Anda di halaman 1dari 13

Visi Program Studi

Menjadi program studi vokasi keperawatan yang kreatif, inovatif dan unggul
dalam penerapan sains, teknologi dan seni keperawatan berwawasan agronursing
di tatanan Asia Tenggara 2025

Misi Program Studi

1. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan vokasi yang berkualitas,


berkarakter, serta unggul berwawasan agronursing
2. Menyelenggarakan dan mengembangkan sains, teknologi dan seni
keperawatan melalui proses penelitian berwawasan agronursing yang kreatif,
inovatif dan bernilai
3. Menyelenggaraan dan mengembangkan pengabdian masyarakat di bidang
sains, teknologi dan seni keperawatan berwawasan agronursing yang kreatif,
inovatif dan unggul
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa


atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga buku ajar ini dapat tersusun dan
semoga cukup memberi makna dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran
mata kuliah Farmakologi di Prodi D-3 Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Jember Kampus Kota Pasuruan.
Buku ini disusun untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa khususnya yang
menempuh mata kuliah Farmakologi di Prodi D-3 Keperawatan Fakultas
Keperawatan Universitas Jember Kampus Kota Pasuruan. Secara umum buku ajar
ini berisi bahan kajian yang sesuai ddengan perangkat pembelajaran mata kuliah
Farmakologi.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada pihak-
pihak yang telah membantu tersusunnya buku ajar ini yang tidak memungkinkan
kami sebutkan satu per satu. Semoga jasa-jasa tersebut tercatat sebagai amal
ibadah.

Semoga modul ini bermanfaaat dan dapat digunakan sebaik-baiknya.

Pasuruan, September 2021

Penulis
TOPIK 9

KONSEP PEMBERIAN OBAT PARENTERAL: INTRAVENA &


INTRAMUSCULAR

Oleh:

Ns. R.A. Helda Puspitasari,S.Kep.,M.Kep

I. INTRAVENA (IV)

Injeksi intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat


ke dalam pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit. Dalam
pengertian lain dari penyuntikan intravena adalah tindakan yang dilakukan
dengan menyuntikkan larutan obat ke dalam vena klien menggunakan spuit.

A. JENIS DAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN DALAM


JANGKA PANJANG
Terapi intravena merupakan pemberian cairan atau obat ke dalam
pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu melalui pemasangan infus.
Tetapi karena terapi ini diberikan secara terus menerus dan dalam jangka waktu
tertentu tentunya akan meningkatkan kemungkinan terjadi komplikasi dari
pemasangan infus, salah satunya adalah plebitis (Potter & Perry, 2012). Data
survelans World Health Organisation (WHO) tahun 2014 dinyatakan bahwa
kejadian infeksi nasokomial berupa Plebitis cukup tinggi yaitu 5% per tahun
(WHO, 2014). Suatu penelitian yang dilakukan di 55 rumah sakit dari 14 negara
yang berasal dari Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara, dan Pasifik oleh World
Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa sekitar 8,7% adanya infeksi
nosokomial Hospital Acquired Infection (HAIs) dan untuk Asia Tenggara
sebanyak 10,0% (Rimba Putri, 2016).
Biasanya jenis intravena yang standar akan digunakan dalam jangka
pendek adalah 3 hari. Injeksi intravena yang standar hanya menggunakan sebuah
jarum akan ditusukkan pada pembuluh vena. Kateter kemudian akan dimasukkan
menggantikan jarum. Kateter intravena standar biasanya digunakan untuk dua
jenis metode di bawah ini:
1. Suntik intravena, menggunakan jarum suntik biasa untuk menyuntikan obat
ke vena. Digunakan untuk memberikan obat-obatan ke pembuluh darah
hanya dalam satu kali dosis.
2. Infus Intravena, digunakan untuk memberikan obat-obatan ke pembuluh
darah secara konstan dan terdapat pemasangan infus.
Umunya, jenis intravena standar ini diberikan pada kasus-kasus rawat
inap, operasi, untuk obat-obatan penghilang sakit, pengobatan mual, atau
antibiotik.

