Anda di halaman 1dari 66

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU KELUARGA


DALAM PENANGANAN KEJANG DEMAM PADA ANAK

(LITERATUR REVIEW)

Oleh:

IVAN INDRAWAN
(2017.C.09a.0845)

YAYASAN EKA HARAP


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN EKA HARAP
PRODI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN 2021
SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU KELUARGA


DALAM PENANGANAN KEJANG DEMAM PADA ANAK

Dibuat Sebagai Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan


(S.Kep) Pada Program Studi Sarjana Keperawatan di STIKes Eka Harap

Oleh:

IVAN INDRAWAN
(2017.C.09a.0845)

YAYASAN EKA HARAP


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN EKA HARAP
PRODI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN 2021
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ivan Indrawan


Tempat, Tanggal Lahir : Lawang Uru, 10 November 1999
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Alamat : Jln. Kecubung Tjilik Riwut km 3,5 No. 8B
No. Hp : 0852-5094-9582
E-mail : ivanindrawan000@gmail.com

Nama Orang Tua

Ayah : Persie E. Said (Alm)


Ibu : Nerlie, S.Pd
PENDIDIKAN :
1) Tahun 2005 - 2011 : SDN-1 Lawang Uru
2) Tahun 2011 - 2014 : SMPN-1 Atap Satu Banama Tingang
3) Tahun 2014 - 2017 : SMAN-3 Palangka Raya
4) Tahun 2017 – 2021 : STIKes Eka Harap Palangka

iii
SURAT PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA TULIS BEBAS PLAGIASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Ivan Indrawan
NIM : 2017.C.09a.0845
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul Karya Tulis : Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Keluarga
Dalam Penanganan Kejang Demam Pada Anak

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis tersebut secara


keseluruhan adalah murni karya saya sendiri, bukan dibuat oleh orang lain, baik
sebagian maupun keseluruhan, bukan plagiasi sebagian atau keseluruhan dari
karya tulis orang lain, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sebagai sumber
pustaka sesuai dengan aturan penulisan yang berlaku.
Apabila dikemudian hari didapatkan dibuktikan bahwa karya tulis saya
tersebut merupakan hasil karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan dan
atau plagiasi karya tulis orang lain, saya sanggup menerima sanksi peninjauan
kembali kelulusan saya, pembatalan kelulusan, pembatalan dan penarikan ijazah
saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sungguh-sungguh dan tanpa
paksaan dari pihak manapun, atas perhatian disampaikan terima kasih.

Palangka Raya, 26 April 2021


Peneliti

Materai

Ivan Indrawan

iv
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Keluarga Dalam


Penanganan Kejang Demam Pada Anak
Nama : Ivan Indrawan
NIM : 2017.C.09a.0845

Skripsi ini telah disetujui untuk diuji


Tanggal,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Suryagustina,Ners,M.Kep Prinawatie,S.Kep.,M.Kes

v
PENETAPAN PANITIA PENGUJI

Judul : Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Keluarga Dalam


Penanganan Kejang Demam Pada Anak
Nama : Ivan Indrawan
NIM : 2017.C.09a.0845

Skripsi Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Diuji dan Disetujui Oleh Tim Penguji
Pada Tanggal,

PANITIA PENGUJI

Ketua : Putria Carolina, Ns., M.Kep. ..............................................

Anggota I : Suryagustina, Ners, M.Kep. ..............................................

Anggota II : Prinawatie, S.Kep., M.Kes. ..............................................

Mengetahui,
Ketua Program Studi
Sarjana Keperawatan,

Meilitha Carolina, Ners.,M.Kep

vi
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Keluarga Dalam


Penanganan Kejang Demam Pada Anak
Nama : Ivan Indrawan
NIM : 2017.C.09a.0845

Skripsi Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Diuji dan Disetujui Oleh Tim Penguji
Pada Tanggal,

PANITIA PENGUJI

Ketua : Putria Carolina, Ns., M.Kep. ..............................................

Anggota I : Suryagustina, Ners, M.Kep. ..............................................

Anggota II : Prinawatie, S.Kep., M.Kes. ..............................................

Mengetahui,
Ketua Ketua Program Studi
STIKes Eka Harap, Sarjana Keperawatan,

Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes Meilitha Carolina, Ners., M.Kep

vii
MOTTO

Tidak Takut Dan Tidak Menyerah Dalam Mencapai Keinginan

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulias panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulisan Karya Tulia Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai gelar S. Kep. pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Palangka Raya. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, sangatlah sulit bagi
penulis untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. DR. dr. Andriansyah Arifin, MPH dan seluruh pengurus Yayasan Eka Harap
Palangka Raya yang telah menyediakan sarana dan prasarana kepada
penulis dalam mengikuti Pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka
Harap Palangka Raya.
2. Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M. Kes. selaku ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
3. Meilitha Carolina, Ners, M. Kep. selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan.
4. Putria Carolina, Ns., M. Kep. selaku Ketua Penguji Proposal ini yang telah
memeberikan saran dan masukan.
5. Suryagustina, Ners., M. Kep. selaku pembimbing I yang telah banyak
memberikan saran bimbingannya dalam menyelesaikan proposal ini.
6. Prinawati, S. Kep., M. Kes. selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan saran dan bimbingannya dalam menyelesaikan proposal ini.
7. Vina Agustina, Ners., M. Kep. selaku pembimbing akademik yang telah
banyak membantu dalam menyelesaikan proposal ini.
8. Seluruh staf Pengajar Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Eka
Harap Palangka Raya yang telah memberikan bimbingan dan ilmu
pengetahuan selama ini.
9. Orang Tua tercinta, orang terkasih dan seluruh keluarga yang memberikan
dukungan do’a maupun moral dan matril untuk penulis, sehingga dapat
menyelesaikan proposal ini dengan sebaik-baiknya.

ix
10. Sahabat-sahabat terbaik yang memberikan dukungan bagi penulis
menyelesaikan proposal ini.
11. Seluruh rekan mahasiswa/i Program Studi Sarjana Keperawatan di STIKes
Eka Harap Angkatan IX Tahun Ajaran 2020/2021 yang memberikan
bantuan, masukan dan saran selama dalam pendidikan dan penulisan
proposal ini.
12. Semua pihak yang turut ambil bagian dalam membantu penulis untuk
menyelesaikan proposal ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Peneliti mengakui masih banyak terdapat kekurangan dari proposal ini.
Akhir kata, peneliti berharap proposal ini dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan terutama dibidang ilmu riset keperawatan,
baik dimasa sekarang atau dimasa yang akan datang, semoga Tuhan Yang
Maha Esa senantiasa memberikan ramat dan karunia-Nya kepada kita
semua.

Palangka Raya, 10 April 2021


Penulis

Ivan Indrawan

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................
HALAMAN SAMPUL...................................................................................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.......................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN/BEBAS PLAGIASI...................iv
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................v
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ............................................................vi
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................vii
MOTTO...........................................................................................................viii
KATA PENGANTAR....................................................................................ix
DAFTAR ISI...................................................................................................xi
DAFTAR TABEL...........................................................................................xiii
DAFTAR BAGAN..........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................4
1.4.1 Perkembangan IPTEK...................................................................4
1.4.2 Mahasiswa.....................................................................................4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Konsep Dasar Pengetahuan.....................................................................5
2.1.1 Definisi Pengetahuan.....................................................................5
2.1.2 Jenis Pengetahuan..........................................................................5
2.1.3 Tingkat Pengetahuan Di Dalam Domain Kognitif........................6
2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan.........................7
2.1.5 Pengukuran Tingkat Pengetahuan.................................................8
2.2. Konsep Dasar Perilaku............................................................................9
2.2.1 Definisi Perilaku............................................................................9
2.2.2 Jenis-Jenis Perilaku........................................................................9
2.2.3 Bentuk-Bentuk Perilaku.................................................................9
2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku................................10
2.2.5 Bentuk-Bentuk Perubahan Perilaku...............................................11
2.2.6 Kriteria Perilaku.............................................................................12
2.3. Konsep Dasar Kejang Demam................................................................13
2.3.1 Definis Kejang Demam.................................................................13
2.3.2 Penyebab Kejang Demam..............................................................14
2.3.3 Klasifikasi Kejang Demam............................................................14
2.3.4 Patofisiologi Kejang Demam.........................................................15
2.3.5 Tanda Dan Gejala Kejang Demam................................................16
2.3.6 Penatalaksanaan Kejang Demam...................................................16
2.4. Konsep Keluarga.....................................................................................17
2.4.1 Definisi Keluarga...........................................................................17
2.4.2 Tipe Keluarga................................................................................17

xi
2.4.3 Fungsi Keluarga.............................................................................19
2.4.4 Tahap Perkembangan Keluarga.....................................................20
2.5. Konsep Dasar Anak.................................................................................22
2.5.1 Difinisi Anak..................................................................................22
2.5.2 Kebutuhan Dasar Anak..................................................................22
2.5.3 Tingkat Perkembangan Anak.........................................................22
2.6. Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Penanganan Kejang
Demam....................................................................................................23

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1 Metode Penelitian....................................................................................25
3.2 Kriteria Kelayakan Literatur Review......................................................25
3.3 Sumber Informasi....................................................................................26
3.4 Seleksi Literatur......................................................................................26
3.5 Tahap Pengumpulan Data.......................................................................27
3.6 Metode Analisis.......................................................................................29

BAB 4 HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Analisis..........................................................................................30
4.1.1 Karakteristik Literatur....................................................................30
4.1.2 Karakteristik Responden................................................................30
4.1.3 Analisis Studi Literatur..................................................................30
4.1.4 Pengetahuan Orang Tua.................................................................30
4.2 Pembahasan.............................................................................................33
4.2.1 Pengetahuan Orang Tua.................................................................33
4.2.2 Perilaku orang tua dalam Penanganan kejang demam
pada anak.......................................................................................35
4.2.3 Hubungan pengetahuan dengan perilaku keluarga dalam
penanganan kejang demam pada anak...........................................37
4.3 Keterbatasan Study Literature.................................................................39

BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan..............................................................................................40
5.2 Conflict Of Interest..................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi PICOS framework...........................26

xiii
DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Diagram flow seleksi literatur review hubungan pengetahuan


dengan perilaku orang tua dalam penanganan kejang demam pada
anak....................................................................................................27

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jurnal “Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Motivasi Ibu Dengan


Perilaku Pencegahan Kejang Demam Berulang Pada Balita Usia 1-
5 Tahun Di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2017”

Lampiran 2 Jurnal “Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Kejang Demam


