Anda di halaman 1dari 22

Pertumbuhan dan Perkembangan

Tumbuhan

Nama : Salsabilla Fitria Tomas


Kelas : XII MIPA 1
Guru Pembimbing : Iik Sri Sulasmi, S.Pd, M.Si
1.1 Pengertian Pertumbuhan Dan Perkembangan

Pertumbuhan dalam biologi mengacu kepada perubahan fisik berupa pertambahan


ukuran, volume, tinggi, dan massa. Ini terjadi karena selama dalam masa pertumbuhan, sel-
sel dalam tubuh makhluk hidup bertambah banyak, alhasil jaringan-jaringan dan organ-organ
dalam tubuh makhluk hidup pun ikut berubah semakin besar. Nah, perubahan tubuh dalam
pertumbuhan ini dapat diukur secara kuantitatif. Kita bisa mengukur tinggi dan berat badan
kita menggunakan meteran dan timbangan badan. Pertumbuhan memiliki ciri yang sangat
khas, yaitu bersifat irreversible alias tidak bisa balik lagi seperti semula. Mangkanya tinggi
badan kamu yang sekarang tidak bisa berubah lagi jadi seperti saat kamu masih kecil dulu.

Perkembangan tidak bisa dilihat dengan mata telanjang atau diukur dan ditimbang.
Ini karena perkembangan dalam biologi mengacu kepada proses menuju kedewasaan. Karena
tidak bisa diukur dan ditimbang, perkembangan cuma bisa diukur secara kualitatif.
Maksudnya begini, kalau kamu perhatikan bayi yang baru lahir, bayi tersebut cuma bisa
nangis. Tapi begitu bayi tersebut memasuki usia satu sampai tiga tahun, ia mulai lancar
mengoceh. Inilah yang disebut sebagai perkembangan,
1.1.1 Ciri makhluk hidup
 Movement ( bergerak )
 Respiration ( respirasi atau bernafas )
 Sensitivity ( sensitif atau peka terhadap rangsang atau irritabilitas )
 Growth ( tumbuh atau mengalami pertumbuhan )
 Reproduction ( reproduksi atau memperbanyak dirinya sendiri )
 Excretion ( ekskresi atau mengeluarkan zat sisa )
 Nutrition ( nutrisi )
Gambar 1. Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan

Gambar 2. Pertumbuhan dan perkembangan pada manusia

Gambar 3. Pertumbuhan dan perkembangan pada hewan


1.1.2 Perbandingan Pertumbuhan Dan Perkembangan

Pertumbuhan Perkembangan
a. proses pertambahan ukuran (volume, a. proses menuju kedewasaan makhluk
massa, jumlah) sel hidup
b. bersifat kuantitatif (bisa diukur) b. bersifat kualitatif (tidak bisa diukur)
c. irreversible (tidak bisa balik) c. reversible (bisa balik)

1.1.3 Pembuahan Ganda Pada Angiospermae


Tumbuhan Angiospermae berkembang biak secara generatif dan dapat pula secara
vegetatif. Perkembangbiakan secara generatif terlihat dari gambar dibawah ini.

Gambar 4. Siklus tumbuhan berbunga


Gambar 5. Skema siklus hidup Angiospermae

1.1.4 Pertumbuhan Dan Perkembangan Pada Tumbuhan Berbiji


Struktur Biji
Biji yang sudah cukup dewasa yang terdapat dalam buah – buahan yang sudah masak,
secara fisik terasa keras jika dipegang karena sudah mengalami dehidrasi menjelang
pematangannya. Kandungan air dalam biji sekitar 5 – 15% dari bobotnya. Di dalam biji,
terdapat embrio yang dikelilingi oleh kotiledon yang membesar karena mengandung
cadangan makanan (endosperma). Embrio dan endosperma dibungkus oleh selaput biji (seed
coat) yang terbentuk dari integument bakal biji.

Gambar 6. Struktur biji tak berendosperm dan biji berendosperm


Biji tumbuhan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu biji monokotil (berkeping
satu) dan biji dikotil (berkeping dua). Bagaimanakah struktur biji tersebut? Perhatikan
gambar struktur biji dan kecambah tumbuhan dikotil dan monokotil.

