Laporan Individu Field Study HIV AIDS
Laporan Individu Field Study HIV AIDS
Disusun Oleh :
Nim : 30901800044
A. Latar belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus Human Immunodefficiency Virus (HIV). Virus ini menyerang sel
darah putih sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh. Jika hal tersebut terjadi,
maka tubuh menjadi rentan terhadap penyakit. Tubuh yang lemah dan tidak berdaya
melawan penyakit menyebabkan berkembangnya kuman penyakit. HIV/ AIDS menular
melalui kontak seksual yaitu terdapat pada cairan sperma dan cairan vagina, alat suntik
yang terkontaminasi seperti penggunaan narkoba suntik, dan juga penularan melalui ibu
ke janin (Shaluhiyah et al., 2013).
Data Global HIV Statistic menunjukkan terdapat 37,9 juta jiwa hidup dengan
HIV, dengan jumlah kasus baru sebesar 1,7 juta jiwa dan jumlah orang yang meninggal
karena AIDS sebanyak 770.000 jiwa. Selain pengobatan dengan terapi ARV sebagian
Besar penderita HIV cenderung melakukan segala usaha untuk mengobati penyakitnya
termasuk dengan menggunakan pengobatan alternatif dan komplementer (CAM). Terapi
pengobatan Complementary Alternative Medicine (CAM) merupakan terapi yang
menggunakan bahan-bahan alami dalam melakukan pengobatan terapi, tidak hanya
berasal dari tumbuhan herbal tetapi juga mencakup penggunaan vitamin dan mineral
alam lainnya.
Complementary and Alternatif Medicine (CAM) didefinisikan oleh National
Center of Complementary and Alternatif Medicine sebagai berbagai macam pengobatan,
baik praktik maupun produk pengobatan yang bukan merupakan bagian pengobatan
konvensional (Dietlind L. Wahner-Roedler, 2006).
CAM tidak hanya terbatas pada tumbuhan herbal, tetapi juga mencakup
penggunaan vitamin dan mineral alam lainnya. Selain itu juga terdapat terapi body and
mind medicine, meliputi meditasi, yoga, akupunktur dan manipulative body, meliputi
spinal manipulation dan massage therapy (Gusti & Made, 2018)
Penggunaan terapi alternative berupa preparat herbal, terapi komplementer, dan
terapi fisik non medis merupakan hal yang umum di jumpai. Beberapa pihak mengklaim
bahwa penggunaan obat tradisional sering kali berhasil ketika dunia kedokteran telah
angkat tangan. Beberapa yang mengklaim bahwa penggunaan obat tradisional adalah
bebas dari efek samping yang merugikan pasien. Penggunaan obat herbal merupakan
bagian dari tradisi penggunaan yang turun temurun di berbagai kultur. Pengematan
menunjukan bahwa ada peningkatan kecendrungan penggunaan obat-obat herbal dan
terapi alternatif dewasa ini media masa berperan cukup besar dalam kegiatan promosi
obat-obat herbal dan terapi alternative lainya. Di beberapa media dapat di jumpai satu
halaman penuh iklan berisi promosi, kesaksian, atau klaim kemanjuran suatu tata cara
pengobatan alternative (pinzon, 2007).
Jamu adalah obat-obatan herbal merupakan jenis pengobatan alternatif yang
sudah digunakan oleh masyarakat Indonesia dari generasi ke generasi. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh riset kesehatan dasar ( Riskesdas) pada 2010 lalu,
sebanyak 55,3% orang indonesia mengkonsumsi jamu untuk menjaga kesehatan
(jonosewojo, 2013). Meski obat herbal di Indonesia telah dikenal sejak dulu, tetapi
sebagian besar belum memiliki latar belakang ilmiah yang sahih. Hal ini menjadi kendala
ketika masuk dalam dunia formal. Pasalnya dalam dunia kedokteran modern saat ini
berpegang kuat pada evidence based medicine (EBM) pada setiap mengambil keputusan
medis (Arsana & Djoerban, 2011).
Obat herbal kini menarik perhatian serius dari pemerintah, salah satu program
unggulan Departemen Kesehatan tahun 2011 menetapkan obat herbal atau jamu masuk
pelayanan kesehatan primer. Meski obat herbal di Indonesia telah dikenal sejak dulu,
tetapi sebagian besar belum memiliki latar belakang ilmiah yang shahih. Hal ini menjadi
kendala ketika masuk dalam dunia formal. Pasalnya, dalam dunia kedokteran modern
saat ini berpegang kuat pada Evidence Based Medicine (EBM) pada setiap mengambil
keputusan medis (Arsana & Djoerban, 2011).