Dengan Perilaku Penanganan Kejang Demam Sebelum Dibawa Ke
Rumah Sakit Tahun 2020”

Lampiran 3 Jurnal “Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Penanganan Pertama


Pada Balita Kejang Demam Tahun 2018”

Lampiran 4 Jurnal “Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Dengan


Penatalaksanaan Kejang Demam Pada Balita Di Posyandu
Anggrek Tlogomas Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Kota
Malang Tahun 2018”

Lampiran 5 Jurnal “Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Penanganan Kejang


Demam Berulang Di Ruang Anak Rumah Sakit Islam Sunan
Kudus Tahun 2021”

Lampiran 6 Jurnal “Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Pertolongan


Pertama Kejang Demam Pada Anak Usia Balita Di Ruang Aster
RSUD Kota Bogor Tahun 2019”

Lampiran 7 Jurnal “Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Terhadap


Kejang Demam Pada Anak Di Kelurahan Santria Di Lingkungan
VI Kota Tebing Tinggi Tahun 2016”

Lampiran 8 Lembar Konsultasi

xv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kejang merupakan sebuah gejala yang disebabkan adanya perubahan secara
mendadak dari aktivitas listrik diotak dan adanya kontraksi otot yang berlebihan.
Kejang demam (febris convulsion/stuip/step) adalah kejang yang timbul pada
waktu demam yang tidak disebabkan oleh proses di dalam kepala (otak: seperti
meningitis atau radang selaput otak, ensifilitis atau radang otak) tetapi diluar
kepala misalnya karena adanya infeksi di saluran pernafasan, telinga atau infeksi
di saluran pencernaan. Kejang demam terjadi pada masa bayi atau anak
mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat terjadi pada suhu lebih dari
38 oC – 40oC. Kejang demam pada anak jarang terjadi setelah anak usia 5 tahun.
Salah satu faktor terjadi kejang demam disebabkan tingginya suhu tubuh pada
anak atau balita. Di Indonesia sering terjadi saat demam tidak ditangani dengan
baik oleh keluarga, seperti tidak segera memberikan kompres pada anak ketika
terjadi kejang demam, dan sebagai keluarga justru membawa anaknya kedukun
sehingga sering terjadi keterlambatan bagi petugas dalam menangani yang
berlanjut pada kejang demam. Berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku
keluarga dalam penanganan kejang demam diantaranya pengetahuan (Wiharjo,
2019). Berdasarkan penelitian Untung Tarunaji and Fithriyani, (2018)
menunjukkan bahwa pengetahuan keluarga masih belum tepat tentang
penanganan kejang demam pada anak dan perilaku keluarga yang belum tepat
dalam penanganan kejang demam pada anak. Keluarga harus diberi cukup
informasi dalam upaya mencegah dan menghadapi kejang demam.
Berdasarkan WHO ada lebih dari 21,65 juta penderita kejang demam dan
lebih dari 216 ribu diantaranya meninggal. Selain itu di Kuwait dari 400 anak usia
1 bulan-13 tahun dengan riwayat kejang, yang mengalami kejang demam sekitar
77% (Zahroh, 2018). Menurut konsensus penatalaksanaan kejang demam dari
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2016 kasus kejang demam di
Indonesia ditemukan pada 2-4% anak berusia 6 bulan hingga 5 tahun. Sekitar 30%
pasien kejang demam mengalami kejadian kejang demam berulang dan kemudian

1
2

meningkat menjadi 50% jika kejang pertama terjadi pada usia kurang dari satu
tahun. Kejang demam paling sering ditemukan pada usia 1 hingga kurang dari 2
tahun. Selain itu anak laki – laki dengan kejang demam lebih banyak (66%)
dibandingkan dengan anak perempuan (34%) (Yurika, 2020). Berdasarkan hasil
penelitian Untung Tarunaji and Fithriyani, (2018) yang dilakukan pada 35
responden, didapatkan hasil keluarga yang memiliki pengetahuan belum tepat
tentang penanganan kejang demam pada anak sebanyak 19 orang (54,3%) dan
orang tua yang memiliki pengetahuan yang tepat tentang penanganan kejang
demam pada anak sebanyak 16 (45,7%) responden, dan keluarga yang memiliki
perilaku yang belum tepat dalam penanganan kejang demam pada anak sebanyak
18 (51,4%), keluarga yang memiliki perilaku baik dalam penanganan kejang
demam pada anak sebanyak 17 (48,6%)
Kejang demam berkaitan dengan demam, biasanya dipengaruhi oleh virus
atau infeksi. Kejang yang terjadi biasanya jinak, tetapi sangat menakutkan bagi
keluarga. Bagaimanapun juga kejang demam dapat menjadi tanda bahaya infeksi
yang menyebabkan kejang seperti meningitis atau sepsis. Kejang demam pada
anak perlu diwaspadai, karena kejang yang lebih dari 15 menit dapat
menyebabkan kecacatan sistem saraf otak bahkan bisa terjadi kematian (Zahroh,
2018). Kejang demam adalah tipe kejang yang paling sering di jumpai pada balita
dan anak-anak. Kejang demam biasanya sering terjadi pada anak dibawah 5
tahun, dengan insiden puncak pada usia antara 14 dan 18 bulan. Sebagian besar
keluarga masih memiliki pengetahuan dan perilaku yang belum tepat dalam
penanganan kejang demam pada anak. Berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku
keluarga dalam penanganan kejang demam diantaranya pengetahuan, kemampuan
keluarga dalam penanganan kejang demam harus didasari pengetahuan yang tepat
tentang kejang demam (Wiharjo, 2019). Dampak dari perilaku keluarga yang belum
tepat membuat terlambatnya penanganan pada anak dan anak bisa saja mengalami
hal dari kejang demam dapat merusak sistem saraf otak seperti epilepsi, kelainan
anatomis otak, mengalami kecacatan atau kelainan neurologis dan kemungkinan
mengalami kematian dan dampak positif apabila keluarga memiliki pengetahuan
dan perilaku yang tepat maka anak dapat tertangani dengan cepat dan
terselamatkan.
3

Peran perawat sangat dibutuhkan dalam penanganan kejang demam pada


anak, upaya yang dilakukan perawat yaitu dalam upaya promotif yaitu dengan
memberikan penyuluhan kesehatan kepada keluarga tentang penanganan kejang
demam pada anak dan juga dimana perawat melibatkan peran keluarga dalam
penanganan kejang demam. Penanganan pertama yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya kejang pada anak demam adalah segera memberi obat
penurun demam, kompres air hangat, diletakan di ketiak, dahi dan lipatan paha.
Berikan anak minum, makan – makanan berkuah atau buah – buahan yang
banyak mengandung air, berupa jus, susu, teh dan minuman lainnya. Jangan
selimuti anak dengan selimut yang tebal, itu dapat menghalangi penguapan
(Zahroh, 2018). Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas maka
peneliti tertarik melakukan penelitian berdasarkan data empiris yaitu “Hubungan
Pengetahuan Dengan Perilaku Keluarga Dalam Penanganan Kejang Demam Pada
Anak”.

1.2 Rumusan Masalah


Kejang demam terjadi pada masa bayi atau anak mengalami demam tanpa
infeksi sistem saraf pusat terjadi pada suhu lebih dari 38o C – 40oC. Keluarga
sangat berperan penting dalam penanganan ketika anak mengalami kejang demam.
Namun kebanyakan keluarga masih memiliki perilaku yang belum tepat dalam
penanganan kejang demam pada anak, perilaku keluarga dipengaruhi oleh
pengetahuan yang belum tepat tentang penanganan kejang demam pada anak.
Berdasarkan rumusan masalah diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
berdasarkan data empiris yaitu “Bagaimana Hubungan Pengetahuan Dengan
Perilaku Keluarga Dalam Penanganan Kejang Demam Pada Anak?"

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis “Hubungan
Pengetahuan Dengan Perilaku Keluarga Dalam Penanganan Kejang Demam Pada
Anak”
4

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Perkembangan IPTEK
Memberikan masukan untuk perkembangan ilmu pengetahuan terutama di
bidang keperawatan anak dengan Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku
Keluarga Dalam Penanganan Kejang Demam Pada Anak agar dapat lebih
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
1.4.2 Mahasiswa
Sebagai salah satu referensi atau bahan belajar dan menambah wawasan
mahasiswa STIKES Eka Harap Palangka Raya di bidang keperawatan anak
dengan adanya penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku
Keluarga Dalam Penanganan Kejang Demam Pada Anak.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Pengetahuan


2.1.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah sesuatu hal yang diketahui/dimengerti berkaitan dengan
proses pembelajaran. Pengetahuan sebagai suatu pembentukan yang terus menerus
oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya
pemahaman – pemahaman baru (Budiman dan Riyanto, 2013).
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan berjalan melalui sistem
indra manusia, mulai dari indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan
perabaan. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui sistem
penglihatan dan pendengaran (Notoatmojo, 2012).
Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui oleh
seseorang berdasarkan pengalaman dan penelitian atau terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek yang proses pembentukannya
secara terus menerus karena adanya pemahaman – pemahaman baru.
2.1.2 Jenis Pengetahuan
Jenis pengetahuan terbagi menjadi 2 menurut Budiman dan Riyanto, (2013),
yaitu sebagai berikut:
2.1.2.1 Pengetahuan Implisit
Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam
bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor - faktor yang tidak bersifat nyata
seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip. Pengetahuan diam seseorang
biasanya sulit untuk ditransfer ke orang lain baik secara tertulis ataupun lisan.
Pengetahuan implisit sering kali berisi kebiasaan dan budaya bahkan bisa tidak
disadari.
2.1.2.2 Pengetahuan Eksplisit
Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan
atau disimpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud perilaku kesehatan.

