Volume 1, Nomor 1, 1 – 16
Rusdi Akbar1
1)
Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada
Abstract: This article presents initial findings about public accountability and performance
measurement practices in Indonesian local government institutions. Moreover, this article provides
accountability tools, content, and reason. In addition, factors affecting performance measurement
practices, and indications of the existence of institutional isomorphism are also discussed.
Abstrak: Makalah ini menyajikan temuan awal dari sebuah studi tentang praktik akuntabilitas dan
pengukuran kinerja institusi pemerintah daerah di Indonesia. Isi, alat dan alasan pelaporan
akuntabilitas dipaparkan dan didiskusikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik pengukuran
kinerja, dan indikasi keberadaan isomorphism kelembagaan juga dibahas.
1
Corresponding author’s email: rusdi.akbar@ugm.ac.id
alasan akuntabilitas serta faktor-faktor yang akuntabilitas eksternal dan internal (Kloot
mempengaruhi praktik akuntabilitas dan 1999; McPhee 2005; Tilbury 2006). Akunta-
pengukuran kinerja di dalam tata kelola bilitas eksternal terwujud jika organisasi publik
pemerintahan di institusi pemerintah daerah di memberikan pertanggungjawaban kepada
Indonesia. pihak luar (Boyne et al 2002), sementara
akuntabilitas internal dilakukan di dalam mata
Kajian Literatur rantai birokrasi (Mejier 2003). Pengukuran
kinerja sektor publik memiliki banyak definisi,
Akuntabilitas dan Pengukuran Kinerja salah satunya yang popular adalah:
Akuntabilitas di sektor publik adalah “the systematic assessment of how well
sebuah konsep yang cukup komplek dan multi services are being delivered to a community
dimensi. Salah satu definisi dasar dan umum – both how efficiently and how effectively”
dari akuntabilitas adalah: (Hatry 1980:312).
“those acting on behalf of another person or Hubungan antara input yang diperlukan
group, report back to the person or group, or dengan output yang dihasilkan diukur dengan
are responsible to them in some way” terminologi efficiency, sementara hasil dan
(Hughes 2003:237) kualitas pelayanan diukur dengan effectiveness.
Dalam dua dekade terakhir, akuntabilitas Osborne dan Gaebler (1992) menyatakan jika
sektor publik telah menjadi topik yang hangat ingin memenangkan dukungan publik, pejabat
dan mendunia. Banyak negara yang telah pemerintah perlu menunjukkan hasil yang
mengintegrasikan konsep ini ke dalam tatanan dicapai. Mengelola dan mengukur kinerja telah
regulasi dan perundang-undangan (Fowles menjadi salah satu kunci penting dalam
1993; Hyndman & Anderson 1995). Salah satu reformasi sektor publik (Gianakis 2002).
aspek penting dalam akuntabilitas pemerin- Pertanyaan mendasarnya adalah: setelah
tahan daerah adalah pelaporan kinerja kepada proses perubahan cukup lama berjalan sudah-
pemerintah pusat dan stakeholder lainnya. Di kah, akuntabilitas dan pelaporan kinerja
Indonesia, pengukuran kinerja juga telah pemerintah terwujud di negeri ini? Jawabannya
menjadi bagian penting dari reformasi akan bergantung pada pihak mana yang
manajemen sektor publik (Podger & Perwira memberikan jawabannya. Aparat pemerintah
2004). Di era reformasi ini, institusi pemerin- kemungkinan besar akan menjawab serentak
tah daerah memiliki tanggung jawab pelaporan ‘tentu sudah’. Sejak awal reformasi institusi
kepada pemerintah di atasnya (vertical accoun- pemerintah, termasuk pemda memang sudah
tability) dan juga kepada publik (horizontal memberikan laporan akuntabilitas kinerja
accountability) melalui dewan perwakilan institusi pemerintah (LAKIP) yang menjadi
rakyat daerah (Mardiasmo 2002). tuntutan dari Inpres No.7/1999. Di lain pihak,
Akuntabilitas pemerintah daerah diukur DPRD, dunia usaha dan sebagian besar
dengan indikator keuangan dan kinerja. masyarakat luas nampaknya masih merasakan
Indikator kinerja memiliki peran yang signi- hal yang berlawanan dengan klaim pemerintah
fikan dalam pengendalian manajemen untuk tersebut. Hal ini bisa kita saksikan dengan
menjamin bahwa organisasi dikelola dengan mudah di dalam kehidupan nyata dimana
baik guna melayani para stakeholdernya sebaik kekecewaan masih lebih dominan daripada
mungkin. Oleh karena itu, pengukuran kinerja kepuasan publik. Perseteruan lembaga legislatif
menjadi sangat vital untuk mewujudkan dan eksekutif semakin sering terjadi. Dunia
memiliki kemampuan menengah dan lanjut. kepada pejabat senior di kabupaten dan kota di
Dalam meningkatkan kualitas laporan kinerja, seluruh Indonesia, terlebih dahulu dilakukan
pemerintah daerah tertentu bisa mengambil pra-survei studi untuk mendapatkan masukan
pelajaran dari koleganya yang telah lebih maju tentang daftar pertanyaan yang akan diajukan.