B. Tujuan
a. Tujuan umum
Utuk mengetahui Studi penggunaan complementary and alternatife medicine (CAM)
pada odha
b. Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik pada ODHA
2. Mengidentifikasi studi complementary pada ODHA
3. Mengidentifikasi alternatife medicine (CAM) pada ODHA
4. Menganalisis tingkat keeratan Studi penggunaan complementary and alternatife
medicine (CAM) pada ODHA
BAB II
ABSTRAK ARTIKEL
ABSTRACT
Main Treatment of HIV / AIDS Using conventional medicine, which is a combination of
antiretroviral. drugs, the main principle of ARV treatment is only to control the replication of the
virus, it cannot kill the HIV viruses. In addition to conventional therapeutic modalities, people
with HIV / AIDS (ODHA) often use Complementary and alternative medicine (CAM) or known
as alternative and complementary medicine. The purpose of this study is to find out what are the
forms and reasons for CAM in ODHA at the Kanti Sehati Sejati Foundation Jambi City. The
design of this research is descriptive observational with a sampling technique that is purposive
sampling. The subjects in this study were 88 respondents. The results showed that the average
age characteristics of ODHA were in the range of late adulthood, the most sexes were male, the
most recent education was High School, and the most occupations were private employees. The
most commonly used form of CAM is prayer (98.86%), the reason most ODHA use CAM is that
of additional therapy in treatment efforts (70.45%), information about CAM comes from friends
(48.86%), some ODHA (82, 95%) felt a positive effect after using CAM, most (54.55%)
obstacles of ODHA in implementing CAM were busy. This study shows that ODHA at the Kanti
Sehati Sejati Foundation Jambi City have used CAM as an additional therapy in the treatment of
HIV/AIDS.
Keywords: Alternative and complementary medicine; HIV / AIDS; CAM
ABSTRAK
P Utama Penyakit HIV/AIDS Menggunakan pengobatan konvensional yaitu kombinasi obat
Antiretroviral, Prinsip utama pengobatan ARV hanya untuk mengendalikan replikasi virus, tidak
dapat membunuh virus HIV. Selain modalitas terapi konvensional, orang dengan HIV/AIDS
(ODHA) sering menggunakan Complementary and alternatif medicine (CAM) atau dikenal
dengan pengobatan alternatif dan komplementer. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apa
saja bentuk serta alasan CAM pada ODHA di Yayasan Kanti Sehati Sejati Kota Jambi. Desain
penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan teknik pengambilan sampel yaitu purposive
sampling. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 88 responden. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa karakteristik usia ODHA rata-rata berada dalam rentang usia dewasa akhir, jenis kelamin
terbanyak yaitu laki-laki, pendidikan terakhir yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA), dan
pekerjaan terbanyak sebagai karyawan swasta. Bentuk CAM yang sering digunakan adalah doa
(98,86%), Alasan kebanyakan ODHA menggunakan CAM yaitu sebagai terapi tambahan dalam
upaya pengobatan (70,45%), informasi mengenai CAM berasal dari teman (48,86%),sebagian
ODHA (82,95%) merasakan efek positif setelah menggunakan CAM, sebagian besar ( 54,55%)
hambatan ODHA dalam menerapkan CAM adalah kesibukan. Penelitian ini menunjukkan bahwa
ODHA di Yayasan Kanti Sehati Sejati Kota Jambi telah menggunakan CAM sebagai terapi
tambahan dalam upaya pengobatan HIV/AIDS.
Kata Kunci : Pengobatan Alternatif dan komplementer, HIV/AID, CAM
BAB III
PEMBAHASAN
Judul Penelitian
“Studi Penggunaan Complementary and Alternatif Medicine (CAM) pada Odha di
Yayasan Kanti Sehati Sejati Kota Jambi”
Penulis
a. Nama : Jelly Permatasari
b. Nama : Hasina
c. Nama : Septa Pratama
1. Link : : http://doi.org/10.22216/jen.v5i1.4986
2. Jurnal penerbit : Jurnal Endurance : Kajian Ilmiah Problema Kesehatan
3. Halaman jurnal : hal 105-114
4. E-ISSN - 2477-6521 Vol 5(1)
a. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apa saja bentuk serta alasan CAM pada
ODHA di Yayasan Kanti Sehati Sejati Kota Jambi.
b. Masalah penelitian
Dalam kasus hiv aids priinsip utama penggobatan ARV hanya untuk mengendalikan
replikasi virus, tidak dapat membunuh virus HIV. Pengobatan yang hanya focus pada
virus peneliti tertarik untuk melakukan pengobatan lainnya yang berpengaruh pada
sistem imun. Complementary and Alternatif Medicine (CAM) didefinisikan sebagai
berbagai macam pengobatan, baik praktik maupun produk pengobatan yang bukan
merupakan bagian pengobatan konvensional. CAM yang dilakukan salah satunya
terapi medis sholat, berdo’a dan berzikir dapat meningkatkan kekebalan tubuh
terhadap virus HIV/AIDS, menurutnya orang yang tinggi spritualnya tinggi pula
gelombang Alfa di otaknya, ini membuat hidupnya lebih tenang. Pada kondisi
demikian tubuh akan mengeluarkan kortisol, epineprine dan norepineprin yaitu
hormon-hormon yang mengalir keluar dari kelenjar adrenal untuk menangkal stres.
