Anda di halaman 1dari 58

ANALISA ARTIKEL FIELD STUDY HIV/AIDS

Disusun Oleh :

Nama : Diah Ayu Putri Utami

Nim : 30901800044

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus Human Immunodefficiency Virus (HIV). Virus ini menyerang sel
darah putih sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh. Jika hal tersebut terjadi,
maka tubuh menjadi rentan terhadap penyakit. Tubuh yang lemah dan tidak berdaya
melawan penyakit menyebabkan berkembangnya kuman penyakit. HIV/ AIDS menular
melalui kontak seksual yaitu terdapat pada cairan sperma dan cairan vagina, alat suntik
yang terkontaminasi seperti penggunaan narkoba suntik, dan juga penularan melalui ibu
ke janin (Shaluhiyah et al., 2013).
Data Global HIV Statistic menunjukkan terdapat 37,9 juta jiwa hidup dengan
HIV, dengan jumlah kasus baru sebesar 1,7 juta jiwa dan jumlah orang yang meninggal
karena AIDS sebanyak 770.000 jiwa. Selain pengobatan dengan terapi ARV sebagian
Besar penderita HIV cenderung melakukan segala usaha untuk mengobati penyakitnya
termasuk dengan menggunakan pengobatan alternatif dan komplementer (CAM). Terapi
pengobatan Complementary Alternative Medicine (CAM) merupakan terapi yang
menggunakan bahan-bahan alami dalam melakukan pengobatan terapi, tidak hanya
berasal dari tumbuhan herbal tetapi juga mencakup penggunaan vitamin dan mineral
alam lainnya.
Complementary and Alternatif Medicine (CAM) didefinisikan oleh National
Center of Complementary and Alternatif Medicine sebagai berbagai macam pengobatan,
baik praktik maupun produk pengobatan yang bukan merupakan bagian pengobatan
konvensional (Dietlind L. Wahner-Roedler, 2006).
CAM tidak hanya terbatas pada tumbuhan herbal, tetapi juga mencakup
penggunaan vitamin dan mineral alam lainnya. Selain itu juga terdapat terapi body and
mind medicine, meliputi meditasi, yoga, akupunktur dan manipulative body, meliputi
spinal manipulation dan massage therapy (Gusti & Made, 2018)
Penggunaan terapi alternative berupa preparat herbal, terapi komplementer, dan
terapi fisik non medis merupakan hal yang umum di jumpai. Beberapa pihak mengklaim
bahwa penggunaan obat tradisional sering kali berhasil ketika dunia kedokteran telah
angkat tangan. Beberapa yang mengklaim bahwa penggunaan obat tradisional adalah
bebas dari efek samping yang merugikan pasien. Penggunaan obat herbal merupakan
bagian dari tradisi penggunaan yang turun temurun di berbagai kultur. Pengematan
menunjukan bahwa ada peningkatan kecendrungan penggunaan obat-obat herbal dan
terapi alternatif dewasa ini media masa berperan cukup besar dalam kegiatan promosi
obat-obat herbal dan terapi alternative lainya. Di beberapa media dapat di jumpai satu
halaman penuh iklan berisi promosi, kesaksian, atau klaim kemanjuran suatu tata cara
pengobatan alternative (pinzon, 2007).
Jamu adalah obat-obatan herbal merupakan jenis pengobatan alternatif yang
sudah digunakan oleh masyarakat Indonesia dari generasi ke generasi. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh riset kesehatan dasar ( Riskesdas) pada 2010 lalu,
sebanyak 55,3% orang indonesia mengkonsumsi jamu untuk menjaga kesehatan
(jonosewojo, 2013). Meski obat herbal di Indonesia telah dikenal sejak dulu, tetapi
sebagian besar belum memiliki latar belakang ilmiah yang sahih. Hal ini menjadi kendala
ketika masuk dalam dunia formal. Pasalnya dalam dunia kedokteran modern saat ini
berpegang kuat pada evidence based medicine (EBM) pada setiap mengambil keputusan
medis (Arsana & Djoerban, 2011).
Obat herbal kini menarik perhatian serius dari pemerintah, salah satu program
unggulan Departemen Kesehatan tahun 2011 menetapkan obat herbal atau jamu masuk
pelayanan kesehatan primer. Meski obat herbal di Indonesia telah dikenal sejak dulu,
tetapi sebagian besar belum memiliki latar belakang ilmiah yang shahih. Hal ini menjadi
kendala ketika masuk dalam dunia formal. Pasalnya, dalam dunia kedokteran modern
saat ini berpegang kuat pada Evidence Based Medicine (EBM) pada setiap mengambil
keputusan medis (Arsana & Djoerban, 2011).

B. Tujuan
a. Tujuan umum
Utuk mengetahui Studi penggunaan complementary and alternatife medicine (CAM)
pada odha
b. Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik pada ODHA
2. Mengidentifikasi studi complementary pada ODHA
3. Mengidentifikasi alternatife medicine (CAM) pada ODHA
4. Menganalisis tingkat keeratan Studi penggunaan complementary and alternatife
medicine (CAM) pada ODHA
BAB II
ABSTRAK ARTIKEL
ABSTRACT
Main Treatment of HIV / AIDS Using conventional medicine, which is a combination of
antiretroviral. drugs, the main principle of ARV treatment is only to control the replication of the
virus, it cannot kill the HIV viruses. In addition to conventional therapeutic modalities, people
with HIV / AIDS (ODHA) often use Complementary and alternative medicine (CAM) or known
as alternative and complementary medicine. The purpose of this study is to find out what are the
forms and reasons for CAM in ODHA at the Kanti Sehati Sejati Foundation Jambi City. The
design of this research is descriptive observational with a sampling technique that is purposive
sampling. The subjects in this study were 88 respondents. The results showed that the average
age characteristics of ODHA were in the range of late adulthood, the most sexes were male, the
most recent education was High School, and the most occupations were private employees. The
most commonly used form of CAM is prayer (98.86%), the reason most ODHA use CAM is that
of additional therapy in treatment efforts (70.45%), information about CAM comes from friends
(48.86%), some ODHA (82, 95%) felt a positive effect after using CAM, most (54.55%)
obstacles of ODHA in implementing CAM were busy. This study shows that ODHA at the Kanti
Sehati Sejati Foundation Jambi City have used CAM as an additional therapy in the treatment of
HIV/AIDS.
Keywords: Alternative and complementary medicine; HIV / AIDS; CAM
ABSTRAK
P Utama Penyakit HIV/AIDS Menggunakan pengobatan konvensional yaitu kombinasi obat
Antiretroviral, Prinsip utama pengobatan ARV hanya untuk mengendalikan replikasi virus, tidak
dapat membunuh virus HIV. Selain modalitas terapi konvensional, orang dengan HIV/AIDS
(ODHA) sering menggunakan Complementary and alternatif medicine (CAM) atau dikenal
dengan pengobatan alternatif dan komplementer. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apa
saja bentuk serta alasan CAM pada ODHA di Yayasan Kanti Sehati Sejati Kota Jambi. Desain
penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan teknik pengambilan sampel yaitu purposive
sampling. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 88 responden. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa karakteristik usia ODHA rata-rata berada dalam rentang usia dewasa akhir, jenis kelamin
terbanyak yaitu laki-laki, pendidikan terakhir yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA), dan
pekerjaan terbanyak sebagai karyawan swasta. Bentuk CAM yang sering digunakan adalah doa
(98,86%), Alasan kebanyakan ODHA menggunakan CAM yaitu sebagai terapi tambahan dalam
upaya pengobatan (70,45%), informasi mengenai CAM berasal dari teman (48,86%),sebagian
ODHA (82,95%) merasakan efek positif setelah menggunakan CAM, sebagian besar ( 54,55%)
hambatan ODHA dalam menerapkan CAM adalah kesibukan. Penelitian ini menunjukkan bahwa
ODHA di Yayasan Kanti Sehati Sejati Kota Jambi telah menggunakan CAM sebagai terapi
tambahan dalam upaya pengobatan HIV/AIDS.
Kata Kunci : Pengobatan Alternatif dan komplementer, HIV/AID, CAM
BAB III
PEMBAHASAN

 Judul Penelitian
“Studi Penggunaan Complementary and Alternatif Medicine (CAM) pada Odha di
Yayasan Kanti Sehati Sejati Kota Jambi”
 Penulis
a. Nama : Jelly Permatasari
b. Nama : Hasina
c. Nama : Septa Pratama

 Sumber (link, url/doi, jurnal penerbit, halaman jurnal)

1. Link : : http://doi.org/10.22216/jen.v5i1.4986
2. Jurnal penerbit : Jurnal Endurance : Kajian Ilmiah Problema Kesehatan
3. Halaman jurnal : hal 105-114
4. E-ISSN - 2477-6521 Vol 5(1)

 Tanggal Publikasi : Februari 2020


 Tujuan penelitian dan masalah penelitian

a. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apa saja bentuk serta alasan CAM pada
ODHA di Yayasan Kanti Sehati Sejati Kota Jambi.

