Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN SMARTPHONE


DALAM WAKTU YANG LAMA TERHADAP KEJADIAN
SYNDROM ASTENOPIA PADA REMAJA
DI PUSKESMAS TAMAONA

OLEH :

NURUL MUTMAINNAH
NIM. 119431708

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIK)
FAMIKA MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi di era globalisasi saat ini berkembang

pesat terutama dalam bidang informasi dan komunikasi yang

memungkinkan manusia untuk lebih sering menggunakan teknologi

dalam kehidupannya sehingga era informasi telah mendorong negara

maju dan berkembang untuk terus melakukan penemuan-penemuan

baru di bidang teknologi komunikasi informasi (Setria Elfa Safitri, 2018).

Salah satu hasil perkembangan teknologi yang membanjiri pasaran

Indonesia karena kecanggihan dan multifungsional dan memiliki

kemampuan yang lebih saat ini yaitu Smartphone dan tablet (Mulita,

2020).

Istilah smartphone atau handphone merupakan istilah untuk

telepon seluler yang dapat mengakses internet dan memiliki aplikasi

built-in serta mempersiapkan berbagai layanan digital yang memiliki

kecakapan tingkat tinggi serupa dengan komputer seperti pesan teks,

e-mail dan fungsi-fungsi lain yang efektif dan efisien (Alex Krouse, J. D,

2012). Kemudahan dalam mengakses informasi atau data melalui

smartphone membuat banyak orang tertarik untuk memilikinya,

sehingga jumlah pemakai smartphone semakin meningkat (Nova,

2019).

1
Berdasarkan laporan pada tahun 2015 oleh Emarketer yaitu

‘Worldwide Internet and Mobile Users: Emarketer’s Updated Estimates

for 2015’, di temukan jumlah pengguna smartphone meningkat

sejumlah 16,7 % menjadi 1,86 Miliar pengguna. Jumlah pegguna di

perkirakan meningkat dari 25,7 % di tahun 2015 menjadi 35,2 % pada

tahun 2019. Pada tahun 2018 juga di dapatkan data jumlah pengguna

smartphone aktif di Indonesia sekitar 92 juta. Indonesia menjadi Negara

pengguna aktif smartphone terbesar ketiga di Asia Pasifik setelah Cina

dan India (EMarkerter, 2015).

Berdasarkan Data dan Statistik pada tahun 2016 oleh

Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, angka penetrasi

pengguna internet menurut peringkat umur 10-24 tahun tercatat

berjumlah 18,4%, 25-34 tahun sebanyak 24,4%, 35-44 tahun berjumlah

29,2%, 45-54 tahun sekitar 18% dan pada peringkat umur 55 tahun ke

atas mencatakan sekitar 10%. 48,4% pengguna internet terdiri dari

profesi mahasiswa (KOMINFO, 2016).

Astenopia adalah akibat yang di bersangkutan dengan mata di

sebabkan oleh otot-otot yang terpaksa bekerja keras terutama sewaktu

harus memandang objek dekat dalam rentang waktu yang lama, seperti

halnya otot-otot lain apabila di paksa bekerja keras, otot-otot mata juga

akan mengalami gangguan (Sukmawati, 2019).

2
Astenopia atau eyestrain terjadi pada saat mata terlalu lelah

karena di gunakan dalam jangka watu yang lama dan terlalu intens

(Wilson, 2015).

American Optometric Association (AOA) mendefinisikan

Computer Vision Syndrom sebagai sekumpulan gejala kelelahan

seperti nyeri kepala, penglihatan kabur, mata kering dan nyeri pada

leher serta punggung badan yang di sebabkan oleh pemakaian

komputer, tablet, smartphone atau alat elektronik lainnya dalam rentang

waktu yang lama (American Optometric Association, 2017).

Penelitian yang di lakukan pada pasien dari Cina, Jepang,

Korea, Prancis, Italia dan Amerika Serikat menunjukkan gejala yang

paling banyak di rasakan adalah mata lelah (tired eye) sejumlah 69%,

diikuti mata tegang (eye strain) sejumlah 58%, %, kemudian sakit

kepala (headache) berjumlah 29%. (Riske Kharisma Putri, 2016).

Berdasarkan data yang di peroleh dari Organisasi Kesehatan

Dunia (WHO), di seluruh dunia saat ini sekitar 135 juta jiwa mengalami

penglihatan lemah dan 45 juta jiwa sejumlah 3% menderita kebutaan.