Metode Penelitian (desain,lokasi,sample & uji statistik)
a. Desain penelitian : observasional deskriptif
b. Lokasi penelitian : Yayasan Kanti Sehati Sejati Kota Jambi
c. Sample : 88 responden rata-rata berada dalam rentang usia dewasa akhir, jenis
kelamin terbanyak yaitu laki-laki, pendidikan terakhir yaitu Sekolah Menengah Atas
(SMA), dan pekerjaan terbanyak sebagai karyawan swasta
d. Uji statistik : purposive sampling
B. SARAN
Pada orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) yang paling umum digunakan yaitu,
jamu, vitamin, doa, akupuntur, dan pijat. Alasan kebanyakan pasien HIV/AIDS
menggunakan CAM yaitu untuk mendapatkan terapi yang optimal dalam pengobatan
HIV/AIDS, Mengatasi efek samping ARV dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh
(Shedlin et al, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Permatasari, J., & Pratama, S. (2020). Studi Penggunaan Complementary and Alternatif
Medicine ( CAM ) pada Odha di Yayasan Kanti Sehati Sejati Kota Jambi. 5(1), 105–114.
Asrori, M. A. dan M. (2010). PsikologiRemaja (Perkembangan Peserta Didik).
PT Bumi Aksara: Jakarta.
Brunner dan Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC:Jakarta.
Budi Laksana, Argyo Demartoto, D. I.(2017). Knowledge, Attitude, Sexual Behavior, Family
Support, and Associations with HIV/AIDS Status in Housewives. Journal of Epidemiology
and Public Health, 2(2), 154–163.
Isni, K. (2016). Dukungan Keluarga, Dukungan Petugas Kesehatan, Dan Perilaku Ibu Hiv Dalam
Pencegahan Penularan Hiv/Aids Ke Bayi. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 11(2), 195.
https://doi.org/10.15294/kemas.v11i2.4014
Jayani, I., & Ruffaida, F. S. (2019). Faktor Predisposisi Pengetahuan, Sikap, Nilai dan Budaya
Eks Wanita Pekerja Seksual dengan Kejadian HIV/AIDS di Wilayah Kediri. Care : Jurnal
Ilmiah Ilmu Kesehatan, 7(1), 53. https://doi.org/10.33366/jc.v7i1.1159
Rahayu, I. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang HIV / AIDS. Jurnal Endurance,
2(2), 145–150.
Sistiarani, C., Hariyadi, B., Munasib, M., & Sari, S. . (2018). Peran Keluarga dalam Pencegahan
HIV/ AIDS di Kecamatan Purwokerto Selatan. Jurnal Ilmu Keluarga Dan Konsumen,
11(2), 96–107. https://doi.org/10.24156/jikk.2018.11.2.96
Suharto, S., Gurning, F. P., Pratama, M. Y., & Suprayitno, E. (2020). Implementasi Kebijakan
Penanggulangan HIV/AIDS di Puskesmas Teladan. Jurnal Riset Hesti Medan Akper
Kesdam I/BB Medan, 4(2), 131. https://doi.org/10.34008/jurhesti.v4i2.147
ANALISIS VIDEO SKILL KEPERAWATAN HIV-AIDS
Disusun Oleh :
Nim : 30901800044
Fase orientasi
a. Salam, perkenalan perawat
b. Menayakan identitas pasien (Nama, Alamat)
c. Menayakan tujuan kedatangan pasien
d. Kontrak waktu
e. Menayakan kesepian pasien, dan memeberitahu untuk mengatakan jujur
apa yang akan ditanyakan perawat , dan perawat berjanji akan menjaga
kerahasiannya
Fase kerja
Fase terminasi
1. Membaca Hamdallah
2. Menayakan perasaan pasien setelah dilakukan pengambilan darah dan
konseling
3. Perawat mengulang kembali untuk kontrak yang akan datang kepada
pasien
4. Perawat pamitan
5. Bahaya yang mungkin terjadi dan antisipasinya: Bahanya adalah seseorang
yang tidak melakukan konseling pre HIV akan terjadinya drop pada diri
pasien jika tes hivnya nanti positif. Antisipinya harus tetap konseling pre
tes hiv tapi sesuai dengan kehendak pasien.