Gambar 7. Struktur biji dikotil dan monokotil


Di dalam belahan biji, terdapat calon individu baru (embrio) yang dilengkapi dengan
cadangan makanan. Embrio dikelilingi oleh kotiledon (daun lembaga), endosperma, atau
keduanya. Kotiledon berguna untuk menyerap zat – zat makanan dari endosperma yang
kemudian dipindahkan ke embrio ketika biji mulai berkecambah. Kotiledon pada biji dikotil
berjumlah satu pasang. Kotiledon pada kacang polong – polongan (misalnya kacang hijau
dan buncis) berdaging tebal karena menyerap sari makanan dari endosperma ketika biji
sedang berkembang sehingga tidak memiliki endosperma lagi. Namun, kotiledon pada biji
jarak (Ricinus communis) sangat tipis karena persediaan makanan tetap berada dalam
endospema.
Biji tumbuhan monokotil hanya memiliki satu kotiledon. Famili rumput – rumputan
(misalnya jagung dan gandum) memiliki jenis kotiledon khusus berupa lapisan tipis
berbentuk perisai yang disebut skutelum (scutella = pelindung kecil). Skutelum akan
menyerap zat makanan dari endosperma selama perkecambahan.
Embrio berupa kuncup embrionik yang memanjang melekat pada kotiledon. Kuncup
embrionik memiliki bagian plumula (pucuk dengan sepasang calon daun), epikotil (ruas
batang di bawah calon daun atau diatas kotiledon), hipokotil (ruas batang di bawah epikotil
atau melekat pada kotiledon), dan radikula (calon akar). Epikotil dengan hipokotil mudah
dibedakan karena memiliki warna yang berbeda. Hipokotil berwarna kecokelatan, sedangkan
epikotil berwarna kehijauan.
Pada biji monokotil, akar lembaga (radikula) diselubungi oleh koleoriza dan pucuk
lembaga (plumula) yang diselubungi oleh koleoptil. Saat berkecambah, koleoptil akan
mendesak tanah naik ke atas menuju ke udara sehingga ujung tunasnya akan tumbuh lurus ke
atas melalui saluran yang terbentuk oleh koleoptil tubular.

1.1.5 Proses Pertumbuhan Dan Perkembangan Tumbuhan


Proses pertumbuhan dan perkembangan dimulai dari tahap embrio hingga menjadi
tumbuhan lengkap (tumbuhan dewasa). Proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
dibagi menjadi tiga tahap, yaitu perkecambahan, pertumbuhan primer, dan pertumbuhan
sekunder.
 Perkecambahan
a. Fisiologi perkecambahan
Perkecambahan merupakan berakhirnya masa dormansi biji. Masa dormansi biji
adalah masa ketika sel – sel penyusunnya tidak aktif membelah atau tidak tumbuh, tetapi
sel tersebut tidak mati. Pengakhiran masa dormansi biji memerlukan kondisi lingkungan
tertentu, misalnya biji tumbuhan gurun hanya berkecambah setelah curah hujan memadai
(cukup air). Berakhirnya masa dormansi biji ditandai dengan terserapnya air ke dalam sel
– sel biji. Terserapnya air ke dalam sel – sel biji terjadi secara imbibisi, yang merupakan
proses fisika. Selanjutnya, air yang masuk ke dalam biji akan membebaskan hormon
giberelin (GA) sebagai sinyal kepada aleuron (lapisan tipis di bagian luar endosperma)
agar menyekresikan enzim. Enzim menghidrolisis sari makanan yang terdapat dalam
endosperma. Bekerjanya enzim tersebut merupakan proses kimia.
Enzim berfungsi sebagai biokatalisator dalam metabolisme biji. Enzim amilase
memecah pati menjadi maltosa, maltosa dihidrolisis oleh enzim maltase menjadi glukosa,
dan selanjutnya glukosa diubah menjadi energi. Energi diperlukan untuk pertumbuhan
dan perkembangan embrio. Sementara itu, protein dipecah menjadi asam amino. Asam
amino dalam proses metabolisme dirangkai menjadi protein yang berfungsi untuk
menyusun struktur sel dan enzim – enzim baru. Lemak dipecah menjadi asam lemak dan
gliserol. Asam lemak diperlukan untuk menyusun membran sel.
Hasil proses perkecambahan berupa tumbuh dan berkembangnya plumula menjadi
batang dan daun serta perkembangan radikula menjadi akar. Embrio yang baru tumbuh
belum memiliki klorofil sehingga belum dapat melakukan fotosintesis untuk
menghasilkan makanan sendiri. Makanan untuk embrio diperoleh dari cadangan makanan
(endosperma).
Proses perkecambahan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu air, oksigen, suhu,
dan cahaya. Air diperlukan dalam perkecambahan untuk mengaktifkan enzim – enzim.
Oksigen diperlukan dalam proses oksidasi sel untuk menghasilkan energi. Suhu yanh
optimum diperlukan dalam aktivitas enzim karena enzim tidak dapat bekerja pada suhu
yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Perkecambahan memerlukan hormon pertumbuhan
auksin. Hormon pertumbuhan auksin mudah mengalami kerusakan jika terkena cahaya
yang berintersitas terlalu tinggi sehingga proses perkecambahan akan lebih cepat jika
tidak ada cahaya atau dalam kondisi gelap.