Dari jumlah data yang di dapatkan 90% di antaranya berada di Negara

berkembang dan sepertiganya di Asia Tenggara (Dalam Skripsi Nana

Kudrawati).

Indonesia dengan kasus penurunan penglihatan menempati

urutan ketiga di dunia dan merupakan Negara terburuk dengan kasus

penurunan penglihatan di Asia. Saat ini penduduk Indonesia yang

3
mengalami penurunan penglihatan hingga kebutaan terdaftar sejumlah

15 % atau setara dengan 3,1 juta jiwa, hasil survei tentang system

penglihatan dan pendengaran menerangkan bahwa kelaziman

kebutaan dan penurunan penglihatan sebesar 1,5 % dan 0,14 % di

Indonesia dan di antaranya karena pembiasaan pemakaian komputer

dalam jangka waktu yang lama (Kemenkes RI, 2010 dalam Restia Elfa

Safitri 2018).

Data yang di peroleh di Kecamatan Tombolo Pao, pada tahun

2020 tercatat sebanyak 60 orang yang datang ke Puskesmas Tamaona

Kecamatan Tombolo Pao dengan gangguan mata merah, mata berair

dan mata lelah atau konjungtivitis yang di sebabkan oleh terlalu lama

terkena paparan radiasi dan pencahayaan tingat tinggi dari

smartphone.

Dari latar belakang diatas, serta hasil wawancara dan observasi

yang telah dilakukan oleh calon peneliti tentang penggunaan

smartphone yang digunakan oleh remaja di daerah tersebut telah

terbiasa menggunakan smartphone dalam jangka waktu relative lama

sehingga dari kebiasaan yang dilakukan oleh remaja tersebut dapat

memicu terjadinya Syndrome Astenopia.

Berdasarkan uraian di atas, maka calon peneliti tertarik untuk

meneliti Analisis Pengaruh Penggunaan Smartphone Dalam Waktu

Yang Lama Terhadap Kejadian Syndrom Astenopia Pada Remaja Di

Kecamatan Tombolo Pao.

4
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang pada uraian di atas, maka di

rumuskan pertanyaan peneliti “Apakah ada pengaruh penggunaan

smartphone dalam waktu yang lama terhadap kejadian Syndrom

Astenopia pada remaja di Kecamatan Tombolo Pao?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ada Pengaruh Penggunaan

Smartphone dalam waktu yang lama Terhadap Kejadian Syndrom

Astenopia Pada Remaja Di Kecamatan Tombolo Pao.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi penggunaan smartphone dalam waktu yang lama

pada remaja di Kecamatan Tombolo Pao.

b. Mengidentifikasi kejadian Syndrom Astenopia pada remaja di

Kecamatan Tombolo Pao.

c. Menganalisis pengaruh penggunaan smartphone dalam waktu

yang lama terhadap kejadian Syndrom Astenopia terhadap remaja

di Kecamatan Tombolo Pao.

5
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat dalam Imu

Keperawatan Komunitas dalam mengetahui Pengaruh penggunaan

smartphone dalam waktu yang lama terhadap kejadian Syndrome

Astenopia.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi pengalaman yang

berharga bagi peneliti khususnya dalam peningkatan wawasan

dalam bidang penelitian serta menambah pengetahuan tentang

pengaruh penggunaan smartphone dalam waktu yang lama

terhadap kejadian Syndrom Astenopia.

b. Manfaat bagi responden

Di harapkan mampu meningkatkan pengetahuan tentang

pengaruh penggunaan smartphone dalam waktu yang lama

terhadap kejadian Syndrome Astenopia.

c. Manfaat bagi Instansi

Dapat di gunakan sebagai acuan serta masukan bagi

remaja tentang pengaruh penggunaan smartphone dalam waktu

yang lama terhadap kejadian Syndrome Astenopia.

6
d. Manfaat bagi Institusi

Penelitian ini dapat memberikan informasi dalam ilmu

bidang keperawatan komunitas dengan menambah kepustakaan

di bidang Ilmu Keperawatan.