6. Evaluasi tindakan: Jika pasien mau dilakuakn tes hiv maka dilakukan tes
hiv tetapi jika pasien menolak maka perawat tidak memaksa dan harus
menerima keputusan pasien
7. Daftar pustaka
Link youtube :https://youtu.be/OleuW2aMaL8
Saam, Z., n.d. Zulfan Saam, Psikologi Konseling , (Jakarta: PT Grafindo
Persada, 2013), hlm. 134-135 9, 9–37.
Fase orientasi
a. Salam, perkenalan perawat
b. Menayakan identitas pasien (Nama, Alamat)
c. Kontrak waktu
d. Menayakan kesiapan pasien, untuk menerima apapun hasil tes HIV yang
sudah dilakukan
Fase kerja
a. Menutup pintu untuk menjaga kerahasiaan dan privasi pasien
b. Membaca basmallah
c. Memberitahu pasien tentang hasil Tes HIV yang sudah dilakukan
d. Menayakan kepada pasien tentang apa yang diketahui dengan hasil HIV
e. Memberitahun tentang Hasil Tes HIV dan memberikan penjelasan tentang
virus yang masuk
f. Menayakan kepada pasien tentang perasaan setelah dilakukan tes HIV dan
menerima hasilnya
g. Perawat memberikan waktu untuk pasien meluapkan emosinya dan
melanjutkan konsultasinya.
h. Perawat Menjelaskan tentang reaksi yang dialami pasien ketika melihat
hasil Tes HIV
i. Perawat Menanyakan kepada pasien atas apa yang dilakukan pasien ketika
mendapat masalah
j. Perawat menanyakan kepada pasien tentang apa yang akan dilakukan
ketika tau hasil Tes HIVnya
k. Perawat memberikan kepada pasien informasi tentang HIV
l. Perawat memberikan konseling kepada pasien
m. Perawat melakukan kontrak yang akan datang (untuk datang dan
konsultasi kembali untuk melakukan evaluasi awal)
Fase terminasi
1. Membaca Hamdallah
2. Menayakan perasaan pasien setelah dilakukan konseling HIV dan
menerima hasil Tes HIV
3. Perawat mengulang kembali untuk kontrak yang akan datang kepada
pasien untuk melakukan evaluasi awal
4. Perawat pamitan salam penutup
5. Bahaya yang mungkin terjadi dan antisipasinya : jika hasil HIV positif
maka akan membuat klien lebih emosional, patah semangat dan merasa
kualtis hidup rendah. Pencegahan yang dapat dilakukan memberi petunjuk
agar klien senantiasa menjali pola hidup sehat, dan melakukan beberapa
langkah pencegahan HIV agar tidak menularkan kepada orang lain.
6. Evaluasi tindakan :
Seorang perawat harus bisa memberi motivasi dan semangat kepada pasien
untuk menghindari terjadinya kualitas hidup rendah terhadap hasil test
yang didapat.
Daftar pustaka :
1. Link youtobe : https://www.youtube.com/c/PSIKUMY
2. Mahmudah, N. (2018). Persepsi perempuan pekerja seks terhadap
HIV-AIDS. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Aisyiyah, 14(1),
69-74.
Fase Kerja
Fase Terminasi
a. Mencuci tangan dengan klorin dan air mengalir
b. Melepas APD dan memasukkan perlengkapan dalam bak larutan klorin
c. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
5. Bahaya yang mungkin terjadi dan antisipasinya: Bahayanya adalah jenazah yang
tidak diberikan perlakuan perawatan jenazah dengan benar bisa jadi orang yang
disekitar ikut terpapar virus jenazah tersebut
6. Evaluasi tindakan: Jika jenazah dilakuakan perawatan dengan benar dapat dipastikan
telah steril dari adanya virus yang ada pada jenazah tersebut
7. Daftar pustaka
:http://www.kpakabboyolali.or.id/2016/12/tata-cara-pemandian-
jenazah-penderita.html?m=1
Prosedure :
2. Memakai dan melepaskan sarung tangan dan gowns yang bersih dan yang
terkontaminasi
Prosedure :
a. Cuci tangan.
b. Pakai gown sebelum mengenakan masker atau cap.
a) Pastikan gown menutupi semua pakaian anda.
b) Tarik lengan gown turun sampai kepergealngan tangan.
c) Ikat gown pada daerah leher dan pinggang
c. Pakai sarung tangan yang bersih, jika digunakan dengan gown, pakai sarung
tanagn setelah gown dan tarik sarung tangan sehingga menutupi lengan gown
d. Masuki runagan pasien dan jelaskan perlunya menggunakan sarung tangan dan
gown.
e. Setelah melakukan tugas tugas yang penting, lepaskan sarung tangan dan gown
sebelum meninggalkan ruangan.
