NIM : 21/484981/PEK/27535
Ujian : Ekonomika Pembangunan
Soal Bagian A
1. Ada perbedaan pada return to education dari private benefit dan social benefit dengan
biaya pendidikan. Faktor-faktor ekonomi apa saja yang menimbulkan perbedaan besar antara
return to education tersebut dengan biaya pendidikan di sebagian besar negara berkembang?
Apakah yang seharusnya pemerintah di negara sedang berkembang upayakan melalui kebijakan
pendidikan dan ekonomi mereka untuk mempersempit kesenjangan tersebut? Jelaskan!
Jawab:
• return to eduction adalah kembalinya manfaat yang diperloh oleh individu yang menjadikan
pendidikan merupakan sebuah investasi. Dimana pendidikan yang ditempuh maka dapat
sebagai investasi di masa depan seperti bisa mendidik anak-anaknya.
• private benefit merupakan keuntungan yang diperoleh untuk individu yang melaksanakan
pendidikan, dimana tingkat pendidikan tersebut dapat memberikan manfaat untuk diriya
sendiri. Seperti dengan pendidikan yang tinggi maka dapat memperoleh kesempatan yang
lebih bagus untuk mencari pekerjaan dibandingkan dengan seseorang yang memiliki
pendidikan dibawahnya.
• social benefit merupakan keuntungan yang diperoleh seseorang ketika menempuh
pendidikan tinggi maka dalam kehidupan sosial biasanya dapat membantu atau
menyalurkan ilmunya kepada masyarakat sekitar. Dan bisaanya orang yang berpendidikan
tinggi memiliki andil dalam pembangunan di daerah tersebut.
• Faktor-faktor ekonomi yaitu seperti pendapatan, dimana ketika biaya pendidikan tinggi
maka mempengaruhi keinginan seseroang untuk menempuh pendidikan. Sehingga biasanya
hanya orang-orang yang memiliki pendapatan tinggi yang mau meneruskan untuk
melanjutkan sekolah hingga ke taraf yang lebih tinggi.
• Dengan adanya kasus seperti ini di negara berkembang maka pemerintah dapat memberikan
kemudahan atau keringanan terhadap biaya kuliah bagi masyarakat yang kurang mampu.
Sehingga kesenjangan yang terjadi tidak akan terlalu jauh. Sehingga tidak terjadi
peningkatan tingkat putus anak sekolah
2. Dalam proses pembangunan selalu ada keterkaitan antara Growth, Inequality and Poverty Linkages.
Jelaskan bagaimana konsep dan strategi pembangunan pertanian mampu menyelesaikan 3
permasalahan utama tersebut.
Jawab:
Konsep pembangunan pertanian diyakini dapat menyelesaikan permasalahan pembangunan
seperti pertumbuhan, kemiskinan dan ketidakmerataan terutama pada pembangunan desa.
Konsep ini didasari karena negara sedang berkembang yang salah satunya adalah Indonesia,
sebagian warganya merupakan warga yang berprofesi sebagai petani. Jika menurut Janvry &
Sadoulet (2020), Pembangunan pertanian diyakini bisa menjadi kunci untuk negara atau
wilayah yang basis nya adalah pertanian. Ketika ada pengembangan pertanian atau
pembangunan pertanian diyakini model tersebut dapat menjadi model efektif mengurangi
kemiskinan daripada harus mengandalkan imigrasi dari pedesaan menuju perkotaan. Strategi
yang dapat dilakukan untuk merealisasi pembangunan pertanian ini adalah dengan mengadakan
atau melakukan beberapa hal seperti pada transformasi agrikultur dan segala perbaikan di
bidang pertanian itu sendiri. Seperti contoh hal yang dapat dilakukan adalah dengan akses pada
kapital secara fisik dan juga human capital dengan pemberian pendidikan khusus dalam
pengembangan sektor pertanian. Selain itu hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan
mengubah atau mengembangkan model pertanian atau adanya transformasi agrikultur seperti
pengadaan akses untuk irigasi ke sawah-sawah, diversifikasi pertanian dengan menggunakan
padi atau benih padi yang mempunyai value atau kualitas tinggi yang nantinya dapat
mempengaruhi pasar, serta pengadaan jasa untuk mengakomodasi hasil pertanian yang sudah
mempunyai kualitas tinggi tersebut. Cara akomodasi yang dapat dilakukan dengan cara salah
satunya mengubah struktur pasar pada pasar pertanian. Dengan segala konsep dan strategi
tersebut, diharapkan beberapa wilayah desa atua bahkan suatu negara mendapat niali tambah
hasil dari produksi pertanian yang meninggi dan membuat pertumbuhan ekonomi semakin
meningkat. Hal lainnya adalah ketika pasar sudah mulai banyak tertarik pada produksi pertanian
dalam negeri, nantinya akan berimbas pada kesejahteraan petani dan dapat menekan inequality
serta mengurangi kemiskinan baik dari segi relative dan absolut.
