Anda di halaman 1dari 5

Customs & Excise Tax Issues During The

Pandemic Covid-19
Sistem Informasi Manajemen (A)
Indah Risqi Ramadani Putri / 195030401111045

Kepabeanan & Cukai Selama Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 merupakan penyebaran Covid-19 yang sangat masif di Indonesia, membuat turun atau
terhentinya aktivitas ekonomi yang menyerap tenaga kerja di berbagai sektor termasuk sektor informal.
Pandemi Covid-19 berpengaruh terhadap penurunan pada kinerja ekonomi dalam negeri, yaitu konsumsi,
investasi, serta kegiatan ekspor impor. Jumlah PEB dan Teus pada tahun 2019-2021 kondisinya naik turun
dari SBI ekspor impor barang. Jumlah CK-1 dan produksi HT (Batang) pada tahun 2019-2021 mengalami
naik turun dalam jumlah pemesanan cukai tembakau, serta jumlah pada produksi cukai batang rokok
secara internasional. Sistem perpajakan yang adil, sehat, efektif, dan akuntabel harus mempunyai sistem
perpajakan yang meliputi :

1. Kepastian dan kesederhanaan yaitu administrasi perpajakan yang mudah, simple dan menjamin
kepastian hukum.
2. Stabilitas yaitu penerimaan perpajakan yang harus memadai, terjaga, dan terus berkelanjutan.
3. Efisiensi yaitu biaya untuk patu pajak (compliance cost) dan memungut pajak semifinal mungkin.
4. Netral yaitu pajak yang tidak menciptakan distorsi yang berlebihan dalam perekonomian.
5. Fleksibilitas yaitu mampu beradaptasi dengan perubahan struktur, teknologi dan aktivitas dunia
usaha.
6. Efektif dan adil yaitu sistem perpajakan harus efektif sebagai instrumen kebijakan dan mampu
menciptakan keadilan.

Reformasi struktural melalui human capital, physical capital dan institutional reform dapat memperkuat
fondasi perekonomian untuk menopang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Reformasi perpajakan
akan mendorong peningkatan rasio perpajakan mencapai 10,12% PDB (2025), mendukung konsolidasi
fiskal di tahun 2023 dan kembali normal di kisaran 2,3% PDB (2025), serta rasio utang dapat terkendali
dengan trend menurun dalam jangka menengah. APBN yang sehat adalah fondasi untuk menstimulasi

1
perekonomian dan mewujudkan kesejahteraan, melalui APBN yang sehat akan mendorong 3 fungsi
pokok dapat berfungsi optimal yang selanjutnya akan menopang pembangunan yang berkelanjutan.
Penguatan fungsi pokok kebijakan fiskal yaitu fungsi alokasi, fungsi stabilitas, dan fungsi distribusi.

Pembangunan yang berkelanjutan akan menghantar terwujudnya kesejahteraan yang berkeadilan dan
pertumbuhan ekonomi yang baik. Dengan berkurangnya pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan.
APBN sebagai instrumen untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur dengan public goods,
income redistribution, dan economic stability or growth. Dalam 10 tahun terakhir, pendapatan negara
cenderung turun sekitar 10% PDB > kapasitas fiskal terbatas untuk pengeluaran negara. Dalam kondisi
krisis, APBN sebagai countercyclical fungsi distribusi dan stabilisasi lebih prioritas untuk survival dan
recovery ekonomi. Fungsi alokasi dilakukan rasionalisasi dengan spending better. Reformasi fiskal dan
reformasi struktural dilakukan untuk meningkatkan produktivitas perekonomian dan menjaga
sustainabilitas fiskal jangka panjang.