secara langsung maupun tidak. Oleh karena itu, Pra-survei untuk menguji kuesioner ini
mimetic isomorphism diduga kuat juga hadir dilakukan dengan menggunakan mahasiswa
di Indonesia. Magister Ekonomika Pembangunan UGM
Mengingat kemampuan SDM pemerintah yang hampir seluruhnya adalah para pegawai
daerah yang umumnya masih relatif rendah, pemerintah daerah dari berbagai pelosok
pada saat ini sudah muncul kecenderungan nusantara. Sebanyak 150 mahasiswa dari 7
yang baik dari pemerintah daerah dalam kelas yang berbeda diberi kesempatan untuk
meningkatkan kualitas SDM mereka melalui mengisi kuesioner dan 126 kuesioner diterima
berbagai jalur. Berbagai pelatihan teknis non- kembali untuk di analisis. Ada 15 kuesioner
gelar sampai dengan jalur akademik bergelar yang tidak diisi dengan lengkap sehingga hanya
(diploma, strata satu dan magister) telah 109 yang bisa di analisis.
digunakan untuk meningkatkan kemampuan Hasil analisis pra-survei dapat dilihat pada
SDMnya. Sudah banyak alumni dari berbagai tabel 1 s/d 3 berikut ini. Satu variabel, yaitu
institusi pendidikan tinggi yang kembali komitmen manajemen tidak bisa dianalisis
bekerja ke daerahnya masing-masing dengan dengan menggunakan regresi berganda karena
membawa ilmu dan kemampuan baru untuk ada masalah dengan reliabilitas data (cronbach
meningkatkan kualitas manajemen pemerin- alpha rendah). Hal ini mengindikasikan bahwa
tahan daerah mereka masing-masing. variabel komitmen tidak terlalu menjadi
DiMaggio dan Powell (1983) memberikan perhatian serius dari para responden. Hal ini
arguman bahwa semakin berpendidikan SDM masih bisa dijelaskan mengingat mereka secara
yang dimiliki organisasi, semakin besar umum adalah para pegawai baru yang belum
kemungkinan organisasi tersebut menjadi memiliki pengalaman yang banyak dalam
mirip satu sama lain dalam hal praktik organisasi tempat mereka bekerja sehingga
manajemen. Di sini nampaknya normative persepsi mereka tentang komitmen tidak
isomorphism juga akan atau mungkin sudah konsisten. Kesulitan pengukuran, regulasi, dan
hadir di Indonesia. pengetahuan teknis secara statistik memiliki
pengaruh signifikan terhadap pengembangan
Pra-Survei indikator kinerja.
Sebelum kuesioner tentang akuntabilitas
dan kinerja pemerintah daerah dikirimkan
Tabel 1
Pengembangan Indikator Kinerja
Faktor coefficient t Sig
1. Kesulitan pengukuran -.294 -3.458 .001
2. Regulasi .258 2.797 .006
3. Pengetahuan Teknis .204 2.144 .034
Tabel 2
Penggunaan Indikator Kinerja
variabel coefficient t Sig
1. Regulasi .373 4.117 .000
2. Pengetahuan Teknis .275 2.996 .003
3. Kesulitan pengukuran -.093 -1.127 .262
Tabel 3
Sebaran Responden
Kuesioner dikirim Kuesioner diterima Tingkat Pengembalian
(457) (100) (21.9)
Jumlah % Jumlah %
Lokasi
Jawa 115 25.2 44 44.0 38.3
Luar Jawa 342 74.8 56 56.0 16.4
Tipe
Kabupaten 362 79.2 78 78.0 21.5
Kota 95 20.8 22 22.0 23.2
Tabel 4 menunjukkan bahwa responden (tabel 5, butir d-h). Fakta ini mengindikasikan
didominasi oleh laki-laki dan hanya 9% keengganan yang bisa jadi disebabkan oleh
responden wanita. Sekitar 75% responden kekurangmampuan SDM pemerintah daerah
berusia di atas 40 tahun dan memiliki dalam menyiapkan komponen laporan yang
pengalaman kerja lebih dari 10 tahun. Hampir bersifat lebih teknikal.
