara 1st dan 2nd
lumbalis diskus dan batas caudad pada vertebra lumbalis 4th.15

Curve Type

Untuk menentukan curve type, lenke system membagi spinal column ke


dalam 3 region: proximal thoracic (PT) apex pada T3/T4/T5, Main thoracic (MT)
apex diantara T6 dan T11-12 disc, dan thoracolumbar/lumbar (TL/L) apex pada
T12/L1 untuk kurva thoracolumbar dan L1-2 disc dan L4 untuk kurva lumbar.
Regional curves lebih jauh lagi dibagi menjadi major curve (curva dengan hasil
pengukuran cob angle terbesar) dan minor curve.Penampang coronal dan sagital
keduanya dievaluasi untuk flexibilitas pada bending films. Criteria untuk
menentukan structural/non structural pada minor curva pada kedua penampang
8
adalah sebagai berikut:2
Spinal Collum Region Coronal Sagital Axial

Proximal Thoracic (PT) ≥ 25⁰ T2 – T12 ≥+ 20⁰ NA

Main Thoracic (MT) ≥ 25⁰ T10 – L2 ≥+ 20⁰ NA

Thoracolumbar/Lumbar (TL/L) ≥ 25⁰ T10 – L2 ≥+ 20⁰ >1

Tabel Criteria menentukan curva struktural minor pada kedua penampang.2

Berikut adalah 6 tipe dari curva yang dibentuk dengan methode


classification ini:15

Gambar Curve type dari Lenke classification.15,19

9
Lumbar Spine Modifier (A,B, Or C)
Ketika intervensi operasi sedang dipertimbangkan, derajat dari kelainan
lumbal harus dinilai karena hal ini mempengaruhi keseimbangan tulang belakang
dan mempengaruhi kurva proksimal.Tiga jenis dari kelainan lumbal didefinisikan
berdasarkan hubungan dari center scaral vertical line menuju kurva lumbal yang
dinyatakan dalam radiograf koronal.Center sacral vertical line harus membagi
dua aspek cephalad dari sakrum dan harus tegak lurus sampai horizontal
sebenarnya. Modifier A dapat digunakan hanya untuk Main Thoracic Curve (Tipe
1 sampai 4) dan tidak dapat digunakan untuk menentukan kurva
Thoracolumbar/Lumbar (Tipe 5 dan 6).Hal tersebut juga tidak boleh digunakan
ketika The Center Sacral Vertical Line jatuh langsung berlawanan/terhadap
medial aspek dari lumbal apikal pedicle. Tiga lumbar modifier dapat digunakan
untuk mendefinisikan alignement dari tulang belakang lumbar dalam kaitannya
dengan enam jenis kurva, dan mereka dapat digunakan untuk menilai posisi
tulang belakang lumbalis setelah intervensioperasi.15

Gambar Aturan dalam lumbar spine modifier.15

Terdapat 3 lumbar modifier:

• Modifier A → CVSL (Center Vertical Sacral Line) terletak diantara


pedicles sepanjang jalan sampai pada stablevertebra

• Modifier B → CSVL jatuh antara batas medial dari concave pedicle dan
10
garis sisi concave dari vertebral bodi pada apex daricurve

• Modifier C → CSVL terletak paling medial menuju concave aspect dari


apicalvertebra.2

Sagittal Thoracsic Modifier (-,N, Or +)

Rata-rata normal sagittal toraks alignment dari 5th sampai 12th vertebra
toraks adalah 30⁰ dengan range dari 10⁰ - 40⁰.Pasien yang menderita adolescent
idiopatik scoliosis cenderung menurun dalam hal toraks kyphosis atau bahkan
toraks lordosis dibandingkan dengan kontrol normal.Sagital Thoracic modifier
ditentukan dengan pengukuran dari superior end plate vertebra toraks 5th sampai
inferior end plate vertebra thoracic ke 12th pada radiograf dengan posisi lateral
berdiri. A minus (-) adalah tanda (hypokhyposis) mengidentifikasi bahwa derajat
kurva kurang dari +10⁰, N (normal kyphosis) mengidentifikasi kurva dari 10⁰ -
40⁰, dan tanda plus (+) (hyperkyphosis) mengidentifikasi kurva yang lebih dari
40⁰. Sagital thoracic modifier ini memiliki indikasi yang sangat berguna dalam
membentuk/merencanakan modalitas treatment untuk thoracic sagittal plane.2,15

Gambar Sagittal Thoracic Modifier

11
2.7 Gejala Klinis
Penilaian klinis pasien AIS dimulai dari anamnesis secara menyeluruh dan
terperinci. Perhatian detail pada demografi termasuk usia, jenis kelamin, status
menstruasi, dan keperluan awal mencari evaluasi medis.
Deformity adalah gejala yang biasanya tampak: jelas tampak condong belakang
atau tulang rusuk punuk di kurva toraks, dan penonjolan asimetris dari satu pinggul
dalam kurva thoracolumbar. Kadang-kadang keseimbangan kurva terlewati tanpa
diketahui sampai dewasa tampak dengan gejala sakit punggung. Dimana program
skrining sekolah dilakukan, anak-anak akan disebut dengan deformity yang sangat minor.

Nyeri adalah keluhan langka dan harus perlu di waspadai oleh dokter untuk
kemungkinan adanya tumor saraf dan perlunya MRI.Scoliosis pada anak- anak adalah
sebuah bentuk deformity tanpa rasa nyeri.Scoliosis dengan rasa nyeri menunjukkan
tumor tulang belakang sampai terbuktisebaliknya.

Mungkin adanya riwayat keluarga scoliosis atau catatan beberapa kelainan selama
kehamilan atau persalinan; developmental milestones awal harus diperhatikan.

Rongga dada harus benar-benar terexpose dan pasien diteliti dari depan, belakang
dan sisi samping. Pigmentasi kulit dan anomali kongenital seperti sakralis dimples atau
gumpalan rambut yang juga perlu dicari.