1) Buka ikatan gown dan lepaskan dari bahu, lipat dan gulung gown
kedepan sehingga membentuk bola, sehingga bagian yang
terkontaminasi digulung dibagian tengah gown lau buang ditempat
yang sesuai.
2) Pegang bagian tepi luar dari sarung tangan dan tarik serta balikan
bagian luar kedalam. Pegang dan satukan dengan sarung tangan yang
sebelah lagi.
3) Lepaskan sarung tangan lainya dengan tanpa menyentuh bagian
luarnya, balikan sarung tangan tersebut yang luar kedalam dan
masukan sarung tangan pertama kedalamnya bersamaan ketika
melepaskanya. Buang sarung tangan tersebut ketempat yang sesuai.
f. Cuci tangan.
3. Memakai penutup kepala dan sarung tangan. Mencuci tangan merupakan satu tekhnik
yang paling penting untuk mengontrol infeksi. Sedangkan metode yang lain yang
digunakan untuk mengontrol infeksi adalah penggunaan penghalang atau barrier yang
special seperti masker dan penutup kepala. Masker diperlukan ketika merawat pasien
dalam strict isolation, kontak isolasi, atau respiratori isolasi. Masker jugan harus
digunakan ketika merawat pasien dengan gangguan system imun tubuh atau pasien
dengan hepatitis B atau AIDS. Pelindung mata dan muka biasanya juga digunakan
sebagai tambahan dari masker.
Prosedure :
a. Cuci tangan.
b. Gunakan Cap atau penutup kepala, yakinkan bagi wanita untuk mengikat
rambut dan seluruh rambut harus tertutup oleh cap. Bagi laki laki yang
memilki jambang, jenggot dan kumis pastikan juga agar memakai cap yang
menutupi semua rambut rambut ini.
c. Pakailah masker sehingga masker menutupi seluruh mulut dan hidung. Untuk
masker yang menggunakan tali :
1) Pegang bagian atas masker dan tekan bagian atas masker yang
terdapat metal didalamnya diatas batang hidung.
2) Tarik dua tali bagian atas diatas telinga dan ikatkan pada bagian
belakang kepala.
3) Ikatkan dua tali masker bagian bawah didaerah leher bagian atas
sehingga bagian bawah masker rapat tepat dibawah dagu.
d. Masuk kedalam kamar pasien dan jelaskan mengapa perawat harus memakai
masker dan penutup kepala.
e. Setelah menyelesaikan pekerjaan yang dibutuhkan lepaskan masker dan
penutup kepala sebelum meninggalkan kamar pasien.
1) Buka ikatan bagian bawah kemudian bagian atas dan lepaskan dari
hidung dan mulut dengan tetap memegang pada bagian talinya dan buang
ketempat yang sesuai.
2) Pegang permukaan bagian atas dari penutup kepala tarik dan lepaskan
lalu buang pada tempat sampah yang sesuai.
f. Cuci tangan.
4. Memindahkan dan membersihkan peralatan yang terkontaminasi. Tindakan
pengontrolan infeksi ditujukan untuk semua klien, tanpa membedakan dimana tempat
pelayanan kesehatannya. Memindahkan dan membersihkan peralatan yang
terkontaminasi dari lingkungan pasien setelah tindakan perawatan meupakan
tanggung jawab semua personel kesehatan yang terlibat dalam perawatan pasien
dengan infeksi. Menempatkan alat alat yang terkontaminasi secara tepat mencegah
terjadinya kontaminasi silang disekitar lingkungan pasien dan juga infeksi silang
terhadap individu lain disekitar pasien, peralatan perlu untuk dimasukkan ke dalam
kantong plastik jika terkontaminasi dengan material yang terinfeksi seperti darah,
nanah, cairan tubuh, feses atau sekresi dari saluran nafas. Hal ini dibutuhkan terutama
pada setting dimana medical personel bekerja dengan banyak pasien sepanjang hari
dengan resiko terhadap penyebaran infeksi dari klien kepada perawat, dari perawat ke
perawat dan terhadap klien yang lain.