BAB II

7
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Smartphone

Smartphone merupakan telepon seluler yang kegunaannya

hamper sama dengan computer dengan kelengkapan system operasi

yang canggih serta memungkinkan individu bisa terhubung dengan

orang lain secara bersamaan melalui fasilitas telepon maupun data

internet (Dian & Erin, 2017). Smartphone atau biasa di sebut telepon

genggam merupakan telepon yang kegunaannya menyerupai

komputer, dengan layar dan ukuran yang bervariasi serta system

operasi yang mampu menjalankan aplikasi-aplikasi secara umum

(Kamus Oxford Online, 2013)

Smartphone adalah telepon seluler dengan kelengkapan seperti

prosesor mikro, memori, tampilan layar dan modem built-in,dengan

kombinasi fungsi personal digital assistant (PDA) atau pocket personal

computer (pocket PC) dengan telepon (Lohr dalam Sawyer & Williams,

2011). Selain penggilan telepon, penggunaan smartphone juga bisa

untuk memainkan game, chat, menggunakan system messenger, akses

layanan web seperti blog, homepage dan jaringan social serta

pencarian berbagai informasi (Choi et al., 2015).

Smartphone merupakan ponsel multimedia atau telepon selular

dengan mikroprosesor, memori, layar dan modem bawaan dengan

fungsionalitas PC dan handset yang tergabung sehingga menghasilkan

8
gadget mewah yang terdapat pesan teks, kamera, pemutar musik,

video, game, akses email, tv digital, search engine, pengelola informasi

pribadi, fitur GPS, jasa telepon internet dan bahkan terdapat telepon

yang juga berfungsi sebagai kartu kredit (Williams & Sawyer (2011)).

Smartphone merupakan alat komunikasi atau telepon seluler

yang lengkap dengan organizer digital yang berfungsi sebagai data

organizer, email client, web browser, pemutar music, film, kamera

digital, GPS, penyunting dokumen, dan berbagai fungsi lainnya (Duha,

2016). Perbedaan smartphone dengan handphone atau ponsel terdapat

pada perangkatnya. Dimana smartphone perangkatnya menyerupai

komputer yang mampu menangani e-mail (Nova. 2011).

American Optometric Association (AOA) merekomendasikan

rentang waktu pemakaian komputer atau smartphone yaitu rentang

waktu maksimal 4 jam dalam sehari karena mata akan condong

mengalami pembiasan atau refraksi jika melewati batas waktu tersebut.

(National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH) Video

Display Terminal (VDT) --Studies and Information menganjurkan agar

melaksanakan istirahat kurang lebih 15 menit terhadap penggunaan

komputer atau smartphone yang di lakukan selama satu jam untuk

mengurangi kelelahan yang terjadi dan menambah kenyamanan pada

pengguna komputer atau smartphone (Restia Elfa Safitri, 2018).

Smartphone merupakan alat multifungsional dengan

9
kecanggihan-kecanggihan yang di dalamnya tersedia berbagai layanan

digital serta memberikan kemudahan dalam mengakses informasi atau

data dalam penggunananya sehingga lebih efektif dan efisien.

B. Tinjauan Umum Syndrom Astenopia

1. Pengertian Astenopia

Astenopia atau biasa di sebut dengan mata lelah, berasal dari

kata a berarti tidak, sthenos berarti kekuatan, dan ops berarti

penglihatan, dengan kata lain astenopia adalah melemahnya

kekuatan penglihatan akibat ketegangan atau kelemahan yang di

sebabkan oleh penggunaan kedua bola mata (Jeffry Chandra, 2015)

Astenopia atau kelelahan visual adalah kelainan yang

ditandai dengan gejala somatik atau persepsi seperti sakit kepala,

penglihatan kabur, mata kering, dan sensasi benda asing disekitar

mata (Guo et al., 2018).

Terdapat hubungan antara gejala dengan jenis aktivitas yang

dilakukan. Aktivitas jarak dekat seperti membaca, menggunakan

komputer, smartphone, dan menonton televisi adalah faktor risiko

tersering timbulnya keluhan Astenopia. Kelelahan mata merupakan

gangguan yang dialami mata karena otot-otot (siliaris) mata yang

dipaksa bekerja keras, terutama saat harus melihat objek dekat

dalam jangka waktu lama (Chandra & Kartadinata, 2018).