B. INDIKASI PEMBERIAN OBAT MELALUI INTRAVENA


Indikasi pemberian obat melalui jalur intravena antara lain:

1. Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral (efektivitas dalam darah


jika dimasukkan melalui mulut) yang terbatas. Atau hanya tersedia
dalam sediaan intravena (sebagai obat suntik). Misalnya antibiotika
golongan aminoglikosida yang susunan kimiawinya “polications” dan
sangat polar, sehingga tidak dapat diserap melalui jalur
gastrointestinal (di usus hingga sampai masuk ke dalam darah). Maka harus
dimasukkan ke dalam pembuluh darah langsung.

2. Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak
dapat menelan obat (ada sumbatan di saluran cerna atas). Pada
keadaan seperti ini, perlu dipertimbangkan pemberian melalui jalur lain
seperti rektal (anus), sublingual (di bawah lidah), subkutan (di bawah
kulit), dan intramuskular (disuntikkan di otot).

3. Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak—obat


masuk ke pernapasan), sehingga pemberian melalui jalur lain
dipertimbangkan.

4. Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga


diberikan melalui injeksi bolus (suntikan langsung ke pembuluh
balik/vena). Peningkatan cepat konsentrasi obat dalam darah tercapai.
Misalnya pada orang yang mengalami hipoglikemia berat dan
mengancam nyawa, pada penderita diabetes mellitus. Alasan ini juga sering
digunakan untuk pemberian antibiotika melalui infus/suntikan, namun
perlu diingat bahwa banyak antibiotika memiliki
bioavalaibilitas oral yang baik, dan mampu mencapai kadar adekuat
dalam darah untuk membunuh bakteri.

C. KONTRA INDIKASI PEMBERIAN OBAT MELALUI


INTRAVENA

Kontra Indikasi Pemberian obat melalui intravena tidak dapat


diberikan dengan ketentuan sebagai berikut.

1. Pemberian melalui intravena tidak dapat diberikan jika obat yang


dibutuhkan pasien tidak dapat larut dalam air.

2. Pemberian melalui intravena tidak dapat diberikan jika obat yang


dibutuhkan pasien menimbulkan endapan dengan protein atau butiran
darah dalam tubuh.

3. Pemberian melalui intravena tidak dapat diberikan jika obat yang


dibutuhkan pasien menimbulkan reaksi alergi yang berbahaya pada
pasien

D. KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN

Terapi intravena merupakan pemberian cairan atau obat ke dalam


pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu melalui pemasangan
infus.Terapi intravena melalui pemasangan infus digunakan untuk mengobati
berbagai kondisi pasien di lingkungan perawatan. Adapun keuntungan dan
kelemahan dalam pemberian obat melalui intravena, diantaranya :

1. Keuntungan:

a. Tidak mengalami tahap absorbsi, maka kadar obat dalam


darah diperoleh secara cepat, tepat dan dapat disesuaikam
langsung dengan respon penderita.

b. Larutan tertentu yang iriatif hanya dapat diberikan dengan cara


ini karena dinding pembuluh darah relativ tidak sensitiv dan bila
di suntikkan perlahan –lahan obat segera di encerkan oleh
darah.
2. Kerugian :

a. Efek toksik mudah terjadi karena keadaan obat yang tinggi


segera mencapai darah dan jaringan. Disamping itu, obat yang
di suntikkan tidak dapat di tarik kembali. Obat dalam
larutan minyak yang mengendapkan konstituen darah dan
yang menyebakan hemolisis. Inflamasi ( bengkak ,nyeri, demam )
dan infeksi di lokasi pemasangan infuse.

b. Terjadi Flebitis

Flebitis didefinisikan sebagai peradangan pada tunica intima


(lapisan pembuluh darah bagian dalam). Kejadian ini ditandai
dengan nyeri dan erythema pada tahap awal dan dapat berkembang
menjadi purulensi pada tahap lanjut ketika tanda-tanda awal tidak
terdeteksi. Plebitis dapat menjadi bahaya, karena bekuan darah
(tromboflebitis) bisa menyebabkan emboli. Hal ini dapat
menimbulkan kerusakan permanen pada vena. Kejadian plebitis
meningkat sesuai dengan lamanya infus terpasang dari kejadian
tersebut dapat mengakibatkan pasien menjalani perawatan yang
lebih lama sehingga pasien harus mengeluarkan biaya yang lebih
banyak.
II. INTRAMUSCULER

