“PSIKOTIK AKUT”
Pembimbing:
dr. Suprida Br Ginting, M.Ked(KJ), Sp.KJ
Disusun oleh :
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia- Nya yang memberikan kesehatan dan kesempatan bagi penulis sehingga dapat
menyelesaikan referat ini tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Suprida Br
Ginting, M.Ked (KJ), Sp.KJ selaku supervisor yang telah memberikan arahan dalam
penyelesaian referat ini. Judul referat ini ialah mengenai “Psikotik Akut”. Adapun tujuan
penulisan makalah ini ialah untuk memberikan informasi mengenai berbagai hal yang
berhubungan dengan psikotik akut. Dengan demikian diharapkan dapat memberikan
kontribusi positif dalam sistem pelayanan kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis dengan senang hati akan menerima segala bentuk kritikan dan saran-saran yang
bersifat membangun sehingga nantinya dapat memberikan manfaat bagi referat ini. Akhir
kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, 05 Februari
2021
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................1
2.1 Definisi...............................................................................................................................2
2.2 Epidemiologi......................................................................................................................2
2.3 Etiologi...............................................................................................................................3
2.14 Prognosis........................................................................................................................10
2.16 Edukasi...........................................................................................................................15
BAB 3 KESIMPULAN ........................................................................................................16
mengombinasikan dua konsep diagnostik menjadi diagnosis gangguan psikotik singkat (brief
sebagai kurang dari satu bulan tetapi sekurangnya satu hari; gejala mungkin memenuhi atau
tidak memenuhi kriteria diagnosis untuk skizofrenia. Kedua, gangguan mungkin berkembang
sebagai respons terhadap stresor psikososial yang parah atau kelompok stresor.
Pengelompokan bersama kedua konsep tersebut di dalam DSM-IV sebagai gangguan psikotik
Pasien dengan gangguan mirip dengan gangguan psikotik akut sebelumnya telah
diklasifikasikan sebagai menderita psikosis reaktif, histerikal, stress, dan psikogenik. Psikosis
reaktif seringkali digunakan sebagai sinonim untuk skizofrenia berprognosis baik; diagnosis
DSM-IV gangguan psikotik akut tidak berarti menyatakan hubungan dengan skizofrenia. Di
tahun 1913 Karl Jasper menggambarkan sejumlah ciri penting untuk diagnosis psikosis
reaktif, termasuk adanya stresor traumatis berat yang dapat diidentifikasi, hubungan temporal
yang erat antara stresor dan perkembangan psikosis dan perjalanan episode psikotik yang
ringan. Di samping itu, isi psikosis sering kali mencerminkan sifat pengalaman traumatis, dan
perkembangan psikosis dihipotesiskan sebagai memuaskan tujuan pasien, sering kali suatu
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
lain yang sangat terganggu, dimana karakteristik klasik psikosis adalah gangguan tes realitas,
Psikotik akut adalah suatu perubahan dari keadaan tanpa gejala psikotik ke keadaan
psikosik yang jelas abnormal ( gangguan daya nilai realita dan gejala-gejala positif serta
penurunan fungsi global) dalam periode 2 minggu atau kurang, durasinya belum di ketahui
2.2 Epidemiologi
singkat DSM edisi ketiga yang direvisi (DSM-III-R), dan belum ada yang dilakukan dengan
menggunakan kriteria DSM-IV. Dengan demikian, perkiraan yang dapat dipercaya tentang