Tulang belakang mungkin jelas menyimpang dari garis tengah, atau ini mungkin
menjadi jelas hanya ketika pasien membungkuk ke depan (Tes Adams). Level dan arah
sifat cembung dari kurva major perlu dicatat (misalnya „right toraks‟ berarti kurva di
tulang belakang dada dan cembung kearah kanan).Pinggul (pelvis) menjulur keluar di sisi
cekung dan tulang belikat pada sisi cembung.Payudara dan bahu juga mungkin
asimetris.Dengan toraks scoliosis, rotasi menyebabkan sudut tulang rusuk ke luar atau
menonjol, sehingga menghasilkan asimetris rusuk pada punuk di sisi cembung kurva.
Dalam deformity yang seimbang maka occiput adalah di atas/melebihi garis tengah;
dalam keadaan tidak seimbang (atau decompensated) kurva ini occiput tidak melebihi
garis tengah. Ini dapat ditentukan lebih akurat dengan menjatuhkan plumbline dari
tonjolan proses spinosus C7 dan mencatat apakah itu jatuh sepanjang gluteal cleft.9

12
2.8 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Orthopaedic pada pasien scoliosis harus detail. Anamnesa riwayat
yang hati-hati dan termasuk pertanyaan seperti usia, gender, mengamati cara berjalan,
nyeri, gejala neorologis, riwayat keluarga, growth spurth dan menarche. Usia, untuk
menilai kematangan, dan oleh karena itu kedepannya berguna dalam menentukan risiko
progresifitas. Cara berjalan, tanda-tanda penyakit saraf, seperti ataksia; mencari atalgic
gait.Rasa nyeri, mungkin timbul selama fase progresifitas yang cepat, perlunya
mengamati lebih dekat untuk kesempatan intervensi (bracing), atau mungkin tanda dari
penyakit saraf yang mendasari.Semua penyakit yang diketahui berhubungan dengan
banyaknya kasus scoliosis (penyakit jaringan ikat, gangguan neorologis) harus
dikesampingkan.Setelah anamnesa riwayat selesai, maka perlu dilakukan pemeriksaan
fisik. Pemeriksa harus melihat keseluruhan pasien dari depan, sisi samping dan belakang,
mencatat adanya (1) asimetri scapular dan penonjolan unilateral, (2) asimetri pada
pinggang, (3) level bahu, dan (4) asimetri dalam jarak antara lengan dan pinggang.5,16

Pemeriksaan Fisik SecaraVisual

Mencari tanda trauma, blister, bekas luka, perubahan warna, kemerahan, memar,
benjolan, hairy patch, cafe au lait spot, bantalan lemak dan tanda lainnya. Selanjutnya,
menginstruksikan pasien untuk berdiri dengan postur normal.Lihat tulang belakang dari
sisi lateral, dan menilai kelengkungan toraks dengan normal kyphosis (Gambar 18). Lihat
tampilan dari belakang, perhatikan penurunan bahu kanan, penonjolan dari scapular
melewati thorax kanan, penurunan jarak antara lengan dan thorax yang kanan, dan
peningkatan jarak antara lengan kiri dan thorax. Panggul kiri tampak lebih tinggi dari
kanan, tetapi ini adalah karena flank full ness pada sisi kanan dan flank depression
disebelah kiri. Level panggul dan high hip‟ sering tampak jelas.5,7

13
(A) (B)

Gambar (A) Tampak posterior dari pasien dengan scoliosis.Tampak peninggian


scapular kiri dan spinal curvature. Tampak flank asimetri, cleft pada sisi concavity (tanda
panah). (B) Salah satu cara menentukan spinal balance

Evaluasi Deformitas

Untuk melakukan evaluasi deformitas yang sesuai, pemeriksaan tertentu harus


digunakan; Selain itu, Anda harus mencatat historis tertentu yang berkaitan dengan
skeletal maturity dan pertumbuhan (terutama dalam adolescent idiophatic
scoliosis).Risiko tertinggi terjadinya progresifitas adalah apabila terjadi deformitas
selama kecepatan maximum pertumbuhan skeletal.Ini terjadi 6 bulan sebelum dan 6
bulan setelah menarche pada perempuan.Anak laki-laki, hal ini lebih sulit dihubungkan
dengan peristiwa ini.dengan demikian, kematangan dinilai tidak langsung oleh
perkembangan rambut kemaluan dan pertumbuhan ukuran.7
Selain memeriksa kelengkungan kurva, ketinggian bahu harus diukur A).
Menentukan spinal balance dalam dua cara. 1) Garis plumb diukur dengan
menggantungkan beban pada tali dari spinosus C7. Garis ini harus melewati tengah
tengah gluteal fold. Penyimpangan ke kanan atau ke kiri diukur dalam sentimeter dan

dicatat sebagai koronal dekompensasi pada setiap arahnya. Penyimpangan lebih dari 2
cm dari natal cleft adalah sesuai idiophatic scoliosis dan mungkin tanda penyakit saraf

14
yang mendasari mengidentifikasi titik tengah punggung pada level lebar maksimum dari
thorax, dan menentukan penyimpangan dari natal cleft. Ini adalah mengukur daritruncal
dekompensation. Itu dilihat pada satu kurva lebih sering daripada dalam kurva ganda dan
ini merupakan faktor risiko dariprogresifitas.7,16
(A) (B)

Gambar (A) evaluasi ketinggian bahu.Levelnya harus ditempatkan tepatnya melewati


shoulder di puncak scapula, catat shoulder yang mengalami elevasi. (B) Plumb line di
jatuhkan dari tonjolan vertebra C7 harus jatuh pada gluteal cleft untuk perfect sagittal
balance, pengukuran harus dibuat berapa centimeter kearah kiri/kanan plumb line
jatuhnya dari C7 berguna untuk pengukuran coronal balance

Fleksibilitas dari setiap deformitas scoliosis harus dievaluasi dari sisi yang
membungkuk, dengan pemeriksaan deformity correctability, sebaiknya menerapkan
traksi (atau unweighting untuk kurva).Adam forward-bending test membantu untuk
menentukan jika ada penonjolan toraks atau lumbal, serta rotasi tulang belakang
(skoliosis). Penonjolan diukur oleh Skoliometer, yang memberikan bacaan sudut, atau
mengukur tinggi penonjolan langsung dan direkam dalam sentimeter.7

15
(A) (B)

Gambar A) menilai spinal flexibility dengan tiga point bending untuk menilai
korektibilitas dari curvature scoliosis.(B) menilai korektabilitas curva tanpa beban spinal
dengan mengangkat pasien dari bawah axilla. Ini sesuai dengan traction maneuver untuk
melihat seberapa koreksi yang dihasilkan dengantraksi

(A) (B) (C)