b. Masalah penelitian

Dalam kasus hiv aids priinsip utama penggobatan ARV hanya untuk mengendalikan
replikasi virus, tidak dapat membunuh virus HIV. Pengobatan yang hanya focus pada
virus peneliti tertarik untuk melakukan pengobatan lainnya yang berpengaruh pada
sistem imun. Complementary and Alternatif Medicine (CAM) didefinisikan sebagai
berbagai macam pengobatan, baik praktik maupun produk pengobatan yang bukan
merupakan bagian pengobatan konvensional. CAM yang dilakukan salah satunya
terapi medis sholat, berdo’a dan berzikir dapat meningkatkan kekebalan tubuh
terhadap virus HIV/AIDS, menurutnya orang yang tinggi spritualnya tinggi pula
gelombang Alfa di otaknya, ini membuat hidupnya lebih tenang. Pada kondisi
demikian tubuh akan mengeluarkan kortisol, epineprine dan norepineprin yaitu
hormon-hormon yang mengalir keluar dari kelenjar adrenal untuk menangkal stres.
 Metode Penelitian (desain,lokasi,sample & uji statistik)
a. Desain penelitian : observasional deskriptif
b. Lokasi penelitian : Yayasan Kanti Sehati Sejati Kota Jambi
c. Sample : 88 responden rata-rata berada dalam rentang usia dewasa akhir, jenis
kelamin terbanyak yaitu laki-laki, pendidikan terakhir yaitu Sekolah Menengah Atas
(SMA), dan pekerjaan terbanyak sebagai karyawan swasta
d. Uji statistik : purposive sampling

 Kelebihan/kekuatan isi artikel penelitian :


CAM yang sering digunakan ODHA dapat memberikan hasil yang baik dan
menguntungkan yang dirasakan setelah menggunakan CAM, hal inilah yang membuat
beberapa responden sangat mempercayai CAM.
 Kekurangan isi artikel penelitian : bahwa besarnya biaya terapi CAM di bandingkan
dengan pengobatan konvensional membuat responden sering melakukan pemilihan
terapi CAM sesuai dengan kemampuan masing masing
 Implikasi hasil penelitian bagi keperawatan
- Sebagai dokumen dan bahan bacaan untuk menambah pengetahuan bagi mahasiswa
keperawatan mengenai gambaran motivasi pada Orang Dengan HIV/AIDS dapat
menjadi langkah awal bagi perawat untuk merencanakan program penyuluhan dan
memberi dukungan kepada penderita HIV/AIDS.
- Meningkatkan upaya penyuluhan tentang HIV/AIDS agar dapat mengetahui cara
pencegahan, bahaya HIV/AIDS dan dapat meningkatkan kesehatanya, sehingga
penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk program penyuluhan tentang HIV/AIDS
dan memberikan dukungan terhadap penderita HIV/AIDS
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian diatas penggunaan herbal pada ODHA sebanyak
(31,82%) jenis herbal yang banyak digunakan adalah Temulawak dan jamu kunyit asam.
Menurut responden yang diwawancara mengatakan bahwa setelah mengkonsumsi herbal
temulawak nilai SGPT/SGOT menurun, hal ini disebabkan karena dalam Temulawak
mengandung senyawa kurkumin diketahui dapat digunakan sebagai hepatoprotektor dan
antioksidan (Devaraj et al, 2010). Kurkumin dilaporkan dapat menghambat replikasi HIV
dengan cara menghambat aktivitas Long Terminal Repeat. Sementara pada virus Herpes
Simplex, Kurkumin menghambat gen immedfote-early rnelalui mekanisme independent
dari aktivitas p300/CBP histon acetyltransferase. Pada kedua virus ini penghambatan
terdapat pada protein penting untuk virus (Reni H, 2012).

B. SARAN
Pada orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) yang paling umum digunakan yaitu,
jamu, vitamin, doa, akupuntur, dan pijat. Alasan kebanyakan pasien HIV/AIDS
menggunakan CAM yaitu untuk mendapatkan terapi yang optimal dalam pengobatan
HIV/AIDS, Mengatasi efek samping ARV dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh
(Shedlin et al, 2013).
DAFTAR PUSTAKA

Permatasari, J., & Pratama, S. (2020). Studi Penggunaan Complementary and Alternatif
Medicine ( CAM ) pada Odha di Yayasan Kanti Sehati Sejati Kota Jambi. 5(1), 105–114.
Asrori, M. A. dan M. (2010). PsikologiRemaja (Perkembangan Peserta Didik).
PT Bumi Aksara: Jakarta.
Brunner dan Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC:Jakarta.

Budi Laksana, Argyo Demartoto, D. I.(2017). Knowledge, Attitude, Sexual Behavior, Family
Support, and Associations with HIV/AIDS Status in Housewives. Journal of Epidemiology
and Public Health, 2(2), 154–163.

Isni, K. (2016). Dukungan Keluarga, Dukungan Petugas Kesehatan, Dan Perilaku Ibu Hiv Dalam
Pencegahan Penularan Hiv/Aids Ke Bayi. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 11(2), 195.
https://doi.org/10.15294/kemas.v11i2.4014
Jayani, I., & Ruffaida, F. S. (2019). Faktor Predisposisi Pengetahuan, Sikap, Nilai dan Budaya
Eks Wanita Pekerja Seksual dengan Kejadian HIV/AIDS di Wilayah Kediri. Care : Jurnal
Ilmiah Ilmu Kesehatan, 7(1), 53. https://doi.org/10.33366/jc.v7i1.1159
Rahayu, I. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang HIV / AIDS. Jurnal Endurance,
2(2), 145–150.
Sistiarani, C., Hariyadi, B., Munasib, M., & Sari, S. . (2018). Peran Keluarga dalam Pencegahan
HIV/ AIDS di Kecamatan Purwokerto Selatan. Jurnal Ilmu Keluarga Dan Konsumen,
11(2), 96–107. https://doi.org/10.24156/jikk.2018.11.2.96
Suharto, S., Gurning, F. P., Pratama, M. Y., & Suprayitno, E. (2020). Implementasi Kebijakan
Penanggulangan HIV/AIDS di Puskesmas Teladan. Jurnal Riset Hesti Medan Akper
Kesdam I/BB Medan, 4(2), 131. https://doi.org/10.34008/jurhesti.v4i2.147
ANALISIS VIDEO SKILL KEPERAWATAN HIV-AIDS

Disusun Oleh :

Nama : Diah Ayu Putri Utami

Nim : 30901800044

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2020
A. Konseling pre HIV
1. Nama tindakan yang dilakukan: Konseling pre HIV
2. Tujuan tindakan: Konseling pre HIV dilakukan untuk klien yang memiliki
perilaku beresiko seperti perilaku seksual berganti ganti pasanganmaupun
penggunaan jarum suntik bergantian. Dan agar klien memahami benar kegunaan
tes HIV, klien dapat menilai risiko dan mengerti persoalan dirinya, klien dapat
menurunkan rasa kecemasannya, klien dapat membuat rencana penyesuaian diri
dalam kehidupannya, klien memilih dan memahami apakah ia akan melakukan
darah HIV atau tidak.
3. Prinsip tindakan:
a. Indikasi : Konseling pre HIV dilakukan pada klien berperilaku menyebabkan
klien dapat berisiko tinggi terinfeksi HIV dan klien mengetahui
tentang HIV/AIDS dengan benar, tetapi atas kemauannya sendiri.
b. Kontra indikasi : -
c. Alat dan Bahan : Surat infoconset
4. Prosedur tindakan & rasionalisasinya:
Fase pra interaksi
a. Baca catatan keperawatan atau catatan medis
b. Sebutkan tindakan keperawatn yang akan dilakukan
c. Cuci tangan 6 langkah sebelum interaksi

Fase orientasi
a. Salam, perkenalan perawat
b. Menayakan identitas pasien (Nama, Alamat)
c. Menayakan tujuan kedatangan pasien
d. Kontrak waktu
e. Menayakan kesepian pasien, dan memeberitahu untuk mengatakan jujur
apa yang akan ditanyakan perawat , dan perawat berjanji akan menjaga
kerahasiannya

Fase kerja

a. Menutup pintu untuk menjaga kerahasiaan dan privasi pasien


b. Membaca basmallah
c. Menayakan status pasien meliputi status nikah, memiliki pasangan,
melakukan hubungan seksual, penggunaan alat suntik berganti gantian,
pernah transfusi darah tidak.
d. Menayakan kepada pasien tentang peyebaran HIV
e. Menayakan bagaiamna pasien dalam menyelesaikan suatu masalah pada
dirinya
f. Menayakan kepada pasien tentang dampak dari sesorang yang terkena HIV
g. Perawat menjelaskan penyebaran HIV
h. Menayakan kepada pasien tentang rumor, mitos, dan persepsi masyarakat
terkait HIV
i. Perawat menjelaskan kembali tentang rumor dimasyarkat terkait HIV, dan
membenarkan atau meluruskan rumor yang selama ini beredar
dimasyarakat
j. Menyakan kepada pasien berapa bersaudra dan ketika ada masalah apakah
pasien bercerita ke pada keluarga atau tidak
k. Perawat menyimpulkan semua pertayaan yang ditayakan dan ada resiko
HIV pada pasien, kemudian perawat menyarankan untuk dilakukan tes
HIV