Soal Bagian C
Pemerintah di berbagai negara telah menerapkan kebijakan jaring pengaman sosial untuk
rumah tangga miskin dan rumah tangga sangat miskin. Sebagai contoh, pemerintah
Indonesia menerapkan kebijakan Program Keluarga Harapan, Kartu Indonesia Pintar, BPJS
PBI, bansos tunai, program sembako, dan beberapa program lainnya. Salah satu tantangan
dalam pelaksanaan program jaring pengaman sosial adalah penyasaran rumah tangga yang
berhak mendapatkan program.
Rumah tangga dalam Basis Data Terpadu dapat dikelompokkan ke dalam kelompok
yang disebut desil. Desil adalah kelompok per-sepuluhan sehingga seluruh rumah
tangga dapat dibagi ke dalam 10 desil. Dengan demikian pengelompokan rumah
tangga dalam Basis Data Terpadu adalah sebagai berikut:
1) Desil 1 adalah rumah tangga dalam kelompok 10% terendah
2) Desil 2 adalah rumah tangga dalam kelompok antara 10- 20% terendah
3) Desil 3 adalah rumah tangga dalam kelompok antara 20- 30% terendah dan
seterusnya
4) Desil 10 adalah rumah tangga dalam kelompok 10% dengan tingkat
kesejahteraan paling tinggi.
Basis Data Terpadu berisikan kelompok Desil 1, Desil 2, Desil 3 dan Desil 4 karena
memuat 40% rumah tangga dengan peringat kesejahteraan terendah.
Kriteria komunitas tersebut adalah unit administrasi tingkat rendah seperti Desa dan
Kabupaten
Jawab:
Yang efektif PMT karena eror dari regresinya lebih sedikit dibangdingkan dengan
CMT
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kedekatan dengan elit/pejabat dusun, dilakukan
estimasi dengan memasukkan variabel “Elite connectedness“ (lingkaran merah di gambar
dibawah) lalu menginteraksikan variabel ini dengan apakah responden itu tinggal di dusun
yang masuk kelompok community treatment (lingkaran biru). Lihat gambar dibawah.
Angka -0.078** (lingkaran hijau) artinya: jika responden dekat dengan pejabat dusun
(Elite=1) dan dia di kelompok community targeting (community treatment=1),
maka kemungkinan dia masuk daftar penerima BLT justru turun (hubungannya negatif),
dan hubungan ini signifikan (karena itu ada 2 tanda bintang).
Begitu pula untuk mengetahui apakah penilaian subjektif akan tingkat kesejahteraan
memiliki kaitan dengan terpilih/tidaknya dalam daftar penerima BLT. Baris pertama
dalam gambar dibawah adalah rank correlation dari ukuran-ukuran kesejahteraan yang
sifatnya subjektif, sementara kolom pertama menunjukkan kelompok dusun
(hybrid atau community targeting). Ambil saja contoh angka 0.102*** (lingkaran hijau):
jika responden tinggal di dusun community targeting, maka kemungkinan dia
rankingnya tinggi (yaitu tidak termasuk golongan miskin) justru tinggi pula. Implikasinya,
tidak masalah jika seseorang memiliki ukuran kemiskinan sendiri (subjektif), karena
ternyata ranking subjektifnya itu berkorelasi positif dengan ukuran yang dipakai dalam
eksperimen.