Syndrom Astenopia adalah akibat yang timbul karena indra

10
penglihatan yang berusaha secara berlebihan dalam keadaan yang

kurang baik untuk mendapatkan ketajaman pandangan yang

sempurna serta otot-otot mata yang di paksa bekerja keras terutama

ketika harus melihat objek dekat dalam waktu yang cukup lama,

penglihatan terasa buram, ganda, kemampuan melihat warna

menurun, dan diikuti gejala sakit kepala, bahu, punggung dan

pinggang vertigo serta kembung (Sukmawati, 2019)

Syndrom Astenopia merupakan gejala yang terjadi pada indra

penglihatan terutama pada otot-otot mata akibat dipaksa bekerja

keras terutama saat harus melihat objek dekat dalam jangka waktu

lama dengan factor resiko seperti timbulnya keluhan dengan mata

buram, serta penglihatan menurun saat melihat warna dengan jarak

yang jauh.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Astenopia

Menurut Susanti (2016) Astenopia di pengaruhi oleh dua

factor yaitu :

a. Faktor Internal merupakan faktor dari dalam diri yang

menyebabkan terjadinya mata lelah, seperti :

1) Umur. Umur yang semakin menua menyebabkan hilangnya

kekenyalan pada lensa sehingga daya akomodasi semakin

berkurang dan otot-otot semakin sulit untuk menebalkan atau

menipiskan mata. Pada usia 45-50 tahun daya akomodasi

akan menurun. Daya akomodasi adalah kemampuan lensa

11
untuk menebal dan menipis sesuai jarak benda yang di lihat

agar bayangan jatuh pada retina. Penurunan fisiologis

menjadi penyebab menurunnya daya akomodasi yang

mengakibatkan menurunnya fungsi organ mata sehingga

terjadi penurunan kemampuan penglihatan melalui uji visus.

Uji visus menggambarkan kemampuan penglihatan dibanding

dengan penglihatan orang normal.

2) Kelainan refraksi. Kelainan refraksi merupakan keadaan

bayangan tegas yang tidak di bentuk retina yang terjadi

karena ketidakseimbangan system optic pada mata sehingga

menghasilkan bayangan yang kabur sehingga berpotensi

pada kejadian mata lelah karena daya akomodasi yang sudah

menurun pada mata.

b. Faktor Eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar yang

dapat membuat mata lelah, seperti :

1) Tingkat pencahayaan (Illumination Levels). Tingkat

pencahayaan memungkinkan orang melihat obyek-obyek

yang di kerjakan secara jelas dan cepat karena pecahayaan

yang memadai memegang peranan yang cukup penting

dalam upaya peningkatan kesehatan, keselamatan dan

produktivitas tenaga kerja.

2) Lama Paparan. Lama paparan menyebabkan mata untuk

12
melihat ke layar secara terus-menerus. Berada di depan layar

dalam waktu lebih dari dua jam beresiko mengalami refraksi

mata. Objek yang terlalu kecil dengan bentuk rumit

menyebabkan mata berusaha lebih fokus sehingga di paksa

untuk bekerja lebih keras. Berdasarkan penelitian yang di

lakukan oleh Permana pada tahun 2015, berada lama di

depan layar monitor dapat menyebabkan kelelahan pada

mata dengan gejala-gejala yang timbul akibat memusatkan

pandangan pada objek yang kecil sehingga mata

berkonsentrasi dan kurang berkedip sehingga penguapan air

mata meningkat dan mata menjadi kering. Kelelahan mata ini

dapat dikurangi dengan banyak mengistirahatkan mata dari

depan monitor. Kategori lama paparan yaitu : Ringan (Kurang

dari 2 jam), sedang (2-4 jam) dan beart (lebih dari 4 jam)

(Kurmasela, Saerang, & Rares, 2013).

3) Kualitas tidur yang buruk. Sebuah penelitian menyebutkan

bahwa kalitas tidur yang buruk dapat meningkatkan

seseorang terkena Astenopia.

Faktor resiko Astenopia atau kelelahan mata pada

pengguna smartphone atau komputer berkaitan dengan usia, jarak

pandangan, posisi layar monitor, posisi tubuh, kelainan refraksi

atau pembiasan, penggunaan layar dan penyesuaian kontras

serta kecerahan pada layar monitor (WHO dalam Chandra J,

13
2015).