Prosedure :
a. Cuci tangan sebelum memasuki kamar pasien.
b. Guanakan sarung tangan disposable dan alat pelindung lainnya sesuai
dengan situasi dan ketentuan dari rumah sakit atau agensi.
c. Tempatkan linen bag berlabel pada tautannya.
d. Kumpulkan linen dan pisahkan dari yang terkontaminasi
d. Jangan biarkan linen untuk menyentuh lantai.
e. Tempatkan linen yang kotor kedalam kantong dan linen yang bersih
ditempat yang lain.
f. Jangan meggoyang linen ketika memindahkannya dari tempat tidur atau
kamar mandi.
g. Jangan biarkan linen yang kotor menyentuh baju anda, angkat linen
dengan tangan didepan menjauh dari tubuh.
h. Jangan mengisi kantong linen terlalu penuh.
i. Ikat kantong linen dengan ketat.
j. Cek jika ada bocor atau robek pada kantong linen.
k. Gunakan double bag jika dikhawatirkan bagian luar dari kantong
terkontaminasi.
l. Cuci tangan.
Prosedure :
a. Cuci tangan.
b. Baca instruksi dari pembuat sarung tangan yang terdapat pada bungkus
sarung tangan; lakukan sesuai petunjuk dalam membuka bungkusan luar
dari sarung tangan, menempatkan bagian dalam dari pembungkus di atas
permukaan yang bersih dan kering. Buka pembungkus bagian dalam
sehingga sarung tangan terlihat.
c. Tentukan bagian yang kiri dan yang kanan; pakai sarung tangan pada
tangan yang dominan terlebih dahulu.
d. Pegang lipatan pada pinggir sarung tangan sekitar 5 cm lebarnya dengan
menggunakan ibu jari dan dua jari pertama dari tangan yang kurang
dominan, pastikan anda hanya menyentuh bagian dalam dari lipatan
tersebut.
e. Dengan gentle tarik sarung tangan pada tangan yang dominan, yakinkan
bahwa ibu jari dan jari kelingking sasuai dengan ukuran sarung tangan.
f. Dengan tangan dominan yang sudah bersarung tangan masukan jari anda
ke bawah lipatan dari sarung tangan yang lainnya, ibu jari diabduksikan,
pastikan untuk tidak menyentuh bagian manapun yang tidak steril.
g. Dengan gentle gunakan sarung tangan pada tangan yang tidak dominan
pastikan jari-jari tangan masuk ke tempat yang sesuai
h. Dengan menggunakan kedua tangan yang bersarung tangan masukan jari
tangan yang satu kejari tangan yang lainnya untuk lebih merapatkan
sarung tangan kepada masing masing jari. Jika sarung tangan tersebut telah
kotor lepaskan sarung tangan dengan membelikan bagian dalam keluar
seperti berikut ini
i. Masukan jari tangan dari tangan dominan yang memakai asrung tangan
atau pegang sarung tangan pada bagian luar didaerah pergelangan jika
tidak terdapat lipatan.
j. Tarik sarung tangan menuju jari jari dengan pertama kali membuka bagian
dari ibu jari.
k. Masukan ibu jari yang sudah terlepas sarung tangannya kesarung tangan
pada tangan lainnya didaerah pergelangan, hanya jari tangan yang masih
menggunakan sarung tangan yang boleh menyentuh daerah yang kotor dari
sarung tangan.
l. Tarik sarung tangan kebawah pada tangan yang dominan sampai pada
daerah jarin tangan dan masukan sarung tangan ketangan yang sebelahnya.
m. Dengan tangan yang dominan sentuh hanya bagian dalam dari sarung
tangan yang sebelah, tarik sarung tangan dari tangan yang domina
sehingga hanya bagian dalam sarung tangan yang berada diluar.
n. Buang sarung tangan yang telah digunakan ditempat yang sesuai.
o. Cuci tangan.
6. Surgical scrub Mencuci tangan untuk keperluan operasi atau scrub dilakukan untuk
menghilangan kotoran dan mikroorganisme dari kulit. Perawat yang bekerja dikamar
operasi melakukan cuci tangan surgical untuk menurunkan resiko infeksi pada pasien
jika tanpa disengaja sarung tangan yang steril dan robek atau rusak. Kulit pada tangan
dan lengan perawat harus intact dan bebas dari luka. Di masing masing institusi
kesehatan biasanya ditetapkan prosedur tentang bagai mana melakukan surgical
scrub.
Prosedure :
b. Memakai gown.
1) Gown yang steril biasanya dilipat terbalik, bagian dalam keluar.
2) Pegang gown pada daerah leher dan biarkan gown terbuka didepan anda;
tempatkan bagian dalam gown dihadapan anda jangan sampai menyentuh apapun.
3) Dengan tangan direntangkan setinggi bahu, masukan kedua tangan kedalam kedua
lengan gown.