- jika pasien menolak untuk dilakukan tes HIV


l. Perawat tidak boleh memaksakan dan harus menerima keputusan
pasien
2. Perawat menjelaskan tujuan dilakuakan tes HIV
3. Perawat menjelaskan prosedur apabila dilakuakn tes HIV
4. Perawat menjelaskan jika pasien terkan HIV dan tidak
5. Menyakan kepada pasien apakah bersedia untuk dilakukan tes HIV
(Jika pasien bersedia, maka pasien disuruh untuk membaca
infoncosent dan medatangani info consent sebagai bukti pasien
mau dilakukan tes hiv)
6. Perawat melengkapi dokumen pasien
7. Setelah melengkapi, perawat menghantarkan pasien ke lab untuk
dilakukan pengambilan darah
8. Pasien melakukan pengambilan darah
9. Kemudian, melakukan kontrak yang akan datang (untuk menetahui
hasil tes dan konsul lagi)

Fase terminasi

1. Membaca Hamdallah
2. Menayakan perasaan pasien setelah dilakukan pengambilan darah dan
konseling
3. Perawat mengulang kembali untuk kontrak yang akan datang kepada
pasien
4. Perawat pamitan
5. Bahaya yang mungkin terjadi dan antisipasinya: Bahanya adalah seseorang
yang tidak melakukan konseling pre HIV akan terjadinya drop pada diri
pasien jika tes hivnya nanti positif. Antisipinya harus tetap konseling pre
tes hiv tapi sesuai dengan kehendak pasien.
6. Evaluasi tindakan: Jika pasien mau dilakuakn tes hiv maka dilakukan tes
hiv tetapi jika pasien menolak maka perawat tidak memaksa dan harus
menerima keputusan pasien
7. Daftar pustaka
Link youtube :https://youtu.be/OleuW2aMaL8
Saam, Z., n.d. Zulfan Saam, Psikologi Konseling , (Jakarta: PT Grafindo
Persada, 2013), hlm. 134-135 9, 9–37.

B. Konseling post HIV


1. Nama tindakan yang dilakukan: Konseling Post HIV
2. Tujuan tindakan : konseling ini dilakukan untuk mengetahui hasil HIV pada klien.
3. Prinsip Tindakan
a. Indikasi : Indikasi penderita HIVmirip dengan penyakit biasa seperti demam,
bronchitis dan flu,akan tetapi pada penderita AIDS gejala-gejala ini biasanya
lebih parah dan berlangsung lama.
b. Kontra indikasi: -
c. Alat dan Bahan : Hasil Tes HIV
4. Prosedur tindakan & rasionalnya
Fase pra interaksi
a. Baca catatan keperawatan atau catatan medis
b. Sebutkan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
c. Cuci tangan 6 langkah sebelum interaksi

Fase orientasi
a. Salam, perkenalan perawat
b. Menayakan identitas pasien (Nama, Alamat)
c. Kontrak waktu
d. Menayakan kesiapan pasien, untuk menerima apapun hasil tes HIV yang
sudah dilakukan

Fase kerja
a. Menutup pintu untuk menjaga kerahasiaan dan privasi pasien
b. Membaca basmallah
c. Memberitahu pasien tentang hasil Tes HIV yang sudah dilakukan
d. Menayakan kepada pasien tentang apa yang diketahui dengan hasil HIV
e. Memberitahun tentang Hasil Tes HIV dan memberikan penjelasan tentang
virus yang masuk
f. Menayakan kepada pasien tentang perasaan setelah dilakukan tes HIV dan
menerima hasilnya
g. Perawat memberikan waktu untuk pasien meluapkan emosinya dan
melanjutkan konsultasinya.
h. Perawat Menjelaskan tentang reaksi yang dialami pasien ketika melihat
hasil Tes HIV
i. Perawat Menanyakan kepada pasien atas apa yang dilakukan pasien ketika
mendapat masalah
j. Perawat menanyakan kepada pasien tentang apa yang akan dilakukan
ketika tau hasil Tes HIVnya
k. Perawat memberikan kepada pasien informasi tentang HIV
l. Perawat memberikan konseling kepada pasien
m. Perawat melakukan kontrak yang akan datang (untuk datang dan
konsultasi kembali untuk melakukan evaluasi awal)

Fase terminasi

1. Membaca Hamdallah
2. Menayakan perasaan pasien setelah dilakukan konseling HIV dan
menerima hasil Tes HIV
3. Perawat mengulang kembali untuk kontrak yang akan datang kepada
pasien untuk melakukan evaluasi awal
4. Perawat pamitan salam penutup
5. Bahaya yang mungkin terjadi dan antisipasinya : jika hasil HIV positif
maka akan membuat klien lebih emosional, patah semangat dan merasa
kualtis hidup rendah. Pencegahan yang dapat dilakukan memberi petunjuk
agar klien senantiasa menjali pola hidup sehat, dan melakukan beberapa
langkah pencegahan HIV agar tidak menularkan kepada orang lain.
6. Evaluasi tindakan :
Seorang perawat harus bisa memberi motivasi dan semangat kepada pasien
untuk menghindari terjadinya kualitas hidup rendah terhadap hasil test
yang didapat.

Daftar pustaka :
1. Link youtobe : https://www.youtube.com/c/PSIKUMY
2. Mahmudah, N. (2018). Persepsi perempuan pekerja seks terhadap
HIV-AIDS. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Aisyiyah, 14(1),
69-74.

C. Perawatan Jenazah HIV


1. Nama tindakan yang dilakukan: Perawatan Jenazah HIV
2. Tujuan tindakan: Perawatan Jenazah HIV untuk mencegah terjadinya penularan
penyakit infeksi pada saat Penyelenggaraan jenazah ODHA dan infeksi lainnya tanpa
mengabaikan tradisi budaya dan agama yang dianut keluarganya
3. Prinsip tindakan:
a. Indikasi : perawatan jenazah HIV dilakukan pada jenazah yang
terpapar virus agar tidak terjadi penularan
b. Kontra indikasi : -
c. Alat dan Bahan :

 Kapas digulung kecil (se-ibu jari) : 20 biji

 Plastik jernih/transparan lembut : 6 x 8 kaki (2 x 3 meter)

 Cairan Klorin 0,5% : 4 liter


 Ember/baskom : 4 buah

 Sarung tangan karet (Glove) : 20 pasang


 Apron/Jubah Plastik : 4 helai

 Masker (penutup mulut) : 4 helai

 Sepatu boot : 4 pasang

 Pinset/Penjepit Kapas : 1 pasang

4. Prosedur tindakan & rasionalisasinya:


Fase pra interaksi
a. Baca catatan keperawatan atau catatan medis
b. Sebutkan tindakan keperawatn yang akan dilakukan
c. Cuci tangan 6 langkah sebelum interaksi

Fase Kerja

a. Menutup pintu untuk menjaga kerahasiaan dan privasi pasien


b. Membaca basmallah
c. Perlakukan jenazah dengan khidmat
d. Lepas baju jenazah dengan cermat dan dengan cara yang tepat

e. Jenazah dicuci dan dimandikan dengan larutan klorin ke seluruh tubuh

f. Bilas dengan air mengalir

g. Lap jenazah dengan kain yang bersih dan kering.


h. Sumbatkan kapas (direndam larutan klorin) pada rongga (mulut, hidung, dubur,
kemaluan) / luka (gunakan alat penjepit)

i. Lengkapi dengan lapisan kedap air atau plastik

j. Balut jenazah dengan kapas dan kain kafan 1 lapis, kemudian


k. Balut jenazah dengan 1 lapisan plastik 1 lapis (gunting kelebihan plastik)
l. Balut lapisan terakhir dengan kain kafan 2 lapis (pastikan tidak nampak plastik)
m. Membersihkan tempat pemandian jenazah dengan air mengalir
n. Masukkan jenazah ke dalam peti

Fase Terminasi
a. Mencuci tangan dengan klorin dan air mengalir
b. Melepas APD dan memasukkan perlengkapan dalam bak larutan klorin
c. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
5. Bahaya yang mungkin terjadi dan antisipasinya: Bahayanya adalah jenazah yang
tidak diberikan perlakuan perawatan jenazah dengan benar bisa jadi orang yang
disekitar ikut terpapar virus jenazah tersebut
6. Evaluasi tindakan: Jika jenazah dilakuakan perawatan dengan benar dapat dipastikan
telah steril dari adanya virus yang ada pada jenazah tersebut
7. Daftar pustaka

Link youtube : https://www.youtube.com/watch?v=fhgIeBu_OCw

:http://www.kpakabboyolali.or.id/2016/12/tata-cara-pemandian-
jenazah-penderita.html?m=1

D. Pemakaian Standart Precaution


Tujuan
Untuk mencegah atau meminimalisasi terjadinya penyebaran infeksi dari pasien ke
pekerja kesehatan dan sebaliknya atau dari pasien ke pasien lainnya (infeksi nosokomial)
Prinsip tindakan
a) Indikasi : Pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit
b) Alat dan bahan
- Masker
- Pelindung kepala
- Googles
- Baju bedah plastik
- Air mengalir
- Scrub
- Sabun
- Handuk
- Sarung tangan steril
- Baju bedah
Prosedure