Gambar (A) Adam Forward Bending Manuver; Scoliometer. (B) mengukur sudut
dari penonjolan dengan scoliometer. Dilaporkan dengan membandingkan derajat pada
sisi elevasi dengan tidak elevasi. (C) menggunakan level (cm) untuk estimasi elevasi
pada rib hump

Melihat pembungkukan kedepan dari sisi lateral membantu evaluasi thoracic


kyphosis. Pemeriksa harus mencari penonjolan dari thoracic spine yang menyiratkan
kyphosis. korektabilitas atau fleksibilitas toraks kyphosis diuji dengan cara pasien
mengextensikan tulang belakang dada. Semua tes ini dimaksudkan untuk dokumentasi
dan mengevaluasi toraks scoliosis dan kyphosis.7

16
(B)

(C)

(A)

Gambar (A) Estimasi dari sagittal curvature dan kypotic angulation tampak nyata
dengan pasien bend forward dan evaluasi dari lateral thoracic kyposis. (B) Thoracic
kyphosis evaluation. (C) Thoracic kyphosis dengan apex kira kira pada vertebra T8

GambarEvaluasi flexibilitas thoracic kyphosis dengan pasien extension. Ini dapat


membedakan antara postural kyphosis dan fixed structural kyposis

17
Pengukuran leg length, circumference dan straight leg raising (SLR) test yang
harus dilakukan.kakunya hamstring dan spasme disertai dengan low back pain mungkin
merupakan manifestasi dari spondylolisthesis. Pemeriksaan neorologis yang lengkap dan
hati hati, terutama ekstremitas bagian bawah.Mengevaluasi fungsi sensorik dan motorik
dari tungkai bawah. Mengevaluasi refleks, termasuk patellar ligamen dan achiless tendon,
dan abdominal refleks.5,16

Gambar Straight-leg raising test. Lutut dipertahankan lurus maksimal ketika kaki
diangkat keatas; catat jika pasien mengeluh kaku dan nyeri didaerah pantat – hal ini
normal terjadi 80⁰ - 90⁰

Gambar Leg length paling akurat diukur dari SIAS menuju tip medial maleolus

(A) (B)

Gambar (A) kekakuan dari otot hamstring, pectoral muscle dan heel cords
harus dicatat. (B) selalu di evaluasi hip flexioncontracture

18
(A) (B)

Gambar (A) Kejadian hipertropi atau atropi harus dibedakan dan dicatat. (B)
evaluasi neurologis yang lengkap harus dilakukan pada setiap pasien

Palpasi

Dimulai dengan palpasi secara keseluruhan perhatikan suhu permukaan sekitar


tulang belakang dengan menggunakan punggung tangan. Bandingkan satu sisi dengan
yang lain. Perhatikan daerah berkeringat atau rasa sakit, dan perlu lebih perhatian ketika
melakukan palpasi pada daerahini

Processus Spinosus
Untuk meraba proses spinosus vertebra thorakalis, dimulai dengan mencari C7-
T1. Ini paling menonjol prosesus spinosus dan dapat dengan mudah ditemukan dengan
menjalankan jari ke bawah garis tengah leher saat flexi. Penempatan ibu jari tangan
setiap di proses spinosus dan mulai meraba, dengan arah ke caudal, sampai anda telah
meraba raba melewati tulang rusuk. Perhatikan misalignement apapun, kelengkungan,
benjolan, nyeri, nyeri tekan, danpembengkakan.7

(B) (B) (C)

19
Gambar (A) Palpasi dari processus spinosus dan paraspinal curva pada thoracic
spine. (B) Palpasi dari upper thoracic spine. (C) Palpasi pada thoracic spine, include
facet joint

Fascet Joints

Untuk meraba fascet joint vertebra thorakalis, instruksikan pasien untuk benar
benar relax. Dimulai dengan mencari C7 atau T1. Pindahkan jari-jari anda ke lateral dari
proses spinosus, rasakan untuk fascet joint berada diantara vertebra. Dilanjutkan palpasi
ke bagian caudal ke ujung vertebra thorakalis.Catatan Jika ditemukan nyeri tekan. Meraba
tulang rusuk, artikulasi costovertebral, dan sepanjang daerah intercostals, mencari
sensitivitas atau rangsangannyeri.7

(A) (B)

Gambar (A) Facet joint thorax, dengan thoracic nerve keluar dibawah pedicle,
dan ini hubungannya dengan facet joint. (B) palpasi dari thoracic facet joint

Movement ActiveMovement

Bending Forward

Meminta pasien untuk membungkuk dan menyentuh jari-jari kaki tanpa menekuk
lutut.Catat fluiditas/irama dan pembatasan gerakan. Melakukan hal ini baik dari posisi
berdiri.7

Bending Backward

Untuk memeriksa ekstensi toraks, meraba prosesus spinosus T12 dan


L1.Menginstruksikan pasien untuk sepenuhnya mengextensikan tulang belakang dengan

20
membungkuk ke belakang. Tempatkan satu tangan di belakang pasien untuk mendeteksi
titik di mana ekstensi tulang belakang bergerak ke vertebra lumbalis.7

Side Bending

Untuk menguji aktif membungkuk ke sisi lateral, meminta pasien untuk


membungkuk ke sisi kiri dan kemudian ke sisi kanan. Catat apapun atau keterbatasan
dalam gerakan.7

Trunk Rotation

Badan toraks rotasi terjadi dengan pasien duduk dengan menyilangkan tangan
dan tangan bertumpu pada bahu yang berlawanan. Baji atau blok adalah ditempatkan di
bawah pantat pasien di sisi sedang diuji. Ketinggian pantat akan mengunci tulang
belakang lumbalis di sisi membungkuk kontralateral dan mengalami rotasi ipsilateral.
Menginstruksikan pasien untuk memutar sejauh mungkin ke sisi dimana blok adalah
ditempatkan. Tulang belakang leher tidak diputar. Catat setiap rasa sakit atau
keterbatasan dalam gerakan.7

(A) (B) (C) (D)

Gambar (A) Bending forward. (B) Bending backward. (C) Side bending. (D)
Trunk rotation

21
2.9 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi merupakan dasar dari evaluasi penderita selam presetasi
awal dan pemantauan efek terapi. Hasi yang didapat dari pemeriksaan adalah:

• Evaluasi Rontgen

Evaluasi roentgenographic pada anak dengan kelainan tulang belakang adalah


penting. Dalam anak usia kecil, seluruh tulang belakang dan panggul dapat
divisualisasikan film 14 x 17 inci (36 x 43 cm). Dalam anak-anak dan remaja, film
yang diperlukan lebih panjang 14 x 36 inci (36 x 91 cm). Seluruh tulang belakang
akan terlihat pada roentgenograph, dan hubungan antara kepala, bahu, batang atas,
dan panggul dapat dihargai.5

Untuk pasien yang sedang dievaluasi, hanya view PA berdiri diperlukan,


tambahan view akan diambil sesuai indikasi. Film membungkuk yang dilakukan
preoperative untuk menilai fleksibilitas dari kurva primer dan kompensasinya, disk
space, mobilitas, dan untuk memilih lokasi level tulang belakang untuk instrumentasi.
Pada klasifikasi Lenke menggunakan film membungkuk untuk membedakan kurva
struktural dengan kurva nonstruktural.Supine lateral bending film telah menjadi
standart emas. X-ray dari depan dengan membungkuk ke lateral atau studi anterior-
posterior membungkuk kedepan adalah untuk mengurangi kelengkungan dari kurva
utama melalui perbandingan pengukuran dari sudut dan rotasi. View supine lateral
bending diambil untuk mengevaluasi fleksibilitas kurva dan diindikasikan hanya
ketika treatment (bracing atau operasi) diberikan. Traksi rontgenograms terbukti
sangat membantu jika pasien memiliki kelengkungan kurva yang buruk (lebih dari 70
degress). Pada pasien ini, view lateral membungkuk mungkin tidak merupakan
indikasi untuk menilai fleksibilitas deformity. View lateral berdiri diambil sebelum
pengobatan sehingga tulang belakang dapat divisualisasikan dalam tiga dimensi, dan
juga mengevaluasi hiper- atau hypokyphosis. Jika ada kelainan yang ditemukan
dalam daerah lumbosacral mungkin lebih baik digambarkan dengan Fergusson View,
yang memberikan true AP dari lumbosakral joint. Bukti spondylosis atau
spondylolisthesis memerlukan oblique view di daerah lumbosacral.5,6,17
Dalam studi imaging, tiga pemeriksaan yang diperlukan: (1) Standart
pemeriksaan, (2) kontrol pemeriksaan, (3) evaluasi pre-terapi diperlukan untuk
menguraikan orthotic dan tindakan bedah. Kriteria kualitas dari anterior x-ray adalah:
22
(1) perlvis harus horisontal, (2) symetricaliliac crest, (3) tulang ekor yang
diproyeksikan pada simfisis. Sikap Scoliotic secara radiologically didefinisikan oleh
adanya defleksi lateral tulang belakang tanpa gibbosity atau vertebra rotasi. Kriteria
kualitas x-ray anterior bending: (1) visibilitas yang baik dari vertebral bodi, (2)
visibilitas yang baik dari pedicles, (3) dari transverse apophysis, (4) dari sendi
posterior.17

• Evaluasi Kurva
Cobb Angle merupakan derajat kelengkungan diantara end vertebra yang
menggambarkan maximal coronal deviasi daripada curva. Dalam posisi berdiri, pola
kurva dideskripsikan seperti dibawah ini.Setiap kurva diukur dengan metode cob
angle. Cobb angle diukur dari hasil rontgen PA long cassette posisi berdiri. End
vertebra harus di identifikasi pertama kali; ini adalah bagian terakhir yang miring
menjadi cekung dan kelengkungannya yang diukur.Kemudian tentukan dan garis
pada superior dan inferior endplates dari cranial dan caudal vertebra yang
bertanggung jawab/terlibat.Sudut yang didapatkan dari perpotongan garis tegak lurus
terhadap superior endplate dari superior end vertebra dan inferior endplate dari
inferior end vertebra adalah cob angle. Jika end plate ini tidak jelas, maka pedicle
dapat digunakan sebagai gantinya.Semua kelengkungan harus diukur. Pada kurva
ganda, superior endplate dari inferior end vertebra adalah superior endplate dari
superior end vertebra pada kurva berikutnya. Puncak curva (apex) digambarkan
ditengah. Merupakan vertebra/disc dari kurva dengan deviasi paling lateral dan paling
horizontal.5,19

Gambar Teknik pengukuran Cobb Angle

23
• Evaluasi Penampang Sagittal

Adolescent idiophatic scoliosis adalah merupakan kelainan yang multiplanar


dengan perubahan pada bidang coronal, sagittal dan axial.Sayangnya, kebanyakan
dari penelitian AIS lebih focus hanya pada bidang coronal.Namun saat ini tampaknya
bahwa bidang sagital, dalam konsertasinya dengan bidang coronal, adalah sangat
penting dalam menjaga keseimbangan dan stabilitas dari pasien. Tujuannya adalah
untuk menjaga keseimbangan bagian tubuh teratas sekitar pelvis (coronal ) dan hips
(sagittal) dari pasien jadi otot otot posterior berada pada batas kerja minimum. Hal ini
mencegah muscle fatique dan nyeri punggung belakang yang berhubungan. Tipe dari
contour bidang sagital yang sering terlihat pada AIS adalah dijelaskan dan
digambarkan seperi dibawah ini.2

Gambar Metode dari pengukuran berbagai parameter dari sagittal spinal


alignment. Sagittal Vertical Axis (SVA) adalah jarak horizontal dari C7 plumb line to
front corner sacrum. Nilai (+) indikasi posisi anterior dari sacrum; nilai negative
melalui atau dibelakang sacrum.β, sudut sacral inclination, adalah sudut disubtitusi
dari tangent menuju batas posterior S1 dan vertical axis. δ, cob angle diantara dua
vertebra.10

24
• Evaluasi Rotasi

Rotasi vertebralis dapat ditentukan dengan metode Nash dan Moe dan
mungkin memiliki grade I sampai V, tergantung tingkat keparahan rotasi, atau dapat
diukur dengan teknik Pedriolle. Nash dan Moe metode, vertebra dibagi menjadi enam
bagian yang sama, menggunakan sebagai indikator tanda pedicles dan vertebral bodi:
(1) level 0 → simetris concex dan equidistan pedicles, (2) level 1 → bagian cembung
pedicle bermigrasi ke segmen pertama,(3) level 2 → bagian cembung pedicle
bermigrasi ke kedua segmen, (4) level 3 → bagian cembung pedicle bermigrasi ke
tengah segmen, (5) level 4 → bagian cembung pedicle melintasi garis median sisi
cekung.5,17