4) Perawat sirkuler akan berada dibelakang anda dan memegang bagian dalam dari
gown membawanya melalui bahu dan mengikatkan tali pada daerah leher dan
pinggang.
c. Menggunakan sarung tangan secara tertutup.
1) Dengan kedua tangan masih didalam kedua lengan baju, buka pembungkus dalam
dari sarung tangan steril yang terdapat pada lapangan steril gown.
2) Dengan tangan yang kurang dominan pegang lipatan dari sarung tangan untuk
tangan yang dominan dengan tangan tetap didalam lengan gown dan letakan
sarung tangan diatas letakan diatas lengan tangan yang dominan. Dengan telapak
tangan menghadap keatas; letakkan telapak dari sarung tangan berlawana dengan
tepak dari lengan gown, dengan jari jari sarung tangan mengarah kesiku.
3) Manipulasi sarung tangan sehingga ibu jari dari tangan dominan yang masih
berada dalam gown memegang lipatan cuff dari sarung tanagn; dengan tangan
yang kurang dominan putar lipatan tersebut diatas tangan yang dominan dan
lipatan gown
4) Tangan yang kurang dominan yan masih berada didalam gown pegang lipatan
sarung tanagan dan lengan gown dari tangan yang dominan; perlahan lahan
masukan jari jari kedalam sarung tangan, pastikan lipatan sarung tangan tetap
berada diatas lipatan dari lengan gown.
5) Dengan tangan dominan yang sudah memggunakan sarung tangan ulangi
prosedur 7 dan 8 pada tangan yang kurang dominan.
6) Masukan jari satu tangan kecelah jari tangan yang lain untuk memapankan posisi
sarung tangan.
Jika tidak dilakukan dengan baik maka akan terjadi penularan penyakit
Evaluasi
Seorang perawat harus tau pentingnya pemakaian standart precaution untuk menghindari
terjadinya transmisi penyakit
Daftar pustaka
http://elkiu.blogspot.com/2009/01/standard-precaution.htm
Fase orientasi
Fase kerja
Fase terminasi
5. Bahaya yang mungkin terjadi dan atisipasi : jika menggunakan sempel darah maka
kemungkinan bisa mengalami rasa nyeri, bengak dan memar.
6. Evaluasi tindakan
Seorang perawat harus bisa memberi motivasi dan semangat kepada pasien untuk
menghindari terjadinya kualitas hidup rendah terhadap hasil test yang didapat.
7. Daftar Pustaka
https://youtu.be/DMEicWbirJ0
jurnal.ukh.ac.id
3. Prinsip Tindakan :
a. Indikasi : Pasien HIV mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang
mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka pentingnya
dilakukan dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual
yang dikenal sebagai perawatan paliatif.
b. Kontra indikasi : -
Fase orientasi
d. Kontrak waktu
Fase kerja
b. Membaca basmallah
e. Menanyakan apakah pasien sudah diberi obat dan apakah pasien sudah
meminum obatnya
f. Menanyakan kepada pasien tentang apakah sudah bisa mengatasi keluhan
sebelumnya (misal apakah sudah bisa tidur karena kemaren mengeluh
tidak bisa tidur)
h. Perawat menyarankan kepada pasien besok jika pasien keluar dari rumah
sakit pasien bisa berbagi pengalaman dengan pasien lain yang menderita
HIV, pasien bisa sharing, harus semangat dan memotivasi diri sendiri.
Fase terminasi
a. Membaca Hamdallah
b. Menayakan perasaan pasien setelah dilakukan konseling perawatan
paliatif
c. Perawat mengulang kembali untuk kontrak yang akan datang kepada
pasien
d. Perawat membuat rencana tindak lanjut
e. Cuci tangan
f. Berpamitan dengan pasien
g. Dokumentasi
5. Bahaya yang mungkin terjadi dan antisipasinya : Jika tidak dilakukan maka pasien
akan semakin terpuruk dengan keadaannya saat ini, antisipasinya pasien harus
dibimbing dan senantiasa diberi motivasi untuk meningkatkan kualitas hidupnya
6. Evaluasi tindakan :
Seorang perawat harus bisa memberi motivasi dan semangat kepada pasien untuk
menghindari terjadinya kualitas hidup rendah
7. Daftar pustaka :
Disusun Oleh :
Nim : 30901800044
A. PENGKAJIAN
1. Status Kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
- Keluhan utama
Saat ini : Dari hasil wawancara klien mengatakan bahwa kondisnya sehat dan
bahagia
- Upaya yang sudah dilakukan untuk mengatasinya.
Karena tidak ada keluhan yang dirasakan pada klien saat ini, maka tidak ada
upaya untuk mengatasi masalah.