1. Proses Keperawatan pada tindakan Standar Precaution Handwashing. Handwashing


atau mencuci tangan adalah menggosokkan semua permukaan dan celah celah tangan
secara bersamaan dengan menggunakan sabun atau bahan kimia dan air. Cuci tangan
merupakn satu komponen dari semua tipe isolation precaution dan ini merupakan hal
yang paling dasar dan efektif dalam mengontrol infeksi dengan cara mencegah
transmisi agen-agen infeksi. Tiga kunci utama mencuci tangan adalah sabun, atau
bahan kima dan air serta friksi atau gesekan kedua belah tangan. Sabun yang
mengandung anti microbial biasanya digunakan pada daerah yang berisiko tinggi
seperti emergensi departement dan ruang perawatan. Mencuci tangan harus dilakukan
ketika tiba di tempat kerja, sebelum meningggalkan tempat kerja, diantara kontak
dengan pasien, setelah melepaskan sarung tangan, atau ketika ytangan terlihat kotor,
sebelum makan, setelah membuang kotoran, setelah kontak dengan cairan tubuh dan
setelah bersentuhhan dengan alat alat yang terkontaminasi dan setelah melakukan
prosedur invasive. Durasi lamanya mencuci tangan tergantung pada situasi, mencuci
tangan seama 10 sampai dengan 15 detik direkomendasikan untuk membersihkan
transient flora dari kedua tangan, area yang berisiko tinggi seperti nurseries biasanya
dianjurkan untuk mencuci tangan selama 2 menit, dan tangan yang kotor boiasanya
membutuhkan waktu yang lebih lama.

Prosedure :

a. Lepaskan perhiasan seperti cincin, sedangkan jam tangan jika memungkinkan


bisa ditolak ke atas kearah siku atau pertengahan pergelangan, juga gulung
lengan baju ke atas siku atau lengan
b. Periksa kedua tangan apakah terdapat luka, kuku yang rusak atau tersayat, luka
atau lecet pada kulit, atau daerah yang teramat kotor.
c. Buka kran air, atur aliran dan suhunya, suhu air haruslah hangat.
d. Basahi kedua tangan dan lengan bawah di bawah air kran yang mengalir, letakan
tangan dalam posisi ke bawah dengan siku lurus. Hindari memercikan air atau
menyentuh wastafel.
e. Gunakan sekitar 5 ml sabun cair, ratakan keseluruh tangan.
f. Secara menyeluruh gesekan kedua tangan selama 10 sampai 15 detik, masukan
jari jari tangan yang satu kecelah jari tangan yang lain dan gesekan kedepan dan
belakang. Gesek telapak dan belakang tangan dengan gerakan melingkar.
Perhatikan secara khusus pada lipatan tangan dan kuku jari yang diketahui
sebagai tempat tinggal mikroorganisme.
g. Bilas kedua tangan dalam posisi kebawah dengan siku lurus, bilas dari arah
lengan, ke pergelangan dan jari-jari tangan.
h. Keringkan tangan secara menyeluruh dengan tissue atu handuk dari arah jari
tangan menuju ke pergelangan tangan dan buang tissue ditempat sampah
i. Matikan kran air dengan dilapisi tissue yang bersih dan kering atau handuk.

2. Memakai dan melepaskan sarung tangan dan gowns yang bersih dan yang
terkontaminasi

Prosedure :

a. Cuci tangan.
b. Pakai gown sebelum mengenakan masker atau cap.
a) Pastikan gown menutupi semua pakaian anda.
b) Tarik lengan gown turun sampai kepergealngan tangan.
c) Ikat gown pada daerah leher dan pinggang
c. Pakai sarung tangan yang bersih, jika digunakan dengan gown, pakai sarung
tanagn setelah gown dan tarik sarung tangan sehingga menutupi lengan gown
d. Masuki runagan pasien dan jelaskan perlunya menggunakan sarung tangan dan
gown.
e. Setelah melakukan tugas tugas yang penting, lepaskan sarung tangan dan gown
sebelum meninggalkan ruangan.
1) Buka ikatan gown dan lepaskan dari bahu, lipat dan gulung gown
kedepan sehingga membentuk bola, sehingga bagian yang
terkontaminasi digulung dibagian tengah gown lau buang ditempat
yang sesuai.
2) Pegang bagian tepi luar dari sarung tangan dan tarik serta balikan
bagian luar kedalam. Pegang dan satukan dengan sarung tangan yang
sebelah lagi.
3) Lepaskan sarung tangan lainya dengan tanpa menyentuh bagian
luarnya, balikan sarung tangan tersebut yang luar kedalam dan
masukan sarung tangan pertama kedalamnya bersamaan ketika
melepaskanya. Buang sarung tangan tersebut ketempat yang sesuai.
f. Cuci tangan.
3. Memakai penutup kepala dan sarung tangan. Mencuci tangan merupakan satu tekhnik
yang paling penting untuk mengontrol infeksi. Sedangkan metode yang lain yang
digunakan untuk mengontrol infeksi adalah penggunaan penghalang atau barrier yang
special seperti masker dan penutup kepala. Masker diperlukan ketika merawat pasien
dalam strict isolation, kontak isolasi, atau respiratori isolasi. Masker jugan harus
digunakan ketika merawat pasien dengan gangguan system imun tubuh atau pasien
dengan hepatitis B atau AIDS. Pelindung mata dan muka biasanya juga digunakan
sebagai tambahan dari masker.

Prosedure :

a. Cuci tangan.
b. Gunakan Cap atau penutup kepala, yakinkan bagi wanita untuk mengikat
rambut dan seluruh rambut harus tertutup oleh cap. Bagi laki laki yang
memilki jambang, jenggot dan kumis pastikan juga agar memakai cap yang
menutupi semua rambut rambut ini.
c. Pakailah masker sehingga masker menutupi seluruh mulut dan hidung. Untuk
masker yang menggunakan tali :
1) Pegang bagian atas masker dan tekan bagian atas masker yang
terdapat metal didalamnya diatas batang hidung.
2) Tarik dua tali bagian atas diatas telinga dan ikatkan pada bagian
belakang kepala.
3) Ikatkan dua tali masker bagian bawah didaerah leher bagian atas
sehingga bagian bawah masker rapat tepat dibawah dagu.
d. Masuk kedalam kamar pasien dan jelaskan mengapa perawat harus memakai
masker dan penutup kepala.
e. Setelah menyelesaikan pekerjaan yang dibutuhkan lepaskan masker dan
penutup kepala sebelum meninggalkan kamar pasien.
1) Buka ikatan bagian bawah kemudian bagian atas dan lepaskan dari
hidung dan mulut dengan tetap memegang pada bagian talinya dan buang
ketempat yang sesuai.
2) Pegang permukaan bagian atas dari penutup kepala tarik dan lepaskan
lalu buang pada tempat sampah yang sesuai.
f. Cuci tangan.
4. Memindahkan dan membersihkan peralatan yang terkontaminasi. Tindakan
pengontrolan infeksi ditujukan untuk semua klien, tanpa membedakan dimana tempat
pelayanan kesehatannya. Memindahkan dan membersihkan peralatan yang
terkontaminasi dari lingkungan pasien setelah tindakan perawatan meupakan
tanggung jawab semua personel kesehatan yang terlibat dalam perawatan pasien
dengan infeksi. Menempatkan alat alat yang terkontaminasi secara tepat mencegah
terjadinya kontaminasi silang disekitar lingkungan pasien dan juga infeksi silang
terhadap individu lain disekitar pasien, peralatan perlu untuk dimasukkan ke dalam
kantong plastik jika terkontaminasi dengan material yang terinfeksi seperti darah,
nanah, cairan tubuh, feses atau sekresi dari saluran nafas. Hal ini dibutuhkan terutama
pada setting dimana medical personel bekerja dengan banyak pasien sepanjang hari
dengan resiko terhadap penyebaran infeksi dari klien kepada perawat, dari perawat ke
perawat dan terhadap klien yang lain.
Prosedure :
a. Cuci tangan sebelum memasuki kamar pasien.
b. Guanakan sarung tangan disposable dan alat pelindung lainnya sesuai
dengan situasi dan ketentuan dari rumah sakit atau agensi.
c. Tempatkan linen bag berlabel pada tautannya.
d. Kumpulkan linen dan pisahkan dari yang terkontaminasi
d. Jangan biarkan linen untuk menyentuh lantai.
e. Tempatkan linen yang kotor kedalam kantong dan linen yang bersih
ditempat yang lain.
f. Jangan meggoyang linen ketika memindahkannya dari tempat tidur atau
kamar mandi.
g. Jangan biarkan linen yang kotor menyentuh baju anda, angkat linen
dengan tangan didepan menjauh dari tubuh.
h. Jangan mengisi kantong linen terlalu penuh.
i. Ikat kantong linen dengan ketat.
j. Cek jika ada bocor atau robek pada kantong linen.
k. Gunakan double bag jika dikhawatirkan bagian luar dari kantong
terkontaminasi.
l. Cuci tangan.