5
6

Pengetahuan nyata dideskripsikan dalam tindakan - tindakan yang berhubungan


dengan kesehatan.
2.1.3 Tingkat Pengetahuan Di Dalam Domain Kognitif
Menurut Bloom Budiman dan Riyanto, (2013) ada enam tahapan
pengetahuan sebagai berikut:
2.1.3.1 Tahu (know)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan,
definisi, fakta - fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan
sebagainya. Misalnya ketika seorang perawat diminta untuk menjelaskan tentang
imunisasi campak, orang yang berada pada tahap ini dapat menguraikan dengan
baik dari definisi campak, manfaat imunisai campak, waktu yang tepat pemberian
campak, dan sebagainya.
2.1.3.2 Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan benar tentang
objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
2.1.3.3 Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
tersebut secara benar.
2.1.3.4 Analisis (analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen - komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan
masih ada kaitannya satu sama lain.
2.1.3.5 Sintesis (synthesis)
Sintesis merunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian - bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
2.1.3.6 Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
7

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


2.1.4.1 Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan seseorang pada orang lain
terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa
makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah pula mereka menerima
informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.
Sebaliknya jika seseorang dengan tingkat pendidikan yang rendah, akan
menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan
nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
2.1.4.2 Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung -
langsung.
2.1.4.3 Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek
fisik ataupun psikologi. Pertumbuhan pada fisik bergaris besar pada empat
kategori perubahan. Pertama, perubahan ukuran, kedua, perubahan porporsi,
ketiga hilangnya ciri - ciri lama, keempat, timbulnya ciri - ciri baru.Ini terjadi
akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir
seseorang semakin matang dan dewasa.
2.1.4.4 Minat
Minat adalah suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba menekuni suatu hal dan
pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
2.1.4.5 Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang
baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap
obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang
sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya dan akhirnya dapat
pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya.
8

2.1.4.6 Kebudayaan Lingkungan Sekitar


Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai
budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat
sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, karena
lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap
seseorang.
2.1.4.7 Informasi
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat dibantu
mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
2.1.5 Pengukuran Tingkat Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden (S. Notoatmodjo, 2010)
Perhitungan berdasarkan rumus:
Sp
N= ×100 %
Sm
Keterangan:
N : Nilai perhitungan
Sm : Skor tertinggi maksimal
Sp : Skor yang didapat
Berdasarkan hasil perhitungan, kemudian hasilnya di interprestasikan dalam
beberapa kategori menurut (Budiman dan Riyanto, 2013) tingkat pengetahuan
dikelompokkan menjadi 2 kelompok apabila respondennya adalah masyarakat
umum, yaitu:
1) Baik : Nilai > 50%
2) Kurang Baik : Nilai ≤ 50%
Menurut Skinner, bila seseorang mampu menjawab mengenai materi
tertentu baik secara lisan maupun tulisan, maka dikatakan seseorang tersebut
mengetahui bidang tersebut. Sekumpulan jawaban yang diberikan tersebut
dinamakan pengetahuan. Pengukuran bobot pengetahuan seseorang ditetapkan
menurut hal-hal sebagai berikut:
1) Bobot I : tahap tahu dan pemahaman.
9

2) Bobot II : tahap tahu, pemahaman, aplikasi dan analisis.


3) Bobot III : tahap tahu, pemahaman, aplikasi, analisis sintesis, dan evaluasi.
Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden.
Dalam mengukur pengetahuan harus diperhatikan rumusan kalimat pertanyaan
menurut tahapan pengetahuan (Budiman dan Riyanto, 2013)

2.2 Konsep Dasar Perilaku


2.2.1 Definisi Perilaku
Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkunganya yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan respon/reaksi seorang
individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya
(Notoatmodjo, 2010)
2.2.2 Jenis – Jenis Perilaku
Jenis-jenis perilaku individu menurut (Notoatmodjo, 2010)
2.2.2.1. Perilaku sadar, perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan
saraf,
2.2.2.2. Perilaku tak sadar, perilaku yang spontan atau instingtif,
2.2.2.3. Perilaku tampak dan tidak tampak
2.2.2.4. Perilaku sederhana dan kompleks
2.2.2.5. Perilaku kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor
2.2.3 Bentuk – Bentuk Perilaku
Menurut (Notoatmodjo, 2010) dilihat dari bentuk respons terhadap
stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua.
2.2.3.1 Bentuk pasif /Perilaku tertutup (covert behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau
tertutup. Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada
seseorang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara
jelas oleh orang lain.
10

2.2.3.2 Perilaku terbuka (overt behavior)


Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan
atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain.
2.2.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut teori Lawrance Green dan kawan-kawan dalam Notoatmodjo,
(2010) menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok,
yaitu faktor perilaku (behaviorcauses) dan faktor diluar perilaku (non behaviour
causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor
yaitu:
2.2.4.1 Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
1) Pengetahuan apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku
melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap
yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long
lasting) daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang dalam hal ini pengetahuan yang
tercakup dalam domain kognitif mempunyai tingkatan.
2) Sikap Menurut Zimbardo dan Ebbesen, sikap adalah suatu predisposisi
(keadaan mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide atau obyek yang
berisi komponen-komponen cognitive, affective dan behavior.
Terdapat tiga komponen sikap, sehubungan dengan faktor-faktor
lingkungan kerja, sebagai berikut:
1. Afeksi (affect) yang merupakan komponen emosional atau perasaan.
2. Kognisi adalah keyakinan evaluatif seseorang. Keyakinan-
keyakinan evaluatif, dimanifestasi dalam bentuk impresi atau kesan
baik atau buruk yang dimiliki seseorang terhadap objek atau orang
tertentu.
3. Perilaku, yaitu sebuah sikap berhubungan dengan kecenderungan
seseorang untuk bertindak terhadap seseorang atau hal tertentu
dengan cara tertentu.
11

Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai


tingkatan, yaitu: menerima (receiving), menerima diartikan bahwa
subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. Merespon
(responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan,
dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu
indikasi sikap tingkat tiga. Bertanggung jawab (responsible),
bertanggung jawab atas segala suatu yang telah dipilihnya dengan
segala risiko merupakan sikap yang memiliki tingkatan paling tinggi
menurut (Notoatmodjo, 2010)
3) Faktor pemungkin (enabling factor), yang mencakup lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas - fasilitas atau sarana-sarana
keselamatan kerja, misalnya ketersedianya alat pendukung, pelatihan
dan sebagainya.
4) Faktor penguat (reinforcement factor), faktor-faktor ini meliputi
undang-undang, peraturan-peraturan, pengawasan dan sebagainya
menurut (Notoatmodjo, 2010)
2.2.5 Bentuk – Bentuk Perubahan Perilaku
Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang
digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Bentuk –
bentuk perilaku dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
2.2.5.1. Perubahan alamiah (Neonatal chage) :
Perilaku manusia selalu berubah sebagian perubahan itu disebabkan
karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu
perubahan lingkungan fisik atau sosial, budaya dan ekonomi maka anggota
masyarakat didalamnya yang akan mengalami perubahan.
2.2.5.2. Perubahan Rencana (Plane Change) :
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri
oleh subjek.
2.2.5.3. Kesediaan Untuk Berubah (Readiness to Change) :
12

Apabila terjadi sesuatu inovasi atau program pembangunan di dalam


masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk
menerima inovasi atau perubahan tersebut (berubah perilakunya).Tetapi
sebagian orang sangat lambat untuk menerima perubahan tersebut.Hal ini
disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-
beda (Notoatmodjo, 2010)
2.3.5 Kriteria Perilaku
Menurut (Azwar, 2011) pengukuran perilaku yang berisi pernyataan
-pernyataan terpilih dan telah diuji reabilitas dan validitas nya maka dapat
digunakan untuk mengungkapkan perilaku kelompok responden. Kriteria
pengukuran perilaku yaitu:
1. Perilaku positif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari
kuesioner> T mean
2. Perilaku negatif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari
kuesioner < T mean
3. Subyek memberi respon dengan dengan empat kategori ketentuan,
yaitu: selalu, sering, jarang, tidak pernah.
Dengan skor jawaban :
Jawaban dari item pernyataan perilaku positif
1) Selalu (SL) jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuesioner dan
diberikan melalui jawaban kuesioner skor 4
2) Sering (SR) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner dan
diberikan melalui jawaban kuesioner skor 3
3) Jarang (JR) jika responden ragu-ragu dengan pernyataan kuesioner dan
diberikan melalui jawaban kuesioner skor 2
4) Tidak Pernah (TP) jika responden tidak setuju dengan pernyataan
kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 1
Jawaban dari item pernyataan untuk perilaku negatif
1) Selalu (SL) jika responden sangat setuju dengan pernyataan
kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor
2) Sering (SR) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner dan
diberikan melalui jawaban kuesioner skor 2
13

3) Jarang (JR) jika responden ragu-ragu dengan pernyataan kuesioner dan


diberikan melalui jawaban kuesioner skor 3
4) Tidak Pernah (TP) jika responden tidak setuju dengan pernyataan
kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 4
Penilaian perilaku yang didapatkan jika :
1) Nilai T > MT, berarti subjek berperilaku positif
2) Nilai T < MT berarti subjek berperilaku negatif

2.3 Konsep Dasar Kejang Demam


2.3.1 Definisi Kejang Demam
Kejang demam adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih
dari 38,4oC tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut
pada anak berusia di atas 1 bulan tanpa riwayat kejang sebelumnya. Kejang
demam adalah kelainan neurologis tersering pada anak dan biasanya terjadi pada
anak umur 6 bulan – 5 tahun dengan puncak onset kira - kira pada umur 14 – 18
bulan (Zahroh, 2018).
Kejang demam jarang terjadi setelah anak usia 5 tahun, anak laki- laki
sering menderita kejang demam dengan insiden sekitar dua kali lipat lebih sering
dibandingkan anak perempuan (Untung Tarunaji and Fithriyani, 2018).
Kejang demam merupakan bangkitan kejang terjadi karena peningkatan
suhu tubuh akibat proses ekstra kranium dengan ciri terjadi antara 6 bulan sampai
4 tahun dan lamanya kurang dari 15 menit dapat bersifat umum dan dapat terjadi
16 jam setelah timbulnya demam (Nuryani, Nasriati and Verawati, 2020).
Jadi dapat disimpulkan bahwa kejang demam adalah keadaan dimana tubuh
menjadi kaku disertai kenaikan suhu tubuh diatas normal 38,4°C. Dan lamanya
kejang kurang dari 15 menit.
2.3.2 Penyebab Kejang Demam
Penyebab kejang demam yang sering ditemukan adalah :
2.3.2.1. Faktor predisposisi :
1) Keturunan, orang tua yang memiliki riwayat kejang sebelumnya
dapat diturunkan pada anak
14