Injeksi intramuskuler adalah pemberian obat / cairan dengan cara


dimasukkan langsung ke dalam otot (muskulus). Jaringan intramuskular:
terbentuk dari otot bergaris yang mempunyai banyak vaskularisasi (setiap 20 mm3
terdiri dari 200 otot dan 700 kapiler darah). Aliran darah tergantung dari posisi
otot di tempat penyuntikkan. Injeksi intramuskuler dipilih agar obat dapat dengan
diserap oleh tubuh pasien. Laju absorpsi bergantung pada kondisi sirkulasi
pasien. Biasanya tidak lebih dari 5 mL obat yang disuntikkan untuk orang dewasa
dan 3 mL untuk anak.
Pilih area injeksi berdasarkan ukuran otot dengan jumlah saraf dan pembuluh
darah yang minimum di area tersebut. Area-area injeksi yang umum dipilih antara
lain:

1. Ventrogluteal (panggul)
2. Dorsogluteal (pantat)
3. Deltoid (lengan atas)
4. Vastus lateralis (paha depan)
Lihat Tabel untuk lebih jelas.
Berikut adalah cara untuk mengelola pemberian obat melalui
intramuskuler.
1. Periksa resep obat.
2. Cuci tangan kemudian pakai sarung tangan bersih.
3. Identifikasi pasien dengan benar
4. Bersihkan area injeksi dengan gerakan melingkar menggunakan alkohol
atau betadine sesuai kebijakan fasilitas kesehatan.
5. Tegangkan kulit di area injeksi dengan menggunakan ibu jari dan jari
telunjuk.
Tabel Area Injeksi

Area injeksi Penjelasan


Ventrogluteal  Relatif bebas dari saraf-saraf besar dan cabang
pembuluh darah.
 Anatomi jelas.
 Untuk injeksi IM atau Z-track.
 Cari area injeksi dengan menempatkan tumit
tangan anda pada trokanter besar dari tulang paha
dengan ibu jari menunjuk kearah umbilikus. Jari
telunjuk menandai iliaka anterosuperior. Jari
tengah menelusuri lengkungan krista iliaka.
Ruang antara jari telunjuk dan jari tengah adalah
area injeksi.
Dorsogluteal  Area injeksi yang baik untuk injeksi IM dan Z-
track.
 Perlu hati-hati karena dekat dengan saraf utama
dan struktur vaskular.
 Karena jaringan lemak sangat tebal, sering terjadi
kesalahan ketika mencoba untuk memberikan
injeksi IM (pada kenyataannya obat hanya sampai
pada jaringan subkutan).

Deltoid  Area injeksi yang dipilih untuk vaksin


 Mudah diakses
 Massa otot kecil dibandingkan dengan tempat
lain.
 Gunakan jarum sepanjang 5/8 inci hingga 1,5 inci.
 Cari akromion dari skapula dan deltoid. Ukur 2
sampai 3 jari di bawah akromion diatas garis
tengah lateral lengan untuk mengidentifikasi area
yang tepat. Suntikkan pada sudut 90 derajat.
Vastus lateralis  Area injeksi yang dipilih untuk bayi berusia
kurang dari 7 bulan.
 Memiliki massa otot yang relatif besar.
 Bebas dari saraf utama dan cabang pembuluh
darah.
 Area ini seluas tangan dibawah trokanter besar
dan diatas lutut.
 Suntikkan pada sudut 45 derajat ke arah lutut.

6. Masukkan jarum pada sudut 90 derajat ke dalam otot antara ibu jari dan
jari telunjuk.
7. Lepaskan ibu jari dan jari telunjuk dari kulit.
8. Suntikkan obat dengan perlahan
9. Cabut jarum dengan cepat
10. Pijat lembut area injeksi (kecuali kontraindikasi dengan obat).

A. TUJUAN PEMBERIAN INJEKSI INTRAMUSKULAR

Tujuan dari pemberian obat melalui injeksi intramuscular (IM) adalah :

1. Pemberian obat dengan intramuscular bertujuan agar absorpsi obat lebih


cepat dibanding dengan pemberian secara subcutan karena lebih
banyaknya suplai darah di otot tubuh .