Gambar Metode pedicle untuk menentukan vertebral rotation.10

• Skeletal Maturity

Skeletal Maturity diukur tidak hanya oleh penampilan fisiologis pasien, tetapi
juga radiographycally oleh usia tulang, iliaka epiphysis dan cincin vertebralis
apophysis. Usia tulang ditentukan oleh perbandingan roentgenogram dari wrist dan
hand dengan standar yang ditemukan dalam Greulich dan Pyleatlas. Osifikasi
apophysis dari iliaka dievaluasi, dan dinilai derajatnya menurut Reisser.Cincin
vertebralis epiphysis bisa dicatat pada roentgenogram vertebral lateral; ini terdiri dari
area osifikasi yang terpisah untuk menggabungkan tubuh vertebral setelah
pematangan vertebra selesai. Ini nampaknya bertepatan dengan penghentian
25
pertumbuhan/penutupan lengkap vertebralbodi.5

Gambar Iliac apophyses normalnya tampak progresif mulai dari lateral ke media
(stage 1 – 4). Ketika fusion complete, spinal maturitas telah tercapai dan
peningktan curvature lebih jauh menjadi tidak berarti

• MRI Investigasi
MRI dilakukan untuk mendeteksi kelainan neurologis, memungkinkan
diagnosis dyastematomyelia, syringomyelia, malformasi arnold chiari, expansive intra
spinal tulang belakang. MRI tidak dilakukan pada remaja dengan pemeriksaan
neorologis normal.MRI dalam kelompok remaja lebih kontroversial karena hanya
sangat kecil dapat menilai kelainan. MRI indikasi/petunjuk: (1) vertebra dengan
kelainan spinal marrow, (2) idhiophatic scoliosis dengan gangguan neurologis, (3)
trauma pada tulang belakang, (4) scoliosis terkait dengan herniasi pada discus, (5)
neoplastik dan inflamasi scoliosis. Indikasi MRI pada remaja adalah sebagai berikut:
(1) kurva thorac mengarah ke sisi kiri, (2) nyeri,(3) progresifitas curva yang cepat, (4)
Congenital scoliosis, (5) Neurofibromatosis.17,18

26
2.10 Diagnosa Banding

Diagnosis adolescent idiophatic scoliosis memerlukan pengecualian dalam hal


diketahuinya penyebab scoliosis non idiophatic, dan pemeriksaan yang komprehensif
akan sering mengeluarkan hal ini atau menyarankan kebutuhan studi diagnostik yang
lebih lanjut. Kebanyakan jenis dari scoliosis saat ini dan dengan hadirnya tingkat
diagnostic yang memuaskan adalah idiophatic scoliosis (80% dari pasien), dan daftar
penyebab scoliosis yang telah didefinisikan oleh Scoliosis Reaserch Society adalah luas.
Pasien mungkin hadir dengan scoliosis reaktif sekunder yang mendasari kondisi penyakit
yang sangat nyeri seperti tumor, infeksi atauspondylolysis.6

Classification of Scoliosis
1 Idiophatic
2 Neurophatic
3 Congenital
4 Mesenchymal (Marfan syndrome or other connective tissue
disorder)
5 Neurofibromatosis
6 Neural tube defects
7 Metabolic
8 Osteochondrodystropies
9 Miscellaneous (tumor, infection, or traumatic)
10 Thoracogenic
11 Functional

27
2.11 Penatalaksanaan

Terdapat 3 pilihan dasar terapi untuk Adolescent Idhiophatic Scoliosis:2

1. Observation

2. Non-operative treatment denganobservation

3. SurgicalIntervention

Secara umum, kurva yang melebihi 45⁰ - 50⁰ pada adolescent harus di terapi
menggunakan tindakan pembedahan dengan fusion. Kurva yang lebih kecil harus secara
teliti dievaluasi untuk menentukan modalitas terapi yang terbaik.Berikut pertimbangan
yang digunakan untuk membantu menentukan bagaimana menterapi kurva scoliotic pada
asolescent pasien:2

1. Age of patient and growth potential remaining

2. Curve pattern and magnitude

3. Curve progression rate (5⁰ - 10⁰ dalam 6 bulan atau kurang)

4. Cosmetic appearance

Observasi

Tidak ada metode yang realiabel pada evaluasi tahap awal untuk keakuratan
dalam memprediksi yang mana curva akan mengalami progresifitas, jadi observation
adalah merupakan treatment utama dari seluruh curva. Monitor external contour dengan
pengukuran rib hump, trunk rotation angle dengan scoliometer, penggunaan alat contour
seperti moiré topography dan ISIS scanning. Metode ini sangat berguna dalam kurva
tertentu dengan ukuran kecil dan untuk pasien dengan faktor resiko yang rendah, tapi
evaluation secara periodic dari tulang belakang dengan radiograph tetapdibutuhkan.10

Umumnya, pasien usia muda dengan curva ringan yaitu <20⁰ dapat dilakukan
pemeriksaan setiap 6 sampai 12 bulan. Pada usia remaja dengan derajat curva yang lebih
besar harus di periksa setiap 3 sampai 4 bulan. Pasien dengan skeletal yang mature dan
curva < 20⁰ umumnya tidak perlu evaluation lebih lanjut. Curva > 20⁰ pada pasien yang
tidak mencapai maturasi skeletal memerlukan pemeriksaan yang lebih sering, biasanya
28
setiap 3 sampai 4 bulan, dengan radiograph PA berdiri. Jika progresifitas dari curva
(peningkatan 5⁰ selama 6 bulan) dicatat melebihi 25⁰, maka diperlukan orthotic
treatment.Untuk curva 30 sampai 40⁰ dalam skeletal yang immature, orthotic treatment
direkomendasikan pada saat evaluation awal. Curva dengan 30 sampai 40⁰ dalam skeletal
yang sudah mature umumnya tidak memerlukan treatment, tapi karena banyak studi
menyatakan indikasi potensial untuk preogression pada usia dewasa,
pasienharusdiobservasitiaptahunnyadenganradiographPAberdiritiap2 sampai 3 tahun
setelah skeletal mature, kemudian setiap 5 tahun selama hidupnya.10