2) Umur, (lebih sering pada umur < 5 tahun), karena sel otak pada
anak belum matang sehingga mudah mengalami perubahan
konsentrasi ketika mendapat rangsangan tiba - tiba.
2.3.2.2. Faktor presipitasi
1) Adanaya proses infeksi ekstrakranium oleh bakteri atau virus
misalnya infeksi saluran pernapasan atas, otitis media akut, tonsilitis,
gastroenteritis, infeksitraktus urinarius dan faringitis.
2) Ketidak seimbangan ion yang mengubah keseimbangan elektrolit
sehingga mengganggu homeostatis kimiawi neuron sehingga terjadi
kelainan depolarisasi neuron misalnya hiponatremia, hipernatremia,
hipoglikemia, hipokalsemia, dan hipomagnesemia.
3) Kejang demam yang disebabkan oleh kejadian perinatal (trauma
kepala, infeksi premature, hipoksia) yang dapat menyebabkan
kerusakan otak.
Menunjukkan bahwa penyebab kejang demam pada anak adalah
infeksi saluran pernapasan, pneumonia, bronkopenumonia, penyakit non-
infeksi, serta imunisas jug bisa menjadi penyebab kejang demam meskipun
insidennya yang sangat kecil (Nuryani, Nasriati and Verawati, 2020)
2.3.3 Klasifikasi Kejang Demam
Ada 2 golongan kejang demam menurut Ridha, H., (2017) yaitu sebagai
berikut :
2.3.3.1. Kejang demam sederhana
1) Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsi
2) Sebelumnya tidak ada riwayat cedra otak oleh penyakit apapun
3) Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan – 6
tahun
4) Lamanya kejang berlangsung < 20 menit
5) Kejang tidak bersifat tonik klonik
6) Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang
7) Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologi atau
abnormalitas perkembangan
8) Kejang tidak berulang dalam waktu sngkat
15

9) Tanpa gerakan focal dan berulang dalam 24 jam

2.3.3.2. Kejang demam kompleks


Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai
kejang parsial simpleks. Dapat mencangkup otomatisme atau gerakan
otomatik; mengecap-ecapkan bibir, mengunyah, gerakan mencongkel
yang berulang-ulang pada tangan, dan gerakan tangan lainnya. Dapat
tanpa otomatis tatapan terpaku.
2.3.4 Patofisiologi Kejang Demam
Pada keadaan demam, kenaikan suhu sebanyak 1°C akan menyebabkan
kenaikan kebutuhan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen
meningkat sebanyak 20%. Pada seorang anak yang berumur 3 tahun sirkulasi
otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa
yang hanya 15%. Pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat menyebabkan
terjadinya perubahan keseimbangan dari membran sel neuron. Dalam waktu
yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui
membran tadi, akibatnya terjadinya lepasan muatan listrik. Lepasan muatan
listrik ini dapat meluas ke seluruh sel maupun membran sel
tetangganya dengan bantuan neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak
mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung pada tinggi atau
rendahnya ambang kejang seseorang anak pada kenaikan suhu tubuhnya.
Kebiasaannya, kejadian kejang pada suhu 38ºC, anak tersebut mempunyai
ambang kejang yang rendah, sedangkan pada suhu 40º C atau lebih anak
tersebut mempunyai ambang kejang yang tinggi. Dari kenyataan ini dapat
disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang
kejang yang rendah (Ngastiyah, 2017).
2.3.5 Tanda dan Gejala
Ada 2 bentuk kejang demam (menurut Lwingstone), yaitu:
2.3.5.1 Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri
gejala klinis sebagai berikut :
1) Kejang berlangsung singkat, < 15 menit
16

2) Kejang umum tonik dan atau klonik


3) Umumnya berhenti sendiri
4) Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam
2.3.5.2 Kejang demam komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri
gejala klinis sebagai berikut :
1) Kejang lama > 15 menit
2) Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului
kejang parsial
3) Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
2.3.6 Penatalaksanaan Kejang Demam
Sebelum dibawa ke rumah sakit untuk keluarga segera lakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
1) Tenangkan diri dan jangan panik. Langkah pertama sangat penting karena
akan membantu langkah berikutnya.
2) Lepaskan atau longgarkan pakaian anak agar dapat bernapas dengan baik.
3) Posisikan kepala anak miring kesatu posisi apabila anak mengalami
muntah atau mengeluarkan lendir agar anak tidak mengalami tersedak. Serta
posisi miring memastikan anak bahwa lidah tidak menutupi jalan napas.
4) Jauhkan anak dari benda-benda tajam yang ada disekitarnya. Anda dapat
menaruh bantal disekitar anak agar tidak menabrak benda-benda lain.
5) Jangan memasukkan benda apapun ke dalam mulutnya seperti sendok,
jari
6) Jika anak sudah sering mengalami kejang demam biasanya dokter akan
memberikan obat kejang lewat dubur (diazepam) maka masukan obat
tersebut secara hati-hati.
7) Jangan menahan gerakan anak pada saat kejang.
8) Cobalah mengukur suhu tubuh anak, menghitung lama kejang, serta
bagaimana kejangnya.
9) Jangan sekali-kali memasukkan minuman atau makan pada saat anak
kejang itu mengakibatkan anak mengalami tersedak. Sebagian keluarga
zaman dahulu jika anak mengalami kejang atau sering disebut step akan
memberikan kopi untuk penangkalnya.
17

10) Segera bawa anak ke fasilitas kesehatan untuk penanganan lebih lanjut.
Apabila anak sudah berhenti kejangnya atau kejang terjadi cukup lama.
Berikut adalah pencenggahan pada anak yang mengalami demam agar tidak
sampai mengalami kejang demam :
1) Jika anak demam berikan obat penurun panas sesuai dosis.
2) Awasi peningkatan suhu tubuh menggunakan termometer.
3) Anak diberi kompres untuk menurunkan suhu tubuh.
Jangan memakaikan anak baju atau selimut yang tebal, suhu tubuh tidakan
akan segera turun

2.4. Konsep Dasar Keluarga


2.4.1. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan orang yang mempunyai hubungan resmi, seperti ikatan
darah, adopsi, perkawinan atau perwalian, hubungan sosial (hidup bersama)
dan adanya hubungan psikologi (ikatan emosional).
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran,
dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap
anggota keluarga.
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dan saling ketergantungan (Kholifah and Wahyu, 2016)
2.4.2. Tipe Keluarga
Berbagai tipe keluarga yang perlu Anda ketahui adalah sebagai berikut.
2.4.2.1. Tipe keluarga tradisional
1) The Nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri atas suami,
istri, dan anak, baik anak kandung maupun anak angkat.
2) The dyad family (keluarga dyad), suatu rumah tangga yang terdiri atas
suami dan istri tanpa anak.
3) Single parent, yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua dengan
anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian.
18

4) Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu orang
dewasa. Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang tidak menikah
atau tidak mempunyai suami.
5) Extended family, keluarga yang terdiri atas keluarga inti ditambah
keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan sebagainya. Tipe
keluarga ini banyak dianut oleh keluarga Indonesia terutama di daerah
pedesaan.
6) Middle-aged or elderly couple, orang tua yang tinggal sendiri di rumah
(baik suami/istri atau keduanya), karena anak-anaknya sudah
membangun karir sendiri atau sudah menikah.
7) Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling
berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan, seperti dapur
dan kamar mandi yang sama.
2.4.2.2. Keluarga non tradisional
1) Unmarried parent and child family, yaitu keluarga yang terdiri atas
orang tua dan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
3) Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan jenis
kelamin tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup
bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
5) Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga yang aslinya.
2.4.3. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman fungsi keluarga ada lima antara lain berikut ini.
2.4.3.1. Fungsi afektif
Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan
psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini, maka keluarga
akan dapat mencapai tujuan psikososial yang utama, membentuk sifat
19

kemanusiaan dalam diri anggota keluarga stabilisasi kepribadian dan tingkah


laku, kemampuan menjalin secara lebih akrab, dan harga diri.
2.4.3.2. Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial
Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengan kematian.
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, karena
individu secara kontinyu mengubah perilaku mereka sebagai respon terhadap
situasi yang terpola secara sosial yang mereka alami. Sosialisasi merupakan
proses perkembangan atau perubahan yang dialami oleh seorang individu sebagai
hasil dari interaksi sosial dan pembelajaran peran-peran sosial.
2.4.3.3. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.
2.4.3.4. Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi
dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
2.4.3.5. Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Perawatan
kesehatan dan praktik-praktik sehat (yang memengaruhi status
kesehatan anggota keluarga secara individual) merupakan bagian yang
paling relevan dari fungsi perawatan kesehatan.
1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
2) Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi keluarga.
3) Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan.
4) Kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau menciptakan
suasana rumah yang sehat.
5) Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas.
2.4.4.Tahap Perkembangan Keluarga
2.4.4.1. Keluarga baru menikah atau pemula
Tugas perkembangannya adalah:
1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan;
20

2) Membina hubungan persaudaraan, teman, dan kelompok sosial;


3) Mendiskusikan rencana memiliki anak.
2.4.4.2. Tahap perkembangan keluarga yang kedua adalah keluarga
dengan anak baru lahir.
Tugas perkembangannya adalah:
1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
mengintegrasikan bayi yang baru lahir ke dalam keluarga;
2) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan
kebutuhan anggota keluarga;
3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan;
4) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan
peran- peran orang tua dan kakek nenek.
2.4.4.3. Keluarga dengan anak usia pra sekolah
Tugas perkembangannya adalah:
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti rumah, ruang bermain,
privasi, dan keamanan;
2) Mensosialisasikan anak;
3) Mengintegrasikan anak yang baru, sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak yang lain;
4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan di luar
keluarga.
2.4.4.4. Keluarga dengan anak usia sekolah
Tugas perkembangannya adalah:
1) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah
dan hubungan dengan teman sebaya yang sehat;
2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan;
3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
2.4.4.5. Keluarga dengan anak remaja
Tugas perkembangannya adalah:
1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri;
2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan;
21

3) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.