Gambar 8. Proses perkecambahan


b. Tipe perkecambahan
Berdasarkan letak kotiledon pada saat biji berkecambah, tipe perkecambahan
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu hipogeal dan epigeal.
1) Perkecambahan tipe hipogeal ditandai dengan terbentuknya bakal batang yang
muncul ke permukaan tanah, tetapi kotiledon tetap berada di dalam tanah. Hal ini
terjadi karena pertumbuhan memanjang bagian epikotil menyebabkan plumula keluar
menembus kulit biji dan muncul di atas permukaan tanah. Contohnya kacang kapri
(Pisum sativum), padi (Oryza sativa), dan jagung (Zea mays).
2) Perkecambahan tipe epigeal, ditandai dengan bagian hipokotil tumbuh
memanjang, akibatnya kotiledon dan plumula terdorong ke atas permukaan tanah.
Contohnya kacang hijau (Phaseolus radiatus), melon (Cucumis melo), jarak (Ricinus
communis) dan kacang tanah (Arachis hypogaea).

Gambar 9. Tipe perkecambahan epigeal dan hipogeal

 Pertumbuhan primer
Setelah biji berkecambah, selanjutnya akan membentuk akar, batang, dan daun. Pada
bagian ujung – ujung akar dan ujung batang, terdapat jaringan yang sel – selnya aktif
membelah secara mitosis, yang disebut meristem primer. Aktivitas sel – sel jaringan
meristem primer menyebabkan pertumbuhan memanjang pada bagian ujung batang
maupun ujung akar. Proses pertumbuhan memanjang pada ujung akar dan ujung
batang disebut pertumbuhan primer. Pertumbuhan memanjang pada batang dapat
diukur secara kuantitatif dengan menggunakan alat auksanometer.
Gambar 10. Auksanometer, terdiri atas dua macam, yaitu auksanometer busur dan
auksanometer Pfeffer
Tumbuhan memiliki dua titik pertumbuhan primer, yaitu titik tumbuh pada akar dan titik
tumbuh pada batang.
a. Titik tumbuh akar
Titik tumbuh akar merupakan bagian jaringan meristem akar yang dilindungi oleh
tudung akar (kaliptra). Tudung akar mengeluarkan lendir polisakarida yang berfungsi
untuk melumasi akar sehingga mengurangi gesekan antara ujung akar dan butir – butir tanah
pada saat akar menembus tanah. Jaringan meristem akar banyak mengandung cadangan
makanan yang diperlukan dalam metabolisme. Hasil metabolisme digunakan untuk proses
perpanjangan akar.
Berdasarkan aktivitas sel dan struktur jaringannya, titik tumbuh akar dibagi menjadi tiga
daerah, yaitu zona pembelahan sel (pembentukan sel), zona pemanjangan sel, dan zona
diferensiasi. Namun, zona – zona tersebut bergabung tanpa ada batasan yang jelas.
1) Zona pembelahan sel (pembentukan sel) tersusun dari kumpulan sel yang berukuran
kecil, berdinding tipis, berbentuk seragam, dan sel – sel aktif membelah secara cepat.
2) Zona pemanjangan sel terletak di belakang zona pembelahanm, sel – selnya memanjang
sampai berukuran sepuluh kali Panjang semula sehingga mendorong ujung akar. Sel – sel
penyusunnya tampak berbeda baik ukuran maupun bentuknya.
3) Zona diferensiasi (pematangan) sel menunjukkan perbedaan bentuk dan ukuran sel –
sel yang semakin jelas. Dinding sel mengalami penebalan karena terjadi penimbunan
substansi material di bagian dalamnya. Pada zona ini, terjadi proses organogenesis dan
lapisan epidermis akar telah memiliki rambut – rambut akar untuk menyerap garam – garam
mineral dari dalam tanah.
Jaringan primer akan terbentuk dari ketiga jenis jaringan meristem primer sebagai berikut.
1) Protoderm, yaitu meristem primer yang terletak paling luar dan akan membentuk
epidermis.
2) Prokambium, terletak di bagian paling dalam, akan menjadi stele (silinder pusat) yang
terdiri atas perisikel, berkas pembuluh xilem dam floem. Dari lapisan sel – sel perisikel, dapat
tumbuh akar lateral (samping).
3) Meristem dasar, terletak di antara protoderm dan procambium, akan membentuk jaringan
dasar, yaitu sel – sel parenkim pengisi korteks.
Gambar 11. Daerah titik tumbuh akar