5. Menggunakan sarung tangan steril dengan metode terbuka.


Asepsis atau tekhnik steril meliputi semua praktek yang menghilangkan semua
mikroorganisme dan spora dari suatu objek atau area. Penggunaan sarung tangan
merupakan inti dari tekhnik aseptic. Kemampuan untuk menggunakan peralatan yang
steril tanpa terkontaminasi merupakan sesuatu yang sangat penting untuk beberapa
prosedur diagnostic dan intervensi terapeutik lainnya.

Prosedure :

a. Cuci tangan.
b. Baca instruksi dari pembuat sarung tangan yang terdapat pada bungkus
sarung tangan; lakukan sesuai petunjuk dalam membuka bungkusan luar
dari sarung tangan, menempatkan bagian dalam dari pembungkus di atas
permukaan yang bersih dan kering. Buka pembungkus bagian dalam
sehingga sarung tangan terlihat.
c. Tentukan bagian yang kiri dan yang kanan; pakai sarung tangan pada
tangan yang dominan terlebih dahulu.
d. Pegang lipatan pada pinggir sarung tangan sekitar 5 cm lebarnya dengan
menggunakan ibu jari dan dua jari pertama dari tangan yang kurang
dominan, pastikan anda hanya menyentuh bagian dalam dari lipatan
tersebut.
e. Dengan gentle tarik sarung tangan pada tangan yang dominan, yakinkan
bahwa ibu jari dan jari kelingking sasuai dengan ukuran sarung tangan.
f. Dengan tangan dominan yang sudah bersarung tangan masukan jari anda
ke bawah lipatan dari sarung tangan yang lainnya, ibu jari diabduksikan,
pastikan untuk tidak menyentuh bagian manapun yang tidak steril.
g. Dengan gentle gunakan sarung tangan pada tangan yang tidak dominan
pastikan jari-jari tangan masuk ke tempat yang sesuai
h. Dengan menggunakan kedua tangan yang bersarung tangan masukan jari
tangan yang satu kejari tangan yang lainnya untuk lebih merapatkan
sarung tangan kepada masing masing jari. Jika sarung tangan tersebut telah
kotor lepaskan sarung tangan dengan membelikan bagian dalam keluar
seperti berikut ini
i. Masukan jari tangan dari tangan dominan yang memakai asrung tangan
atau pegang sarung tangan pada bagian luar didaerah pergelangan jika
tidak terdapat lipatan.
j. Tarik sarung tangan menuju jari jari dengan pertama kali membuka bagian
dari ibu jari.
k. Masukan ibu jari yang sudah terlepas sarung tangannya kesarung tangan
pada tangan lainnya didaerah pergelangan, hanya jari tangan yang masih
menggunakan sarung tangan yang boleh menyentuh daerah yang kotor dari
sarung tangan.
l. Tarik sarung tangan kebawah pada tangan yang dominan sampai pada
daerah jarin tangan dan masukan sarung tangan ketangan yang sebelahnya.
m. Dengan tangan yang dominan sentuh hanya bagian dalam dari sarung
tangan yang sebelah, tarik sarung tangan dari tangan yang domina
sehingga hanya bagian dalam sarung tangan yang berada diluar.
n. Buang sarung tangan yang telah digunakan ditempat yang sesuai.
o. Cuci tangan.
6. Surgical scrub Mencuci tangan untuk keperluan operasi atau scrub dilakukan untuk
menghilangan kotoran dan mikroorganisme dari kulit. Perawat yang bekerja dikamar
operasi melakukan cuci tangan surgical untuk menurunkan resiko infeksi pada pasien
jika tanpa disengaja sarung tangan yang steril dan robek atau rusak. Kulit pada tangan
dan lengan perawat harus intact dan bebas dari luka. Di masing masing institusi
kesehatan biasanya ditetapkan prosedur tentang bagai mana melakukan surgical
scrub.

Prosedure :

a. Menyiapkan untuk Surgical Handwashing.


1) Lepaskan cicin, kuku buatan, jam tangan dan anting anting yang tidak sesuai
dengan penutup kepala.
2) Gunakan wastafel yang dalam dengan tempat sabun cair yang memilki tempat
pijakan atau bagian lain untuk mengeluarkan cairan sabun serta control aliran air
serta suhunya.
3) Siapkan juga dua sikat surgical.
4) Gunakan penutup sepatu dan kepala yang menutup rambut dan telinga
seluruhnya.
5) Gunakan masker.
6) Sebelum memulai surgical scrub:
- Buka bungkusan steril yang berisi gown dengan menggunakan aseptic
tekhnik, buat lapangan steril dengan bagian dalam dari pembungkus gown.
- Buka handuk yang steril dan jatuhkan ketengah lapangan steril.
- Buka bungkus luar dari sarung tangan yang steril dan jatuhkan
pembungkus dalam dari sarung tangan ketengah lapangan steril disebelah
lipatan gown dan handuk.
7) Di wastafel yang dalam yang menggunakan control pada lutut atau kaki, buka
kran air hangat, dibawah air yang mengalir basahi kedua lengan dan tangan (dari
mulai siku keujung jari dengan menjaga agar lengan dan tangan tetap berada
diatas siku selama melakukan prosedur (jangan sampai membasahi pakaian anda)
8) Gunakan sabun cair pada kedua tangan secukupnya dan gosokan sabun secara
merata sampai 2 inchi diatas siku.
9) Gunakan pembersih kuku di bawah air yang mengalir, bersihkan bawah kuku dari
setiap jari tangan dan jatuhkan pembersih kuku kedalan wastafel ketika selesai.
10) Basahi dan gunakan sabun pada sikat, jika dibutuhkan. Buka sikat yang masih
terbungkus jika tersedia. Pegang sikat ditangan anda yang lebih dominan, dengan
menggunakan gerakan melingkar, scrub kuku dan semua permukaan kulit pada
tangan yang lainnya (10 gerakan pada setiap daerah kuku, telapak tangan dan
bagian depan dari jari jari tangan).
11) Bilas sikat dengan air dan gunakan kembali sabun.
12) Lanjutkan scrub ketangan yang kurang dominan pada daerah bagian tengah
bawah dan bagian atas lengan masing masing 10 kali gerakan melingkar
kemudian jatuhjkan sikat kedalam wastapel.
13) Pertahankan tangan tetap berada lebih tinggi dari siku, tempatkan ujung jari
dibawah air yang mengalir dan bilas tangan secara menyeluruh. Hati hati untuk
tidak membasahi pakainan anda.
14) Ambil sikat yang kedua dan ulangi prosedur 10 – 13 pada tangan yang sebelahnya
lagi.
15) Pertahankan tangan anda dalam posisi fleksi (diatas siku) dan menuju kekamar
operasi dimana perlatan yang steril telah disediakan.
16) Ambil handuk yang steril dengan memegangnya pada salah satu pinggirnya, buka
seluruh handuk secara keseluruhan dan pastikan untuk tidak menyentuh pakaian
anda.
17) Keringkan setiap tangan dan lengan secara terpisah, keringkan jari jari tangan
serta telapak tangan dengan gerakan melingkar sampai kesiku.
18) Balikkan handuk dan lakukan hal yang sama pada tangan sebelahnya.
19) Buang handuk yang telah digunakan ke dalam kantong linen.

b. Memakai gown.
1) Gown yang steril biasanya dilipat terbalik, bagian dalam keluar.
2) Pegang gown pada daerah leher dan biarkan gown terbuka didepan anda;
tempatkan bagian dalam gown dihadapan anda jangan sampai menyentuh apapun.
3) Dengan tangan direntangkan setinggi bahu, masukan kedua tangan kedalam kedua
lengan gown.
4) Perawat sirkuler akan berada dibelakang anda dan memegang bagian dalam dari
gown membawanya melalui bahu dan mengikatkan tali pada daerah leher dan
pinggang.
c. Menggunakan sarung tangan secara tertutup.
1) Dengan kedua tangan masih didalam kedua lengan baju, buka pembungkus dalam
dari sarung tangan steril yang terdapat pada lapangan steril gown.
2) Dengan tangan yang kurang dominan pegang lipatan dari sarung tangan untuk
tangan yang dominan dengan tangan tetap didalam lengan gown dan letakan
sarung tangan diatas letakan diatas lengan tangan yang dominan. Dengan telapak
tangan menghadap keatas; letakkan telapak dari sarung tangan berlawana dengan
tepak dari lengan gown, dengan jari jari sarung tangan mengarah kesiku.
3) Manipulasi sarung tangan sehingga ibu jari dari tangan dominan yang masih
berada dalam gown memegang lipatan cuff dari sarung tanagn; dengan tangan
yang kurang dominan putar lipatan tersebut diatas tangan yang dominan dan
lipatan gown
4) Tangan yang kurang dominan yan masih berada didalam gown pegang lipatan
sarung tanagan dan lengan gown dari tangan yang dominan; perlahan lahan
masukan jari jari kedalam sarung tangan, pastikan lipatan sarung tangan tetap
berada diatas lipatan dari lengan gown.
5) Dengan tangan dominan yang sudah memggunakan sarung tangan ulangi
prosedur 7 dan 8 pada tangan yang kurang dominan.
6) Masukan jari satu tangan kecelah jari tangan yang lain untuk memapankan posisi
sarung tangan.