2.4.4.6. Keluarga melepas anak usia dewasa muda
Tugas perkembangannya adalah:
1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga
baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak;
2) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan;
3) Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau istri.
2.4.4.7. Keluarga dengan usia pertengahan
Tugas perkembangannya adalah:
1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan;
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan
para orang tua lansia dan anak-anak;
3) Memperkokoh hubungan perkawinan.
2.4.4.8. Keluarga dengan usia lanjut
Tugas perkembangannya adalah:
1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan;
2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun;
3) Mempertahankan hubungan perkawinan;
4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan;
5) Mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi;
6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan hidup)

2.5. Konsep Dasar Anak


2.5.1. Definisi Anak
Menurut pengetahuan umum, yang dimaksud dengan anak adalah seseorang
yang lahir dari hubungan pria dan wanita. Sedangkan yang diartikan dengan anak-
anak atau juvenale, adalah seseorang yang masih dbawah usia tertentu dan belum
dewasa serta belum kawin. Pengertian dimaksud merupakan pengertian yang
sering kali di jadikan pedoman dalam mengkaji berbagai persoalan tentang anak.
Definisi anak usia dini yang dikemukan oleh NAEYC (National Assosiation
Education for Young Chlidren) adalah sekelompok individu yang berada pada
22

rentang usia antara 0 – 8 tahun. Anak usia dini merupakan sekelompok manusia
yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Pada usia tersebut
para ahli menyebutnya sebagai masa emas (Golden Age) yang hanya terjadi satu
kali dalam perkembangan kehidupan manusia. Pertumbuhan dan perkembangan
anak usia dini perlu diarahkan pada fisik, kognitif, sosioemosional, bahasa, dan
kreativitas yang seimbang sebagai peletak dasar yang tepat guna pembentukan
pribadi yang utuh (Priyanto, 2014)
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan terdapat dalam Undang-undang No.23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak. Pasal tersebut menjelaskan bahwa, anak adalah siapa
saja yang belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang masih didalam
kandungan, yang berarti segala kepentingan akan pengupayaan perlindungan
terhadap anak sudah dimulai sejak anak tersebut berada didalam kandungan
hingga berusia 18 tahun.
2.5.2 Kebutuhan Dasar Anak
Kebutuhan Dasar Anak Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang anak
secara umum digolongkan menjadi kebutuhan fisik-biomedis (asuh) yang
meliputi, pangan atau gizi, perawatan kesehatan dasar, tempat tinggal yang layak,
sanitasi, sandang, kesegaran jasmani atau rekreasi.
2.5.3 Tingkat perkembangan anak
Menurut Damaiyanti (2008), karakteristik anak sesuai tingkat perkembangan :
2.5.3.1. Usia bayi (0-1 tahun) Pada masa ini bayi belum dapat mengekspresikan
perasaan dan pikirannya dengan kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi
dengan bayi lebih banyak menggunakan jenis komunikasi non verbal.
Pada saat lapar, haus, basah dan perasaan tidak nyaman lainnya, bayi
hanya bisa mengekspresikan perasaannya dengan menangis. Walaupun
demikian, sebenarnya bayi dapat berespon terhadap tingkah laku orang
dewasa yang berkomunikasi dengannya secara non verbal, misalnya
memberikan sentuhan, dekapan, dan menggendong dan berbicara lemah
lembut. Ada beberapa respon non verbal yang biasa ditunjukkan bayi
misalnya menggerakkan badan, tangan dan kaki.
23

2.5.3.2. Usia pra sekolah (2-5 tahun) Karakteristik anak pada masa ini terutama
pada anak dibawah 3 tahun adalah sangat egosentris. Selain itu anak juga
mempunyai perasaan takut pada ketidaktahuan sehingga anak perlu
diberi tahu tentang apa yang akan akan terjadi padanya. Misalnya, pada
saat akan diukur suhu, anak akan merasa melihat alat yang akan
ditempelkan ke tubuhnya.
2.5.3.3. Usia sekolah (6-12 tahun) Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap
stimulus yang dirasakan yang mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh
karena itu, apabila berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan anak
diusia ini harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak dan
berikan contoh yang jelas sesuai dengan kemampuan kognitifnya. Anak
usia sekolah sudah lebih mampu berkomunikasi dengan orang dewasa.
Perbendaharaan katanya sudah banyak, sekitar 3000 kata dikuasi dan
anak sudah mampu berpikir secara konkret.
2.5.3.4. Usia remaja (13-18) Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan
dari akhir masa anak-anak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola
piker dan tingkah laku anak merupakan peralihan dari anak-anak menuju
orang dewasa. Anak harus diberi kesempatan untuk belajar memecahkan
masalah secara positif. Apabila anak merasa cemas atau stress, jelaskan
bahwa ia dapat mengajak bicara teman sebaya atau orang dewasa yang ia
percaya.

2.6. Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Penanganan Kejang Demam


Teori Skiner (1938) dikutip dalam (Notoadmojo, 2014) bahwa perilaku
adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar),
salah satu respon tersebut menjelaskan bahwa respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan – rangsangan (stimulus) tertentu akan menimbulkan respon – respon
yang relatif tetap, misalnya perilaku emosional mendengar berita musibah, sedih,
cemas. Jadi meskipun pengetahuan baik tetapi jika orang disayang atau anak
mereka sakit maka bisa saja mengakibatkan perilaku negatif karena kesedihan,
kecemasan, bingung dan lain – lain.
24

Bahwa perilaku terbuka terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah
berupa tindakan atau praktek ini dapat diamati orang lain dari luar. Jadi meskipun
mereka pengetahuan kurang tapi karena mendapat stimulus berupa tindakan atau
praktek yang telah mereka amati dari orang lain maka mereka medapatkan
perilaku positif.
Menurut teori Notoadmodjo (2014) yang menjelaskan bahwa terbentuknya
perilaku seseorang salah satunya faktor internal salah satunya adalah pendidikan.
Jadi apabila pengetahuan kurang mempengaruhi perilaku mereka yaitu perilaku
negatif (Nuryani, Nasriati and Verawati, 2020).
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan adalah kajian literatur review.
Literatur review adalah analisis tulisan ilmiah yang terkait langsung
dengan pertanyaan penelitian dalam artikel/jurnal (Nursalam, 2020).
Penelitian kepustakaan atau kajian literatur review merupakan penelitian
yang mengkaji atau meninjau secara kritis pengetahuan, gagasan atau
temuan yang terdapat di dalam tubuh riteratur berorientasi akademik
(academic – oriented literature), serta merumuskan kontribusi teoritis dan
metodologinya untuk topik tertentu. Adapun sifat dari penelitian ini adalah
analisis deskriptif, yakni penguraian secara teratur data yang telah
diperoleh, kemudian diberikan pemahaman dan penjelasan agar dapat
dipahami dengan baik oleh pembaca, pendekatan yang dilakukan untuk
melakukan penalaran dan penyusunan suatu data secara sistematis
berdasarkan sudut pandang tertentu dengan menganalisis jurnal terkait
dengan judul yang diambil.
Metode studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan
dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta
mengelolah bahan penulisan. Jenis penulisan yang digunakan adalah studi
yang berfokus pada hasil penulisan yang berkaitan dengan topik atau
variable (Nursalam, 2020)

3.2 Kriteria Kelayakan Literatur Review


Strategi yang digunakan untuk mencari literatur dalam penelitian ini
adalah menggunakan PICOS framework dengan kriteria inklusi dan
eksklusi. Adapun kriterian inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini
sebagai berikut.

25
26

Tabel 3.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi dengan PICOS framework


Kriteria Inklusi Eksklusi

Population/ Jurnal nasional Bukan jurnal nasional yang


yang berhubungan berhubungan dengan topik penelitian
Problem dengan topik yaitu hubungan pengetahuan dengan
penelitian yaitu perilaku keluarga dalam penanganan
hubungan kejang demam pada anak.
pengetahuan
dengan perilaku
keluarga dalam
penanganan kejang
demam pada anak.

Intervensi Tidak ada intervensi Tidak ada intervensi

Comparison Tidak ada pembanding Tidak ada pembanding

Outcome Adanya hubungan pengetahuan Tidak adanya hubungan pengetahuan


dengan perilaku keluarga dalam dengan perilaku keluarga dalam
penanganan kejang demam pada penanganan kejang demam pada
anak anak

Study Design Cross Sectional Quasi Experiment, systemic review


Years Tahun Publikasi 2017-2020 Sebelum tahun 2017

Language Bahasa Indonesia Selain Bahasa Indonesia (Bahasa


Inggris)

3.3 Sumber Literatur


Data sebagai sumber literatur yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Adapun sumber data sekunder
yang didapat berupa artikel jurnal nasional. Dalam pencarian sumber
literatur data sekunder peneliti menggunakan database yaitu Google
Scholar dengan menggunakan Keyword “Pengetahuan” AND “Perilaku
Keluarga” AND “Penanganan Kejang Demam Pada Anak”.
27

3.4 Seleksi Literatur


Berdasarkan hasil pencarian literatur melalui database yaitu Google
Scholar dengan menggunakan Keyword “Pengetahuan” AND “Perilaku
Keluarga” AND “Penanganan Kejang Demam Pada Anak”. Peneliti
berhasil mendapatkan 58 artikel nasional. Kemudian peneliti melakukan
screening berdasarkan judul yang disesuaikan dengan tema dan variabel,
sebanyak 43 artikel yang di ekslusi karena tidak sesuai dengan tema dan
tersisa 15 artikel. Kemudian peneliti menyeleksi berdasarkan full teks yang
didalam full teks tersebut tidak ditemukan hasil atau pembahasan terkait
variabel yang diteleti sebanyak 6 artikel yang dieksklusi dan tersisa 9
artikel. Peneliti memeriksa kelengkapan 9 artikel secara full lengkap mulai
dari judul, abstrak, latar belakang, metode, hasil, pembahasan dan daftar
pustaka didapatkan sebanyak 7 artikel yang bisa dipergunakan dan
memenuhi kelengkapan tersebut. Lalu peneliti memeriksa dan
mengeksklusi 2 artikel. Seleksi literatur ditampilkan dalam diagram flow
berikut.

Identifikasi Pencarian Melalui database: Google


IDENTIFIKASI Scoolar (n=58)

SCREENING Screening identifikasi Dikeluarkan tidak


judul (n=15) sesuai judul (n=43)

Artikel Full Text Artikel Ekslusi


KELAYAKAN
(n=9) (n=6)

INKLUSI Artikel sesuai kriteria Literatur eksklusi


Inklusi (n=7) (n=2)

Bagan 3.1 Diagram flow seleksi literatur review hubungan pengetahuan dengan
perilaku keluarga dalam penanganan kejang demam pada anak.
28

3.5 Tahapan Pengumpulan Data


Tahapan dan prosedur pengumpulan data dalam penelitian Literatur
ini meliputi beberapa tahap sebagai berikut.
1) Proses penyusun proposal
Dalam memulai penelitian ini peneliti terlebih dahulu mencari topik
penelitian yaitu hubungan pengetahuan dengan perilaku keluarga dalam
penanganan kejang demam pada anak, menyusun BAB 1 yang terdiri dari
latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian
dan selanjutnya peneliti menyusun BAB 2 yaitu tinjauan pustaka dan
BAB 3 metode penelitian.
2) Menentukan pertanyaaan penelitian
Peneliti menentukan pertanyaan dalam penelitian ini yaitu apakah ada
hubungan pengetahuan dengan perilaku keluarga dalam penanganan
kejang demam pada anak?
3) Mencari literature
Pencarian literatur dalam penelitian ini menggunakan database yaitu
Google Scholar dengan menggunakan Keyword “Pengetahuan” AND
“Perilaku Keluarga” AND “Penanganan Kejang Demam Pada Anak”.
4) Seleksi literatur sesuai kriteria.
Untuk mendapatkan literatur yang layak sesuai denga topik, peneliti
menentukan kriteria kelayakan artikel adengan strategi seleksi artikel
menggunakan PICOS yang disesuaikan dengan kriteria inklusi dan
eksklusi.
5) Seleksi literatur yang berkualitas.
Setelah artikel penelitian ditemukan dan sesuai dengan kriteria inklusi,
maka selanjutnya peneliti melakukan seleksi studi dengan membaca
lengkap keseluruhan isi artikel mulai dari judul, absctrak, latar belakang,
metode, hasil, pembahasan dan daftar pustaka, apabila ditemukan artikel
yang tidak lengkap akan dibuang.
6) Melakukan ekstraksi data.
29

Setelah mendapatkan artikel yang sesuai melalui seleksi literatur,


langkah selanjutnya peneliti akan membaca dan menganalisa artikel satu
persatu dan melakukan ekstraksi (mengambil data hasil penelitian dari
setiap artikel) data sesuai dengan tujuan dan pertanyaan penelitian
7) Melakukan sintesis hasil dengan metode naratif.
Setelah dilakukan ekstraksi data dan telah ditemukan data-data hasil
penelitian tentang pengetahuan dan perilaku, kemudian peneliti
melakukan pembahasan tentang hasil penelitian yang didapatkan serta
melakukan sintesis atau menuangkan ide, gagasan berupa data-data
informasi baru yang sebelumnya belum pernah di tulis oleh orang lain
dalam bentuk naratif.