insidensi, prevalensi, rasio jenis kelamin, dan usia onset rata-rata untuk gangguan tidak
terdapat. Pada umumnya gangguan ini dianggap jarang, seperti yang dinyatakan oleh satu
penelitian tentang perekrutan militer di mana insidensi psikosis reaktif singkat DSM-III-R
diperkirakan adalah 1,4 per 100.000 yang direkrut. Dengan memasukkan episode psikotik
singkat yang tidak disertai dengan faktor pencetus yang jelas di dalam DSM-IV, insidensi
untuk diagnosis DSM-IV mungkin lebih tinggi daripada angka tersebut. Hal lain yang
menimbulkan kesan pada klinisi adalah bahwa gangguan lebih sering pada pasien muda
daripada pasien lanjut usia, walaupun beberapa kasus melaporkan adanya riwayat kasus yang
2
Beberapa klinisi menyatakan bahwa gangguan mungkin paling sering ditemukan pada
pasien dari kelas sosioekonomi rendah dan pada pasien dengan gangguan kepribadian yang
telah ada sebelumnya (paling sering adalah gangguan kepribadian histrionik, narsistik,
paranoid, skizotipal, dan ambang). Orang yang pernah mengalami perubahan kultural yang
besar (sebagai contoh, imigran) mungkin juga berada dalam risiko untuk menderita gangguan
setelah stresor psikososial selanjutnya. Tetapi, kesan klinis tersebut belum dibuktikan benar
2.3 Etiologi
Etiologi gangguan psikotik akut tidak diketahui. Pasien dengan gangguan psikotik
singkat yang pernah memiliki gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis
ini adalah stresor pencetus dan lingkungan interpersonal. Di dalam mengambil riwayat
penyakit dan memeriksa pasien, klinisi harus memperhatikan tiap perubahan atau stres pada
mempertahankan jarak interpersonal tertentu; seringkali, pelanggaran batas pasien oleh orang
lain dapat menciptakan stres yang melanda yang menyebabkan dekompensasi. Demikian
juga, tiap keberhasilan atau kehilangan mungkin merupakan stresor yang penting dalam kasus
tertentu.
psikotik adalah disebabkan oleh kondisi medis umum (sebagai contohnya, suatu tumor otak)
temporalis dapat menyebabkan halusinasi. Pemutusan sensorik, seperti yang terjadi pada
3
orang buta dan tuli, juga dapat menyebabkan pengalaman halusinasi dan waham. Lesi yang
mengenai lobus temporalis dan daerah otak lainnya, khususnya di hemisfer kanan dan lobus
Zat psikoaktif adalah penyebab yang umum dari sindroma psikotik. Zat yang paling
sering terlibat adalah alkohol, halusinogen indol sebagai contohnya, lysergic acid diethylamid
(LSD) – amfetamin, kokain. Mescalin, phencyclidine (PCP), dan ketamin. Banyak zat lain,
termasuk steroid dan thyroxine, dapat disertai dengan halusinasi akibat zat.Beberapa obat-
2.4 Patofisiologi
adalah yang paling berkembang dari berbagai hipotesis, dan merupakan dasar dari banyak
terapi obat yang rasional. Hipotesis ini menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu
banyaknya aktivitas dopaminergik. Beberapa bukti yang terkait hal tersebut yaitu:
langsung),baik yang dapat mengakibatkan skizofrenia atau psikosis pada beberapa pasien;
dopamin pada pasien skizofrenia yang dirawat atau yang tidak dirawat, saat dibandingkan
dengan hasil pemeriksaan PET pada orang yang tidak menderita skizofrenia; dan
4
5. Perawatan yang berhasil pada pasien skizofrenia telah terbukti mengubah jumlah
homovanilic acid (HVA), suatu metabolit dopamin, di cairan serebrospinal, plasma, dan
urin.
mesolimbik berjalan dari badan selnya di otak tengah ke neuron dopaminoseptif di sistem
2.5 Anamnesis
mendadak. Gejala karakteristik adalah perubahan pikiran, emosional, dan perilaku yang aneh
Pemeriksaan status mental pada pasien psikotik akut biasanya ditemukan perilaku
aneh, tidak kooperatif, agresif fisik atau verbal, berbicara kacau, berteriak atau membisu,
emosi labil mudah berubah gangguan pikiran, persepsi, daya ingat, perhatian, konsentrasi dan
orientasi.
Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak ada kelainan. Bila terbukti ditemukan adanya
penyakit medis umum atau akibat zat maka bukan gangguan psikotik akut tetapi gangguan
5
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang tidak ada yang khusus, dilakukan sesuai dengan kondisi fisik
Sementara adalah:
a. Onset akut (dalam masa 2 minggu atau kurang sama dengan jangka waktu gejala-gejala
psikotik menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan
pekerjaan sehari-hari, tidak termasuk periode prodromal yang gejalanya sering tidak jelas)
b. Adanya sindrom yang khas (berupa polimorfik = beraneka ragam dan berubah cepat, atau
c. Adanya stress akut yang berkaitan (tidak selalu harus ada, sehingga dispesifikasi dengan
karakter kelima)
d. Tanpa diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung Tidak ada gangguan dalam
kelompok ini yang memenuhi kriteria episode manic atau episode depresif, walaupun
perubahan emosional dan gejala-gejala afektif individual dapat menonjol dari waktu ke
waktu. Tidak ada penyebab organik, seperti trauma kapitis, delirium atau demensia. Tidak
a. Onset harus akut (dari suatu keadaan nonpsikotik sampai keadaan psikotik yang jelas
6
b. Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham yang berubah dalam jenis dan
d. Walaupun gejala-gejalanya beraneka ragam, tidak satupun dari gejala itu ada secara
cukup konsisten dapat memenuhi kriteria skizofrenia atau episode manik atau episode
depresif.
a. Memenuhi kriteria (a), (b), dan (c) yang khas untuk gangguan psikotik polimorfik akut;
b. Disertai gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia yang harus
sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak munculnya gambaran klinis psikotik itu
secara jelas;
c. Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk lebih dari 1 bulan maka diagnosis harus
a. Onset gejala psikotik harus akut (2 minggu atau kurang, dari nonpsikosis psikosis);
a. Onset gejala psikotik harus akut (2 minggu atau kurang, dari nonpsikosis psikosis);
Gangguan psikotik akut lain yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam kategori manapun.
7
2.10 Diagnosis
Aksis I
Gangguan Kepribadian
Retardasi Mental
Gejala gangguan psikotik singkat selalu termasuk sekurangnya satu gejala psikosis
utama, biasanya dengan onset yang tiba-tiba, tetapi tidak selalu memasukkan keseluruhan
pola gejala yang ditemukan pada skizofrenia. Beberapa klinisi telah mengamati bahwa gejala
afektif, konfusi, dan gangguan pemusatan perhatian mungkin lebih sering ditemukan pada
gangguan psikotik singkat daripada gangguan psikotik kronis. Gejala karakteristik untuk
gangguan psikotik singkat adalah perubahan emosional, pakaian atau perilaku yang aneh,
berteriak-teriak atau diam membisu, dan gangguan daya ingat untuk peristiwa yang belum
lama terjadi. Beberapa gejala tersebut ditemukan pada gangguan yang mengarahkan
diagnosis delirium dan jelas memerlukan pemeriksaan organik yang lengkap, walaupun
8
2.12 Stresor Pencetus
Contoh yang paling jelas dari stresor pencetus adalah peristiwa kehidupan yang besar
yang dapat menyebabkan kemarahan emosional yang bermakna pada tiap orang. Peristiwa
tersebut adalah kematian anggota keluarga dekat dan kecelakaan kendaraan yang berat.
hubungan dengan kehidupan pasien. Walaupun pandangan tersebut adalah beralasan, tetapi
mungkin memperluas definisi stresor pencetus dengan memasukkan peristiwa yang tidak
berhubungan dengan episode psikotik. Klinisi lain berpendapat bahwa stresor mungkin
merupakan urutan peristiwa yang menimbulkan stres sedang, bukannya peristiwa tunggal
yang menimbulkan stres dengan jelas. Tetapi, penjumlahan derajat stres yang disebabkan
oleh urutan peristiwa memerlukan suatu derajat pertimbangan klinis yang hampir tidak
mungkin.
buatan (factitious disorder) dengan tanda dan gejala psikologis yang menonjol, berpura-pura
(malingering), gangguan psikotik karena kondisi medis umum, dan gangguan psikotik akibat
zat. Seorang pasien mungkin tidak mau mengakui penggunaan zat gelap, dengan demikian
membuat pemeriksaan intoksikasi zat atau putus zat sulit tanpa menggunakan tes
laboratorium. Pasien dengan epilepsi atau delirium dapat juga datang dengan gejala psikotik
dengan yang ditemukan pada gangguan psikotik singkat. Gangguan psikiatrik tambahan yang
harus dipertimbangkan di dalam diagnosis banding adalah gangguan identitas disosiatif dan
episode psikotik yang disertai dengan gangguan kepribadian ambang dan skizotipal.