Bahaya yang akan mungkin terjadi

Jika tidak dilakukan dengan baik maka akan terjadi penularan penyakit

Evaluasi
Seorang perawat harus tau pentingnya pemakaian standart precaution untuk menghindari
terjadinya transmisi penyakit

Daftar pustaka

http://elkiu.blogspot.com/2009/01/standard-precaution.htm

Link Youtube : https://youtu.be/d2creE3B7yg

E. Pemeriksaan rapid test HIV (HIV test kit)


a. Nama Tindakan : pemeriksaan rapid test HIV (HIV test kit)
b. Tujuan tindakan : untuk mengetahui adanya antibodi spesifik secara kualitatif infeksi
virus HIV dengan serum penderita dengan menggunakan metode imu-nokromatografi
rapid test.
c. Prinsip tindakan
a. Indikasi :
3. Dilakukan atas kesadaran pasien
4. Informed consent : persetujuan tindakan pemeriksaan laboratorium hiv
5. Confidentiality(kerahasiaan): semua isi infoemasi atau konseling Antara klien
dan petugas pemeriksa atau konselor dan hasil lab todak akan di ungkapkan
pada pihak lain tanpa persetyjuan klien.
6. Counselling (konseling) :proses dialog Antara konselor dank lien bertujuan
utnuk memberikan informasi yang jelas dan dapat dimengerti klien.
7. Correct test result (hasil test yang tepat)
8. Connections to care, treatment, and prevention services (layanan pennaganan,
perawatan dan pencegahan)
b. Kontra indikasi
1. Memiliki gangguan kesehatan seperti penyakit autoimun, leukemia atau sifilis
2. Konsumsi obat kortikosteroid
3. Masa jendela (window period) yaitu periode dimana antibody terhadap HIV
belum terbentuk sehingga hasil masih negative
4. Konsumsi minuman beralkohol berlebihan
c. Alat dan bahan
1. Serum
2. Strip test untuk pemeriksaan HIV
3. Buffer
4. Pipet tetes 30 mirkon
5. Masker
6. Sarung tangan
d. Prosedur tindakan dan rasionalisasi
Fase pra interaksi
a. mencuci tangan
b. mengidentifikasi pasien dengan baik dan benar
c. menyiapkan dan mendekatkan alat kedekat pasien
d.

Fase orientasi

a. Salam, perkenalan perawat


b. Menanyakan identitas pasien (Nama, Alamat)
c. Menanyakan tujuan kedatangan pasien
d. Kontrak waktu
e. Menanyakan kesepian pasien, dan meminta kerjasamanya

Fase kerja

a. Menutup pintu untuk menjaga kerahasiaan dan privasi pasien


b. Membaca basmallah
c. membuka alumunium strip HIV terlebuh dahulu keterangan S (sample) untuk
memasukkan serum/ plasma, C (control), T1 dan T2 (test/hasil pemeriksaan)
d. masukkan serum sebanyak 30 mikron menggunkan pipet tetes masukkan ke
lubang symbol S
e. tambahkan 1 tetes buffer pada symbol S juga
f. setelah di teteskan serum dengan buffer kita tunggu selama 15-30 menit
g. lalu lihat symbol C jika terdapat 1 strip maka hasilnya negative jika positif
terdapat garis merah pada T1 dan T2
h. menjelaskan hasil pada klien

Fase terminasi

a. Menayakan perasaan pasien setelah dilakukan konseling perawatan paliatif


b. Perawat mengulang kembali untuk kontrak yang akan datang kepada pasien
c. Perawat membuat rencana tindak lanjut
d. Membaca hamdallah
e. Cuci tangan
f. Berpamitan dengan pasien
g. okumentasi

5. Bahaya yang mungkin terjadi dan atisipasi : jika menggunakan sempel darah maka
kemungkinan bisa mengalami rasa nyeri, bengak dan memar.

6. Evaluasi tindakan

Seorang perawat harus bisa memberi motivasi dan semangat kepada pasien untuk
menghindari terjadinya kualitas hidup rendah terhadap hasil test yang didapat.

7. Daftar Pustaka

https://youtu.be/DMEicWbirJ0

jurnal.ukh.ac.id

F. Konseling Perawatan Paliatif HIV

1. Nama tindakan yang dilakukan : Konseling Perawatan Paliatif HIV

2. Tujuan Tindakan : mengurangi penderitaan pasien, meningkatkan kualitas


hidupnya,juga memberikan support kepada keluarganya. Meski pada akhirnya
pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara
psikologis dan spiritual, tidak stress menghadapi penyakit yang dideritanya.

3. Prinsip Tindakan :
a. Indikasi : Pasien HIV mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang
mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka pentingnya
dilakukan dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual
yang dikenal sebagai perawatan paliatif.

b. Kontra indikasi : -

c. Alat dan Bahan : -

4. Prosedur tindakan & rasionalisasinya :

Fase pra interaksi

a. Baca catatan keperawatan atau catatan medis

b. Sebutkan tindakan keperawatn yang akan dilakukan

c. Cuci tangan 6 langkah sebelum interaksi

Fase orientasi

a. Salam, perkenalan perawat

b. Menanyakan identitas pasien (Nama, Alamat)

c. Menanyakan tujuan kedatangan pasien

d. Kontrak waktu

e. Menanyakan kesepian pasien, dan meminta kerjasamanya

Fase kerja

a. Menutup pintu untuk menjaga kerahasiaan dan privasi pasien

b. Membaca basmallah

c. Menanyakan bagaimana perasaan

d. Menanyakan kepada pasien tentang keluhan yang saat ini dialami

e. Menanyakan apakah pasien sudah diberi obat dan apakah pasien sudah
meminum obatnya
f. Menanyakan kepada pasien tentang apakah sudah bisa mengatasi keluhan
sebelumnya (misal apakah sudah bisa tidur karena kemaren mengeluh
tidak bisa tidur)

g. Perawat menjelaskan kepada pasien harus lebih semangat, harus bisa


melewati dan menerima suatu keadaan, harus lebih kuat dan harus bisa
memotivasi diri sendiri bahwa diluar sana banyak yang lebih parah dari
pada pasien tetapi mereka masih memiliki keinginan untuk sembuh.

h. Perawat menyarankan kepada pasien besok jika pasien keluar dari rumah
sakit pasien bisa berbagi pengalaman dengan pasien lain yang menderita
HIV, pasien bisa sharing, harus semangat dan memotivasi diri sendiri.

i. Perawat menjelaskan kembali tentang rumor dimasyarkat terkait HIV,


dan membenarkan atau meluruskan rumor yang selama ini beredar
dimasyarakat

Fase terminasi

a. Membaca Hamdallah
b. Menayakan perasaan pasien setelah dilakukan konseling perawatan
paliatif
c. Perawat mengulang kembali untuk kontrak yang akan datang kepada
pasien
d. Perawat membuat rencana tindak lanjut
e. Cuci tangan
f. Berpamitan dengan pasien
g. Dokumentasi

5. Bahaya yang mungkin terjadi dan antisipasinya : Jika tidak dilakukan maka pasien
akan semakin terpuruk dengan keadaannya saat ini, antisipasinya pasien harus
dibimbing dan senantiasa diberi motivasi untuk meningkatkan kualitas hidupnya
6. Evaluasi tindakan :
Seorang perawat harus bisa memberi motivasi dan semangat kepada pasien untuk
menghindari terjadinya kualitas hidup rendah

7. Daftar pustaka :

Link youtube : https://youtu.be/LvLK0bw__PM

Galistiani, G. F. & L. Mulyaningsih. 2013. Kepatuhan Pengobatan Antiretroviral


Pada Pasien HIV/AIDS Di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Media
Farmasi. 10(2) : 94-103.