Peran Bea Cukai Dalam Program Pemulihan Ekonomi Nasional

Peraturan Pemerintah Nomor 23/2020 tentang Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional Dalam
Rangka Mendukung Kebijakan Keuangan Negara untuk Penanganan Pandemi Covid-19 dan/atau
Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem
Keuangan serta Penyelamatan Ekonomi Nasional. Total anggaran yang disiapkan Pemerintah untuk
program PEN mencapai Rp 695,2 T. Program PEN yaitu :

1. Program Pemulihan Ekonomi Nasional merupakan salah satu rangkaian kegiatan untuk
mengurangi dampak Covid-19 terhadap perekonomian.
2. Selain penanganan krisis kesehatan, Pemerintah juga menjalankan program PEN sebagai respon
atas penurunan aktivitas masyarakat yang berdampak pada ekonomi, khususnya sektor informal
atau UMKM.

Tujuan program PEN adalah melindungi, mempertahankan, dan meningkatkan kemampuan ekonomi para
pelaku usaha dalam menjalankan usahanya selama pandemi Covid-19. Untuk UMKM, program PEN
diharapkan dapat memperpanjang nafas UMKM dan meningkatkan kinerja UMKM yang berkontribusi
pada perekonomian Indonesia. Program utama yang dilakukan pemerintah yaitu penyertaan modal
pemerintah (PMN), penempatan dana, investasi pemerintah, dan penjaminan. Selain itu stimulus
kebijakan ekonomi yang dilakukan pemerintah antara lain menyalurkan bantuan tunai, memberikan

2
insentif kepada dunia usaha terutama untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), melakukan
pembiayaan korporasi dan pembiayaan sektoral kepada kementerian/lembaga serta pemerintah daerah.

Fasilitas yang diberikan ada fasilitas fiskal, insentif yang diberikan dalam bentuk pembebasan BM dan
cukai atau pajak dalam rangka impor. Fasilitas prosedural yaitu SOP BC-BNPB percepatan pelayanan
impor barang penanganan Covid-19 melalui portal INSW, 45/PMK-04/2020 relaksasi penyerahan SKA
secara daring, 30/PMK-04/2020 relaksasi penundaan pelunasan pita cukai dari 60 hari menjadi 90 hari
serta pemberian izin produksi di luar pabrik, 31/PMK-04/2020 relaksasi penjualan lokal  bagi perusahaan
KITE serta penjualan KB ke KITE dan NLE. Fasilitas prosedural dengan kemudahan administratif dan
pemangkasan birokrasi untuk mengurangi waktu, biaya yang timbul dalam melakukan aktivitas bisnis.
Fasilitas yang diberikan DJBC sebagai berikut :

a) Fasilitas fiskal impor barang untuk penanganan Covid-19 dengan memberikan pembebasan bea masuk
dan/atau cukai serta tidak dipungut PPN dan dikecualikan dari pengenaan/ dibebaskan PPh 22 impor nya.

b) Pembebasan cukai etil alkohol yang diatur dengan SE-04/BC/2020 perluasan pemberian fasilitas
pembebasan cukai etil alkohol untuk produksi hand sanitizer dan diberikan kepada rumah sakit,
universitas, instansi pemerintah dan lainnya.

c) Pembebasan fasilitas PPh impor untuk perusahaan kawasan berikat yang memanfaatkan fasilitas
kemudahan impor tujuan ekspor KITE dengan PPh 21 ditanggung pemerintah, pembebasan PPh pasal 22
impor, pengurangan PPh pasal 25 impor sebesar 30% dan percepatan restitusi PPN.

d) Perumusan kebijakan bea masuk ditanggung pemerintah bagi industri terdampak Covid-19 untuk
membantu menjaga sustainability industri sehingga mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional.

Cukai & DBH CHT

Barang yang dikenakan cukai yaitu barang hasil tembakau, minuman mengandung etil alkohol (MMEA),
dan etil alkohol. Pengenaan cukai di Indonesia relatif sedikit dibandingkan negara ASEAN lain, contoh
pengenaan cukai di Singapura dari minuman beralkohol, hasil tembakau (rokok), bensin (BBM),
kendaraan bermotor, dan sepeda motor. Emang seberapa efektif sih cukai dalam mengendalikan konsumsi
barang tertentu? Menurut Barber et al. (2008), peningkatan cukai tembakau antara 37-70% dari harga jual
dapat menyelamatkan hingga 2,5 juta hidup perokok di Indonesia. Sedangkan menurut Ho, L.M.,
Schafferer, C. & Lee, JM. et al (2018), kenaikan harga jual rokok di Indonesia antara tahun 1999-2015
dapat mengurangi konsumsi rokok per kapita rata-rata sebesar 4,2% s.d. -13,06%.