3. Gejala Syndrom Astenopia

Kelelahan pada mata juga ditandai oleh adanya iritasi pada

mata atau konjungtivitis (konjungtiva berwarna merah dapat

mengeluarkan air mata penglihatan ganda, sakit kepala, daya

akomodasi dan konvergensi menurun, ketajaman penglihatan

kepekaan kontras dan kecepatan persepsi (Kurnia, 2019). Persepsi

visual yang mengalami stress hebat tanpa disertai efek lokal pada

otot akomodasi atau retina maka keadaan ini akan menimbulkan

kelelahan syaraf. Gejala umum lainnya yang dapat timbul akibat dari

mata lelah adalah sakit punggung dan vertigo. Penglihatan yang

kabur pada penggunaan gadget seperti laptop, notebook ini dapat

bermanifestasi menjadi myopia, hipermetropi dan astigmat (Kurnia

dalam Chandra J, 2015).

Gejala-gejala yang bisa muncul pada syndrom Astenopia

adalah kelalahan mata, nyeri kepala, penglihatan kabur dam ganda,

mata kering dan nyeri pada leher serta punggung badan. Gejala-

gejala tersebut bergantung pada jumlah waktu yang di habiskan dan

tingkat kemampuan visual untuk melihat layar digital (American

Optometric Association (2017).

Gejala-gejala pada Astenopia sangat bervariasi, terdiri dari

gejala yang berkaitan dengan permukaan okuler atau kejang

akomodasi dan ekstraokuler yang di sebabkan oleh postur yang tidak

14
benar seperti nyeri leher, punggung atas atau sakit kepala namun

lebih banyak menyangkut mata tegang, sakit kepala, mata kabur,

mata kering, iritasi, kemampuan memfokuskan mata melambat, sakit

pada bagian leher serta punggung (Affandi, 2005 dalam Rosenfield,

2011).

BAB III

15
KERANGKA KERJA PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual

Variabel yang diselidiki dalam penelitian ini yakni pengaruh

penggunaan smartphone dengan Syndrom Astenopia.

Smartphone merupakan ponsel multimedia atau telepon selular

dengan mikroprosesor, memori, layar dan modem bawaan dengan

fungsionalitas PC dan handset yang tergabung sehingga menghasilkan

gadget mewah yang terdapat pesan teks, kamera, pemutar music,

video, game, akses email, tv digital, search engine, pengelola informasi

pribadi, fitur GPS, jasa telepon internet dan bahkan terdapat telepon

yang juga berfungsi sebagai kartu kredit (Williams & Sawyer (2011)).

Syndrom Astenopia adalah akibat yang timbul karena indra

penglihatan yang berusaha secara berlebihan dalam keadaan yang

kurang baik untuk mendapatkan ketajaman pandangan yang sempurna

serta otot-otot mata yang di paksa bekerja keras terutama ketika harus

melihat objek dekat dalam waktu yang cukup lama, penglihatan terasa

buram, ganda, kemampuan melihat warna menurun, dan diikuti gejala

sakit kepala, bahu, punggung dan pinggang vertigo serta kembung

(Sukmawati, 2019).

Dengan demikian penggunaan smartphone dalam waktu yang

lama dapat memicu terjadinya syndrome Astenopia pada remaja di

Kecamatan Tombolo Pao. Sebagai upaya untuk mencegah terjadinya

16
Syndrom Astenopia maka haruslah ada batas waktu penggunaan

smartphone. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat digambarkan

skema kerangka penelitian seperti di bawah ini :

Syndrom
Penggunaan
KeteranganSmartphone
: Astenopia
: variabel Independent
: variabel dependent

: penghubung antar variable

B. Variabel Penelitian

1. Variabel independen : penggunaan smartphone

2. Variabel dependen : Syndrom Astenopia

C. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Smartphone merupakan alat multifungsional yang di dalamnya

tersedia berbagai layanan digital serta memberikan kemudahan

dalam mengakses informasi atau data dimana penggunaannya lebih

efektif dan efisien.

Kriteria Objektif :

Lama : jika responden menggunakan smartphone lebih dari

4 jam sehari.

17
Tidak Lama : jika responden menggunakan smartphone 1 - 4 jam

sehari.

2. Syndrom Astenopia merupakan gejala yang terjadi pada indra

penglihatan terutama pada otot-otot mata akibat dipaksa bekerja

keras terutama saat harus melihat objek dekat dalam jangka waktu

lama dengan factor resiko seperti timbulnya keluhan dengan mata

buram, serta penglihatan menurun saat melihat warna dengan jarak

yang jauh.