b. Titik tumbuh batang


Titik tumbuh batang merupakan bagian jaringan meristem pada ujung batang dengan
tunas berupa kuncup. Kuncup tersusun atas sejumlah daun kecil yang menyelubungi pusat
kuncup. Pada bagian paling ujung, terdapat meristem apikal berupa massa sel berbentuk
seperti kubah. Meristem apikal akan menjadi meristem primer (protoderm, procambium, dan
meristem dasar). Pada sisi – sisi meristem apikal, muncul primordia daun muda.

Gambar 12. Penampang tengah membujur ujung batang


Titik tumbuh batang tidak memiliki pelindung khusus seperti pada ujung akar, tetapi
jaringan pembalut bakal daunnya berfungsi sebagai pelindung. Titik tumbuh batang dapat
dibagi menjadi tiga daerah pertumbuhan, yaitu zona pembelahan sel, zona pemanjangan,
dan zona diferensiasi.
1) Zona pembelahan sel, memiliki sel – sel yang meristematik dan juga memiliki bakal
daun. Permukaan bawah bakal daun lebih cepat tumbuh dibandingkan dengan permukaan
atas sehingga daun muda melengkung menutupi ujung titik tumbuh.
2) Zona pemanjangan, sel – selnya mengalami pemanjangan dan pembesaran. Pada zona
ini, mulai terlihat jaringan calon pembuluh.
3) Zona diferensiasi (pematangan), sel – sel mengalami diferensiasi sehingga terbentuk
beberapa lapisan jaringan dengan struktur yang berbeda, seperti epidermis, korteks, floem,
dan xilem.

Gambar 13. Daerah titik tumbuh akar dan batang

Gambar 14. Pembagian zona pada titik tumbuh batang


 Pertumbuhan sekunder
Batang tumbuhan menjadi besar karena mengalami pertumbuhan sekunder.
Pertumbuhan sekunder merupakan hasil aktivitas jaringan meristem sekunder, yaitu
kambium pembuluh dan kambium gabus (felogen). Pada umumnya, pertumbuhan
sekunder terjadi pada batang tumbuhan Gymnospermae dan dikotil. Sebagian besar
akar dikotil berkayu mengalami pertumbuhan sekunder. Tumbuhan monokotil tidak
mengalami pertumbuhan sekunder, kecuali monokotil berkayu khususnya Agave,
Aloe, Dracaena, Pandanus, dan Yucca.
Jaringan kambium pembuluh terletak di antara jaringan pembuluh xilem
(pembuluh kayu) dan pembuluh floem (pembuluh kulit). Jaringan kambium pembuluh
mudah diamati dan dibedakan dengan jaringan lainnya. Jika kita mengupas kulit
batang, akan terlihat bagian kambium berupa lendir licin. Pembelahan sel – sel
kambium pembuluh terjadi secara radial, yaitu membelah ke arah luar membentuk
floem sekunder dan membelah ke arah dalam membentuk xilem sekunder.