seluruh responden berlatar belakang pendi- Laporan keuangan nampaknya masih lebih
dikan selain bidang akuntansi. banyak digunakan daripada laporan kinerja
seperti terlihat pada tabel 6, dimana laporan
Hasil dan Pembahasan keuangan tahunan menempati urutan teratas
sebagai alat professional untuk menyampaikan
Akuntabilitas Pemda
akuntabilitas pemerintah daerah kepada
Hasil survei tentang alat, isi dan alasan stakeholdernya. Sementara itu untuk alat
dilakukannya pelaporan akuntabilitas dapat politis program radio, rapat eksekutif dan
dilihat secara lengkap pada tabel 5 s/d tabel 8. legislatif berada diurutan teratas adapun Kamar
Sebagian besar responden menyatakan bahwa Dagang dan Industri mendapatkan perhatian
informasi yang paling banyak disampaikan yang paling minimal. Tidak mengherankan jika
kepada stakeholder adalah yang sifatnya sangat dunia usaha sering melontarkan kekecewa-
umum (lihat tabel 5, butir a-c). Sementara yang annya kepada pemerintah daerah yang mereka
lebih teknis dan terkait dengan pengukuran pandang kurang berpihak kepada dunia usaha.
kinerja kurang mendapatkan porsi yang besar
dan hanya pada level menengah dan rendah
Tabel 4
Karakteristik Responden
Bidang
Jenis Kelamin Usia Pendidikan Pengalaman
Pendidikan
Lelaki 91 <30 1 S1 37 Akuntansi 2 <2 1
Wanita 9 30 – 40 12 S2 63 Lain 98 2–5 3
41 – 50 37 6 – 10 6
>50 37 11 – 15 33
>15 44
Tabel 5
Isi Laporan Akuntabilitas
Skor
a. tujuan dan sasaran program 89
b. tujuan, prioritas dan kebijakan umum pemda 88
c. fungsi dan kegiatan program 84
d. keluaran program 77
e. informasi kinerja program 70
f. hasil program 69
g. komparasi indikator kinerja 62
h. tren indikator kinerja 61
Tabel 6
Alat Akuntabilitas
Skor
Alat Profesional
a. laporan keuangan tahunan 83
b. laporan anggaran 78
c. laporan penilaian kinerja 69
d. laporan evaluasi program 68
e. laporan audit keuangan 67
f. laporan audit kinerja 62
Alat Politik
a. Program Radio 73
b. Rapat Eksekutif 71
c. Rapat Legislatif 69
d. Jalur SMS Khusus 60
e. Situs Internet 59
f. Dengar Pendapat 58
g. Laporan Survey Masyarakat 58
h. Konperensi Pers 57
i. Program Televisi 54
j. Jalur Telepon Khusus 53
k. Rapat Kamar Dagang dan Industri 41
Kapasitas organisasi sangat jelas terlihat in-depth interview dengan beberapa responden
mendominasi alasan perlunya akuntabilitas, terpilih dalam waktu dekat ini (Lihat tabel 7).
disusul dengan komitmen manajemen dan Agar bisa memahami hasil survei lebih jauh
tekanan eksternal. Temuan ini cukup menarik diperlukan analisis tambahan terhadap faktor
dan menggembirakan mengingat jika kita yang mempengaruhi praktik akuntabilitas di
kaitkan dengan konsep isomorphism berarti pemerintahan daerah di Indonesia. Tiga faktor
normative isomorphism lebih dominan dari- yang diteliti adalah: (1) kapasitas organisasi, (2)
pada coercive isomorphism. Kondisi semacam tekanan ekternal, dan (3) komitmen mana-
ini biasanya terjadi di negara-negara maju jemen. Adapun hasil analisis regresi terlihat
seperti negara-negara di Eropa, USA, Australia dalam tabel 8 berikut ini dimana faktor
dan Selandia Baru yang sektor publiknya sudah penentu yang paling penting adalah kapasitas
jauh lebih maju. Namun hal ini masih organisasi, sementara tekanan eksternal dan
memerlukan investigasi lebih lanjut untuk komitmen manajemen tidak terbukti
memperkuat bukti awal dari survei ini melalui berpengaruh.