Kriteria Objektif :

Mengalami : jika responden mengalami syndrome

Astenopia.

Tidak Mengalami : jika responden tidak mengalami syndrome

Astenopia.

D. Hipotesis Penelitian

Ada Pengaruh Penggunaan Smartphone dalam waktu yang lama

terhadap kejadian Syndrom Astenopia pada remaja di Kecamatan

Tombolo Pao

18
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian

analitik dengan pendekatan Crossectional Study yaitu untuk

mengetahui pengaruh penggunaan smartphone dalam waktu yang

lama terhadap kejadian Syndrom Astenopia pada remaja di Kecamatan

Tombolo Pao.

B. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek

atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Populasi yang di maksud dalam

penelitian adalah semua remaja di Kecamatan Tombolo Pao.

2. Sampel

Sampel merupakan sejumlah kelompok kecil yang mewakili

populasi untuk dijadikan sebagai objek penelitian (Nursalam, 2014).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Aksidental sampling yaitu teknik penetuan sampel

berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara

19
kebetulan/incidental bertemu dengan penelit dapat di gunakan

sebagaisampel, bila di pandang orang yang kebetulan ditemui itu

cocok sebagai sumber data (Sugiyono,2017). Adapun kriteria dalam

penentuan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

1) Bersedia menjadi responden.

2) Responden bisa membaca dan menulis.

3) Remaja menggunakan Smartphone.

b. Kriteria Ekslusi

1) Responden bukan pengguna smartphone.

2) Menolak untuk di jadikan responden.

C. Pengumpulan Data dan Analisa Data

Variabel independent dalam penelitian ini adalah pengguna

smartphone. Instrument yang digunakan adalah dalam bentuk kuisioner

menggunakan skala Guttman dengan jumlah pertanyaan sebanyak 1

nomor.

Variabel dependent dalam penelitian ini adalah Syndrom

Astenopia. Instrument yang di gunakan adalah dalam bentuk kuisioner

menggunakan skala Guttman dengan jumlah pertanyaan 10 nomor.

D. Instrumen Penelitian

20
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk

kuisioner dengan menggunakan lembar penilaian untuk masing-masing

variable yakni variable independen dan variable dependen.

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini akan di laksanakan di Kecamatan Tombolo Pao.

2. Waktu

Penelitian ini akan di laksanakan sekitar bulan Februari – Juli 2021.

F. Prosedur Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data yang di peroleh peneliti melalui observasi dengan cara

membagikan kuisioner kepada responden yang mana sebelumnnya

telah di siapkan oleh peneliti.

b. Data Sekunder

Data yang di peroleh peneliti dari berbagai sumber untuk

membantu peneliti dalam menyimpulkan hasil penelitian.

G. Pengolahan Data

Data yang di kumpulkan dalam penelitian akan di olah melalui

prosedur pengolahan data secara manual dengan melakukan :

21
1. Editing

Pengecekan, pengoreksian data untuk melengkapi data yang

masih kurang atau kurang lengkap.

2. Koding

Memberikan kode pada opsion-opsion yang sudah legkap

untuk memudahkan dalam menganalisa data.

3. Tabulating

Setelah pemberian kode , selanjutnya dengan pengolahan

data ke dalam table yang sudah disiapkan.

4. Entry

Yaitu proses memindahkan isi data atau memproses isi data

dengan memasukkan data atau entry data ke dalam komputer

dengan menggunakan program statistik komputer.

H. Analisa Data

Data di analisa melalui presentase dan perhitungan jumlah

dengan cara berikut :

1. Analisa Univariat

Di lakukan dalam tiap variable dari hasil penelitian. Analisa ini

mengasilkan frekuensi dan presentase dari setiap variable yang di

teliti.

2. Analisa Bivariat

22
Di lakukan untuk melihat pengaruh variable independent

terhadap variable dependent dengan menggunakan uji statistic

dengan tingkat kemaknaan  = 0,05 dengan menggunakan rumus

regresi linear sederhana yaitu :

Y = a + bX

Keterangan :

Y : Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)

a : Harga Y bila X = (harga kontan)

b : Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan

angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen

yang didasarkan pada variabel dependen. Bila b (+) maka

naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan.

X : Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai

tertentu.

Penilaian:

a. Apabila F hitung  F tabel maka maka Hₒ diterima atau H a ditolak,

artinya tidak ada pengaruh antara variabel independen secara

parsial atau tunggal terhadap variabel dependen.

b. Apabila F hitung > F tabel maka maka Hₒ ditolak atau H a

diterima, artinya ada pengaruh antara variabel independen

secara parsial atau tunggal terhadap variabel dependen.

23
I. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat

rekomendasi dari institusinya dengan mengajukan permohonan izin

kepada institusi atau lembaga tempat penelitian. Setelah mendapat

persetujuan barulah melakukan penelitian dengan menekankan

masalah etika yang meliputi :

1. Informet consent (lembar persetujuan)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang

akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi disertai judul penelitian.

Bila subyek, maka peneliti tidak akan memaksakan kehendak dan

tetap menghormati hak-hak subyek.

2. Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan

kode.

3. Konfodentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil

peneliti.

24
DAFTAR PUSTAKAXAlex Krouse, J. D. 2012. Hubungan Antara
Intensitas Penggunaan Smartphone Dengan Kejadian Computer
Vision Syndrome Pada Mahasiswa Angkatan 2014-2016 Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin (Fkuh) Tahun 2017. Hal. 1.
Makassar.

American Optometric Association, 2017. Hubungan Antara Intensitas


Penggunaan Smartphone Dengan Kejadian Computer Vision
Syndrome Pada Mahasiswa Angkatan 2014-2016 Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin (Fkuh) Tahun 2017. Hal. 2.
Makassar.

Assagaf Rahman Abdur, et al. 2020. Hubungan Tingkat Kecanduan Bermain


Online Game Dengan Tingkat Astenopia Pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Pattimura Ambon. Dai : ISSN 2686-5165 (online)
Volume 2, Nomor 2, Oktober 2020. Di akses pada : 04 Februari 2021.

Azkina Amira. 2012. Hubungan Antara Faktor Risiko Individual Dan


Komputer Terhadap Kejadian Computer Vision Syndrome. Dari :
eprints.undip.ac.id. Di akses pada 18 Oktober 2020
Chandra & Kartadinata, 2018. BAB II Tinjauan Pustaka Konsep
Astenopia. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

Chandra J. 2015 Tinjauan Pustaka Astenopia. [pdf]. Dari :


www.repository.trisakti.ac.id. Di akses pada 24 Oktober 2020
Choi et al., 2015. BAB II Landasan Teori Smartphone. Hal. 10.
Dian dan Erin. 2017. 7 BAB II Landasan Teori. [pdf]. Dari :
repository.widyatama.ac.id. Di akses pada 24 Oktober 2020
Duha, 2016. BAB II Landasan Teori Smartphone.

EMarkerter, 2015. Hubungan Antara Intensitas Penggunaan Smartphone


Dengan Kejadian Computer Vision Syndrome Pada Mahasiswa
Angkatan 2014-2016 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
(Fkuh) Tahun 2017. Hal. 1. Makassar.

25
Guo et al., 2018. BAB II Tinjauan Pustaka Konsep Astenopia. Universitas
Muhammadiyah Malang. Malang.

http://kbi.gemari.or.id/

Irawan MI. 2016. 10 BAB II Landasan Teori Smartphone. [pdf]. Dari :


eprintis.umg.ac.id. Di akses pada 24 Oktober 2020.
Jeffry Chandra, 2015. BAB II hubungan antara durasi aktivitas memvaca
dengan astenopia pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas
Trisakti. Universitas Trisakti.

Kamus Oxford Online, 2013. Bab II Tinjauan Pustaka Smartphone.

Kemenkes RI, 2010 dalam Restia Elfa Safitri 2018. Analisis Faktor Risiko
Keluhan Computer Vision Syndrome (CVS) Pada Pegawai Bank
Rakyat Indonesia Kc Prabumulih.

Kominfo, 2016. Hubungan Antara Intensitas Penggunaan Smartphone


Dengan Kejadian Computer Vision Syndrome Pada Mahasiswa
Angkatan 2014-2016 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
(Fkuh) Tahun 2017. Hal. 1-2. Makassar.