B. Analisa Data
kesehatan
c.Edukasi
3.Penerimaan
-Ajarkan strategi yang
terhadap
dapat digunakan untuk
perubahan status
meningkatkan
kesehatan perilaku hidup bersih
dan sehat
Manajemen perilaku
Setelah dilakukan 1.Memberikan
2.
tindakan a. Observasi edukasi kesehatan
keperawatan pada pasien akan
-Identifikasi harapan
selama 3 x 24 keseimbangan
untuk mengendalikan
pasien dapat elektrolit
perilaku
meningkatkan
2.Memberikan
keseimbangan
b. Terapeutik
edukasi pada
elektrolit , yang
pasien akan
dibuktikan -Beri penguatan
pemantauan cairan
dengan pasien positif terhadap
mampu : keberhasilan
mengendalikan
1.Menerapkan
perilaku
hidup sehat
dengan minum air -Tingkatkan aktivitas
putih dengan fisik sesuai
teratur kemampuan
-Informasikan
keluarga bahwa
keluarga sebagai dasar
pembentukan kognitif
3. Edukasi kesehatan
Memberikan edukasi
Setelah dilakukan
kesehatan kepada
tindakan Observasi
pasien akan
keperawatan
Identifikasi kesiapan meningkatkan
selama 3 x 24
dan kemampuan pengetahuan
pasien dapat
menerima informasi hidup bersih dan
meningkatkan
sehat pada pasien
manajemen
Identifikasi faktor-faktor
kesehatan , yang
yang dapat Manajemen perilaku
dibuktikan
meningkatkan dan pada pasien
dengan pasien
menurunkan motivasi untuk
mampu :
perilaku hidup bersih mengendalikan
dan sehat perilaku klien.
Melakukan
tindakan untuk
Terapeutik
mengurangi
factor resiko Sediakan materi dan
media Pendidikan
Menerapkan
kesehatan
program
perawatan Jadwalkan Pendidikan
aktivitas hidup kesehatan untuk
sehari-hari efektif kesepakatan
memenuhi tujuan
Edukasi
kesehatan
Penerimaan Ajarkan strategi yang
terhadap dapat digunakan untuk
perubahan status meningkatkan
kesehatan perilaku hidup bersih
dan sehat
Manajemen perilaku
Observasi
Identifikasi harapan
untuk mengendalikan
perilaku
Terapeutik
Tingkatkan aktivitas
fisik sesuai
kemampuan
Edukasi
Informasikan keluarga
bahwa keluarga
sebagai dasar
pembentukan kognitif
SATUAN ACARA PENGAJARAN HIV/AIDS
Disusun Oleh :
Nim : 30901800044
HIV/AIDS
Waktu : 30 menit
Tempat : Asrama
PENYULUH
AUDIEN
VII. Evaluasi
Dengan menanyakan kembali kepada sasaran tentang :
1. Pengertian dari HIV/AIDS
2. Tanda dan gejala HIV/AIDS
3. Penularan penyakit HIV/AIDS
4. Pencegahan penyakit HIV / AIDS
1 Struktur ( persiapan )
- Sudah membuat setting acara sejak 2 hari sebelum penkes
- Sudah survei ketempat yang akan dilaksankan penkes sebelum 1 hari penkes
- Sudah seting tempat sejak 1 hari sebelum penkes
- Sudah menyiapkan materi sebelum 1 hari penkes
- Sudah menyediakan materi leaflet sebelum 1 hari penkes
- Sudah menetapkan hari dan tanggal sebelum 1 hari penkes
2 Proses.
- Sasaran memperhatikan dan mendengarkan selama pendidikan kesehatan
berlangsung .
- Sasaran aktif bertanya apakah ada hal yang belum di mengerti
- Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan yang diberikan pemateri
- Saran tidak meninggalkan tempat saat pendidikan kesehatan berlangsung
- Tanya jawab berjalan dengan baik
- Sasaran dapat mendemonstrasikan kembali
3 Hasil
- Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil apabila sasaran mampu 80% mampu
mendemonstrasikan kembali dengan benar
- Pendidikan kesehatan dikatakan cukup berhasil / cukup baik apabila sasaran
mampu menjawab pertanyaan antara 50 – 80 % dengan banar
- Pendidikan kesehatan dikatakan kurang berhasil atau tidak apabila sasaran hanya
mampu menjawab kurang dari 50% dengan benar
DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA
Octavianty, L., Rahayu, A., Rosadi, D., & Rahman, F. (2015). Pengetahuan, Sikap dan
Pencegahan HIV/AIDS Pada Ibu Rumah Tangga. KEMAS: Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 11(1), 53-58.
PENJARINGAN
RESUME