29
Non-Operative Treatment

Electric stimulation, biofeedback, dan manipulation telah dilakukan dan


merupakan bagian dari metode terapi non-operative yang memberikan hasil tidak sukses
pada pasien adolescent idiophatic scoliosis. Saat ini terapi non-operative utamanya terdiri
dari casting dan bracing. Prosedur terapi ini mungkin hanya mencegah progresifitas
curva, mereka tidak dapat mengkoreksi dari scoliosis nya.2

Orthotic Treatment

Saat ini non operative treatment yang utama menggunakan orthotics, disebut juga
dengan bracing. Sebuah brace memiliki dua fungsi essensial. Pertama, hal ini harus
membuat kearah lebih baik pada awal deformity, dan kedua, harus mencegah
progresifitas curva. Bracing pada AIS pasien tidaklah untuk mengkoreksi curva, dan
umumnya curva berhenti tumbuh dari derajat deformity yang sama setalah 5 tahun terapi
dengan menggunakan brace. Sekali lagi, konsep utama dari bracing adalah untuk
mencegah progression dari curva. Saat ini banyak tersedia berbagai jenis brace. The
Milwaukee Brace dan The Boston Brace adalah 2 jenis brace yang sangat sering
digunakan dalam menterapi AIS pasien. Berbagai brace mungkin memiliki refrensi dari
CTLSO atau TLSO, yang mana artinya Cervicothoracolumbosacral orthosis atau
Thoracolumbosacral orthosis. Untuk lebih effective nya maka brace harus digunakan
paling tidak 16 - 18 jam perhari sampai skeletal maturitytercapai.2

Non randomized prospective study, brace yang telah sukses (didefinisikan< 5⁰ dari
progresifitas) 74% dari pasien yang dikomparasi antara 34% dari pasien tanpa bracing
dan 33% dari pasien yang sedang mendapatkan electrical stimulation. Tujuan dari bracing
adalah untuk mencegah progresifitas dari scoliosis sampai skeletal maturity tercapai.
Indikasi dari penggunaan brace untuk treatment adalah kurva tulang belakang lebih besar
25⁰ - 45⁰ pada tahap persentasi awal, kurva tulang belakang lebih besar 20⁰dengan
mencatat perkembangan progresifitas, pasien dengan sisa pertumbuhan yang signifikan
(Risser stage 0 -2), dan pasien dengan kompensasi tulang belakang yang signifikan.
Kontraindikasi relative untuk orthotic device adalah pasien dengan thoracic lordosis.
Tingginya angka kegagalan tercatat pada pasien dengan usia yang lebih muda, pasien
laki- laki, dan pasien dengan pretreatment kurva lebih besar 40⁰. Suksesnya penggunaan
brace didefinisikan sebagai 5⁰ atau kurang progresifitasnya. Kriteria dari suksesnya

30
penggunaan brace adalah jumlah dari koreksi yang dan jumlah dari waktu penggunaan
brace tiap harinya. Part-time bracing (16 jam perhari) secara formal sama efektifnya
dengan full time bracing. Pada recent meta-analisis study tampak hubungan dosis-
tergantung dengan jumlah dari penggunaan brace dan pencegehan progresifitas dari
scoliosis. Orthotic treatment tidak digunakan pada pasien dengan curva lebih dari 50⁰.6,10

1. Milwaukee Brace

Orthosis pertama yang sukses dalam treatment dari adolescent idiophatic


scoliosis adalah Milwaukee Brace (Cervico-Thoraco-Lumbo-Sacral Orthosis atau
CTLSO).Orthosis ini pertama dikembangkan pada tahun 1945 oleh Drs. Walter
Blount dan Al Schmidt untuk postoperative treatment pada postpoliomielitis
scoliosis.Orthosis ini special didisain untuk menangani thoracic deformity dengan
menggunakan lateral force pada apex dari kurva, dan dengan longitudinal force yang
berpasangan. Othosis ini memilki contrictive forces yang kurang pada thorax yang
mana membuat orthosis ini ideal untuk terapi thoracic curve. Indikasi primer
penggunaan orthosis ini adalah untuk kurva thoracic kanan tunggal atau pola kurva
doble dengan komponen thoracic kanan. Hal ini seperti pernyataan diatas , tampak
pada masa pertumbuhan anak yang aktif (Risser 0, 1, or 2) dengan dokumentasi
progresifitas kurva atau kurva awal diantara 20⁰ atau 30⁰ dan 40⁰. Kadang-kadang
pada anak usia muda dengan Risser grading 0 dan derajat kurva 40⁰ - 50⁰ dapat
dengan sukses diterapi menggunakan MilwaukeeBracee.5

Milwaukee Brace terdiri dari molded pelvic section (Custom molded atau
manufactured – “Boston Brace System”) dengan dua posterior upright dan satu
anterior upraight, terhubung dengan ring pada leher yang memiliki thorax mold dan
dua occipital pad (Gambar 36). Penggunaan pad pada brace tergantung pada pola dari
kurva: trapezius pad untuk high thoracic curve, thoracic pad untuk thoracic curve,
kombinasi antara oval pad dan lumbar pad untuk toracolumbar curve, dan lumbar pad
untuk lumbar curve. Perhatian harus diberikan pada penampang sagittal, dengan
posisi thoracic pada dibawah posterior upright untuk hyperkyphosis, dan lateral
menuju upright tanpa outrigger anteriorly untuk hypokyphosis.5

31
2. Thoracolumbar Sacral Orthoses (TLSO)

Group orthosis ini dapat dibedakan menjadi tipe higher underarm yang mana
sampai setinggi satu atau dua axilla, digunakan untuk thoracic curve, dan tipe lower
yang mana panjang sampai lower thoracic area, digunakan untuk thoracolumbar atau
lumbar kurva.Dalam banyak center tipe high TLSO digunakan lebih extensive, tapi
hasilnya paling banyak jangka pendek atau sebagai pendahuluan.Banyak yang tetap
percaya, karena dari desain yang terbuka dan minimal compresi thorac pada
Milwaukee Brace, yang mana ini merupakan pilihan terbaik untuk thoracic kurva, low
TLSO lebih digunakan untuk thoracolumbar atau lumbar kurva.The low TLSO
memiliki lumbar pad untuk lumbar curve. Indikasi terapi, jadwal penggunaan dan
penyapihan adalah sama dengan Milawaukee Brace untuk thoracic kurva. Harus di
ingat bahwa kurva jenis ini adalah jarang dan progress kurangsering.5