Gambar 15. Skema anatomi batang sebuah pohon

Pada tumbuhan tahunan (perennial), pertumbuhan sekunder terjadi bertahun – tahun


sehingga lapisan demi lapisan xilem sekunder membentuk kayu dengan formasi melingkar
yang disebut lingkaran tumbuh (lingkaran tahun). Pembentukan lingkaran tumbuh sangat
dipengaruhi oleh musim. Di daerah beriklim tropis, umumnya lingkaran tumbuh yang
terbentuk pada musim hujan lapisannya lebih tebal daripada lapisan yang terbentuk pada
musim kemarau. Ketika musim hujan, kuantitas air yang diserap dari tanah meningkat dan
pertumbuhan xilem sekunder akan lebih cepat. Sebaliknya, di musim kemarau, intensitas
penyerapan air berkurang sehingga xilem sekunder yang terbentuk akan lebih kecil dan
terkesan berwarna lebih gelap karena sel – selnya lebih padat dan kering akibat kekurangan
air. Lingkaran tumbuh memungkinkan kita manaksir umur suatu pohon.

Gambar 16. Lingkaran tumbuh (lingkaran tahun) pada batang dikotil

Floem sekunder dan jaringan di luarnya berkembang menjadi kulit. Selama bertahun –
tahun, pertumbuhan kayu lebih cepat dan tidak seimbang dengan pertumbuhan kulitnya.
Epidermis yang dihasilkan oleh pertumbuhan primer akan pecah – pecah, mengelupas,
kering, dan jatuh dari batang. Epidermis berfungsi sebagai pelindung sehingga jika
mengalami kerusakan akan mengganggu jaringan yang terdapat di dalamnya. Untuk itu,
tumbuhan membentuk jaringan pelindung baru yang dihasilkan oleh kambium gabus
(felogen). Sel – sel kambium gabus akan membelah ke arah luar membentuk felem dan kea
rah dalam membentuk feloderm. Ketiga jaringan sekunder felem, felogem, dan feloderm
secara kolektif disebut periderm.
Felem merupakan lapisan gabus yang terdiri atas sel – sel mati yang mengandung suberin
(bahan berlilin) pada dinding selnya sehingga kedap air dan udara. Sementara itu, feloderm
merupakan korteks sekunder yang terdiri atas sel – sel hidup dan tidak mengandung suberin.
Lapisan gabus tidak semuanya rapat, terdapat celah – celah yang disebut lentisel. Lentisel
berfungsi sebagai jalur keluar masuknya udara pernapasan. Lentisel pada batang mudah
diamati. Jika permukaan batang tumbuhan diraba, akan terasa ada benjolan – benjolan kecil
yang kasar dan terlihat pori – pori di tengahnya.
1.1.6 Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan Perkembangan Pada Tumbuhan

A. Faktor Luar (Eksternal)


Faktor luar merupakan segala sesuatu yang memengaruhi pertumbuhan dan sumbernya
berasal dari lingkungan. Faktor luar yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan, antara lain sebagai berikut.
a. Temperatur
Temperatur untuk pertumbuhan dan perkembangan setiap jenis tumbuhan berbeda – beda.
Temperatur yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan tingkat tinggi
berkisar antara 0°C hingga 45°C.
b. Oksigen
Oksigen diperlukan tumbuhan untuk bernapas. Tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik, jika kebutuhan terhadap oksigen tercukupi. Kekurangan oksigen dapat
merangsang produksi hormon etilen yang menyebabkan beberapa sel dalam korteks akan
mengalami penuaan dan mati.
c. Kelembapan
Kelembapan udara akan berpengaruh terhadap laju penguapan/transpirasi. Kelembapan
udara yang terlalu tinggi akan menghambat proses transpirasi sehingga pengangkutan air dan
garam – garam mineral akan berjalan lambat.
d. Air
 Pelarut zat – zat yang diperlukan oleh tumbuhan.
 Bahan dasar untuk reaksi biokimia.
 Sebagai medium berlangsungnya reaksi metabolisme.
 Menjaga tekanan turgor dinding sel dan agar tidak kekeringan.
 Berperan dalam proses transportasi unsur hara dari tanah ke daun.
 Mengedarkan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan.
 Untuk proses transpirasi (penguapan) dan fotosintesis.
e. Tingkat keasaman tanah
Kemampuan tumbuhan dalam mengambil unsur hara dari tanah dipengaruhi oleh tingkat
keasaman tanah (pH tanah). Jika pH tidak sesuai, tanaman dapat mengalami keracunan.
f. Nutrisi
Tumbuhan memerlukan nutrisi dalam hidupnya. Perhatikan tabel nutrisi, fungsi, dan
defisiensinya!
(1) Fungsi nutrisi pada tumbuhan dan penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan unsur
makro.

