Oleh:
AZZRA CHAIRUNNISA
19301090
PEKANBARU
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah ini
tepat waktu yang berjudul “Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)”. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karna itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan
demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
hingga akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha.
AZZRA CHAIRUNNISA
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
a. Tujuan umum
b. Tujuan khusus
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ruang lingkup keselamatan dan keehatan kerja
B. Tujuan Keselamatan dan kesehatan kerja
C. Kecelakaan kerja
D. Sebab-sebab kecelakaan kerja
E. Pencegahan kecelakaan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
a. Tujuan umum
Untuk mendeskripsikan keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus yang akan di bahas yaitu:
a. Untuk mengetahui ruang lingkup keselamatan dan keshatan kerja.
b. Untuk mengetahui tujuan keselamatan dan kesehatan kerja.
c. Untuk mengetahui kecelakaan keselamatan dan kesehatan kerja.
d. Untuk mengetahui sebab- sebab keselamatan kerja dan kesehatan
kerja.
e. Untuk mengetahui pencegahan kecelakaan keselamatan dan kesehatan
kerja.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Bagi pekerja/buruh
Adanya jaminan perlindungan keselamatan kerja akan menimbulkan
suasana kerja yang tentram sehingga pekerja/buruh akan dapat memusatkan
perhatiannya pada pekerjaan semaksimal mungkin tanpa khawatir sewaktu-
waktu akan tertimpa kecelakaan kerja.
b. Bagi pengusaha
Adanya pengaturan keselamatan kerja di perusahaannya akan dapat
mengurangi terjadinya kecelakaan yang dapat mengakibatkan pengusaha
harus memberikan jaminan sosial.
c. Bagi pemerintah (dan masyarakat)
Dengan adanya dan ditaatinya peraturan keselamatan kerja, maka apa yang
direncanakan pemerintah untuk menyejahterakan masyarakat akan tercapai
dengan meningkatnya produksi perusahaan baik kualitas maupun
kuantitasnya.
Tempat kerja adalah setiap tempat yang di dalamnya terdapat tiga unsur, yaitu:
a. Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat ekonomis maupun sosial.
b. Adanya sumber bahaya.
c. Adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya, baik secara terus menerus
maupun hanya sewaktu-waktu.
C. Kecelakaan kerja
1. Pembentukan komitmen
Komitmen merupakan modal utama dalam penerapan K3 secara
riil mengenai arti penting kesehatan dan keselamatan kerja. Pembentukan
komitmen tentang arti pentingnya K3 harus dimulai dari level Top
Management supaya penerapan system K3 berjalan efektif dan optimal.
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan
dan kesehatan kerjadijelaskan bahwa unsur pimpinan (direktur)
bertanggungjawab untuk melaksanakan kesehatan dan keselamatan kerja.
Unsur pimpinan inilah yang nantinya diharapkan mampu membuat
kebijakan-kebijakan yang positif tentang K3 dan mampu menggerakan
aspek-aspek penunjang/ fasilitas sampai dengan karyawan-karyawan level
bawah untuk menjalankan fungsi K3 untuk mencapai “Zero Accident”
2. Perencanaan
Perencanaan disini dimaksudkan sebagai dasar penerapan program
kerja K3 yang nantinya akan dilaksanakan secara menyeluruh oleh seluruh
karyawan. Dalam menentukan program kerja K3, idealnya komite K3
melakukan assessment di area kerja mengenai maslah masalah K3 di
perusahaan tersebut. Cara mudah biasanya menggunakan teknik berupa
HIRARC(High Identification Risk Assessment & Risk Control), yaitu
suatu cara/teknik mengidentifikasi potensi-potensi bahya yang
kemungkinan bisa menimbulkan kecelakaan kerja/penyakit kerja dan
melakukan langkah penanggulangan sebagai control/preventif. Dapat
dilakukan dengan identifikasi potensi, penilaian faktor risiko dan
pengendalian faktor risiko.
3. Pengorganisasian
Bentuk komitmrn dari peemimpin perusahaan selali melalui
kebijakan tertulis, dapat juga memfasilitasi pembentukan komite K3 yang
khusus menangani permasalahan K3 yang terdiri dari berbagai wakil dari
divisi yang terlibat sesuai dengan kompetensinya masing-masing. Selain
itu yang paling penting untuk menggerakkan organisasi/komite K3
tersebut diperlukan seorang “ahli K3” yaitu seseorang yang berkompeten
di bidang K3 yang telah tersertifikasi sebagai ahli K3 sebagai ahli K3.