2. Untuk memasukkan dalam jumlah yang lebih besar obat yang diberikan
melalui subcutan.

3. Pemberian dengan cara ini dapat pula mencegah atau mengurangi iritasi
obat. Namun perawat harus berhati-hati dalam melakukan injeksi secara
intramuscular karena cara ini dapat menyebabkan luka pada kulit dan rasa
nyeri dan rasa takut pad pasien.
B. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI
1. Indikasi

Bisa dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama
karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral

2. Kontraindikasi

Infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau saraf besar di
bawahnya

C. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN INJEKSI


INTRAMUSKULAR

1. Keuntungan:

a. Dapat dipakai untuk pemberian obat larut dalam minyak 


b. Absorbsi cepat obat larut dalam air 

2. Kerugian:
a. Rasa sakit 
b. Tidak dapat dipakai pada gangguan bekuan darah
c. Bioavibilitas berfariasi. 
d. Obat dapat menggumpal pada lokasi penyuntikan\
SOAL LATIHAN

1. Berikut ini merupakan salah satu keuntungan dari pemakaian sediaan


injeksi, kecuali
a. Bekerja cepat
b. Kemurnian dan takaran zat lebih terjamin
c. Secara ekonomis lebih murah
d. Dapat di gunakan sebagai depo terapi
e. Kerja obat secara kuat, cepat dan lengkap

2. Berikut ini merupakan kelemahan dalam menggunakan teknik injeksi


a. Dari segi ekonomis lebih mahal
b. Harus dilakukan secara aseptik karena resiko infeksi
c. Dapat menimbulkan rasa nyeri
d. Resiko kerusakan pada pembuluh darah dan syaraf jika pemilihan
injeksi tidak tepat
e. Mempengaruhi kinerja hormon

3. Teknik injeksi intramuskular adalah dengan cara memasukkan obat


melalui
a. Bagian dalam otot
b. Kulit bagian dalam
c. Pembuluh darah balik
d. Nervus
e. Pembuluh arteri

4. Yang merupakan kontraindikasi pada lokasi pemberian obat secara


intramuskular dibawah ini, kecuali
a. Terdapat lesi pada kulit
b. Terdapat tonjolan tulang
c. Pada bagian yang terdapat otot dan syaraf besar dibawahnya
d. Terdapat kelainan warna kulit
e. Terdapat infeksi

5. Apa tujuan dari aspirasi saat melakukan tindakan injeksi secara


intramuskular
a. Agar tidak menyebabkan iritasi subkutan
b. Untuk memastikan obat masuk tepat pada otot
c. Untuk memastikan jarum tepat memasuki pembuluh vena
d. Agar tidak terjadi emboli udara
e. Agar mudah terkontrol pendarahannya
6. Dalam melakukan injeksi intravena jarum yang yang ditusukkan pada kulit
harus sesuai dengan ukuran derajat yang ditentukan agar obat yang di
masukkan tidak menyebabkan turbulensi atau pengkristalan di area
suntikan, yakni
a. 15 - 30 derajat
b. 45 derajat
c. 10 - 15 derajat
d. 60 derajat
e. 35 derajat

7. Alasan mengapa dalam melakukan injeksi intravena lebih disarankan


memilih vena mediana cubitii
a. Lokasinya supervisial dan mudah terlihat/ dimunculkan
b. Lokasinya jauh dari jantung
c. Mudah pemulihan lukanya
d. Tidak terasa begitu sakit
e. Semua benar

8. Hal hal yang perlu di perhatikan saat melakukan pemberian obat secara
intravena, kecuali
a. Dosis yang diberikan harus tepat
b. Jarum harus tepat pada daerah dermis
c. Injeksi harus dilakukan secara perlahan antara 50 – 70 detik
lamanya
d. Kondisi pasien saat akan di injeksi
e. Pastikan tidak ada udara di dalam spuid

9. Berikut merupakan kontraindikasi dalam pemberian obat secara


intravena, kecuali
a. Alat yang digunakan tidak steril
b. Menggunakan obat yang tidak bisa larut dalam air
c. Pasien yang masih memungkinkan untuk di beri obat secara oral
d. Pembuluh vena yang rusak
e. Tidak terdapat infeksi

10. Alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan tindakan injeksi
intravena, kecuali
a. Torniquet
b. Bengkok
c. Pispot
d. Cairan aquades
e. Kapas alkohol

Anda mungkin juga menyukai