9
2.14 Prognosis
kurang dari satu bulan. Namun demikian, perkembangan gangguan psikiatrik bermakna
tertentu dapat menyatakan suatu kerentanan mental pada pasien. Sejumlah pasien dengan
presentasi yang tidak diketahui yang pertama kali diklasifikasikan menderita gangguan
psikotik singkat selanjutnya menunjukkan sindroma psikiatrik kronis, seperti skizofrenia dan
gangguan mood. Tetapi, pada umumnya pasien dengan gangguan psikotik singkat memiliki
prognosis yang baik, dan penelitian di Eropa telah menyatakan bahwa 50 sampai 80 persen
dari semua pasien tidak memiliki masalah psikiatrik berat lebih lanjut.
Lamanya gejala akut dan residual sering kali hanya beberapa hari. Kadang-kadang,
gejala depresif mengikuti resolusi gejala psikotik. Bunuh diri adalah suatu keprihatinan pada
fase psikotik maupun fase depresif pascapsikotik. Sejumlah indikator telah dihubungkan
dengan prognosis yang baik. Pasien dengan ciri-ciri tersebut kecil kemungkinannya untuk
Gejala afektif
10
Durasi gejala singkat
2.15 Penatalaksanaan
• Rawat inap
Seorang pasien psikotik akut mungkin memerlukan rawat inap yang singkat
baik untuk evaluasi maupun proteksi. Evaluasi memerlukan pemantauan gejala yang
ketat dan penilaian tingkat bahaya pasien terhadap diri sendiri dan orang lain. Selain
itu, rawat inap yang tenang dan terstruktur dapat membantu pasien mendapatkan
• Psikoterapi
jangka pendek, bagian pengobatan yang sulit adalah integrasi psikologis pengalaman
(dan kemungkinan trauma pemicu, jika ada) ke dalam kehidupan pasien dan
dan episode psikotik. Eksplorasi dan perkembangan strategi koping adalah topik
utama psikoterapi. Masalah terkait meliputi membantu pasien menangani rasa harga
dirinya yang hilang dan mendapatkan kembali rasa percaya diri. Setiap strategi
yang paling efektif. Keterlibatan keluarga dalam proses pengobatan mungkin penting
11
Secara umum tujuan psikoterapi adalah untuk memperkuat struktur
memulihkan kepercayaan diri yang semuanya itu untuk mencapai kehidupan yang
1. Psikoterapi supportif
Untuk memberi dukungan, semangat, dan motivasi agar penderita tidak merasa
putus asa dan semngat juang dalam menghadapi hidup ini tidak kendur dan
menurun.
2. Psikoterapi re-edukatif
pendidikan di waktu lalu dan juga dengan pendidikan ini dimaksudkan mengubah
pola pendidikan lama dengan baru sehingga penderita lebihadaptif terhadap dunia
luar.
3. Psikoterapi re-konstruktif
4. Psikoterapi kognitif
Untuk memulihkan kembali daya kognitif (daya piker dan daya ingat) rasional
sehingga penderita mampu membedakan nilai-nilai moral etika, mana yang baik
dan buruk, mana yang boleh dan tidak, mana yang halal dan haram dan
sebagainya.
5. Psikoterapi psiko-dinamik
12
individual (antar orang).8 Untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika
kejiwaaan yang dapat menjelaskan seseorang jatuh sakit dan upaya untuk mencari
6. Psikoterapi perilaku
7. Psikoterapi keluarga
8. Psikososial
9. Psikospiritual
“Religious Commitment and Health” (APA, 1992), menyatakan antara lain bahwa
medis yang diberikan. Synderman (1996) menyatakan bahwa terapi medis tanpa
agama (doa), tidak lengkap; sebaliknya agama (doa) saja tanpa terapi medis, tidak
efektif.