(A) (B) (C)

Gambar (A) Milwaukee brace (CTLSO). (B) Boston Brace (TLSO). (C)
Charleston Bending Brace

3. Jenis Orthosis Lainya

Charleston Bending Braceadalah low-profile, anterior- opening, ringan,


thermoplastic orthosis digunakan hanya selama tidur malam hari dan digunakan
paling banyak untuk kurva single. Orthosis ini membungkukan convexity tulang

32
belakang ke arah depan dengan tujuan untuk “overcorrect” scoliotic curve. Carleston
Bending Brace diperkenalkan pada tahun 1979 oleh Dr. Frederrick Reed dan Ralph
Hooper, CPO. Katz et al, dalam study dari 319 pasien diterapi masing masing dengan
Boston Brace atau Charleston Bending Brace, ditemukannya Boston Brace menjadi
lebih effective daripada Charlaston Brace dalam hal keduanya mencegah
progresiffitas curva dan menghindari kebutuhan untuk tindakan bedah. Perbedaanya
paling nyata pada pasien dengan kurva 36 sampai 45⁰; 83% dari pasien dengan kurva
36 sampai 45⁰ diterapi denga Carleston Brace mendapatkan progressifitas > 5⁰,
dibandingkan dengan hanya 43% dari mereka yang diterapi dengan Boston Brace.
Penulis menyimpulkan bahwa Charleston Brace seharusnya digunakan hanya untuk
menterapi small, single thoracolumbar atau single lumbar curve. Boston Brace,
dikembangkan oleh Dr. John E Hall dan M E Miller, CPO, pada pertengahan tahun
1970 an, memiliki lower profile dan lebih diterima tampilannya, toleransi pasien
meningkat. Boston Brace dapat diperpanjang menjadi TLSO dan CTLSO untuk
dorsal curve yang lebih tinggi dan untuk penggunaan postoperative.2,10

Opeartive Treatment

Objective utama dalam terapi operative dari AIS adalah untuk mencapai solid
arthrodesis (fusion).Pada infantile dan juvenile scoliosis mungkin diterapi dengan
instrumentasi tanpa fusi dalam bentuk growth rod technique.Namun, pada pasien muda
hal ini masih sering didapatkan fusi permanen dengan instrumentasi sebagai modalitas
treatment terakhir.Fusion tanpa instrumentasi untuk AIS masih jarang dilakukan pada
masa sekarang ini.Instrumentasi menyiratkan internal fixation pada tulang belakang
melalui anterior atau posterior approach, atau kombinasi anterior – posterior
approach.Internal fixation device memiliki dua fungsi utama: 1) membantu mengkoreksi
deformitas dengan parameter yang aman, 2) menjaga koreksi sampai arthrodesis
menjadisolid.2

Indikasi terapi operasi pada idiophatic scoliosis: 1) Peningkatan kurva pada masa
pertumbuhan anak. 2) Deformitas yang berat (>50⁰) dengan asimetris rongga dada pada
remaja. 3) Nyeri yang tidak terkontrol dengan terapi non operative. 4) Thoracic lordosis.
5) Deformitas cosmetic yang significant. Tujuan tidakan terapi operative adalah

33
mengkoreksi deformitas, menjaga sagittal balance, meningkatan fungsi paru, minimalisir
morbiditas atau nyeri, memaximalkan fungsi postoperative, meningkatkan atau tidak
mencederai fungsi dari lumbar spine. Untuk mencapai tujuan ini pada pasien adolescent
idiophatic scoliosis, teknik pembedahan mungkin termasuk anterior, posterior, atau
kombinasi prosedur anterior danposterior.10

Instrumentation
1. Harrington System

Merupakan instrumentasi original yang diperkenalkan oleh Harrington dan


terdiri dari distraction rod pada sisi concave dari curve dan compression rod pada
sisi convex dari curve. System original ini telah diaplikasi pada posterior
approach sepanjang sisi concave dari curve; tempat menempelnya rod adalah
hooks yang movable yang ditempatkan pada bagian paling atas dan bagian paling
bawah dari vertebra yang mana dapat berfungsi sebagai distraksi dari curve. Jika
curvanya flexible, ini akan dikoreksi secara passive dan bone graft dapat
digunakan untuk memperoleh fusi sepanjang curva. Gambaran evaluasi secara
keseluruhan dari original distraction instrumentasi adalah tidak mengkoreksi
deformitas rotasi pada apex dari curva dan dimana penonjolan pada rib secara
virtual adalah tetap tidak berubah.3,9

2. Rod And Sublaminar Wiring (Luque)

Instrumentasi ini masih digunakan pada beberapa tempat. Merupakan


modifikasi Harington System dengan dibuat adanya segmental fixation sublaminal
wire, processus spinosus wire ditempelkan pada Harington Rod, dengan
tambahan Convex Luque Rod (Wisconsin System). Wire melewati bagian bawah
vertebral lamina pada berbagai level dan di fixasi pada rod di sisi concave curve,
sehingga menyediakan fixasi yang lebih terkontrol dan aman. Namun, sublaminar
wire sangat berbahaya oleh karena menutup dura dan resiko neurological demage
meningkat.3,9

34
3. Cotrel – Dubousset System

Pada tahun 1988, Cotrel dan Dubousset memperkenalkan system yang


terdiri dari dua interlink rods dengan multiple hook pada setiap rodnya (CD
Sytem). Kombinasi pedicle screw ‘box’ foundation pada bagian akhir paling
caudal dari deformitas, dengan multiple hooks yang mana dapat ditempatkan pada
berbagai level untuk masing-masing akan menghasilkan distraction atau
compression. Dengan double rods, satu bisa melakukan distraction concave dan
compression convex; dengan adanya manipulasi yang sesuai pada implants, satu
dapat mencapai koreksi pada penampang sagittal. Instrumentasi ini diklaim dapat
mengkoreksi deformitas rotasi. Instrumentasi ini cukup rigid membuat
postoperative bracing tidak diperlukan.3,9