Tabel 7
Alasan Akuntabilitas
Skor
Tekanan Eksternal
a. tekanan masyarakat 45
b. tekanan dunia bisnis 42
c. tekanan anggota DPRD 34
d. pengaruh asosiasi pemda 29
e. tekanan pemerintah pusat 25
f. tekanan institusi donor 17
g. tekanan media 15
h. persaingan politik 12
i. tekanan pemda lain 3
Komitmen Manajemen
a. keinginan pimpinan puncak untuk memaparkan kinerja 85
b. keinginan manajer untuk memaparkan kinerja 73
c. keinginan pegawai untuk memaparkan kinerja 64
Kapasitas Organisasi
a. anggaran kinerja 91
b. sistem informasi manajemen 74
c. kemampuan pegawai 63
d. surplus anggaran 27
Tabel 8
Akuntabilitas Kinerja
Unstandardized Standardized
Faktor Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1. Kapasitas Organisasi .497 .127 .456 3.921 .000
2. Tekanan Eksternal -.096 .082 -.110 -1.175 .243
3. Komitmen Manajemen .025 .105 .027 .235 .815
Tabel 10
Penggunaan Indikator
Kegiatan Skor
a. Formulasi Strategi dan Penetapan Prioritas 66
b. Alokasi Dana 66
c. Koordinasi 61
d. Mengelola perubahan 59
e. Pendanaan Program 57
f. Perbaikan Indikator kinerja 44
g. Penentuan target yang harus dicapai pegawai 43
h. Penghargaan terhadap pegawai 43
i. Penyusunan Program 41
j. Penetapan tujuan kinerja 40
k. Penetapan anggaran Pemda 40
Tabel 11
Pengembangan Indikator Kinerja
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
Faktor
B Std. Error Beta
1. Komitmen manajemen .269 .082 .322 3.280 .001
2. Regulasi .227 .096 .229 2.374 .020
3. Kesulitan pengukuran -.148 .071 -.168 -2.090 .039
4. Pengetahuan Teknis .190 .097 .191 1.951 .054
Tabel 12
Penggunaan Indikator Kinerja
Unstandardized Standardized
Faktor Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1. Komitmen manajemen .442 .072 .529 6.170 .000
2. Regulasi .176 .084 .177 2.106 .038
3. Pengetahuan Teknis .160 .085 .161 1.882 .063
4. Kesulitan pengukuran -.061 .062 -.069 -.987 .326
Tabel 13
Ringkasan Hasil Regresi Pra-Survei
Faktor Pengembangan Penggunaan
1. Regulasi signifikan sangat signifikan
2. Pengetahuan Teknis signifikan signifikan
3. Kesulitan pengukuran signifikan tidak signifikan
Tabel 14
Ringkasan Hasil Regresi Survei
Faktor Pengembangan Penggunaan
1. Komitmen Manajemen sangat nignifikan sangat signifikan
1. Regulasi signifikan sangat signifikan
2. Pengetahuan Teknis signifikan signifikan
3. Kesulitan pengukuran signifikan tidak signifikan
Barry, C. A., 1998, ‘Choosing Qualitative Data Accounting, Organizations and Society
Analysis Software: Atlas/ti and Nudist 29(3-4), 243-267.
Compared’, Sociological Research Online, Cooper, D.R., & Schindler, P.S., 2006,
(3). Business research methods. 9th edn., Mc
Bastian, I., 2007, ‘The change of local financial Graw Hill, New York.
management organization from an de Lancer Julnes, P., 2006, ‘Performance
administrative to an entrepreneurship: A measurement: An effective tool for
case of Kepmendagri 29/2002’, Jurnal government accountability? The debate
Akuntansi dan Keuangan 6(2), 137-150. goes on’, Evaluation 12, 219.