3.6 Metode Analisis


Metode analisis literatur dalam penelitian ini menggunakan metode
analisis deskriftif naratif (Nursalam, 2020). Metode deskriptif atau naratif
merupakan analisis yang menjelaskan secara narasi hasil temuan artikel
ilmiah.
BAB 4
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL ANALISIS


4.2.1 Karakteristik Literatur
Artikel penelitian yang berhasil didapatkan dalam penelitian ini berasal
dari negara Indonesia, didapatkan 7 artikel. Dari 7 artikel semua artikel tidak
menggunakan intervensi. Untuk design penelitian sebanyak 7 artikel dengan
desain penelitian cross sectional. Tahun publikasi artikel digunakan 5 tahun
terakhir, sebanyak 1 artikel publikasi pada tahun 2017, sebanyak 3 artikel
publikasi pada tahun 2018, dan sebanyak 3 artikel publikasi pada tahun 2019 -
2021.
4.2.2 Karakteristik Responden
Responden penelitian dalam 7 artikel penelitian yang ditemukan adalah
anggota keluarga yang terdiri dari ibu yang anaknya mengalami kejang demam
berada di dalam lingkungan Rumah Sakit, Puskesmas. Jumlah responden dalam
artikel bervariasi, jumlah responden terbanyak yaitu 94 responden dan paling
sedikit sebanyak 35 responden. Rata-rata usia responden yaitu 20 – 40 tahun,
dengan jenis kelamin responden didominasi oleh perempuan dengan tingkat
pengetahuan terbanyak sekolah menengah atas (SMA) dan pekerjaan responden
dominasi Ibu Rumah Tangga.
4.2.3 Analisis Studi Literatur
Sebanyak 7 artikel yang didapatkan berdasarkan analisis literature dan
selanjutnya akan dibuatkan rangkuman hasil literatur. Berikut hasil
rangkuman literatur yang di sajikan menggunakan PICOT.

30
31

Tabel 4.1 : Rangkuman Analisis Literature Review


Nama Peneliti Dan Design Responden
No. Tempat Penelitian Hasil Penelitian
Tahun Penelitian Penelitian
1. Untung Turanaji, RSUD Raden Mattaher Cross Sectional Sebanyak 35 Hasil analisis univariat didapatkan 19 responden
Fithriyani (2018) Jambi responden di Ruang (54,3%) memilii pengetahuan rendah, sikap
Anak RSUD Raden sebanyak 20 (57,1%) responden kurang baik,
Mattaher Jambi motivasi kurang baik 18 responden (51,4%) dan
perilaku pencegahan kejang demam 18 responden
(51,4%) kurang baik. Hasil analisis bivariat ada
hubungan pengetahuan dengan perilaku pencegahan
kejang demam berulang p-value (0,000)
2. Nuryani, Ririn RSU Muhammadiyah Korelasi Sebanyak 40 Adanya hubungan antara pengetahuan keluarga
Nasriati, Metti Ponorogo responden di RSU tentang kejang demam dengan perilaku penanganan
Verawati (2020) Muhammadiyah kejang demam sebelum dibawa kerumah sakit di
Ponorogo ruang anak rumah sakit umum muhammadiyah
ponorogo.

3. Evis Ritawani Puskesmas Rawat Inap Cross Sectional 58 responden Hasil penelitian menunjukkan chi square denan
Hasibuan, Maizatuz Tenayan Raya Kota tingkat Pvalue < 0,05 maka Ho ditolak, yang berarti
Zahroh (2018) Pekanbaru bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu
dengan penanganan pertama pada balita kejang
demam.
4. Andrianus Langging, Posyandu Anggrek Cross Sectional 45 responden Hasil analisis uji korelasi nilai r hitung adalah
Tavip Dwi Wahyuni, Tlogomas Wilayah Kerja sebesar 0,475 dengan signifikansi sebesar 0,001,
Ani Sutriningsih Puskesmas Dinoyo Kota maka hipotesis Ha diterima yaitu terdapat korelasi
(2018) Malang atau hubungan antara pengetahuan ibu dengan
penatalaksanaan kejang demam.
5. Ilham Setyo Budi, Ruang Anak RSI Sunan Cross Sectional 50 responden Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan
Siti Munzaemah, Kudus penanganan kejang demam berulang di rumah sakit
Anita Dyah Listyarini islam sunan kudus. Dengan nilai chi square hitung
(2021) 4.177 > chi square table 3.841.

31
32

6. Ami Oetamiati Ruang Aster RSUD Kota Cross Sectional 35 responden Hasil analisa bivariat menggunakan uji analisis chi
Wiharjo Bogor square diperoleh nilai p value 0,002 ≤ 0,05
(alpha), artinya Ha diterima dan Ho ditolak.
Menunjukkan adanya hubungan tingkat
pengetahuan orang tua dengan pertolongan pertama
kejang demam pada anak usia balita di ruang Aster
RSUD kota bogor.
7. Revyana Natasia Kelurahan Satria Cross Sectional 59 responden Hasil penelitian didapatkan tingkat pengetahuan,
Siregar, Puji Pinta Lingkungan VI Kota sikap, dan perilaku ibu mengenai kejang demam
Sinurat, Fitriani Tebing Tinggi pada anak termasuk kategori sedang.
Lumongga (2017)
33

4.2 PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian dengan menggunakan literatur review dari 7
artikel penelitian yang terdahulu yang berhasil didapatkan dan dianalisis
oleh peneliti, maka peneliti menemukan adanya hubungan yang signifikan
antara pengetahuan dengan perilaku keluarga dalam penanganan kejang
demam pada anak.
4.2.1 Pengetahuan Orang Tua
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dari 7 artikel penelitian
terdahulu yang berhasil didapatkan dan dianalisis oleh peneliti maka peneliti
menemukan hubungan dari setiap artikel yang ada. Berdasarkan hasil penelitian
Untung Tarunaji and Fithriyani, (2018) didapatkan bahwa sebagian besar
responden yaitu sebanyak 35 orang memiliki pengetahuan kurang tepat dalam
penanganan kejang demam pada anak di RSUD Mattaher Jambi. Adapun
responden yang memiliki pengetahuan rendah sebanyak 19 responden (54,3%),
responden yang memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 16 responden (45,7%).
Dilakukan survey awal dengan mewawancarai 5 orang ibu yang mempunyai anak
yang dirawat di ruang anak yang mempunyai riwayat penyakit sekarang dengan
demam yang beresiko kejang demam didapatkan hasil 4 diantaranya kurang
mengetahui cara pencegahan kejang demam berdasarkan jawaban yang ibu jawab,
dan hanya mampu menjawab 1 poin saja yaitu dengan menurunkan suhu tubuh
anak dan ibu juga kurang memahami dan mengerti tentang akibat dari demam
yang tinggi bisa beresiko terjadinya kejang demam dan ibu yang harus ibu
lakukan apabila anak terjangkit kejang demam seperti jangan panik, regangkan
pakaian yang ketat, menghitung waktu lama kejang, memberi penahan pada gigi
anak dengan benda yang tidak keras, dan sebagainya.
Berdasarkan hasil penelitian Nuryani, Nasriati and Verawati, (2020) dari 40
responden penelitian didapatkan tingkat pengetahuan keluarga baik sebanyak 20
responden (50%), pengetahuan keluarga cukup sebanyak 10 responden (25%),
dan pengetahuan keluarga kurang sebanyak 10 responden (25%). Ini sesuai
dengan data dari 40 responden tentang pencegahan kejang demam sekitar 38
responden menjawab pertanyaan dengan benar yaitu pemberian obat penurun
panas merupakan salah satu cara pencegahan agar anak tidak mengalami demam