4. Anterior Instrumentation (Dwyer, Zielke, Kaneda)

Pertama kali system ini diperkenalkan oleh Dwyer terdiri dari vertebral
screw yang diperkenalkan pada convexity dari curve, dengan kabel diantara screw
untuk memberikan compression. Instrumentasi ini telah dimodifikasi oleh Zielke
dengan threaded rod, dan dengan solid rod pada TSRH system. Rigid curve dan
kurva thoracolumbar yang berhubungan dengan lumbar lordosis dapat dikoreksi
dengan approaching tulang belakang dari depan, meghilangkan diskus diseluruh
kurva dan kemudian mengaplikasi alat kompresi (setiap braided cable atau rod
linking tranverse vertebral body screw) sepanjang sisi yang convex dari curve.
Bone graft ditambahkan untuk mencapai fusi. Pada beberapa kasus kombinasi
antara anterior dan posterior approach dibutuhkan. Keuntungan dari system ini
adalah 1) menyediakan fixasi yang kuat dengan lebih sedikit vertebral segment
yang dilakukan fusi; 2) bahwa pemendekan secara keseluruhan dari bagian yang
deformitas (oleh excise disc dan vertebral compression) mengurangi resiko dari
spinal cord injury yang berubungan dengan spinal distraction.3,9

35
2.12 Komplikasi Pembedahan
• Neurological Compromise

Dengan adanya modern teknik insiden dari permanent paralisis telah berkurang

< 1%.9

• Spinal Decompensation

Over koreksi dapat menimbulkan ketidak seimbangan tulang belakang. Hal ini
harus dihindari dengan cara perencanaan perioperatif yang teliti dan perlahan –
lahan dalam hal menseleksi level fusion yangsesuai.9

• Pseudoarthrosis

Fusion yang incomplete dapat terjadi sekitar 2 % dari kasus dan mungkin
membutuhkan tindakan operasi lanjutan dan grafting.9

• Implant Failure

Hoks dapat terpotong dan rods dapat patah. Jika ini berhubungan dengan
symptomatic pseudoarthrosis, maka revisi fusion/fixation akan dibutuhkan.9

36
BAB III
KESIMPULAN

Adolescent idiophatic skoliosis (AIS) menurut definisi terjadi pada anak-anak di


atas usia 10 tahun hingga maturitas tulang. Pada adolescent idiophatic scoliosis prevalensi
besar sudut >10°, perempuan lebih banyak dibanding laki-laki dengan perbandingan 4:1.
Pada kurva yang lebih besar yaitu > 30° perbandingan perempuan dibanding laki-laki
sebesar 10:1. Adolescent idiopathic scoliosis merupakan deformitas struktural tigadimensi
yang terjadi pada pasien selama masa pubertas, dimana penyebabpastinya tidak diketahui.
Pada pasien tertentu, AIS dapat berkembang secaraprogresif sehingga menyebabkan
gangguan kosmetik (kedua bahu danpanggul tidak simetris) bahkan gangguan fungsi
organ (cardiorespiratory)karena pergeseran volume rongga dada. Untuk mencegah
progresivitas makakita harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi progresivitas
scoliosis tersebut, serta dapat mendeteksi AIS secara dini melalui program screening
sehingga pilihan tindakan untuk observasi, terapi latihan, bracing maupun surgery dapat
ditentukan secara cepat dan tepat. Oleh karena itu, referat ini bertujuan memberikan
gambaran tentang AIS untuk memungkinkan kita mengenali kondisi ini dan memulai
lebih awal pengobatan, dengan demikian mengoptimalkan hasil pasien.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. J.E. Lonstein, R.B. Winter, D.S.Bradford, J.W. Ogilvie. Textbook of Scoliosis


and Other Spinal Deformities. W.B. Sounders Company.1995. Pp. 219-222,240-
244
2. S. Howard, K. Singh. Synopsis of Spine Surgery, Second Edition. Thieme. 2008.
Pp. 60,105
3. R.H. Rothman, F.A. Simeone. The Spine, Third Edition. W.B. Sounders
Company. 1992. Pp. 404-411,393-400
4. B.A. Akbarnia, L.S. Segal. Orthopaedic Knowledge Update Spine, Third edition.
AAOS. 2006. Pp.443-455
5. T.J. Albert, A.R.Vaccaro. Physical Examination of the Spine. Thieme. 2005.
Pp.66-77
6. R.B. Salter. Textbook of Disorder and Injuries of the Musculoskeletal System,
Third Edition. Williams and Wilkins. 1999. Pp.365-372
7. L.Solomon, D. Marwick, S. Nayagam. Apley‟s System of Orthopaedicsand
Fractures, Ninth Edition. Hodder Arnold. 2010. Pp.453-465
8. S.T.Canale, J.H.Beaty. Adolescent Idhiopatic Scoliosis. Campbell‟s Operative
Orthopaedic, 11th Edition. Mosby.2007.
9. S.L. Weinstein, L.A. Dolan, Jack.C.Y. Cheng, A. Danielson, J.A. Morcuende.
Adolescent Idiophatic Scoliosis.www.thelancet.com. Vol. 371. 2008. Pp.1527-
1534
10. B.V. Reamy, J.B. Slakey. Adolescent Idiophatic Scoliosis: Review and Current
Concept.www.aafp.com. Vol. 54, Number 1. 2001. Pp.111-116
11. T.G. Lowe, M. Edgar, J.Y. Margulies, N.H. Miller, J.Raso, K.A.Reinker, C.H.
Rivard. Etiologi of Idiophatic Scoliosis: Current Trends in Research.
www.jbjs.com. Vol. 82-A, Number 8. 2000. Pp. 1157-1168
14. J. Harms. Classification (King – Lenke).www.harms-spinesurgery.com. 2007.
Pp.1-7

15. L.G. Lenke, R.R. Betz, J. Harms, K.H. Bridwell, D.H. Clements, T.G. Lowe, K.
Blanke. Adolescent Idiophatic Scoliosis: A New Classification To Determine

38
Extent Of Spinal Arthrodesis.www.jbjs.com. Vol. 83-A, Number 8.
2001.Pp.1169-1181
16. M. Diab. Physical Examination in Adolescent Idiophatic Scoliosis. Neurosurgery
Clinic North America 18. Elsevier Inc. 2007.Pp.229-236
17. M. Golumbeanu. Study On Child And Adolescent IdiophaticScoliosis. Jurnal
Medical Aradean. Vol. XIII, Issue 2. 2010. Pp.59-67

39

Anda mungkin juga menyukai