Kudrawati Nana. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Syndrome Asthenopia Pada Usaha Pengetikan Di Kelurahan
Mangasa Kecamatan Tamalate Kota Makassar Tahun 2010. [online]
Dari : repositori.uin-alauddin.ac.id. Di akses pada 21 Oktober 2020.

Kurmasela, et al, 2013. BAB II Tinjauan Pustaka Konsep Astenopia.


Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

Kurnia, 2019. BAB II Tinjauan Pustaka Konsep Astenopia. Universitas


Muhammadiyah Malang. Malang.

Kurnia dalam Chandra J, 2015, Affandi, 2005 dalam Rosenfield, 2011.


Hubungan Lama Penggunaan, Tampilan Layar, Dan Posisi Tubuh
Saat Menggunakan Smartphone Terhadap Keluhan Mata Pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palemban. Universitas Muhammadiyah Palembang

Lohr dalam Sawyer & Williams, 2011. Bab II Tinjauan Pustaka


Smartphone. Hal. 9 (PDF)

Mallapiang Fatmawati. 2019 . Astenopia Pada Karyawan Pengguna


Komputer (Vol. 14). Makassar. Dari : jurnal.stikesnh.ac.id. Di akses

26
pada 18 Oktober 2020
Naota K Srilailun . 2019. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gejala
Kelelahan Mata Pada Operator Komputer Di Dinas Tenaga Kerja
Dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tengah. Dari :
jurnal.unismuhpali.ac.id. Di akses pada tanggal 17 Oktober 2020
Ningsih Astri. 2017. Hubungan Lama Penggunaan, Tampilan Layar , Dan
Posisi Tubuh Saat Menggunakan Smartphone Terhadap Keluhan
Mata Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang. Palembang. Dari : repository.um-
palembang.ac.id. Di akses pada 17 Oktober 2020

Nova. 2011. Hubungan Lama Penggunaan, Tampilan Layar, Dan Posisi


Tubuh Saat Menggunakan Smartphone Terhadap Keluhan Mata
Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang. Universitas Muhammadiyah Palembang.

Nursalam, 2014. Metodologi Penelitian. Pustakabarupress. Yogyakarta.

Permana, dkk. 2015. ‘Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan


Computer Vision Syndrome (CVS) pada Pekerja Rental Komputer di
Wilayah Unnes’. Unnes Journal of Public Health, [online]. Vol 3, pp
48 – 57. Dari : journal.unnes.ac.id. di akses pada 21 Oktober 2020.
Sari, dkk. 2018. ‘Faktor Risiko Terjadinya Computer Vision Syndrome’.
Jurnal kedokteran Unila. [online]. Vol 7, pp 278 – 282. [online] Dari :
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/. di akses pada 22 Oktober 2020
Setria Elfa Safitri, 2018. Analisis Faktor Risiko Keluhan Computer Vision
Syndrome (CVS) Pada Pegawai Bank Rakyat Indonesia Kc
Prabumulih.

Sugiyono, 2017. Metodologi Penelitian. Pustakabarupress. Yogyakarta.


Studi, P., Masyarakat, K., Masyarakat, F. K., & Sriwijaya, U. (2018).
Analisis Faktor Risiko Keluhan Computer Vision Syndrome ( Cvs )
Pada Pegawai Bank Rakyat Indonesia Kc Prabumulih [online] Dari :
repository.unsri.ac.id. Di akses pada 21 Oktober 2020
Sukmawati, dkk. 2019. Pengaruh Wudhu Dan Strategi 20:20:20 Terhadap
Sindrom Astenopia Pada Karyawan Pengguna Komputer Di Rsud
Kota Makassar. [online] Dari : https://jurnal.stikesnh.ac.id/. Di akses
pada 22 Oktober 2020
Sukmawati, 2019. BAB II Tinjauan Pustaka Konsep Astenopia. Universitas
Muhammadiyah Malang. Malang.

27
Susanti, 2016. BAB II Tinjauan Pustaka Konsep Astenopia. Universitas
Muhammadiyah Malang. Malang.

Wiratna V Sujarweni. 2014. Metodologi Penelitian Hal. 105-107. Pustaka


baru press. Yogyakarta. (Buku)
Wiratna V Sujarweni. 2014. Metodologi Penelitian Hal. 65-88. Pustaka
baru press. Yogyakarta. (Buku)

28

Anda mungkin juga menyukai