33
34

tinggi dan mengalami kejang demam. Didukung dengan penelitian (Zahroh, 2018)
dengan 94 responden dalam penelitian ini didapatkan keluarga yang memiliki
pengetahuan yang baik sebanyak 58 responden (61,7%), keluarga yang memiliki
pengetahuan yang cukup sebanyak 32 responden (34,05%), dan keluarga yang
memiliki pengetahuan kurang sebanyak 4 responden (4,25%). Dari penelitian
(Budi and Munzaemah, 2021) dengan jumlah 50 responden ada yang memiliki
pengetahuan yang kurang baik sebanyak 34 orang (68,0%), responden yang
memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 16 orang (32,0%). Dari penelitian
(Langging, 2018) dengan 45 responden sebagian besar responden memiliki
pengetahuan yang cukup sebanyak 27 orang (60,0%), responden yang memiliki
pengetahuan baik sebanyak 13 orang (28,9%) dan responden yang memiliki
pengetahuan yang kurang sebanyak 5 orang (11,1%). Dari hasil penelitian
(Siregar and Sinurat, 2017) dengan 59 responden tingkat pengetahuan sedang
berdasarkan usia 21-30 sebanyak 14 orang (23,7%)
Pengetahuan menurut Budiman dan Riyanto, (2013) adalah sesuatu
hal yang diketahui/dimengerti berkaitan dengan proses pembelajaran.
Pengetahuan sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh
seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya
pemahaman – pemahaman baru. Pengetahuan menurut Notoatmojo,
(2012) adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan berjalan melalui
sistem indra manusia, mulai dari indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, perasa dan perabaan. Sebagian besar pengetahuan manusia di
peroleh melalui sistem penglihatan dan pendengaran. Dapat disimpulkan
bahwa pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui oleh seseorang
berdasarkan pengalaman dan penelitian atau terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek yang proses
pembentukannya secara terus menerus karena adanya pemahaman –
pemahaman baru. Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah
faktor internal yang didalamnya terdapat pendidikan. Pendidikan suatu
proses belajar yang terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau
perubahan kearah lebih dewasa, lebih baik, serta lebih matang pada
35

individu, kelompok atau masyarakat. Jadi semakin tinggi seseorang


mendapat pendidikan semakinbaik pengetaahuan seseorang, semakin
mudah untuk memahami suatu hal yang baru, dan begitu juga sebaliknya
bahwa pendidikan yang rendah atau tidak pernah menempuh pendidikan
mempengaruhi seseorang untuk menerima informasi.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan pengetahuan keluarga
dalam penanganan kejang demam pada anak pada saat ditanya di puskesmas
maupun di RSUD masih memilik pengetahuan yang kurang tepat atau masih
kurang baik. Hal ini dibuktikan dengan saat ditanya pencegahan kejang demam
pada anak keluarga menjawab masih kurang mengetahui. Berdasarkan fakta dan
teori diatas yang saling berkaitan maka dapat dikatakan bahwa pengetahuan
sangat penting bagi keluarga dalam mengetahui pencegahan kejang demam pada
anak. Semakin tinggi pengetahuan keluarga maka semakin paham dan mengerti
ketika datangnya sebuah penyakit didalam keluarga. Dengan adanya pengetahuan
keluarga tentang penyakit kejang demam pada anak maka dapat dipastikan bahwa
kemungkinan terjadinya resiko kejang demam pada anak lebih kecil ketika anak
mengalami demam.
4.2.2 Perilaku orang tua dalam Penanganan kejang demam pada anak
Berdasarkan hasil penelitian Untung Tarunaji and Fithriyani (2018), dengan
35 responden didapaatkan ibu yang memiliki perilaku kurang tepat mengenai
pencegahan kejang demam yaitu sebanyak 18 responden (51,4%), ibu yang
memiliki perilaku baik sebanyak 17 responden (48,6%). Hal ini menunjukkan
bahwa masih adanya perilaku ibu yang kurang tepat tentang pencegahan kejang
demam. Perilaku kurang tepat ditemukan pada anlisis kuisioner pada pertanyaan
responden ibu tidak mengkompres anak dengan menggunakan air hangat dan
responden ibu tidak mencari tahu lebih lanjut tentang informasi kejang demam
karena responden menganggap kejang demam pada anak itu adalah hal biasa.
Berdasarkan penelitian (Nuryani, Nasriati and Verawati, 2020) dengan 40
responden didapatkan perilaku keluarga yang positif sebanyak 27 responden
(67,5%), perilaku keluarga yang negatif sebanyak 13 responden (32,5%).
Didukung dengan penelitian Siregar and Sinurat, (2017) diketahui bahwa
kategori perilaku responden berdasarkan usia, kategori perilaku baik lebih banyak
36

pada responden yang berusia 21-30 tahun yaitu (16,9%), kategori perilaku sedang
lebih banyak pada usia 40-50 tahun yaitu (22%), kategori perilaku kurang baik
lebih banyak pada usia 21-30 dan 40-50 tahun yaitu (6,7%). Kategori perilaku
responden berdasarkan pendidikan terakhir, kategori perilaku baik lebih banyak
pada responden yang berpendidikan akhir pada SMA dan ST yaitu (11,9%),
kategori perilaku sedang lebih banyak pendidikan akhir SMA yaitu (20,3%),
kategori perilaku kurang lebih banyak pada berpendidikan akhir SMA yaitu
(11,9%). Dan kategori perilaku responden berdasarkan pekerjaan, kategori
perilaku baik lebih banyak pada responden yang memiliki pekerjaan yaitu
(13,5%), kategori perilaku sedang lebih banyak yang memiliki pekerjaan IRT
yaitu (22%), dan kategori perilaku kurang lebih banyak pada yang memiliki
pekerjaan IRT dan PNS yaitu (6,8%).
Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkunganya yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan respon/reaksi seorang
individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya
(Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan apabila penerimaan perilaku baru atau
adopsi perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan
sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting)
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang dalam hal ini pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
mempunyai tingkatan. Perilaku manusia selalu berubah sebagian perubahan
itu disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar
terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial, budaya dan ekonomi maka
anggota masyarakat didalamnya yang akan mengalami perubahan.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan perilaku keluarga dalam
penanganan kejang demam pada anak pada saat ditanya di puskesmas maupun di
RSUD masih memilik perilaku yang kurang tepat atau masih kurang baik. Hal ini
dibuktikan dengan saat ditanya penanganan kejang demam pada anak keluarga
menjawab masih kurang mengetahui dan tidak melakukan kompres anak
menggunakan air hangat dan responden ibu tidak mencari tahu lebih lanjut tentang
37

informasi kejang demam karena responden menganggap kejang demam pada anak
itu hal biasa. Berdasarkan fakta dan teori diatas yang saling berkaitan maka dapat
dikatakan bahwa pengetahuan sangat penting bagi keluarga yang mempengaruhi
perilaku keluarga dalam mengetahui pencegahan kejang demam pada anak.
Semakin tinggi pengetahuan keluarga maka semakin baik juga perilaku keluarga
dalam penanganan kejang demam pada anak.
4.2.3 Hubungan pengetahuan dengan perilaku keluarga dalam penanganan
kejang demam pada anak
Berdasarkan hasil penelitian Untung Tarunaji and Fithriyani (2018), dengan
uji statistic didapatkan nilai p-value (<0,05) maka dapat disimpulkan ada
hubungan yang signifikan/bermakna antara pengetahuan dengan perilaku
pencegahan kejang demam berulang pada balita usia 1-5 tahun di ruang anak
RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2017. Pengetahuan adalah tahap
perkembangan, latar belakang pendidikan kesehatan dan pengalaman masa lalu.
Kemampuan kognitif seseorang dibentuk dengan cara berpikir seseorang dan
selalu berhubungan dengan tahap perkembangan individu.
Berdasarkan hasil penelitian Nuryani, Nasriati and Verawati, (2020)
perhitungan penelitian ini menggunakan uji chi square diperoleh nilai p hitung =
5,012 dengan menggunakan taraf signifikasi nilai ɑ = 0,05. Dapat diartikan bahwa
ada hubungan antara pengetahun keluarga tentang kejang demam dengan perilaku
penanganan kejang demam sebelum dibawa ke rumah sakit di ruang anak RSU
Mauhmmadiyah Ponorogo. Berdasarkan hasil penelitian Langging, (2018)
didapatkan nilai r hitung adalah sebesar 0,475 dengan signifkansi sebesar 0,001.
Karena nilai r hitung lebih besar dari r tabel (0,475 >0,294 atau nilai signifansi
lebih kecil dari alpha (0,001 < 0,050), maka hipotesis Ha diterima yaitu terdapat
korelasi atau hubungan antara pengetahuan ibu dengan penatalaksanaan kejang
demam dengan tingkat toleransi kesalahan(alpha) 5 %. Besarnya korelasi 0,475
menunjukkan bahwa tingkat hubungan antara kedua variabel tersebut kuat dan
anda positif (+) menunjukkan bahwa bentuk hubungan kedua variabel tersebut
adalah benarbanding lurus yaitu semakin meningkatnya pengetahuan ibu, maka
penatalaksanaan kejang demam akan semakin meningkat atau semakin tinggi.
Namun tidak adanya hubungan pengetahuan dengan perilaku keluarga dalam
38

penangana kejang demam pada anak. Dari penelitian Wiharjo, (2019) didapatkan
adanya hubungan signifat dengan menggunakan komputerisasi didapatkan p value
0,002 ≤ 0,05 (alpha), artinya Ha diterima dan Ho ditolak. Dari nilai tersebut maka
hasil analisis menyatakan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua
dengan pertolongan pertama kejang demam pada anak usia balita di ruang Astr
RSUD Kota Bogor.
Berdasarkan hasil penelitian Budi and Munzaemah, (2021) pada tabel ouput
chi square diatas diketahui nilai chi square hitung adalah sebesar 4.177.
selanjutnya mencari nilai chi square table untuk nilai df = 1 pada signifikansi (ɑ)
5 % atau 0,005 pada distribusi nilai chi square table statistic. Maka ketemu nilai
chi square table adalah sebesar 3,841. Karena nilai chi square hitung 4.177 > chi
square table 3,841, maka sebagian besar pengambilan keputusan diatas, dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat diartikan bahwa
ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan penanganan kejang demam
berulang di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus.
Menurut Nai Angelia Firmina (2017) bahwa perubahan perilaku sesorang
terjadi didahului oleh pengalaman, sedangkan pengalaman itu sendiri adalah
pengertian belajar dapat berupa pengalaman fisik, psikis, dan sosial. Menurut
Semiwan (2002) yang dikutip dalam Susanto Ahmad (2018) menjelaskan bahwa
emosi adalah suatu proses berkaitan dengan makna perasaan seseorang, dan otak
manusia menyimpan aspek-aspek yang berbeda di bagia-bagian yang berbeda pula
beragam pengalaman manusia sendiri. Menurut Goleman (2002) yang dikutip
dalam Susanto Ahmad (2018) menjelaskan bahwa emosi seseorang muncul bisa
dari pengalaman seseorang dan salah satu jenis emosi yaitu rasa takut yang
meliputi cemas, bingung, gugup, rasa khawatir, merasa takut, dan panik. Jadi dari
proses pengalaman seseorang bisa berperilaku positif dikarenakan pengalaman itu
sendiri adalah proses belajar yang alami yang akan mudah diingat.
Berdasarkan fakta dari hasil penelitian terkait dengan teori didapatkan
adanya hubungan pengetahuan dengan perilaku keluarga dalam penanganan
kejang demam pada anak. Dari 7 artikel yang dianalisis didapatkan bahwa 3
artikel memiliki hubungan yang sama yaitu hubungan pengetahuan dengan
perilaku keluarga dalam penanganan kejang demam pada anak, dan ke 4 artikel
39

lainnya hanya membahas pengetahuan, sikap dan motivasi dalam penanganan


kejang demam pada anak. Walaupun 4 artikel penelitian ini tidak menyajikan
hasil statistik hubungan pengetahuan dengan perilaku keluarga dalam penanganan
kejang demam pada anak namun variabel-variabel dalam penelitian tersebut
terkait dengan judul dalam penelitian ini, sehingga peneliti mengambil artikel
tersebut untuk dianalisis lebih lanjut. Berdasarkan hasil analisis literatur review 7
artikel, peneliti berasumsi bahwa pengetahuan sangat menentukan setiap individu
sehingga akan mempengaruhi perilaku keluarga dalam penanganan kejang demam
pada anak. Hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang
maka semakin paham tentang suatu hal termasuk penyakit kejang demam ini.
Sama halnya dengan perilaku yang dapat menjadi suatu faktor pencetus cara
bagaimana seseorang itu melakukan pekerjaannya, maka pengetahuan yang baik
mempengaruhi perlaku keluarga itu sendiri dalam penanganan kejang demam
pada anak.