13
• Farmakoterapi
misalnya haloperidol biasanya digunakan. Khususnya pada pasien yang berada pada
sebagai profilaksis terhadap gejala gangguan pergerakan akibat medikasi. Selain itu,
jangka panjang gangguan psikotik, obat dapat efektif untuk jangka singkat dan
disertai dengan efek samping yang lebih jarang daripada antipsikotik. Pada kasus
yang jarang benzodiazepin disertai dengan peningkatan agitasi dan pada kasus yang
lebih jarang lagi dengan kejang putus obat yang hanya biasanya terjadi pada
penggunaan dosis tinggi terus-menerus. Medikasi hipnotik sering kali berguna selama
satu sampai dua minggu pertama setelah resolus episode psikotik. Pemakaian jangka
14
2.16 Edukasi
Menjaga keamanan pasien dan individu yang merawatnya, hal yang dapat dilakukan
yaitu:
b. Kebutuhan dasar pasien terpenuhi (misalnya, makan, minum, eliminasi dan kebersihan)
a. Bantu keluarga mengenal aspek hukum yang berkaitan dengan pengobatan psikiatrik antara
lain : hak pasien, kewajiban dan tanggung jawab keluarga dalam pengobatan pasien
b. Dampingi pasien dan keluarga untuk mengurangi stress dan kontak dengan stressor
15
BAB III
KESIMPULAN
Gangguan psikotik akut adalah gangguan yang berlangsung kurang dari satu bulan
tetapi sekurangnya satu hari; gejala mungkin memenuhi atau tidak memenuhi kriteria
diagnosis untuk skizofrenia. Insidensi psikosis reaktif singkat DSM-III-R diperkirakan adalah
termasuk kelompok gangguan yang heterogen. DSM-IV memiliki rangkaian diagnosis untuk
gangguan psikotik, didasarkan terutama atas lama gejala. Untuk gejala psikotik yang
berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang dari satu bulan dan tidak disertai dengan
suatu gangguan mood, gangguan berhubungan zat, atau suatu gangguan psikotik karena
kondisi medis umum, diagnosis psikosis akut kemungkinan merupakan diagnosis yang tepat.
Pada umumnya pasien dengan gangguan psikotik akut memiliki prognosis yang baik.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Psikiatri : Skizofrenia (F2). Editor : Chris Tanto, Frans Liwang, dkk. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi 4. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius. 2014:910-3.
2. Gangguan Psikotik Akut dan Sementara : Schizophrenia like (F23.2). Editor : Rusdi
Maslim. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III dan DSM-5.
Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. 2013:53-55.
4. Kusumawardhani A, Husain AB, dkk. Buku Ajar Psikiatrik. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010. Hal 13.
5. Nemade R, Dombeck M. Symptom of psychiatry due to a medical condition.
(diunduh Februari 2012). Tersedia dari: URL:
HYPERLINKhttp://www.mentalhelp.net2.
6. Sadock BJ, Sadock VA.Mental disorders due to a general medical condition.Synopsis
of psychiatry behavioral sciances/ clinical psychiatry. 10thed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2007.
7. News Medical. Apa Penyebab Psikosis. 1 November 2012. Diunduh dari:
http://www.news-medical.net/health/What-Causes-Psychosis-(Indonesian).aspx.
8. Kaplan, HI danSadock, BJ. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis. Jilid satu. Binapura Aksara Publisher. Jakarta; 2010.
9. Ingram, dkk. 1993. Catatan Klinik Psikiatri. Jakarta: EGC.
10. Katona, Cornelius Dn Robertson Mary. 2005. Psychiatry at a Glance. 3 th edition.
London: Blackwall Publishing.
11. Muslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujuka Ringkas dari PPDGJ III. Jakarta; Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya; 2003.
12. Hawari HD. Pendekatan holistic padagangguan jiwa skizofrenia. Edisi ke-2.Cetakan
3. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006.
17