Dalam penerapan program kerja serta aktivitas-aktivitas k3 tidak bisa
lepas dari visi dan misiahli K3 tersebut yang mampu menggerakkan
jalannya organisasi kerja. Efektivitas komite K3 tentu saja diperhitungkan
dari penerapan program-program K3 yang tersistematis dan mendapatkan
support dari seluruh level karyawan.
4. Penerapan
Penerapan K3 tentu saja berkaitan dngan pelaksanaan aktivitas
program-progrsm K3 secara optimal. Harus disertai evidence serta bukti-
bukti lapangan mengenai penerapan program kerja tersebut. Contoh
program kerja yang bisa dilakukan yaitu semacam safety campaign, safety
for contractor, simulasi dan evakuasi, safety alert, dll.
5. Pelaporan
Setiap penerapan program- program K3 haarus dilakukan pelaporan
sebagai bukti evidence sehinggandapat dipertanggungjawaban dan dapat
dilakukan perbaikan secara rapi sebagai penunjang administrasi K3 yang
terintegrasi.
6. Evaluasi
Proses evaluasi memang sangat diperlukan sebagai bentuk
pengukuran efektivitas program/penerapan yang dijalankan mengenai
system manajemen K3.
Kerugian akibat kecelakaan kerja sangat besar. Kecelakaan kerja tidak saja
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha
atau perusahaan tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara
menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat luas (Adisasmito, 2007).
a. Kerugian langsung
Kerugian langsung adalah kerugian akibat kecelakaan yang langsung
dirasakan dan membawa dampak terhadap organisasi atau perusahaan.
Kerugian langsung berupa:
a. Biaya pengobatan dan kompensasi. Kecelakaan mengakibatkan cedera,
baik cedera ringan, berat, cacat atau menimbulkan kematian. Cedera
ini akan mengakibatkan seorang pekerja tidak mampu menjalankan
tugasnya dengan baik sehingga mempengaruhi produktivitas. Jika
terjadi kecelakaan perusahaan harus mengeluarkan biaya pengobatan
dan tunjangan kecelakaan sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Kerusakan Sarana Produksi Kerusakan langsung lainnya adalah
kerusakan sarana produksi akibat kecelakaan seperti kebakaran,
peledakan, dan kerusakan.
b. Kerugian tidak langsung
Disamping kerugian langsung, kecelakaan juga menimbulkan
kerugian tidak langsung antara lain:
a. Kerugian jam kerja jika terjadi kecelakaan, kegiatan pasti akan terhenti
sementara untuk membantu korban yang cedera, penanggulangan
kejadian. Kerugian jam kerja yang hilang akibat kecelakaan jumlahnya
cukup besar yang dapat mempengaruhi produktivitas.
b. Kerugian produksi kecelakaan juga membawa kerugian terhadap
proses produksi akibat kerusakan atau cedera pada pekerja. Perusahaan
tidak bisa berproduksi sementara waktu sehingga kehilangan peluang
untuk mendapat keuntungan.
c. Kerugian sosial kecelakaan dapat menimbulkan dampak sosial bagi
keluarga korban yang terkait langsung maupun lingkungan sosial
sekitarnya.
E. Pencegahan Kecelakaan
Triwibowo dan Phuspandani (2013) menyatakan bahwa, pencegahan
kecelakaan kerja adalah seharusnya menjadi prioritas utama. Tujuan utama
penerapan sistem menejemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah
untuk mengurangi atau mencegah kecelakaan yang mengakibatkan cedera atau
kerugian materi. Pencegahan kecelakaan kerja ditujukan untuk mengenal dan
menemukan sebab-sebabnya bukan gejjala-gejalanya untuk kemudian sedapat
mungkin dikurangi atau dihilangkan. Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan
kerja dapat dilakukan setelah ditentukan sebab-sebab terjadinya kecelakaan dalam
system atau proses produksi, sehingga dapat disusun rekomendasi cara
pengendalian kecelakaan kerja yang tepat.
Pengendalian kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan beberapa
pendekatan anatara lain:
1. Pendekatan energi
Kecelakaan bermula karena adanya sumber energy yang mengalir
mencapai penerima. Pendekatan energy untuk mengendalikan kecelakaan
dilakukan melalui 3 titik, yaitu:
a. Pengendalian pada sumber bahaya. Bahaya sebagai sumber terjadinya
kecelakaan dapat dikendalikan langsung pada sumbernya dengan
melakukan pengendalian secara teknis atau administrative.
b. Pendekatan pada jalan energy. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan
melakukan penetrasi pada jalan energy sehingga intesitas energy yang
mengalir ke penerima dapat dikurangi.
c. Pengendalian pada penerima. Pendekatan ini dilakukan melalui
pengendalian terhadap penerima baik manusia, benda atau material.