3
Konsumsi kantong plastik perlu dikendalikan mengingat dampak negatif yang ditimbulkan. Karena cukai
dinilai efektif, pemerintah mulai mengkaji cukai sebagai instrumen pengendali konsumsi kantong plastik.
Menurut Bank Dunia, Indonesia menghasilkan 7,8 juta ton sampah plastik per tahun. Indonesia
menempati urutan ke-2 sebagai negara penyumbang sampah plastik di lautan dan 62% sampah di
Indonesia adalah sampah plastik. Maka butuh ratusan tahun agar sampah plastik dapat terurai, sampah
plastik di lautan mengancam ekosistem laut, dan lebih dari sepertiga ikan yang diperjualbelikan
ditemukan mengkonsumsi plastik atau mikro plastik sehingga menimbulkan risiko bagi keamanan pangan
di Indonesia. Jumlah penggunaan penerimaan negara pada belanja K/L sebesar Rp 1 triliun.

DBH CHT adalah penerimaan negara dari cukai akan dibagi hasil kepada provinsi penghasil cukai hasil
tembakau. Program (UU 39/2007 Tentang Cukai) yaitu Peningkatan Kualitas Bahan Baku, Pembinaan
Industri, Pembinaan Lingkungan Sosial, Sosialisasi Ketentuan di Bidang Cukai, dan Pemberantasan
Barang Kena Cukai (BKC) Ilegal. Kesejahteraan masyarakat sebesar 50% dengan program pembinaan
lingkungan sosial dan peningkatan kualitas bahan baku. Penegakan hukum sebesar 25% dengan program
pembinaan industri, sosialisasi ketentuan dibidang cukai, dan pemberantasan BKC ilegal. Kesehatan
sebesar 25% dengan program pembinaan lingkungan sosial. Besaran DBH CHT di Kota Malang Rp
30.367.991.000, Kota Batu Rp 18.922.459.000, dan Kabupaten Malang Rp 80.025.348.000.

Modus & Sanksi Rokok Ilegal

Rokok ilegal adalah rokok impor/ rokok produksi dalam negeri yang berada di peredaran bebas dan
disiapkan untuk penjualan eceran akan tetapi tidak bisa memenuhi ketentuan perundang-undangan yang
berlaku yaitu rokok tanpa pita cukai, rokok menggunakan pita cukai palsu, rokok menggunakan pita cukai
bekas, rokok menggunakan pita cukai yang bukan haknya (salson), rokok menggunakan pita cukai yang
tidak sesuai jenis dan golongannya (saltuk). Modus penipuan mengatasnamakan bea cukai yaitu online
shop murah, barang lelang, barang kiriman atau hadiah.

Rokok tanpa dilekati pita cukai (polos) setiap orang yang menawarkan, menyerahkan, menjual, atau
menyediakan untuk dijual BKC yang tidak dikemas untuk penjualan eceran atau tidak dilekati pita cukai
atau tidak dibubuhi TPCL, sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau pidana denda paling sedikit 2 (dua) kali nilai cukai dan paling banyak 10 (sepuluh) kali
nilai cukai yang seharusnya dibayar "Pasal 54 UU no 39 tahun 2007".

Pengusaha pabrik atau importir barang kena cukai yang melekatkan pita cukai atau membubuhkan tanda
pelunasan cukai lainnya pada barang kena cukai yang tidak sesuai dengan pita cukai atau tanda pelunasan

4
cukai lainnya yang diwajibkan, yang menyebabkan kekurangan pembayaran cukai. Sanksi administrasi
berupa denda paling sedikit 2 (dua) kali nilai cukai dan paling banyak 10 (sepuluh) kali nilai cukai dari
nilai cukai yang seharusnya dilunasi "Pasal 29 ayat 2a UU no 39 tahun 2007".

Anda mungkin juga menyukai