PENGKAJIAN HIV AIDS

Disusun Oleh :

Nama : Diah Ayu Putri Utami

Nim : 30901800044

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2020
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN
HENDERSON (BIO PSIKO SOSIO KULTURAL SPIRITUAL)

A. PENGKAJIAN
1. Status Kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
- Keluhan utama
Saat ini : Dari hasil wawancara klien mengatakan bahwa kondisnya sehat dan
bahagia
- Upaya yang sudah dilakukan untuk mengatasinya.
Karena tidak ada keluhan yang dirasakan pada klien saat ini, maka tidak ada
upaya untuk mengatasi masalah.

b. Satus Kesehatan Masa Lalu


- Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan sebelum klien terdiagnosa HIV/AIDS klien masih sehat,
tapi sudah merasakan gejala-gejala yaitu diare selama 3 bulan, batuk, pilek
dan demam klien dirawat di Rumah Sakit selama 1 bulan, klien juga
mengatakan badannya selama 1 bulan di rawat di rumah sakit jadi kurus.
- Alergi
Klien juga mengatakan tidak ada riwayat alergi obat atau makanan
- Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)
Dari hasil wawancara mengatakan sudah tidak merokok dan alkohol, untuk
minum kopi juga jarang sehari bisa 1x sehari atau 2x sehari dan kadang
sehari juga tidak minum kopi tergantung waktunya

c. Riwayat Penyakit Keluarga


Dari hasil wawancara mengatakan bahwa ada riwayat penyakit keluarga seperti
kolestrol, darah tinggi, dan diabetes militus.

d. Therapi yang pernah dilakukan


Klien mengatakan waktu dulu pernah melakukan terapi sengat lebah dan minum obat
herbal tapi sekarang sudah tidak melakukan terapi dan minum obat herbal lagi,
sekarang lebih mengikuti arahan dari dokter

2. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)


a. Pola Bernapas
- Sebelum sakit : klien mengatakan tidak mengalami sesak nafas atau ganguan
bernapas.
- Saat sakit : klien mengatakan tidak mengalami gangguan bernafas.
b. Pola makan-minum
- Sebelum sakit : pasien mengatakan pada tahun 2005 makan tidak teratur karena
hidup dijalanan dan makan di jam yang tidak produktif. Makan 1 hari sekali,
minum air putih juga jarang kurang lebih 500ml sering mengkonsumsi kopi.
- Saat sakit : pasien mengatakan makan 3x sehari sedangkan untuk agak jarang,
biasanya sekitar 1-2 lt setengah
c. Pola Eliminasi
- Sebelum sakit : pasien mengatakan untuk BAB tidak teratur tetapi jika makan
sambal ketika BAB merasa sakit, pasien mengatakan untuk BAK biasa, namun
kalau ditahan lama merasa sakit dan warna agak kuning pekat
- Saat sakit : klien mengatakan BAB dan BAK lancar dan teratur setiap pagi dan
untuk BAK biasa 6 x sehari
d. Pola aktivitas dan latihan
- Sebelum sakit : pasien mengatakan belum pernah melakukan aktifitas dan
latihan, karena waktu masih belum bisa teratur.
- Saat sakit : pasien mengatakan untuk seminggu sekali jalan jalan , 15/30 mnt,
fitnes satu minggu sekali
e. Pola istirahat dan tidur
- Sebelum sakit : pasien mengatakan tidur waktu subuh di jam 5 baru tidur
kemudian bangun jam 4-6 sore.
- Saat sakit : pasien mengatakan tidur jam 11 malam dan tidur siang sekitar jam
1-3 siang.
f. Pola Berpakaian
- Sebelum sakit : klien mengatakan berpakaian dengan seadanya dan
senyamannya.
- Saat sakit : klien mengatakan lebih menata cara berpakaian dan memperhatikan.
g. Pola Kebersihan Diri
- Sebelum sakit : klien mengatakan jarang mandi, karena setelah mengonsumsi
narkoba baru mandi. Mandi 1x sehari.
- Saat sakit : klien mengatakan mandi dengan teratur, mandi 2x sehari
mengunakan sabun.
h. Pola Komunikasi
- Sebelum sakit : pasien mengatakan kurang bersosialisasi dengan tetangga.
- Saat saki : pasien mengatakan untuk saat ini bersosialisasi dengan tentangga
sangat penting
i. Pola Beribadah
- Sebelum sakit : pasien mengatakan tidak pernah beribadah.
- Saat sakit : pasien mengatakan sudah mulai beribadah karena beliau sadar jika
umur tidak lama dan waktu terus berputar.
j. Pola Produktifitas
- Sebelum sakit : pasien mengatakan pagi bangun bersih bersih sebentar olahraga
jika sempet lalu mandi sarapan, dan keluar untuk bekerja.
- Saat sakit : kalien mengatakan melakukan aktivitas sehari hari, berkerja dengan
baik baik.
k. Pola Rekreasi
- Sebelum sakit : pasien mengatakan seminggu sekali (sendiri) selalu meluangkan
waktu untuk meminum kopi dan membahagiakan diri sendiri.
- Saat sakit : pasien mengatakan selalu meluangkan waktu me time, untuk
membahagiakan diri sendiri dan istri tempat makan baru yg belum pernah
ditempati
l. Pola Kebutuhan Belajar
- Sebelum sakit : klien mengatakan tidak ada kebutuhan belajar karena klien
merasa masabodo dan tidak memperhatikan kebutuhan klien sendiri.
- Saat sakit : klien mengatakan sekarang lebih bisa menghargai waktu dan
beradaptasi dengan lingkungan sekitar.

B. Analisa Data

NO DATA MASALAH ETIOLOGI


1 DS : Kesiapan Peningkatan Status ODHA
Klien mengatakan Manajemen
bahwa ia tidak ada Kesehatan Klien mengatakan
keluhan dalam sehari- shock dan takut
harinya
klien mengatakan Klien melakukan
bahwa ia mematuhi pemeriksaan VCT
pengobatan yang
disarankan oleh dokter Klien mematuhi
Klien mengatakan pengobatan yang
bahwa ia telah disarankan
mencoba pengobatan
tradisional agar cepat Kesiapan
sembuh dan meningkatkan
meningkatkan imunitas manajemen kesehatan
tubuh diri
DO :
Klien tampak tenang
dan tidak ada masalah
2 DS :
Klien mengatakan saat Ketidakseimbangan
sakit klien jarang Resiko cairan
minum, klien minum ketidakseimbangan
sehari kira-kira 1 liter elektrolit
Klien mengatakan
warna BAK klien
berwarna kuning pekat

3 DS: Kesiapam peningkatan Dapat bersosialisasi


Klien mengatakan bahwa koping komunitas baik dengan komunitas
ia membantu proses
rehabilitasi teman-
temannya
Klien mengatakan bahwa
ia bergabung disebuah
yayasan
Klien mengatakan bahwa
ia mulai dekat dengan
tetangganya
Klien mengatakan bahwa
ia juga sering melakukan
me time atau waktu untuk
bersantai/rekreasi
DO:
Klien terlihat dapat
berkomunikasi dengan
baik
Klien tampak tenang saat
dikaji
C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari/tgl No. Rencana perawatan TTd


Dx Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
Senin, 1 Setelah dilakukanEdukasi kesehatan Memberikan
21-12- tindakan edukasi
2020 a.Observasi
keperawatan kesehatan
selama 3 x 24 kepada pasien
-Identifikasi kesiapan
pasien dapat akan
dan kemampuan
meningkatkan meningkatkan
menerima informasi
manajemen pengetahuan
kesehatan , yang -Identifikasi faktor- hidup bersih
dibuktikan faktor yang dapat dan sehat pada
dengan pasien meningkatkan dan pasien
mampu : menurunkan motivasi
Manajemen
perilaku hidup bersih
1. Melakukan perilaku pada
dan sehat
tindakan untuk m pasien untuk
engurangi factor b.Terapeutik mengendalikan
resiko perilaku positif
-Sediakan materi dan dan negative
2. Menerapkan media Pendidikan
klien.
program kesehatan
perawatan
-Jadwalkan
aktivitas hidup
Pendidikan kesehatan
sehari-hari efektif
memenuhi tujuan untuk kesepakatan

kesehatan
c.Edukasi

3.Penerimaan
-Ajarkan strategi yang
terhadap
dapat digunakan untuk
perubahan status
meningkatkan
kesehatan perilaku hidup bersih
dan sehat

Manajemen perilaku
Setelah dilakukan 1.Memberikan
2.
tindakan a. Observasi edukasi kesehatan
keperawatan pada pasien akan
-Identifikasi harapan
selama 3 x 24 keseimbangan
untuk mengendalikan
pasien dapat elektrolit
perilaku
meningkatkan
2.Memberikan
keseimbangan
b. Terapeutik
edukasi pada
elektrolit , yang
pasien akan
dibuktikan -Beri penguatan
pemantauan cairan
dengan pasien positif terhadap
mampu : keberhasilan
mengendalikan
1.Menerapkan
perilaku
hidup sehat
dengan minum air -Tingkatkan aktivitas
putih dengan fisik sesuai
teratur kemampuan

2. Mampu -Cegah perilaku pasif


memantau dan agresif
keseimbangan
c. Edukasi
cairan

-Informasikan
keluarga bahwa
keluarga sebagai dasar
pembentukan kognitif

3. Edukasi kesehatan
Memberikan edukasi
Setelah dilakukan
kesehatan kepada
tindakan Observasi
pasien akan
keperawatan
Identifikasi kesiapan meningkatkan
selama 3 x 24
dan kemampuan pengetahuan
pasien dapat
menerima informasi hidup bersih dan
meningkatkan
sehat pada pasien
manajemen
Identifikasi faktor-faktor
kesehatan , yang
yang dapat Manajemen perilaku
dibuktikan
meningkatkan dan pada pasien
dengan pasien
menurunkan motivasi untuk
mampu :
perilaku hidup bersih mengendalikan
dan sehat perilaku klien.
Melakukan
tindakan untuk
Terapeutik
mengurangi
factor resiko Sediakan materi dan
media Pendidikan
Menerapkan
kesehatan
program
perawatan Jadwalkan Pendidikan
aktivitas hidup kesehatan untuk
sehari-hari efektif kesepakatan
memenuhi tujuan
Edukasi
kesehatan
Penerimaan Ajarkan strategi yang
terhadap dapat digunakan untuk
perubahan status meningkatkan
kesehatan perilaku hidup bersih
dan sehat