Pendekatan ini dapat dilakukan jika pengendalian pada sumber nya
atau jalannya energy tdk dapat dilakukan dengan efektif.
2. Pendekatan manusia
Pendekatan secara manusia didasarkan hasil statistik yang
menyatakan bahwa 85% kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia
dengan tindakan yang tidak aman. Untuk meningkatkan kesadaran dan
kepedulian mengenai K3 dilakukan berbagai pendekatan dan program K3
antara lain:
a. Pembinaan dan pelatihan
b. Promosi K3 dan kampanye K3
c. Pembinaan perilaku aman
d. Pengawasan dan inspeksi
e. Audit K3
f. Komunikasi K3
g. Pengembangan prosedur kerja aman
3. Pendekatan teknis
Pendekatan teknis menyangkut kondisi fisik, peralatan, material,
proses maupun lingkungan kerja yang tidak aman. Untuk mencegah
kecelakaan yang bersifat teknis dilakukan upaya keselamatan antara lain:
a. Rancang bangun yang aman yang disesuaikan dengan persyaratan
teknis dan standar yang berlaku untuk menjamin kelaikan instalasi atau
peralatan kerja.
b. System pengaman pada peralatan atau instalasi untuk mencegah
kecelakaan dalam pengoperasian alat instalasi.
4. Pendekatan administratif
Pendekatan secara administrative dapat dilakukan dengan berbagai
cara antara lain:
a. Pengaturan waktu dan jam kerja sehingga tingkat kelelahan dan
paparan bahaya dapat dikurangi.
b. Penyediaan alat keselamatan kerja
c. Mengembangkan dan menetapkan prosedur dan peraturan tentang
K3
d. Mengatur pola kerja, system produksi dan proses kerja.
5. Pendekatan manajemen
Banyak kecelakaan yang disebabkan faktor menejemen yang tidak
kondusif sehingga mendorong terjadinya kecelakaan. Upaya pencegahan
yang dapat dilakukan antara lain:
a. Menerapkan system manajemen keselamatan dan kesehtan
kerja(SMK3)
b. Mengembangangkan organisasi K3 yang efektif
c. Mengembangkan komitmen dan kepemimpinan dalam K3,
khususnya untuk manajemen tingkat atas.
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di rumah sakit merupakan upaya
untuk memberikan jaminan kesehatan dan meningkatkan derajat kesehatan para
pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan
rehabilitas. Beberapa faktor K3 pegawai menurut Mangkunegara, 2001 (dalam
Adnani, 2011) adalah:
a. Simpulan
1. Ruang lingkup keselamatan dan kesehatan kerja menurut Triwibowo dan
Phuspandani (2013). Keselamatan kerja tidak hanya memberikan
perlindungan kepada pekerja/buruh, tetapi juga kepada pengusaha dan
pemerintah.
2. Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja menurut Triwibowo dan
Phuspandani (2013) menyatakan bahwa ada beberapa tujuan K3
diantaranya yakni sebagai berikut:
a. Memelihara lingkungan kerja yang sehat.
b. Mencegah dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat pekerjaan
sewaktu bekerja.
c. Mencegah dan mengobatikeracunan yang ditimbulkan dari kerja.
d. Memelihara moral, mencegah, dan mengobati keracunan yang timbul
dari kerja.
e. Menyesuaikan kemampuan dengan pekerjaan, dan
f. Merehabilitasi pekerja yang cedera atau sakit akibat pekerjaan.
g. Meningkatkan produktifitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan
menjamin kehidupan produktifannya.
h. Mencegah/mengurangi cacat tetap.
i. Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat, dan sumber-sumber
produksi lainnya.
j. Mencegah/mengurangi kematian.
3. Kecelakaan kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor
(03/Men/1998) mengatakan bahwa kecelakaan kerja adalah suatu kejadian
yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan
korban manusia dan atau harta benda.
Sedangkan OHSAS (18001:2007) menyatakan bahwa kecelakaan kerja
didefinisikan sebagai kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang
dapat menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari keparahannya),
kejadian kematian, atau kejadian yang dapat menyebabkan kematian.
b. Saran
Berdasarkan pembahasan di atas penulis sarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Makalah selanjutnya diharapkan untuk membahas tentang teknik
identifikasi bahaya.
2. Makalah selanjutnya diharapkan untuk membahas tentang penerpan
system manajemen K3.
DAFTAR PUSTAKA