Behn, R.D., 2003, ‘Why measure de Lancer Julnes, P., & Holzer, M., 2001,
performance? Different purposes require ‘Promoting the utilization of performance
different measures’, Public Administration measures in public organizations: An
Review 63(5), 586-606. empirical study of factors affecting
Bellamy, S., & Kluvers, R., 1995, ‘Program adoption and implementation’, Public
budgeting in Australian local government: Administration Review 61(6), 693-708.
A study of implementation and outcomes’, Delaney, J.T., & Huselid, M.A., 1996, ‘The
Financial Accountability & Management impact of human resources management
11(1), 39. practices on perceptions or organizational
Beyer, J.M., & Trice, H.M., 1982, ‘The performance’, Academy of Management
utilization process: A conceptual frame- Journal 39, 949-969.
work and synthesis of empirical findings’, Dess, G., and Robinson, R., 1984, Measuring
Administrative Science Quarterly 27(4), organizational performance in the absence
591-622. of objective measures: The case of the
Boyne, G., et al., 2002, ‘Plans, performance privately held firm and conglomerate
informations and accountability: The case business units’, Strategic Management
of best value’, Public Administration, Journal 5, 265-273.
80(4), 691-710. DiMaggio, P.J., & Powell, W.W., 1983, ‘The
Brignall, S., & Modell, S., 2000, ‘An iron cage revisited: institutional isomor-
institutional perspective on performance phism and collective rationality in organi-
measurement and management in the new zational fields’, American Sociological
public sector’, Management Accounting Review 48, 147-160.
Research 11, 281-306. Dolinger, M.J., & Golden, P.A., 1992,
Broadbent, J., & Guthrie, J., 1992, ‘Changes in ‘Interorganizational and collective
the public sector: A review of recent strategies in small firms: environmental
'alternative' accounting research’, effects and performance’, Journal of
Accounting, Auditing and Accountability Management 18, 695-715.
Journal 5(2), 3-31. Foster, G., & Swenson, D.W., 1997,
Cavalluzzo, K.S., & Ittner, C.D., 2004, ‘measuring the success of activity-based
‘Implementing performance measurement cost management and its determinants’,
innovations: evidence from government’, Journal of Management Accounting
Research 9, 109-141.
Sechrest, L., & Sidana, S., 1995, ‘Quantitative Tolbert, P.S., & Zucker, L.G., 1983,
and qualitative methods: is there an ‘Institutinal sources of change in the
alternative?’, Evaluation and Program formal structure of organizations: The
Planning 18(1), 77-87. diffusion of Civil Services Reform 1880-
Selznick, P., 1996, ‘Institutionalism "Old" and 1935’, Administrative Science Quarterly
"New"’, Administrative Science Quarterly 28(1), 22-39.
4(2), 270-277. Turner, M., 2000, ‘Implementing Accoun-
Shields, M.D., 1995, ‘An empirical analysis of tability in Autonomous Region’, artikel
firms' implementation experiences with dipresentasaikan di ADB dan Indonesian
activity-based costing’, Journal of Ministry of Human Affair.
Management Accounting Research 7(4), van Dooren, W., 2005, ‘What makes
148-166. organizations measure? Hypotheses on the
Stewart, J., & Walsh, K., 1994, ‘Performance causes and conditions for performance
measureent: When performance can never measurement’, Financial Accountability
be finally defined’, Public Money and and Management 21(3), 363-383.
Management April-June: 45-49. Venkatraman, N., & Ramanujam, V., 1987,
Sydenstricker-Neto, J., 2008, ‘Research design ‘Measurement of business economic
and mixed-research approach a hands-on performance: An examination of method
experience’, dilihat pada 1 April 2008, dari convergence’, Journal of Management, 13,
www.socialresearchmethods.net. 109-122.
ter Bogt, H.J., 2004, ‘Politicians in search of Wang, X., 2002, ‘Assessing administrative
performance information? Survey research accountability’, American Review of Public
on Dutch Aldermen's use of performance Administration 32(3), 350-370.
information’, Financial Accountability Yang, K., & Hsieh, J.Y., 2007, ‘Managerial
and Management 20(3), 221-252. effectiveness of government performance
Tilbury, C., 2006, ‘Accountability via perfor- measurement: Testing a middle-range
mance measurement: The case of Child model’, Public Administration Review
Protection services’, Australian Journal of 67(5), 861-879.
Public Administration 65(3), 48-61.