(2) Fungsi nutrisi dan defisiensi yang timbul akibat kekurangan unsur mikro
g. Cahaya matahari
Cahaya matahari juga memengaruhi pertumbuhan tumbuhan. Tumbuhan yang tumbuh di
tempat gelap akan tumbuh lebih cepat, namun dengan kondisi pucat, kurus, dan daunnya
tidak berkembang (etiolasi). Keadaan ini terjadi akibat tidak adanya cahaya sehingga dapat
memaksimalkan fungsi auksin untuk pemanjangan sel – sel tumbuhan.

Gambar 17. Tanaman yang Mengalami Normal dan yang Etiolasi

Respon tumbuhan terhadap periode penyinaran cahaya matahari disebut fotoperiodisme. Di


daerah beriklim sedang yang mengalami 4 musim, periode penyinaran akan bervariasi pada
setiap musim. Berdasarkan respon tumbuhan terhadap periode penyinaran, tumbuhan
dikelompokkan menjadi tumbuhan berhari pendek, tumbuhan berhari panjang, dan tumbuhan
berhari netral.
(1) Tumbuhan berhari pendek (short-day plant). Tumbuhan berhari pendek merupakan
tumbuhan yang berbunga jika lama pencahayaan lebih pendek dari kegelapan. Kelompok
tumbuhan ini berbunga pada akhir musim panas atau musim gugur. Contohnya aster, krisan,
dan dahlia.
(2) Tumbuhan berhari Panjang (long-day plant). Tumbuhan berhari panjang merupakan
tumbuhan yang berbunga jika lama pencahayaan lebih panjang dari kegelapan. Kelompok
tumbuhan ini berbunga pada musim semi. Contohnya bayam, kentang, dan gandum.
(3) Tumbuhan berhari netral (neutral-day plant). Tumbuhan berhari netral merupakan
tumbuhan yang tidak dipengaruhi oleh lama (periode) penyinaran. Contohnya bunga
matahari, mawar, dan kapas.
h. Gravitasi
Pertumbuhan pada tumbuhan memperlihatkan respons terhadap gravitasi. Pertumbuhan
akar menunjukkan respons gravitasi positif, sedangkan pertumbuhan tunas menunjukkan
respons gravitasi negatif.
Tumbuhan mampu mengindra gravitasi karena adanya pengendapan statolith pada titik
terendah sel tudung akar. Statolit adalah plastida khusus yang mengandung butiran pati
padat.
i. Sentuhan
Sentuhan akan menghambat pertumbuhan sel – sel sehingga terjadi perbedaan laju
pertumbuhan antara sel yang terkena sentuhan dengan sel – sel yang tidak terkena sentuhan.
Perbedaan laju pertumbuhan sel – sel tersebut menyebabkan sulur melilit.
j. Organisme Parasit dan Herbivora
Organisme parasit pada tumbuhan dapat berupa virus, bakteri, dan jamur. Organisme
parasit tersebut mengambil sari makanan dari tumbuhan inang sehingga tumbuhan inang
yang ditumpangi akan terganggu pertumbuhan dan perkembangannya, bahkan dapat
mengalami kematian.
Herbivora adalah hewan pemakan tumbuh – tumbuhan, misalnya ulat, belalang, dan
kumbang.

B. Faktor Dalam (Internal)


a. Faktor hereditas (gen)
b. Hormon
Berikut akan dibahas peran fitohormon.
Hormon merupakan zat pengatur tumbuh, yaitu molekul organik yang dihasilkan oleh satu
bagian tumbuhan dan ditransportasikan ke bagian lain yang dipengaruhinya. Hormon dalam
konsentrasi rendah menimbulkan respons fisiologis. Terdapat 2 kelompok hormon, yaitu:
1. Hormon pemicu pertumbuhan (auksin, giberelin, sitokinin, gas etilen, hormon kalin, dan
asam traumalin).
2. Hormon penghambat pertumbuhan (asam absisat).