Manajemen perilaku

Observasi

Identifikasi harapan
untuk mengendalikan
perilaku

Terapeutik

Beri penguatan positif


terhadap keberhasilan
mengendalikan
perilaku

Tingkatkan aktivitas
fisik sesuai
kemampuan

Cegah perilaku pasif


dan agresif

Edukasi

Informasikan keluarga
bahwa keluarga
sebagai dasar
pembentukan kognitif
SATUAN ACARA PENGAJARAN HIV/AIDS

Disusun Oleh :

Nama : Diah Ayu Putri Utami

Nim : 30901800044

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2020
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)

HIV/AIDS

Topik : Pencegahan HIV/AIDS

Sub Topik : Mengenal dan Mencegah Penyebaran HIV/AIDS

Sasaran : Asrama Mahasiswi Nurul Hayat

Waktu : 30 menit

Tanggal : 16 Desember 2020

Tempat : Asrama

Pemateri : Diah Ayu Putri Utami

I. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah diberi penyuluhan, sasaran mampu memahami tentang HIV/AIDS
II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah diberi penyuluhan, sasaran dapat :
1. Sasaran dapat mengerti penjelasan dan bahaya HIV/AIDS
2. Sasaran mampu dan mengerti mengenai kekebalan tubuh
3. Sasaran mampu dan mengerti tanda dan gejala HIV/AIDS
4. Sasaran mampu dan mengerti bagaimana penularan dan pencegahan HIV/AIDS
III. Pokok Materi
1. Pengertian HIV/AIDS
2. Tanda dan gejala HIV/AIDS
3. Penularan dan pencegahan HIV/AIDS
IV. Metode dan Media
1. Metode : Ceramah dan Tanya jawab
2. Media : Laptop, Leflet
V. Susunan Acara
ACARA KEGIATAN WAKTU
1. Pembukaan 1. Memberi salam 10 menit
2. Perkenalan
3. Menyampaikan pokok
bahasan
4. Menjelaskan tujuan
5. Apresiasi
2. Kegatan inti Penyampaian materi : 10 menit
1. Pengertan HIV/AIDS
2. Pengertian kekebalan
tubuh
3. Taanda dan gejala
HIV/AIDS
4. Penularan dan
pencegahan
HIV/AIDS
3. Evaluasi Memberi pertanyaan kepada 5 menit
sasaran :
1. Apa pengertian dari
HIV/AIDS ?
2. Apa Pyang diketahui
tentang kekebalan
tubuh ?
3. Apa tanda dan gejala
HIV/AIDS ?
4. Bagaimana penularan
HIV ?
5. Baimana pencegahan
HIV ?

4. Penutup Salam penutup 3 menit


VI. Setting Tempat :

PENYULUH

AUDIEN

VII. Evaluasi
Dengan menanyakan kembali kepada sasaran tentang :
1. Pengertian dari HIV/AIDS
2. Tanda dan gejala HIV/AIDS
3. Penularan penyakit HIV/AIDS
4. Pencegahan penyakit HIV / AIDS

VIII. Lampiran Materi


1. Pengertian HIV/AIDS
HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem
kekebalan tubuh, dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Semakin banyak
sel CD4 yang dihancurkan, kekebalan tubuh akan semakin lemah, sehingga rentan
diserang berbagai penyakit.
Infeksi HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi
serius yang disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). AIDS adalah
stadium akhir dari infeksi virus HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk
melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.
2. Gejala HIV/AIDS
Gejala tahap infeksi akut bisa ringan hingga berat, dan dapat berlangsung hingga
beberapa minggu, yang meliputi:
- Demam hingga menggigil.
- Muncul ruam di kulit.
- Muntah.
- Nyeri pada sendi dan otot.
- Pembengkakan kelenjar getah bening.
- Sakit kepala.
- Sakit perut.
- Sakit tenggorokan dan sariawan.
Gejala infeksi HIV pada tahap laten bervariasi. Beberapa penderita tidak merasakan
gejala apapun selama tahap ini. Akan tetapi, sebagian penderita lainnya mengalami
sejumlah gejala, seperti:
- Berat badan turun.
- Berkeringat di malam hari.
- Demam.
- Diare.
- Mual dan muntah.
- Herpes zoster.
- Pembengkakan kelenjar getah bening.
- Sakit kepala.
- Tubuh terasa lemah.
Gejala AIDS meliputi:
- Berat badan turun tanpa diketahui sebabnya.
- Berkeringat di malam hari.
- Bercak putih di lidah, mulut, kelamin, dan anus.
- Bintik ungu pada kulit yang tidak bisa hilang. Keluhan ini kemungkinan
menandakan adanya sarkoma Kaposi.
- Demam yang berlangsung lebih dari 10 hari.
- Diare kronis.
- Gangguan saraf, seperti sulit berkonsentrasi atau hilang ingatan.
- Infeksi jamur di mulut, tenggorokan, atau vagina.
- Mudah memar atau berdarah tanpa sebab.
- Mudah marah dan depresi.
- Ruam atau bintik di kulit.
- Sesak napas.
- Tubuh selalu terasa lemah.
3. Penularan dan pencegahan HIV/AIDS
 Penularan HIV AIDS terjadi karena beberapa hal, diantaranya:
- Penularan melalui darah
- Hubungan seksual berganti-ganti pasangan
- Menggunakan alat suntik bergantian
 HIV AIDS tidak dapat menular melalui:
- Berjabat tangan, berpelukan, mencium pipi
- Makan dan berenang bersama
- Toilet umum dan telepon umum
 Pencegahan HIV/AIDS
Sampai saat ini, belum ada vaksin yang dapat mencegah infeksi HIV.
Meskipun demikian, infeksi dapat dicegah dengan beberapa langkah berikut:
- Gunakan kondom yang baru tiap berhubungan seks, baik seks melalui
vagina atau melalui dubur. Bila memilih kondom dengan pelumas,
pastikan pelumas yang berbahan dasar air. Hindari kondom dengan
pelumas yang berbahan dasar minyak, karena dapat membuat kondom
bocor. Untuk seks oral, gunakan kondom yang tidak berpelumas.
- Hindari berhubungan seks dengan lebih dari satu pasangan.
- Beri tahu pasangan bila Anda positif HIV, agar pasangan Anda
menjalani tes HIV.
- Diskusikan kembali dengan dokter bila Anda didiagnosis positif HIV
dalam masa kehamilan, mengenai penanganan selanjutnya dan
perencanaan persalinan, untuk mencegah penularan dari ibu ke janin.
- Bagi pria, disarankan bersunat untuk mengurangi risiko infeksi HIV.
IX. Rencana Evaluasi Kegiatan (struktur, proses, hasil)

1 Struktur ( persiapan )
- Sudah membuat setting acara sejak 2 hari sebelum penkes
- Sudah survei ketempat yang akan dilaksankan penkes sebelum 1 hari penkes
- Sudah seting tempat sejak 1 hari sebelum penkes
- Sudah menyiapkan materi sebelum 1 hari penkes
- Sudah menyediakan materi leaflet sebelum 1 hari penkes
- Sudah menetapkan hari dan tanggal sebelum 1 hari penkes
2 Proses.
- Sasaran memperhatikan dan mendengarkan selama pendidikan kesehatan
berlangsung .
- Sasaran aktif bertanya apakah ada hal yang belum di mengerti
- Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan yang diberikan pemateri
- Saran tidak meninggalkan tempat saat pendidikan kesehatan berlangsung
- Tanya jawab berjalan dengan baik
- Sasaran dapat mendemonstrasikan kembali
3 Hasil
- Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil apabila sasaran mampu 80% mampu
mendemonstrasikan kembali dengan benar
- Pendidikan kesehatan dikatakan cukup berhasil / cukup baik apabila sasaran
mampu menjawab pertanyaan antara 50 – 80 % dengan banar
- Pendidikan kesehatan dikatakan kurang berhasil atau tidak apabila sasaran hanya
mampu menjawab kurang dari 50% dengan benar

DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA

Purwaningsih, S. S., & Widayatun, N. F. N. (2008). Perkembangan HIV dan AIDS Di


Indonesia: Tinjauan Sosio Demografis. Jurnal Kependudukan
Indonesia, 3(2), 75-95.

Mulyaningsih, S. (2017). Pengetahuan Tentang HIV/AIDS Berhubungan Dengan


Konseling HIV/AIDS pada Ibu Rumah Tangga HIV/AIDS. Jurnal Ners dan
Kebidanan Indonesia, 5(2), 144-148.

Octavianty, L., Rahayu, A., Rosadi, D., & Rahman, F. (2015). Pengetahuan, Sikap dan
Pencegahan HIV/AIDS Pada Ibu Rumah Tangga. KEMAS: Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 11(1), 53-58.
PENJARINGAN
RESUME

Anda mungkin juga menyukai