4.3 Keterbatasan Study Literature


Selama proses pengumpulan dan perangkuman literatur terdapat beberapa
keterbatasan yang dialami oleh peneliti, adapun keterbatasan tersebut sebagai
berikut.
1. Proses pencarian literatur belum maksimal, karena keterbatasan dalam
menentukan memilih kata kunci yang tepat, sehingga artikel artikel yang
sesuai dengan tema tidak banyak yang muncul.
2. Tidak semua artikel yang publis di jurnal penelitian tentang Hubungan
Pengetahuan Dengan Perilaku Keluarga Dalam Penanganan Kejang Demam
Pada Anak pada memenuhi syarat kriteria inklusi.
40
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kejang demam adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih
dari 38,4oC tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut
pada anak berusia di atas 1 bulan tanpa riwayat kejang sebelumnya. Kejang
demam adalah kelainan neurologis tersering pada anak dan biasanya terjadi pada
anak umur 6 bulan – 5 tahun dengan puncak onset kira - kira pada umur 14 – 18
bulan (Zahroh, 2018). Kejang demam jarang terjadi setelah anak usia 5 tahun,
anak laki- laki sering menderita kejang demam dengan insiden sekitar dua kali
lipat lebih sering dibandingkan anak perempuan (Untung Tarunaji and Fithriyani,
2018).
Berdasarkan hasil analisis jurnal penelitian dengan metode literature review
yang diperoleh dari 7 artikel yaitu terdapat hubungan pengetahuan dengan perilaku
keluarga dalam penanganan kejang demam pada anak yang dibuktikan dengan
nilai p-value 0,000 (< 0,05). Sedangkan 4 artikel tidak menyajikan data hasil
statistik namun hanya berupa pengetahuan, sikap, dan penanganan kejang demam
pada anak. berdasarkan hasil penemuan penelitian literatur yang dilakukan tersebut
diatas sejalan dengan teori yang ada. Dimana hasil penelitian pada ke tujuh artikel
penelitian yaitu hubungan pengetahuan dengan perilaku keluarga dalam
penanganan kejang demam pada anak, sama dengan teori yang diungkapkan
Notoadmojo 2010 yang dikutip dalam (Gunawan, 2016) bahwa salah satu faktor-
faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah faktor internal yang didalamnya
terdapat pendidikan. Pendidikan suatu proses belajar yang terjadi proses
pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih
baik, serta lebih matang pada individu, kelompok, atau masyarakat, maka semakin
tinggi seseorang mendapatkan pendidikan semakin baik pengetahuan seseorang,
semakin mudah untuk memahami suatu hal yang baru.

41
42

5.2 Conflict Of Interest


Dalam proses penyusunan dan pelaksanaan penelitian ini, tidak ada
kepentingan lain yang turut andil selama proses ini berlangsung, penelitian ini
murni dibiayai dan dilakukan oleh peneliti sendiri untuk kepentingan dalam
pendidikan. Diharapkan penelitian ini memberikan manfaat dan gambaran tentang
pengetahuan dengan perilaku keluargaa dalam penanganan kejang demam pada
anak dan petugas kesehatan agar dapat dilakukan upaya-upaya evaluasi seperti
meningkatkan pengetahuan keluarga mengenai pencegahan pada anak kejang
demam secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2011). Sikap Dan Perilaku. Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya.
Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Budi, I. S. And Munzaemah, S. (2021). ‘Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan


Penanganan Kejang Demam Berulang Di Ruang Anak Rumah Sakit
Islam Sunan Kudus’, Jurnal Profesi 8(1), Pp. 1–10. Available At:
Http://Jurnal.Akperkridahusada.Ac.Id/Index.Php/Jpk/Article/View/87.

Budiman Dan Riyanto, A. (2013). Kapita Selekta Kuesioner: Pengetahuan Dan


Sikap Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Kholifah, S. N. And Wahyu, N. W. (2016). ‘Keperawatan Keluarga Dan


Komunitas’, Pp. 68–70.

Langging, A. (2018). ‘Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Dengan


Penatalaksanaan Kejang Demam Pada Balita Di Posyandu Anggrek
Tlogamas Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Kota Malang’, Journal
Nursing News, XI(1), Pp. 31–37.

Ngastiyah (2017). Perawatan Anak Sakit. (Edisi 2). Jakarta: EGC.

Notoatmodjo (2010). Promosi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmojo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nuryani, N., Nasriati, R. And Verawati, M. (2020). ‘Hubungan Pengetahuan


Keluarga Tentang Kejang Demam Dengan Perilaku Penanganan Kejang
Demam Sebelum Dibawa Ke Rumah Sakit’, Health Sciences Journal,
4(1), P. 59. Doi: 10.24269/Hsj.V4i1.403.

Priyanto, A. (2014). ‘Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Dini Melalui


Aktivitas Bermain’, Jurnal Ilmiah Guru Caraka Olah Pikir Edukatif, 0(2).

Ridha, H., N. (2017). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Siregar, R. N. And Sinurat, P. P. (2017). ‘Tingkat Pengetahuan, Sikap Dan


Perilaku Ibu Terhadap Kejang Demam Pada Anak Di Kelurahan Satria
Lingkungan VI Kota Tebing Tinggi Tahun 2016’, Jurnal Kedokteran
AvailableAt:Http://Ojs.Lppmmethodistmedan.Net/Index.Php/JKM/Articl
e/View/208.

Untung Tarunaji And Fithriyani (2018). ‘Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan


Motivasi Ibu Dengan Perilaku Pencegahan Kejang Demam Berulang
Pada Balita Usia 1-5 Tahun Di Rsud Raden Mattaher Jambi’, Jurnal
Akademika Baiturrahim Jambi, 7(2), Pp. 165–171.

Wiharjo, A. O. (2019).‘Di Ruang Aster Rsud Kota Bogor’, 11, Pp. 59–70.

Yurika, D. (2020). ‘Di Rumah Sakit Baptis Batu Clinical Characteristics Of


Children With Febrile Seizure In The Baptist Hospital Batu’, 19(2), Pp.
91–98.

Zahroh, E. R. H. & M. (2018). ‘Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Penanganan


Pertama Pada Balita Kejang Demam’, 7, Pp. 7–11.
Lampiran 1: Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Motivasi Ibu Dengan Perilaku
Pencegahan Kejang Demam Berulang Pada Balita Usia 1-5 Tahun
Di RSUD Raden Mattaher Jambi
http://jab.stikba.ac.id/index.php/jab/article/view/79
Lampiran 2: Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Kejang Demam Dengan
Perilaku Penanganan Kejang Demam Sebelum Dibawa Kerumah
Sakit
http://studentjournal.umpo.ac.id/index.php/HSJ/article/view/44
Lampiran 3: Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Penanganan Pertama Pada
Balita Kejang Demam
https://jurnal.stikes-alinsyirah.ac.id/index.php/kebidanan/article/view/64
Lampiran 4: Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Dengan Penatalaksanaan
Kejang Demam Pada Balita Di Posyandu Anggrek Tlogomas
Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Kota Malang
https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fikes/article/view/836
Lampiran 5: Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Penanganan Kejang Demam
Berulang Di Ruang Anak Rumah Sakit Islam Sunan Kudus
http://jurnal.akperkridahusada.ac.id/index.php/jpk/article/view/87
Lampiran 6: Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Pertolongan Pertama
Kejang Demam Pada Anak Usia Balita Di Ruang Aster RSUD
Kota Bogor
https://jurnalwijaya.com/index.php/jurnal/article/view/pv11n2p59
Lampiran 7: Tingkat Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Ibu Terhadap Kejang
Demam Pada Anak Di Kelurahan Satria Lingkungan VI Kota
Tebing Tinggi Tahun 2016
http://ojs.lppmmethodistmedan.net/index.php/JKM/article/view/208

Anda mungkin juga menyukai

  • FGHH
    FGHH
    Dokumen4 halaman
    FGHH
    Ricko alf
    Belum ada peringkat
  • JDKDJD
    JDKDJD
    Dokumen25 halaman
    JDKDJD
    Ricko alf
    Belum ada peringkat
  • Fyyyggh
    Fyyyggh
    Dokumen104 halaman
    Fyyyggh
    Ricko alf
    Belum ada peringkat
  • BNJJJVC
    BNJJJVC
    Dokumen28 halaman
    BNJJJVC
    Ricko alf
    Belum ada peringkat
  • Poster Ivan Indrawan
    Poster Ivan Indrawan
    Dokumen1 halaman
    Poster Ivan Indrawan
    Ricko alf
    Belum ada peringkat
  • BVBJMMJH
    BVBJMMJH
    Dokumen17 halaman
    BVBJMMJH
    Ricko alf
    Belum ada peringkat
  • BBBNJJJJJNNN
    BBBNJJJJJNNN
    Dokumen144 halaman
    BBBNJJJJJNNN
    Ricko alf
    Belum ada peringkat
  • Ns NNDND
    Ns NNDND
    Dokumen1 halaman
    Ns NNDND
    Ricko alf
    Belum ada peringkat
  • Jsjsndndnns
    Jsjsndndnns
    Dokumen44 halaman
    Jsjsndndnns
    Ricko alf
    Belum ada peringkat
  • Ksjsjs
    Ksjsjs
    Dokumen45 halaman
    Ksjsjs
    Ricko alf
    Belum ada peringkat
  • JJSJZNXN
    JJSJZNXN
    Dokumen8 halaman
    JJSJZNXN
    Ricko alf
    Belum ada peringkat
  • Kisi-Kisi Skripsi
    Kisi-Kisi Skripsi
    Dokumen15 halaman
    Kisi-Kisi Skripsi
    Ricko alf
    Belum ada peringkat