a. Hormon Auksin
Penemu: Fritz Went (peneliti asal Belanda)
Struktur Auksin
Struktur yang paling dikenal adalah IAA (Indole Acetic acid), yang mirip dengan asam
amino tryptophan. Aktivitasnya dihambat oleh cahaya matahari. Auksin disintesis di
meristem apikal, daun – daun muda dan biji.
Fungsi Hormon Auksin
1. Merangsang pemanjangan sel pada daerah titik tumbuh.
2. Merangsang pembentukan akar.
3. Merangsang pembentukan buah tanpa biji (partenokarpi).
4. Merangsang differensiasi jaringan pembuluh.
5. Merangsang absisi (pengguguran pada daun).
6. Berperan dalam dominasi apikal.

b. Hormon Giberelin
Penemu: Eiichi Kurosawa
Hormon ini disintesis di meristem tunas apikal dan akar, daun muda, dan embrio
Fungsi Giberelin
1. Merangsang pemanjangan batang dan pembelahan sel.
2. Merangsang perkecambahan biji.
3. Memecah dormansi biji.
4. Merangsang pembungaan dan pembuahan.

c. Hormon Sitokinin
Penemu: Van Overbeek
Di sintesis dalam akar dan diangkut ke organ lain.
Fungsi Sitokinin
1. Bersama auksin dan giberelin merangsang pembelahan dan pemanjangan sel.
2. Menghambat dominansi apikal oleh auksin.
3. Merangsang pemanjangan titik tumbuh.
4. Mematahkan dormansi biji serta merangsang pertumbuhan embrio.
5. Merangsang pembentukan akar cabang.
6. Menghambat pertumbuhan akar adventif.
7. Menghambat proses penuaan (senescence) daun, bunga, dan buah dengan cara mengontrol
proses kemunduran yang menyebabkan kematian sel – sel daun.

d. Hormon Asam Abisat (ABA)


Penemu: P.F. Wareing dan F.T. Addicott
Dihasilkan pada daun, batang, akar, dan buah hijau.
Fungsi Hormon Asam Abisar (ABA)
1. Mengurangi kecepatan pembelahan dan pemanjangan di daerah titik tumbuh.
2. Memacu pengguguran daun pada saat kemarau untuk mengurangi penguapan air.
3. Membantu menutup stomata daun untuk mengurangi penguapan.
4. Mengurangi kecepatan pembelahan dan pemanjangan sel bahkan menghentikannya.
5. Memicu berbagai jenis sel tumbuhan untuk menghasilkan gas etilen.
6. Memacu dormansi biji agar tidak berkecambah.

e. Hormon Gas Etilen


Penemu: R. Gene (1934)
Dihasilkan oleh jaringan buah yang sedang matang, buku batang, daun, dan bunga yang
menua.
Fungsi Hormon Gas Etilen
1. Mempercepat pematangan buah.
2. Menghambat pemanjangan akar, batang, dan pembungaan.
3. Menyebabkan pertumbuhan batang menjadi kokoh dan tebal.
4. Merangsang proses absisi.
5. Interaksi antara etilen dengan auksin memacu proses pembungaan.
6. Interaksi antara etilen dengan giberelin mengontrol rasio bunga jantan dengan bunga betina
pada tumbuhan monoecious

f. Hormon Luka/Kambium Luka/Asam Traumalin


Hormon yang merangsang sel – sel daerah luka menjadi bersifat meristematik sehingga
mampu mengadakan penutupan bagian yang luka. Vitamin B12 (riboflavin), piridoksin (vit.
B6), asam ascorbate (vit. C), thiamine (vitamin B1), asam nikotinat merupakan jenis vitamin
yang dapat memengaruhi pertumbuhan. Vitamin berperan sebagai kofaktor.
g. Hormon Kalin
Dihasilkan pada jaringan meristem.
Memacu pertumbuhan organ tubuh tumbuhan.
Jenisnya adalah berikut.
1. Filokalin : memacu pertumbuhan daun.
2. Kaulokalin : memacu pertumbuhan batang.
3. Rhizokalin : memacu pertumbuhan akar.
4. Anthokalin : memacu pertumbuhan bunga.

TETAP SEMANGAT!!!
DAFTAR ACUAN

Buku paket biologi kelas XII erlangga kurikulum 2013 revisi


Buku 1 koding Ganesha Operation 12 IPA

Anda mungkin juga menyukai